Cara Top Up FIFA Mobile, Cepat dan Mudah

FIFA Mobile adalah game simulasi sepak bola populer yang dikembangkan oleh EA Sports.

Permainan ini tersedia di perangkat iOS dan Android dimana pemain dapat membangun dan mengelola tim sepak bola mereka sendiri.

Di FIFA Mobile, pemain dapat berkompetisi dalam berbagai mode permainan, termasuk Attack Mode, Seasons, dan Live Events.

Dengan grafisnya yang realistis dan gameplay yang imersif, FIFA Mobile harus dimainkan oleh para penggemar sepak bola yang ingin merasakan sensasi mengelola tim mereka sendiri dan bersaing dengan orang lain dari seluruh dunia.

Top Up FIFA Mobile

Di FIFA Mobile, pemain dapat membeli mata uang dalam game yang dikenal sebagai FIFA Points untuk membuka pemain baru, meningkatkan tim mereka, dan mengakses konten eksklusif.

FIFA Points dapat dibeli dengan cara yang mudah, mereka dapat dibeli dengan pembayaran menggunakan DANA, ShopeePay, OVO, dan GoPay. Selain itu, mereka juga menyediakan pembayaran menggunakan QRIS untuk semua bank.

Berikut ini adalah cara untuk melakukan top up FIFA Points:

  1. Buka aplikasi FIFA Mobile dan buka toko dalam game.
  2. Pilih jumlah FIFA Points yang ingin kamu beli.
  3. Pilih metode pembayaran sesuai yang kamu inginkan
  4. Masukkan informasi akun pembayaran dan konfirmasi jumlah pembayaran.
  5. Ikuti petunjuk untuk menyelesaikan proses pembayaran.
  6. Setelah pembayaran dikonfirmasi, FIFA Points akan ditambahkan ke akun kamu.

Demikianlah penjelasan mengenai cara top up FIFA Points, semoga bermanfaat.

Developer Genshin Impact Punya Game Baru, Ubisoft Perkenalkan Ghost Recon Frontline

Minggu lalu, ada beberapa berita menarik di dunia game. Salah satunya, Electronic Arts mengungkap bahwa mereka tengah mempertimbangkan untuk mengganti nama dari seri game sepak bola mereka, FIFA. Selain itu, Ubisoft juga memperkenalkan Ghost Recon Frontline. Game yang bisa dimainkan oleh lebih dari 100 orang itu mengusung genre FPS PvP dan bisa dimainkan dengan gratis. Sementara itu, developer Genshin Impact, miHoYo, baru saja membuka pendaftaran closed beta dari game baru mereka, Honkai: Star Rail.

Tapjoy: Mobile Jadi Platform Favorit Gamers Milenial

Perusahaan riset mobile Tapjoy baru saja merilis laporan tentang kebiasaan bermain game dari para milenial. Menurut laporan tersebut, mobile merupakan platform pilihan bagi para gamers milenial. Buktinya, sekitar 82% milenial bermain game di smartphone mereka. Sebagai perbandingan, hanya 37% gamers milenial yang bermain di konsol serta handheld dan 27% milenial yang bermain game di PC.

Dari laporan tersebut, juga diketahui bahwa 70% gamers milenial memainkan mobile game setiap hari. Tanggapan mereka akan iklan mobile game juga cukup positif, khususnya iklan yang menawarkan hadiah dalam game. Menurut Lauren Baca, Senior Director of Marketing, Tapjoy, alasan mengapa gamers milenial senang bermain game di mobile adalah karena milenial merupakan salah satu generasi pertama yang bisa menikmati kemudahan yang ditawarkan oleh mobile internet, menurut laporan VentureBeat.

Developer miHoYo Buka Pendaftaran Closed Beta untuk Game Baru

Minggu lalu, miHoYo, developer Genshin Impact mengumumkan bahwa pendaftaran untuk closed beta dari game baru mereka — Honkai: Star Rail — telah dibuka. Star Rail akan mengambil setting dunia seperti Honkai Impact 3rd. Dalam Honkai Impact 3rd, dunia sudah diambang kehancuran. Para Valkyries — sebutan untuk para perempuan yang punya kekuatan super — harus melawan sebuah kekuatan yang tidak hanya bisa menciptakan monster, tapi menyebabkan bencana alam. Star Rail akan bisa dimainkan di PC dan mobile.

Dari video trailer-nya, Star Rail terlihat menggabungkan elemen action game dengan tactical game. Namun, berdasarkan screenshot di situs resminya, para pemain akan bisa memainkan hingga empat karakter pada saat bersamaan, mengimplikasikan bahwa Star Rail merupakan turn-based RPG. Sementara dari segi visual dan art style, Star Rail tampaknya lebih menyerupai Genshin Impact daripada Honkai, menurut laporan Kotaku.

Universal Studios Jepang Kerja Sama dengan The Pokémon Company

Universal Studios Jepang bekerja sama The Pokemon Company untuk membuat wahana bertema Pokemon, serupa Super Nintendo World. Saat ini, keduanya memiliki beberapa proyek untuk membuat “hiburan bertema Pokemon yang inovatif”. Rencananya, wahana pertama hasil kerja sama Universal Studios Jepang dan The Pokemon Company sudah terpasang di taman hiburan di Osaka pada akhir 2022.

“Kami bangga karena bisa menjalin kerja sama dalam jangka panjang dengan The Pokemon Company untuk membuat wahana bertema Pokemon di Universal Studios Jepang, baik untuk para fans Pokemon maupun para pengunjung taman bermain kami,” kata CEO dan presiden Universal Studios Jepang, J.L. Bonnier, seperti dikutip dari Games Industry.

Ghost Recon Frontline Sudah Bisa Dicoba oleh Masyarakat Umum

Minggu lalu, Ubisoft memperkenalkan game baru mereka, Ghost Recon Frontline. Game FPS itu akan mengadu lebih dari 100 pemain, seperti kebanyakan game battle royale. Mode utama dari Ghost Recon Frontline adalah Expedition. Dalam mode itu, 102 orang pemain akan dibagi ke dalam kelompok berisi 3 orang.

Ghost Recon Frontline jadi mobile game PVP yang bisa dimainkan secara gratis.

Untuk menang, setiap tim harus mengumpulkan tiga informasi. Setelah itu, mereka bisa pergi ke drop zone untuk memanggil helikopter dan pergi dari medan perang. Hanya saja, ketika sebuah tim berhasil memanggil helikopter, pemain lain akan mendapatkan peringatan. Jadi, mereka akan bisa pergi ke drop zone dan menyerang tim yang memanggil helikopter.

Ghost Recon Frontline sudah bisa dicoba oleh masyarakat umum pada bulan ini. Namun, masih belum diketahui kapan Ubisoft meluncurkan game tersebut, lapor IGN.

EA Pertimbangkan untuk Ganti Nama Franchise FIFA

Electronic Arts mengungkap bahwa mereka sedang mempertimbangkan untuk mengubah nama dari franchise game sepak bola mereka, FIFA. Namun, meski mereka memutuskan untuk mengganti nama FIFA, mereka akan tetap menjalin kerja sama dan membeli lisensi agar bisa menampilkan atlet, tim, dan liga sepak bola yang sebenarnya.

EA pertama kali bekerja sama dengan FIFA pada 1993, ditandai dengan peluncuran game FIFA International Soccer. Sejak saat itu, EA selalu merilis setidaknya satu game FIFA baru setiap tahunnya. Saat ini, tidak diketahui kenapa EA ingin mengubah nama franchise game sepak bola mereka. Menurut laporan IGN, ada kemungkinan, EA tidak lagi ingin menggunakan nama FIFA karena muncul berbagai berita kontroversial terkait organisasi sepak bola tersebut. Salah satunya adalah keterlibatan FIFA dalam skandal korupsi.

UFL, Game Sepak Bola Baru Calon Penantang FIFA dan eFootball

Kiblat game sepak bola memang lekat dengan dua judul yaitu FIFA dan PES (sekarang menjadi eFootball). Namun pada Gamescom 2021, satu game sepak bola baru yaitu UFL resmi diumumkan.

Nama UFL sebagai game sepak bola baru seakan hadir sebagai penantang untuk FIFA dan eFootball. Salah satu keunikan dari UFL adalah bisa dimainkan secara gratis di semua konsol gaming.

Diumumkan pada pembukaan Gamescom, UFL merupakan game sepak bola yang dibuat oleh studio bernama Strikerz Inc., yang rupanya telah mengembangkan game satu ini selama 5 tahun lamanya.

Strikerz Inc. mengedepankan “Fair To Play” pada game UFL karena semua hasil akan bergantung pada kemampuan para pemainnya. Strikerz Inc. juga mengembangkan UFL dengan Unreal Engine. Meski demikian detail selengkapnya belum diungkap lebih lanjut oleh pihak developer.

Pada game UFL, setiap pemain akan diberi kebebasan untuk membentuk klub sepak bolanya dengan lisensi lebih dari 5.000 pemain. Sistem online juga membuka peluang bagi Anda untuk dapat menunjukkan kualitas di liga top dengan para pemain lainnya.

Sumber: UFL

“Kami adalah fans sepak bola dan gamers setia – kami juga telah bermain game sepak bola selama bertahun-tahun dan kami tahu persis apa yang ingin dilihat orang pada game sepak bola,” ujar CEO Strikerz Inc., Eugene Nashilov.

“Kami ingin kembali menciptakan game dari awal, menawarkan pengalaman bermain yang revolusioner, menarik, dan adil bagi para pemain di seluruh dunia. Kami tidak sabar untuk berbagi lebih banyak hal mengenai game ini,” tutup Eugene di Gamescom 2021.

Sumber: UFL

Di game ini, para pemain sepak bola dinilai dalam game berdasarkan kerja sama dengan perusahaan analisis olahraga InStat. Sedangkan serikat pemain FIFPRO bertugas menyediakan kemiripan wajah dan lisensi pemain.

Trailer Resmi Game FIFA 22 Sudah Bisa Ditonton

Trailer FIFA 22 sudah diunggah di akun resmi EA, artinya kita sudah memasuki tahap semakin dekat dengan ketersediaan game ini di pasaran. Dalam trailer ini disuguhkan beberapa tampilan gameplay serta (lagi-lagi) penjelasan tentang berbagai fitur baru yang sebenarnya sudah pernah dijelaskan EA.

Trailer ini seharusnya menampilkan lebih banyak gameplay untuk menggoda pengguna, namun sayangnya EA kurang banyak menambahkan lebih banyak tampilan gameplay tambahan, selain yang sudah pernah dibagikan di beberapa update lain.

It is what it is. Namanya juga trailer resmi, tentu saja trailer gameplay ini akan tetap jadi acuan bagi Anda yang menantikan untuk bermain FIFA 22, baik yang sudah pre-order atau masih menabung untuk membeli.

Pada trailer resmi ini hypermotion technology tetap jadi unggulan yang dipromosikan EA, mulai dari data yang diambil dari 11 v 11, penggunaan machine learning dan berbagai hal yang sebelumnya sudah diceritakan panjang lebar termasuk dijelaskan di halamam resmi.

Di video ini kita diajak untuk melihat berbagai pergerakan-pergerakan di dalam game, baik yang sudah pernah diperlihatkan atau yang ditambahkan di trailer ini. Beberapa yang saya perhatikan dan coba bayangkan untuk bisa diterapkan nanti kalau sudah bisa memainkan game ini antara lain gocekan alias dribbling, postur menendang pemain, ball control (yang dikatakan mendapatkan peningkatan), lalu yang menarik untuk diamati adalah pergerakan bolanya. Katanya sih di FIFA 22 akan lebih real dan lebih disesuaikan dengan cara menendang pemainnya.

Kemudian untuk pergerakan AI pemain belakang juga menarik untuk dicoba nanti, karena salah satu yang bikin pusing dalam permainan FIFA 21 adalah menggerakan pemain belakang, tertama melawan pemain penyerang yang punya skill driblling tinggi atau yang punya pergerakan AI (posisi) dalam menyerang yang baik.

Untuk sisi penyerang juga akan menarik untuk melihat bagaimana pengalaman asli si penyerang yang dikatakan EA memiliki keputusan yang lebih banyak saat melakukan penetrasi di area gawang lawan.

Update di penjaga gawang juga hal lain yang ingin saya lihat di FIFA 22, karena ini memang salah satu hal yang paling ditunggu. Bosan ketika bermian penjawa gawang seperti tidak ada gunanya ketika melawan penyerang yang OP. 😀

Salah satu update yang cukup mengkhawatirkan adalah explosive sprint. Saya membayangkan harus melawan Mbappe dan si pemain lawan akan mengeksploitasi kemampuan sprint dia yang cukup OP. EA memang mengatakan di pembahasan sebelumnya, bahwa akan ada ‘cara’ agar pemain tidak mengeksploitasi skill ini.

Untuk yang gemar mengotak utik-atik fitur tactics, EA juga mendambahkan update di sisi ini. Dan terakhir, bagi Anda yang ingin menikmati suasana permainnan layaknya game beneran, update animasi juga tidak luput dari trailer kali ini.

Lebih lengkap untuk menonton bisa cek di trailer di bawah ini, atau ingin tahu lebih lengkap fitur2 apa saja cek link ini dan ini.

Perlu dicatat bahwa, bisa jadi sebagian besar fitur yang ada di FIFA 22, terutama yang baru dan yang memaksimalkan hypermotion technology, hanya akan tersedia di next gen console.

Gameplay FIFA 22 Dirilis ke Publik

Seperti yang sudah menjadi rutin, sedikit demi sedikit informasi terkait FIFA 22 dibuka dan diumumkan kepublik oleh EA. Menjelang kehadirannya beberapa bulan lagi, seri lanjutan game sepak bola besutan EA ini menjanjikan banyak hal baru.

Jika sebelumnya kita hanya melihat sedikit gambaran tentang apa yang akan hadir sebagai pembaruan di reveal trailer, maka dalam video EA Play Spotlight kali ini, Anda akan disuguhkan perbincangan singkat serta penjelasan dari beberapa bagian gameplay yang ada di FIFA 22.

Sebenarnya, apa yang dijelaskan dalam video official gameplay reveal ini informasinya bisa kita lihat di halaman resmi EA terkait FIFA 22. Yang menjelaskan tentang fitur Hypermotion Technology yang digadang-gadang akan memberikan pengalaman baru pada FIFA 22. Namun di video ini kita bisa melihat fitur atau kebaruan apa yang ditabahkan EA di FIFA 22, lengkap dengan penjelasan tim pengembang langsung ditambah video termasuk tampilan gameplay yang nantinya akan hadir di game resmi.

Sebagai rangkuman, ada beberapa hal yang bisa ditangkap. Yang pertama adalah cara mendapatkan data untuk FIFA 22 yang menggunakan model 11 vs 11. Dengan data pengambilan real dari pertandingan full tim ini EA menjelaskan bahwa data pergerakan untuk animasi yang didapatkan akan lebih fluid dari aktivitas yang dilakukan pemain di lapangan. Detail-detail gerakan seperti langkah saat mau menendang bola bisa tertangkap. 

Kata fluid dan natural behaviour juga sepertinya menjadi kunci di FIFA 22. Dengan tambahan banyak data bisa menghasilkan tidak hanya animasi yang lebih lengkap tetapi juga atas kontrol si pemain oleh pengguna. EA juga menjelaskan bahwa banyak pergerakan-pergerakan tambahan yang bisa dinikmati di FIFA 22 yang bisa tertangkap dalam permainan 11 vs 11 yang berhubungan dengan autentitas bermain sepak bola. Misalnya emosi yang tertuang pada gerakan pemain saat tidak mendapatkan bola. Gameplay yang ada nantinya akan lebih terasa sepak bolanya.

Data animasi yang didapatkan dengan model ini disebutkan EA 4000 animasi, ini leih banyak 3 kali lipat dari tahun lalu.

Untuk yang berhubungan dengan gameplay saat bermain, peningkatan seperti deeper intelegent untuk semua pemain yang ada di lapangan akan ditambahkan EA. Chance creation ditingkatkan termasuk keputusan menyerang dari pemain.

Zona marking juga disebutkan akan menjadi peningkatan yang hadir di FIFA 22 yang akan lebih mirip pertandingan nyata untuk pergerakan pemain-pemainnya, sebagai satu tim.

Masih berhubungan dengan gameplay pertandingan di game, peningkatan juga akan dilakukan dalam pertarungan bola di udara. Akan ada efek benturan yang lebih real terutama saat pemain mendarat setelah bertarung memperebutkan bola di udara, pergerakan pemainnya akan lebih natural.

Animasi dalam kontrol bola juga ditambah untuk menghadirkan gerakan yang lebih nyata seperti permainan bola di dunia nyata. Dari penerapan Hypermotion Technology ini ada 400 animasi baru yang didapatkan untuk control ball. EA ingin menyajikan pengalaman bermain yang tidak hanya bagus dari animasi tetapi respon dalam gameplay juga lebih baik.

Salah satu penambahan animasi lagi yang mungkin tidak terlalu pengaruh langsung pada permainan saat bermain adalah player humanization. Akan ada tambahan animasi di FIFA 22 yang menjadikan permainan lebih real misalnya animasi saat bola mati seperti tendangan bebas. Pemain-pemain lain terlihat animasinya lebih real.

Beberapa tambahan yang akan dihadirkan di FIFA 22 antara lain adalah sistem penjaga gawang yang akan lebih bisa diandalkan. Lalu tidak hanya data pemain yang di-capture di FIFA 22 tetapi juga bola. Dara real pergerakan bola akan dimasukan ke dalam game jadi lebih autentik.

Kemudian yang juga banyak dibahas para penggemar yang menantikan FIFA 22 adalah tentang akselerasi pemain yang juga ditingkatkan. Fitur ini sudah bisa dinikmati di FIFA 21 memang tetapi akan ditingkatkan untuk pengalaman yang lebih baik. Termasuk juga pengaturan pemain bintang agar tidak OP. Misalnya ketika sudah menggunakan fitur ini sekali, maka butuh waktu untuk melakukan gerakan yang sama.

EA juga menyoroti bagaimana mereka mengolah masukan dari pengguna. Berbagai input atas gameplay dari berbagai channel yang dikumpulkan ini akan dikombinasikan ke data yang dimiliki EA dan diolah untuk menjadikan game lebih balance. Termasuk juga masukan-masukan di berbagai mode dalam FIFA.

Hypermotion Technology ternyata tidak melulu hanya cara capture gerakan pemain yang menggunakan pakaian lengkap untuk mengbil data gerakan tetapi juga beberapa elemen lain yang ditambahkan oleh EA. Mulai dari penggunaan AI yang lebih baru, machine learning dengan olah data secara realtime dan cara mendapatkan data dengan pertandingan full 11 vs 11. 

Teknologi dan pengalaman baru ini tentu saja akan hanya bisa dinikmati di next gen console yaitu PlayStation5, Xbox Series X|S, dan Google Stadia. EA juga menggembor-gemborkan powered by football yang saya tangkap sebagai usaha untuk menghadirkan pengalaman bermain yang lebih fluid, real dan berbagai tambahan natural behaviour dalam gameplay.

Premisnya mungkin tidak berubah, bahwa game FIFA terutama di FIFA 22 serasa ingin lebih mengarah ke simulator dengan menambahkan banyak input data yang diolah dengan bantuan AI dan machine learning.

Update dari apa yang akan ada di FIFA 22 sampai dengan ketersediaan game akan terus dihadirkan EA, termasuk berbagai detail tambahan tentang gameplay atau fitur yang ada di dalam game yang belum masuk di video penjelasan kali ini. Anda bisa mengikutinya di sini.

By the way, cara pengambilan data gerakan pemain yang dilakukan untuk FIFA 22 sama dengan eFootball (dulu bernama PES). Sama-sama menggunakan alat bantu pengambilan dalam bentuk pakaian yang digunakan langsung oleh pemain, bedanya, FIFA 22 menggunakan cara 11 vs 11 sedangkan eFootball mendata dari pemain bintang tertentu.

Dalam video wawancara di atas, ada juga bahasan singkat tentang bagaimana cara FIFA 22 mengambil gerakan bintang yang tentunya beda dengan pemain profesional kebanyakan, namun tidak ditampilkan secara detail apakah EA juga mengambil secara khusus gerakan-gerakan bintang tertentu ini sendirian atau gabung dalam permainan 11 vs 11.

Jumlah Pemain FIFA 21 Capai 25 Juta Orang, Kreator PUBG Jual Saham untuk Karyawan

Minggu lalu, sejumlah perusahaan game mengumumkan laporan keuangan terbaru mereka. Salah satunya adalah EA. Ketika itu, EA juga mengungkap bahwa jumlah pemain FIFA 21 telah mencapai 25 juta orang. Sementara itu, Hiro Capital memimpin ronde investasi untuk Twin Suns dan FRVR.

Jumlah Pemain FIFA 21 Capai 25 Juta Orang

Dalam laporan keuangan terbarunya, Electronic Arts juga menyebutkan bahwa jumlah pemain FIFA 21 kini telah mencapai 25 juta orang. Game sepak bola itu diluncurkan pada Oktober 2020 untuk Nintendo Switch, PlayStation 4, Xbox One, dan PC. Sementara versi PlayStation 5 dan Xbox Series X/S diluncurkan pada Desember 2020. FIFA adalah salah satu franchise paling penting untuk EA. Setiap tahun, EA merilis game baru dari FIFA. Dengan begitu, mereka bisa mengetahui penjualan dari game FIFA dari tahun ke tahun, lapor VentureBeat.

Gameloft, Lamborghini, dan ESL Italy Bekerja Sama Adakan Kompetisi Mobile Racing Game

Gameloft bekerja sama dengan perusahaan pembuat mobil Lamborghini dan penyelenggara turnamen ESL Italy untuk mengadakan Lamborghini Essenza SCV12 Challenge. Kompetisi tersebut akan mengadu para peserta dalam mobile game racing, Asphalt 9: Legends. Event yang dimulai pada 13 Mei 2021 itu memiliki 3 babak kualifikasi, menurut laporan Esports Insider. Kali ini adalah pertama kalinya Lamborghini masuk ke ranah mobile esports. Namun, mereka telah menjajaki dunia esports dengan mengadakan balapan virtual, The Real Race, bersama Assetto Corsa Competizione.

Lamborghini kerja sama dengan Gameloft dan ESL Italy untuk adakan kompetisi Asphalt 9: Legendary.

Karyawan Krafton Bisa Beli Saham Perusahaan

Chairman Krafton Inc., Byung Gyu Chang baru saja mengungkap program baru perusahaan, yaitu Employee Stock Ownership Program. Sesuai namanya, program ini memungkinkan pekerja Krafton untuk membeli saham perusahaan. Namun, program ini hanya bisa diikuti oleh pekerja Krafton di Korea Selatan. Kabar bariknya, tim global Krafton bisa mendapatkan saham perusahaan yang dimiliki oleh Byung Gyu Chang. Total nilai saham yang bisa dibeli oleh pekerja Krafton mencapai US$89 juta. Selain itu, Krafton juga mengumumkan, mereka berencana untuk mempekerjakan 700 karyawan baru dalam 1 tahun ke depan, lapor The Esports Observer.

Hiro Capital Pimpin Ronde Investasi untuk Twin Suns dan FRVR

Twin Suns dan FRVR baru saja mendapatkan kucuran dana investasi. Ronde investasi untuk kedua perusahaan game tersebut dipimpin oleh Hiro Capital. FRVR, perusahaan asal Portugis yang membuat platform untuk game instan, mendapatkan investasi sebesar US$2,6 juta. Sementata Twin Suns, studio game asal Seattle, Amerika Serikat, mendapatkan US$3,9 juta.

Hiro Capital pimpin ronde pendanaan untuk Twin Suns dan FRVR. | Sumber: Game Informer

Twin Suns merupakan studio game baru yang didirikan oleh sejumlah veteran dunia game, seperti Tim Longo, Forest Swartout Large, dan Jeff Morris. Longo pernah ikut serta dalam pembuatan game-game ternama seperti Star Wars: Republic Commando, Halo, dan Tomb Raider, menurut laporan VentureBeat. Sementara Swartout large pernah menjadi bagian dari tim pembuat Hitman dan Tomb Raider. Dan Morris pernah membuat Gears of War serta Unreal Tournament.

Turnamen FIFA eWorld Cup 2021 Akhirnya Diumumkan

Turnamen esport paling bergengsi untuk FIFA akhirnya kembali diadakan setelah tahun kemarin sempat absen karena pandemi. Kompetisi ini merupakan puncak dari EA Sports’ FIFA 21 Global Series.

Dilansir dari FIFA, FIFA eWorld Cup 2021 nantinya akan diadakan pada 6-9 Agustus 2021 mendatang di London, Inggris dan diikuti oleh 32 pemain FIFA terbaik dari seluruh dunia yang akan bertanding untuk memperebutkan hadiah total sebesar $500.000 atau sekitar Rp7,1 miliar.

Ke-32 pemain ini akan dibagi ke dalam 4 grup yang masing-masing akan berisi 8 pemain untuk masuk ke babak kualifikasi. Dari sini para pemain di setiap grup akan memperebutkan posisi 4 besar di klasemen grupnya masing-masing.

Image credit: EA

Setelahnya, 16 pemain yang berhasil melewati babak kualifikasi akan memasuki babak play-off yang akan menggunakan sistem eliminasi tunggal.

Yang unik, meskipun para peserta menyelesaikan musim kualifikasinya di konsol yang berbeda-beda, namun pada turnamen utama FIFA eWorld Cup tahun ini para pemain akan menggunakan sistem cross-console yang akan menguji para pemain untuk bermain di kedua konsol, yaitu di PlayStation (1x) dan Xbox (1x).

Sistem 2-legged ini nantinya akan menentukan pemenang pertandingannya lewat agregat dari kedua permainan di dua konsol tadi lewat bracket eliminasi tunggal.

Image credit: Getty Images

Juara pertama dari turnamen FIFA eWorld Cup 2021 ini akan mendapatkan hadiah sebesar US$250.000 atau sekitar Rp3,5 miliar, yang berarti separuh dari total hadiah utama dari turnamen bergengsi ini.

Sekarang para pemain di seluruh dunia tengah bersiap untuk mengikuti babak kualifikasi yang diadakan lewat EA Sports’ FIFA 21 Global Series Play-off di masing-masing region.

Sedangkan FIFA sendiri dilaporkan kini tengah terus memonitor situasi pandemi dunia terutama di London yang akan menjadi tempat pelaksanaan turnamen utama beberapa bulan lagi.

Buat yang masih belum familiar dengan skena esports FIFA, FIFA eWorld Cup berbeda dengan FIFA eNation. Peserta FIFA eWorld Cup adalah individu ataupun dari tim/klub esports. Sedangkan peserta FIFA eNation adalah perwakilan negara. Menariknya, Indonesia sudah dipastikan akan mengirimkan perwakilan untuk acara utama FIFA eNation berkat prestasi timnas kita di kualifikasi tingkat Asia yang meraih posisi runner-up.

Indonesia Jadi Runner Up di FIFA eNations Online Qualifiers, Jepang Buka Esports Gym Pertama

Minggu lalu, muncul kabar baik untuk fans esports di Tanah Air. Perwakilan Indonesia yang berlaga di FIFA eNations Online Qualifiers berhasil meraih gelar runner up. Sementara di tingkat internasional, juga ada beberapa kabar menarik. Salah satunya, Intel dan ESL yang memutuskan untuk memperbarui kontrak kerja sama mereka pada tahun depan.

Jadi Runner Up di FIFA eNations Online Qualifiers, Indonesia Melaju ke FIFA eNations Cup 2021

Indonesia berhasil meraih gelar runner up dalam FIFA eNations Online Qualifiers 2021 Zona Asia dan Oceania. Dengan begitu, tim perwakilan Indonesia tetap mendapatkan tiket untuk berlaga di FIFA eNations Cup 2021 yang bakal diadakan pada 20-22 Agustus 2021 di Kopenhagen, Denmark.

Moehamad Zulisar dan Fahmi Husaeni sebagai perwakilan Indonesia. | Sumber: Antara

Dalam babak kualifikasi, Indonesia diwakili oleh Moehama Zulisar yang bertanding di PlayStation dan Fahmi Husaeni yang menggunakan Xbox. Keduanya berlaga di babak kualifikasi FIFA eNations Cup secara online di Hotel Ibis Slipi. Pada babak final, kedua perwakilan Indonesia harus bertanding melawan perwakilan Jepang. Moehamad Zulisar kalah dengan skor 1-2 sementara Fahmi Husaeni 1-3, menurut laporan Antara.

T1 Kerja Sama dengan Platform Data Gaming, OP.GG

Minggu lalu, organisasi esports asal Korea Selatan, T1 Entertainment & Sports, mengumumkan bahwa mereka telah menjalin kerja sama dengan platform data gaming, OP.GG. Sayangnya, mereka tidak mengungkap nilai dari kerja sama ini. Satu hal yang pasti, melalui kolaborasi ini, T1 dan OP.GG akan saling berbagi data dan informasi, memberikan dukungan teknis, serta membuat rencana karir yang optimal bagi para pemain setelah mereka pensiun, menurut laporan The Esports Observer. Selain data, OP.GG juga menyajikan berita pada gamers di Korea Selatan terkait League of Legends, Overwatch, dan PUBG. Mereka juga punya tim PUBG, yang bernama OP.GG Sports.

Jepang Buka Gym untuk Esports Pertama di Tokyo

Jepang membuka gym esports pertama di Tokyo. Gym yang dinamai “Esports Gym” itu akan dibuka pada 19 Mei 2021. Selain PC gaming, gym itu juga akan dilengkapi dengan lounge. Di gym tersebut, para pengunjung akan bisa memainkan beberapa game esports terpopuler di Jepang, termasuk Valorant dan League of Legends. Selain itu, para gamers bisa menyewa jasa pelatih profesional.

Esports Gym juga menawarkan jasa pelatih profesional. | Sumber: Nippon

Para gamers bisa membayar sekitar US$13 untuk menggunakan PC di Esports Gym selama 3 jam. Sama seperti gym lain, di gym esports ini, pemain juga bisa mendaftarkan diri sebagai anggota. Biaya bulanan untuk menjadi anggota di Esports Gym dihargai mulai dari US$50. Dengan menjadi anggota gym, para gamers berhak untuk menggunakan PC yang ada di sana setiap hari. Esports Gym juga menawarkan jasa pelatihan pada para gamers dengan harga US$25 per jam, lapor Insider.

ESL dan Intel Perbarui Kerja Sama, Bakal Investasikan US$100 Juta di Esports

ESL Gaming akan memperbarui kerja samanya dengan Intel pada 2022. Dengan ini, ESL dan Intel akan menyiapkan US$100 juta untuk diinvestasikan ke esports. Investasi tersebut diharapkan akan bisa menciptakan produk baru yang inovatif, baik untuk pemain maupun fans esports. Selain itu, semua turnamen Counter-Strike: Global Offensive yang tidak menjadi bagian dari ESL Pro Tour akan menggunakan nama Intel Extreme Master. Salah satunya adalah ESL One Cologne, yang namanya akan diubah menjadi Intel Extreme Masters Cologne, seperti yang disebutkan oleh Esports Insider.

Tumi Luncurkan Koleksi Tas dan Pakaian untuk Atlet Esports

Minggu lalu, Tumi meluncurkan koleksi tas dan aksesori untuk pemain esports profesional. Untuk membuat produk-produk tersebut, Tumi berkonsultasi dengan para developer game dan atlet esports. Harapannya, mereka dapat memberikan produk yang sesuai dengan kebutuhan para pemain profesional, lapor Asia Tatler.

Tumi meluncurkan koleksi tas dan aksesori untuk pemain esports. | Sumber; Tatler

Pada tahun lalu, Tumi juga telah menjajaki ranah esports dengan bekerja sama dengan One Esports, perusahaan data dan analitik esports. Tumi bukan merek fashion pertama yang tertarik untuk memasuki dunia competitive gaming. Sebelum ini, Louis Vuitton juga berkolaborasi dengan Riot Games. Mereka membuat travel case untuk trofi League of Legends World Championship dan meluncurkan koleksi pakaian bertema League of Legends.

EVOS Esports Juara Free Fire Indonesia Masters 2021 Spring, EA Bakal Adakan FIFA Face-Off

Pada Minggu, 21 Maret 2021, EVOS berhasil menjadi juara dari Free Fire Indonesia Masters 2021 Spring. Dengan ini, mereka akan maju ke Free Fire World Series 2021. Sementara itu, pada minggu lalu, EA mengumumkan bahwa mereka akan menggelar turnamen FIFA di kalangan selebritas, influencers, dan pemain profesional.

EVOS Menang Free Fire Indonesia Masters 2021 Spring

EVOS Esport keluar sebagai juara Free Fire Indonesia Masters (FFIM) 2021 Spring. Sejak awal, EVOS memang sudah diduga akan dapat mempertahankan gelar mereka dan kembali memenangkan FFIM. Namun, mereka sempat kesulitan menghadapi tim-tim baru yang tangguh di Free Fire Master League (FFML) Season 3. Dengan menjadi juara FFIM 2021 Springs, EVOS Esports akan menjadi perwakilan Indonesia di Free Fire World Series 2021. Selain EVOS, First Raiders juga akan bertanding di turnamen yang diadakan di Singapura itu.

EVOS juara FFIM
EVOS juara Free Fire Indonesia Masters (FFIM). | Sumber: Garena

Sementara itu, gelar Predator — pemain yang dapat mengumpulkan kill points terbanyak selama Grand Finals FFIM 2021 Spring — jatuh pada SRN DVITOOO dari Siren Esports, yang berhasil meraih posisi 2nd Runner Up. Sebelum berlaga di FFIM 2021 Spring, SRN DVITOOO merupakan pemain dari tim di Divisi 2.

ESL Pro League Buat Dewan Pemain

ESL Pro League mengumumkan pembentukan EPL Player Council. Sesuai namanya, dewan ini berisi para pemain esports dari 12 tim yang menjadi rekan ESL. Pertemuan pertama dari anggota Player Council telah diadakan dan dihadiri oleh semua peserta. Sepanjang 2021, akan ada empat pertemuan lain yang bakal diselenggarakan, lapor Esports Insider. Masa berlaku anggota Player Council adalah dua tahun. Selama menjadi anggota Player Council, diharapkan para pemain akan bisa mengerti akan standar dan ekspektasi yang harus merkea penuhi. Player Council dibuat dengan tujuan untuk membuat para pemain lebih paham akan sisi bisnis dari industri esports.

Organisasi Esports Brasil Dominasi Obrolan di Twitter

Lima dari 10 organisasi esports yang paling banyak dibicarakan di Twitter merupakan organisasi esports asal Brasil, menurut Head of Gaming Content Partnerships, Rishi Chadha. Posisi pertama diduduki oleh LOUD. Salah satu alasan mengapa tim itu menjadi bahan pembicaraan adalah karena mereka merekrut tim baru untuk berlaga di Liga Brasil League of Legends (CBOL). Sebelum ini, LOUD hanya punya tim Free Fire dan Fortnite. Sementara posisi kedua diisi oleh G2 Esports dari Eropa, diikuti oleh paiN Gaming dari Brasil dan FaZe Clan dari Amerika Serikat.

10 tim esports yang paling sering dibicarakan di Twitter.
10 tim esports yang paling sering dibicarakan di Twitter.

Memang, dari 10 organisasi esports di atas, FaZe Clan dan Team Liquid bukan organisasi yang berasal dari Brasil. Namun, keduanya punya tim di negara tersebut. Faktanya, Tim Free Fire dari Team Liquid di Brasil bahkan berhasil memenangkan Continental Series pada 2020, seperti yang disebutkan oleh The Esports Observer.

Diesel, Merek Parful dari L’Oréal, Lanjutkan Kerja Sama dengan Vodafone Giants

Diesel, merek parfum milik L’Oréal, mengumumkan bahwa mereka akan meneruskan kerja sama mereka dengan organisasi esports asal Spanyol, Vodafone Giants. Diesel dan Vodafone Giants telah bekerja sama sejak 2016. Hanya saja, nilai kerja sama antara keduanya tidak diumumkan, lapor The Esporst Observer. Melalui kerja sama ini, parfum Only The Brave dari Diesel akan dipromosikan oleh Vodafone Giants melalui jaringan media sosial mereka.

EA Sports Bakal Adakan FIFA Face-Off, Adu Selebritas dengan Pemain Pro FIFA

Electronic Arts mengumumkan, mereka akan mengadakan FIFA Face-Off, game show yang akan mengadu para influencers dan selebritas dengan pemain FIFA profesional. Game show yang terdiri dari dua episode ini akan disiarkan secara langsung pada 19 dan 26 Maret 2021. Beberapa selebritas yang ikut dalam acara ini antara lain Jason Sudeikis, Brendan Hunt, Trevor Noah, Becky G, dan Nicky Jam. Sementara itu, Edwin “Castro 1021” Castro akan menjadi host dari acara tersebut, menurut laporan Esports Insider.

EA bakal adakan FIFA Face-Off.
EA bakal adakan FIFA Face-Off.

GameSquare Esports Akuisisi Reciprocity

GameSquare Esports, perusahaan induk dari Code Red Esports, mengungkap bahwa mereka telah menyelesaikan proses akuisisi dari organisasi esports asal Kanada, Reciprocity. Untuk membeli keseluruhan saham yang dikeluarkan oleh Reciprocity, GameSquare mengeluarkan CA$14,44 juta (sekitar Rp166,6 miliar). Dengan akuisisi ini, Reciprocity akan menjadi bagian dari GameSquare. Reciprocity punya Gaming Community Network (GCN), media agency yang menjembatani para perusahaan sponsor dengan pelaku dunia esports.

Di Balik Rencana Besar EA Suguhkan Konten ke Pasar Mainstream

Pada 2020, jumlah penonton esports diperkirakan hampir mencapai 500 juta orang. Memang, dalam beberapa tahun belakangan, industri esports telah berkembang pesat. Tidak jarang, esports dibandingkan dengan olahraga tradisional, seperti sepak bola atau basket. Hanya saja, ada satu perbedaan besar antara esports dan olahraga konvensional. Anda harus mengerti game yang diadu untuk bisa menikmati konten esports.

Misalnya, League of Legends. Game MOBA buatan Riot Games itu merupakan salah satu game esports paling populer di dunia. Meskipun begitu, tidak semua orang mengerti game tersebut. Di Indonesia, League of Legends bahkan kalah populer dari Dota 2. Jika konten esports hanya bisa dinikmati oleh pemain game-nya yang diadu, hal itu berarti, potensi pasar fans esports akan terbatas pada jumlah keseluruhan pemainnya.

Menyadari hal ini, Electronic Arts ingin membuat esports menjadi lebih mainstream.

EA Ingin Esports Bisa Ditonton Semua Orang

“Visi kami adalah untuk membuat esports menjadi hiburan yang mainstream,” kata Todd Sitrin, ‎Senior Vice President and General Manager, Competitive Gaming Division, EA, seperti dikutip dari Protocol. Lebih lanjut dia menjelaskan definisi “mainstream“, yaitu ketika konten esports bisa dinikmati oleh semua orang, termasuk orang-orang yang tidak memainkan game esports. Dia membandingkan konten esports dengan reality show, The Great British Bake-Off. “Saya tidak suka memasak, tapi saya menonton The Great British Bake-Off karena acara itu memang seru,” ujarnya.

ea esports mainstream
EA punya game-game berdasar pada olahraga konvensional.

Visi EA untuk membuat konten esports bisa ditonton non-gamer sejalan dengan portofolio game yang mereka miliki. Selama ini, EA telah meluncurkan berbagai franchise game yang didasarkan pada olahraga konvensional, seperti FIFA untuk sepak bola atau Madden untuk american football. Selain itu, EA juga menyelenggarakan berbagai kompetisi esports dari game-game mereka, seperti FIFA Global Series.

Sitrin menjelaskan, target penonton utama mereka untuk kompetisi esports FIFA adalah para core gamer dari game sepak bola tersebut. Target audiens mereka berikutnya adalah para pemain game FIFA, yang mencapai 100 juta orang. Setelah itu, EA lalu akan menargetkan para fans sepak bola. Sitrin merasa, fans sepak bola adalah penonton potensial untuk konten esports FIFA. Jika dibandingkan dengan jumlah fans esports, jumlah penggemar sepak bola jauh lebih banyak, mencapai 4 miliar orang.

“Selama 20 tahun terakhir, konten esports disajikan dengan cara yang sama,” kaat Sitrin. “Dua orang akan menjadi komentator. Salah satunya akan memberikan penjelasan tentang apa yang sedang terjadi, sementara seorang lainnya akan memberikan analisanya.” EA merasa, cara penyajian konten seperti ini sama seperti model presentasi dari kompetisi olahraga tradisional. Dan mereka menganggap, sudah waktunya model ini berubah.

 

Konten Esports yang EA Buat

Salah satu contoh kompetisi esports dari EA adalah FIFA eWorld Cup. Sama seperti kebanyakan kompetisi esports lainnya, FIFA eWorld Cup fokus untuk mengadu para gamer profesional terbaik dunia. Namun, ke depan, EA juga ingin menonjolkan elemen hiburan dari konten esports. Tujuannya agar semua orang bisa menikmati konten esports,

Salah satu contoh konten esports buatan EA yang fokus pada elemen hiburan dan bukannya kompetisi adalah Derwin James vs. The World. Seri tersebut menampilkan pertandingan antara Derwin James, pemain liga american football NFL dengan berbagai selebriti di game Madden. Konten seperti ini bisa menarik para non-gamer yang merupakan fans Derwin James atau selebriti yang diundang. Salah satu harapan EA membuat konten yang fokus pada elemen hiburan adalah untuk mendapatkan pemasukan via sponsorship atau menjual hak siar dari konten mereka. Pada saat yang sama, mereka juga ingin menarik para penonton untuk memainkan game mereka.

ea esports mainstream
Derwin James vs. The World mengadu pemain profesional NFL melawan para selebritas.

“Kami mengakuisisi penonton baru melalui konten yang fokus pada sisi hiburan,” ujar Sitrin. “Misalnya, seseorang menjadi tertarik menonton karena dia adalah fan dari selebriti yang kami undang. Kemudian, kami akan menunjukkan pada para penonton bahwa para atlet profesional pun ikut terjun di esports. Rencana kami adalah untuk membuat orang-orang yang awalnya tidak tertarik menonton menjadi penonton, lalu kami akan membuat para penonton menjadi seorang penggemar.”

Selain Derwin James vs. The World, EA juga membuat reality show dari The Sims. Dalam reality show berjudul The Spark’d itu, ada 12 peserta yang bertanding untuk menyelesaikan berbagai tantangan desain dalam The Sims. Hadiah yang ditawarkan dalam The Spark’d mencapai US$100 ribu.

“The Spark’d adalah contoh sempurna dari strategi kami untuk menampilkan konten esports yang menonjolkan aspek hiburan,” jelaa Sitrin. Dia membanggakan, The Spark’d lebih inklusif dari kebanyakan kompetisi esports. “Hampir 90% dari peserta The Spark’d adalah perempuan. Jumlah peserta perempuan di sini jauh lebih banyak dari kompetisi-kompetisi esports lain.”

ea esports mainstream
The Spark’d adalah salah satu contoh konten esports EA yang fokus pada hiburan.

Keputusan EA untuk mengakuisisi Codemasters juga sejalan dengan strategi esports mereka. Selama ini, Codemasters dikenal sebagai developer dari berbagai franchise game balapan, mulai dari DiRT, GRID, sampai F1. Mengingat proses akuisisi Codemasters oleh EA telah selesai, di masa depan, EA akan bisa mengadakan kompetisi esports balapan berdasarkan game balapan buatan Codemasters. Kabar baiknya, ekosistem esports balapan tumbuh pesat pada tahun lalu dan diperkirakan masih akan berkembang pada tahun ini.

Secara teori, rencana EA untuk membuat esports bisa ditonton lebih banyak orang memang bagus. Namun, pekerjaan rumah mereka masih banyak. Pasalnya, jumlah penonton dari kompetisi esports yang mereka adakan masih relatif sedikit.

FIFA 21 Challenge — yang memasangkan pesepak bola terbaik dunia dengan pemain esports FIFA profesional — merupakan kompetisi esports EA terpopuler sepanjang sejarah. Jumlah Average Minute Audience (AMA) dari kompetisi itu mencapai 254 ribu orang. Hanya saja, angka itu tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan jumlah penonton babak final dari League of Legends World Championship Final, yang mencapai 23 juta orang.