[Review] Samsung Galaxy M62, Smartphone dengan Prosesor Mantan Flagship dan Baterai Jumbo

Seri M dari Samsung sejatinya adalah seri untuk pasar menengah ke bawah, beberapa perangkatnya menjadi pintu masuk sebelum ke ekosistem Samsung seri lainnya. Tapi pada perkembangannya, banyak perangkat Samsung seri A dan seri M yang saling overlapping. Bahkan kini, Seri M menggunakan prosesor seri Note.

Adalah Galaxy M62 yang mencuri perhatian saya ketika diperkenalkan dengan menggunakan prosesor seri Note 10 yaitu Exynos 9825. Ini bukan prosesor terkini memang dan hitungannya termasuk jadul. Tetapi menjadi menarik ketika perangkat seri M menggunakan prosesor yang pernah digunakan seri Note 10.

Secara fisik dan beberapa spesifikasi lainnya, M62 sebenarnya mirip dengan M51 yang sudah dirilis duluan. Perbedaan mencolok hanya dari prosesor saja. Bisa jadi, ketertarikan saya pada Galaxy M62 dikarenakan saya adalah pengguna Galaxy Note 10 Plus, yang merasa bahwa perangkat ini sangat powerfull (pada waktunya) dan bahkan masih bisa diandalkan sampai sekarang, baik untuk kerja, editing (video dan audio), dan hiburan (main game).

Untuk membahas lebih lanjut, mari kita selami pengalaman penggunaan saya atas Galaxy M62.

Desain dan hal-hal terkait

Dari sisi perangkat, ada yang menyamakan M62 ini dengan seri M lain dari Samsung yang telah dirilis duluan yaitu M51. Kesamaan posisi sebagai perangkat baterai jumbo adalah salah satu yang memang mau tidak mau akan menarik kita ke Galaxy M51 jika membicarakan Galaxy M62.

Namun kalau dari sisi desain sebenarnya bisa dibedakan dengan cukup kentara. Misalnya saja dari layout kamera serta eksekusi tampilan belakang yang memberikan perbedaan atau bisa disebut juga penyegaran.

Untuk sisi desain lain memang M62 ya begitu saja, namanya juga perangkat seri M plus fokus utamanya bukan dari sisi penampilan. Meski body-nya yang cukup bongsor (tebal) karena membawa baterai 7000 mAh, tampilan belakang perangkat ini coba dihadirkan lumayan keren dengan efek gradasi warna. Setidaknya itu yang saya dapatkan dari varian yang saya coba.

Untuk layout button dan kelengkapan lain sendiri, M62 menghadirkan semua tombol di sebelah kanan, bagian kiri ada SIM tray, bagian bawah terdapat colokan jack audio dan colokan charger usb type-c dan tentu saja speaker.

Salah satu yang menarik di perangkat ini, button power berfungsi juga sebagai fingerprint jadi letaknya bukan lagi di layar tetapi di bagian kanan ponsel. Samsung menjelaskan bahwa layout fingerprint dan power button ini adalah untuk kenyamanan penggunanya.

Pengalaman menggunakan fingerprint di bagian pinggir ini memang cukup nyaman tetapi, karena jari saya sering berkeringat jadinya fitur ini jarang digunakan karena tidak bisa membaca sidik jari dengan presisi karena agak basah.

Untuk bagian belakang ponsel ada 4 kamera dengan layout kotak serta lampu flash. Dan bagian depan ada kamera depan dengan layout punch hole alias kamera depan letaknya di bagian atas tengah. Ini juga mirip dengan layout Note 10 Plus.

Spesifikasi kamera sendiri adalah macro camera 5MP, ultra wide camera 12MP, depth camera 5MP dan kamera utama 64MP. Untuk kamera depan 32MP. Namun terus terang saya sendiri tertarik dengan smartphone ini bukan karena spesifikasi kameranya, tetapi karena prosesor, baterai dan display atau layarnya.

Selanjutnya untuk tampilan display, M62 hadir dengan lebar akses layar 6.7 inci lalu resolusi 1080 x 2400 (FHD+) dengan teknologi Super Amoled Plus dan kedalaman warna 16M. Dengan layar seperti ini menggunakan perangkat M62 cukup nyaman, meski tanpa pelindung Corning Gorilla Glass, namun pengalaman menyentuh dan menjelajah aplikasi/web dengan layar ini terasa nyaman. Hanya saja memang harus hati-hati karena perlindungan bawahan dari perangkat ini cukup kurang.

Dari sisi desain memang tidak banyak yang bisa dibahas, yah namanya juga perangkat kelas menengah. Meski desain kadang jadi alat jualan tetapi perangkat kelas ini biasanya memang lebih fokus pada penggunaan alias fungsi, alih-alih estetis. Oleh karena itu mari kita masuk ke pembahasan selanjutnya, yaitu tentang pengalaman penggunaan.

Pengalaman penggunaan, termasuk gaming

Kalau mau memulai bahasan tentang pengalaman penggunaan perangkat Galaxy M62 saya akan memilihnya dari pengalaman pemakaian yang berhubungan dengan display. Sebagai perangkat kelas menengah, display dari M62 memang mencuri perhatian sejak pertama kali menggunakannya, baik untuk menjelajah konten di media sosial, menikmati hiburan lewat Youtube atau menjelajah Instagram yang katanya sudah bukan lagi aplikasi berbagi foto.

Menggunakannya untuk produktivitas seperti menjelajah web untuk mendapatkan informasi atau berganti-ganti aplikasi juga nyaman di layar M62. Pengalaman sentuhnya terasa ‘empuk’ meski layar ini tidak dilindungi pelindung kaca. Untuk kecerahan dan warna juga cukup menyenangkan mengingat segmen dari perangkat ini yang memang jauh dari flagship bahkan dari sisi penamaan seri masih di bawah seri A.

Salah satu kekurangan yang sebenarnya bisa dimaklumi yaitu adalah fitur terkait refresh rate. M62 masih membawa refresh rate 60Hz saja. Jika perangkat ini menghadirkan refresh rate sampai dengan 90Hz, menurut saya ini akan bisa jadi perangkat yang patut direkomendasikan. Bayangkan saja baterai jumbo, prosesor mantan flagship dan layar yang menyenangkan untuk digunakan. Tapi tentu saja Samsung punya pertimbahan lain dengan hanya menghadirkan refresh rate yang 60Hz di perangkat M62, bisa jadi harga, bisa jadi agar tidak overlapping dengan perangkat lain.

 

Berbicara tentang baterai. Salah satu daya jual Galaxy M62 ini memang baterai jumbo yaitu 7000mAh. Angka spesifikasi ini yang menyebabkan M62 jadi disejajarkan dengan Galaxy M51 yang memiliki angka kemampuan baterai yang sama. Dengan kemampuan baterai seperti ini tentu saja penggunaan M62 jadi bertahan lama dan menjadikannya layak untuk perangkat hiburan alias menemani kemageran Anda dengan menonton tayangan Netflix atau Youtube.

Perpaduan baterai besar dan display yang menyenangkan di M62 cukup menarik. Meski bisa jadi Anda harus menyiapkan smartphone holder karena perangkat ini cukup berat untuk dipegang terus-menerus jika menonton konten.

Kini kita akan masuk ke pembahasan bermain game dengan menggunakan perangkat Galaxy M62.

Seperti halnya hiburan, pengalaman tampilan layar untuk bermain game di perangkat ini cukup menyenangkan, dukungan prosesor serta memory yang cukup lewat 8GB/256GB juga memberikan dukungan atas pengalaman bermain game yang mulus. Saya mencoba 3 game di perangkat ini, ketiganya FPS dan merupakan game FPS favorit saya. CODM Mobile, Super Mecha Champions (SMC) dan satu lagi adalah game FPS candaan tapi serius Sausage Man.

 

Semua game yang saya coba ini bisa dilibas dengan pengaturan mentok kanan. Pengalaman bermainnya juga tanpa masalah dari sisi performa. Display FHD+ menjadikan nyaman dalam melihat permainan. Dari sisi baterai juga rasanya tidak ada panas yang terlalu berlebihan yang saya rasakan ketika bermain.

Satu kekurangan saat bermain game (juga saat menikmati konten alias penggunaan untuk hiburan) adalah dari sisi suara atau speaker. Galaxy M62 cukup lemah di departemen speaker. Sebenarnya kalau dari sisi suara tidak jelek juga namun karena hanya menyediakan 1 speaker saja tidak stereo maka pengalaman bermain game jadi kurang maksimal. Kadang juga speaker tertutup ketika bermain game FPS. Apalagi dengan ketebalan dari perangkat yang menjadikan genggaman agak sedikit harus lebih solid yang menyebabkan speaker tertutup.

Untuk mengatasi ini salah satu caranya adalah menggunakan earphone eksternal, kabel pun bisa karena M62 menyediakan jack audio. Sayangnya di paket penjualan tidak disertakan earphone bawaan jadi harus membeli tambahan earphone.

Selain baterai, prosesor dan display salah satu spesifikasi yang menurut saya jadi andalan M62 adalah RAM dan ROM yang dihadirkan sudah cukup memberikan ketenangan saat menggunakan yaitu 8GB/256GB. Cukup aman untuk mengunduh aplikasi banyak termasuk berbagai game yang sedang ramai dimainkan dewasa ini.

Pengalaman kamera

Terus terang, saat mencoba perangkat ini saya tidak banyak melakukan test dari sisi kamera. Alasan utamanya adalah, menurut saya perangkat ini bukanlah perangkat untuk fotografi tetapi lebih ke ranah hiburan, produktivitas dan bisa pula untuk gaming.

Dari sisi baterai yang jumbo, layar yang baik, prosesor yang bisa diandalkan M62 cocok untuk produktivitas karena bisa tahan lama, hiburan dengan layar Super Amoled Plus dan untuk gaming dengan dukungan prosesor mantan flagship.

Meski demikian, sisi kamera juga tetap bisa diandalkan, setidaknya untuk kelasnya. Dari sisi spesifikasi ada 4 kamera tapi yang paling utama bisa dibilang dua yaitu kamera utama yang sampai 64MP dan kamera depan 32MP.

Ultra wide yang ada juga cukup untuk kelasnya dengan 12MP. Sedangkan kamera lain seperti macro dan depth adalah pelengkap, masing-masing 5MP.

Uji kamera yang saya lakukan juga tidak terlalu lengkap, hanya mencoba beberapa skenario yang sekiranya biasa dilakukan saat kondisi sedang di rumah saja karena pandemi. Misalnya memfoto tanaman, mainan dan mencoba untuk mode ultra wide.

 

Hasil uji dengan aplikasi

Untuk beberapa hasil uji dengan aplikasi bisa dilihat di-slide berikut ini.

Untuk spesifikasi lengkap dan hasil uji bisa dilihat di beberapa tampilan di bawah ini.

Kesimpulan

Bisa jadi ini masalah preferensi tetapi kalau saya harus memilih perangkat Galaxy M62 dari perangkat di segmennya, maka saya memilihnya karena M62 hadir dengan prosesor yang sama dengan Note 10 +. Tentu saja akan ada perbedaan dari sisi pengalaman penggunaan karena Note adalah seri teratas Samsung sedangkan M adalah seri menengah – bawah. Selain itu prosesor ini memang bukan prosesor paling anyar atau bisa dibilang jadul.

Tetapi untuk seri M menurut saya ini cukup memberikan pilihan yang menarik, prosesor Exynos 9825 lalu RAM dan ROM yang besar 8GB/256GB serta display yang sudah Super Amoled adalah beberapa keunggulan yang ingin ditawarkan perangkat ini, selain tentu saja baterai yang besar yaitu 7000 mAh.

Samsung Galaxy M62 dijual dengan harga 5.999.000 rupiah.

Sparks

  • Prosesor handal
  • Display ciamik
  • Baterai 7000 mAh
  • Ruang penyimpanan cukup besar

Slacks

  • Speaker hanya satu sisi
  • Ketebalan ponsel cukup terlihat
  • Desain biasa saja

Trailer Pertama FIFA 22 Resmi Dirilis EA

Siklus seri game FIFA telah dimulai secara resmi sejak cover game dirilis oleh EA beberapa waktu lalu. Siklus ini menandai persiapan hadirnya seri terbaru yaitu FIFA 22.

Seperti yang sudah dijanjikan, EA kemarin waktu setempat telah merilis secara resmi reveal trailer dari FIFA 22. Tentu saja Mbappe mendapatkan porsi di trailer ini karena ia memang terpilih lagi untuk mengisi cover game FIFA 22. Tetapi ada beberapa pemain lain yang tampil di trailer ini termasuk ‘Sonaldo’ alias Heung Min Son dengan gaya khas selebrasi ketika menjebol gawang lawan.

Tentu saja yang paling menarik untuk dicermati adalah Hypermotion Technology, fitur yang jadi andalan utama EA untuk membawa penyegaran pada FIFA 22. Meski tidak ada detail yang bisa kita lihat namun dari trailer bisa diprediksi beberapa hal.

Saya sendiri melihatnya teknologi ini lebih ke cara EA merekam gerak-gerik dari pemain untuk diimplementasikan ke dalam game. Salah satunya diperlihatkan dari pakaian yang dikenakan pemain dan bola khusus yang digunakan untuk merekam gerakan pemain. Tujuannya kemungkinan untuk mendapatkan kondisi yang lebih real nantinya di dalam game.

Tapi, dikutip dari Dexerto, ada kemungkinan penggunaan teknologi yang terbaru ini lebih pada tampilan alias grafis alih-alih new game engine. Trailer juga lebih menampilkan bagaimana game dibuat bukan gameplay yang lebih detail.

Saya sendiri berharap teknologi ini akan memberikan pengalaman yang lebih real dari sisi gerakan pemain dan bisa ‘menirukan’ gerakan asli pemain dengan lebih presisi. Biar lebih terasa lagi pengalaman bermain simulator sepakbola dari seri sebelumnya.

Selain menampilkan cuplikan bagaimana FIFA 22 dibuat lewat trailer resmi, halaman pre-order game ini juga telah bisa diakses termasuk berbagai perbandingan edisi (versi ultimate dan versi standar) serta bonus-bonus apa saja yang bisa didapatkan dengan melakukan pre-order.

Dari halaman pemesanan juga bisa terlihat bahwa FIFA 22 masih memberikan dukungan untuk PS4 (tarif nafas lega). Namun tentu saja versi PS5 akan mendapatkan kelebihan. Dilihat dari keterangan di bawah ini, HyperMotion sudah bisa dipastikan hanya akan dinikmati di PS5.

Powered by Football™, EA SPORTS™ FIFA 22 brings the game even closer to the real thing with a new season of innovation across every mode and groundbreaking next-gen HyperMotion gameplay technology on PlayStation®5 that elevates every moment of the match.

Beberapa bonus yang bisa didapatkan dengan pemesanan FIFA 22 Ultimate Edition dikutip dari situs resmi adalah:

  • Limited Time Offer – FUT Heroes Player item
  • Ones to Watch Player item
  • 4 Days Early Access
  • Dual Entitlement – free PlayStation 5 upgrade
  • 4600 FIFA Points
  • Team of the Week 1 Player item
  • Kylian Mbappé Loan item
  • FUT Ambassador Loan Player Pick
  • Career Mode Homegrown Talent

Informasi lengkap untuk pre-order bisa dilihat di sini. Untuk harga pre-oder sendiri melihat di halaman Playstation, edisi standar PS5 1.009.000 rupiah, edisi ultimate PS4 dan PS5 1.409.000 dan untuk versi standar PS4 849.000 rupiah.

Setelah trailer ini tentu saja akan ada bocoran-bocoran lain dari EA sebelum nanti game ini tersedia secara luas. Masih dikutip dari Dexerto, beberapa update di FIFA 22 antara lain Pro Player career mode, Create-A-Club di  Manager Mode, serta update untuk Pro Clubs.

Nantikan info selanjutnya tentang FIFA 22 di Hybrid.co.id.

DS/innovate Rilis Laporan Singkat Tentang Esports

Dalam perkembangan ekosistem esports yang terus tumbuh, terutama di Indonesia, menjadi menarik untuk melihat dan menganalisa, potensi apa saja yang bisa baik dari sisi model bisnis atau dari sisi pelakunya sendiri.

Ekosistem esports cukup luas, mulai dari publisher game, event organizer, organisasi esports, wasit, broadcast company, brand, media dan masih banyak lagi turunan dari masing-masing elemen.

DS/innovate sebagai sebuah firma riset baru-baru ini merilis laporan singkat terkait esports berjudul Esports Report: Market Overview 2021. Dalam laporan singkat ini ditampilkan berbagai data global, regional dan lokal untuk memberikan perspektif akan ekosistem esports yang kini masih terus berkembang.

Laporan bersifat singkat dan merangkum data dari berbagai sumber, data yang dihadirkan meliputi paparan sejarah singkat perkembangan esports, informasi singkat tentang ekosistem yang ada di esports sampai dengan data tentang pangsa pasar dan tren di esports. Data juga mencakup data global dan regional.

Untuk pasar Indonesia, laporan ini juga mengumpulkan data-data menarik, termasuk game yang paling sering ditonton, pertumbuhan pasar di Indonesia untuk gaming dan esports, platform populer untuk menonton esports sampai dengan data singkat tentang key player untuk esports di Indonesia.

Beberapa data menarik

Dari laporan singkat ini ada beberapa data menarik antara lain tentang layanan populer untuk streaming di Indonesia dan perangkat apa yang populer untuk menonton serta topik terkait item di game.

Tiga layanan untuk streaming yang paling populer di Indonesia menurut data bulan Januari 2021 adalah Youtube, Nimo TV dan Gox. Youtube memang menjadi salah satu channel atau saluran utama pagi penikmat esports di Indonesia dalam menikmati konten, baik itu live streaming turnamen atau konten lain dari para konten kreator termasuk organisasi esports. Popularitas Youtube di ranah game juga terbantu oleh penggunaan platform ini sebagai layanan utama untuk menikmati konten di luar gaming seperti musik, teknologi dan lainnya.

Dua layanan lain, Nimo TV dan Gox sering menjalankan program termasuk kerja sama dengan turnamen esports untuk mengajak audiense menikmati konten live streaming di layanan mereka. Nimo TV juga bekerja sama dengan organisasi esports untuk menghadirkan koten di platform mereka. Sedangkan GOX merupakan pendatang baru yang di awal kehadirannya cukup agresif dalam mengajak penikmat game untuk beraktivitas di platform mereka.

Untuk 3 perangkat smartphone yang paling populer digunakan dalam menonton tayangan terkait esports adalah Samsung, Xiaomi dan OPPO. Tiga perangkat ini merupakan brand yang populer di Indonesia. Samsung dan OPPO juga aktif mendukung kegiatan esports. Sedangkan Xiaomi merupakan perangkat yang cukup populer dengan harga terjangkau tetapi spesifikasi cukup tinggi.

Selain data tentang platform streaming ada pula data tentang item apa yang paling sering dibeli oleh gamers tanah air. Dari data yang tersedia item yang paling sering dibeli antara lain diamond atau currency di game, character items dan characer skin.

Sedangkan alat bayar yang paling pupuler di gunakan adalah Gopay, OVO dan DANA. Tiga layanan bayar ini memang telah menjadi alat pembayaran digital di tanah air, digunakan pula untuk berbagai keperluan seperti membeli makanan atau alat transportasi, integrasi dengan berbagai layanan voucher atau game juga menjadikannya semakin populer untuk membeli item di game.

Esports Report: Market Overview 2021 merupakan laporan singkat terbaru yang dirilis DS/innovate dan bisa Anda dapatkan secara gratis. Dua informasi singkat di atas hanya sebagian kecil dari keseluruhan laporan.

Anda bisa mengunduh Esports Report: Market Overview 2021 lewat tautan ini.
Esports Report: Market Overview 2021.

Tampilan Muka Seri Game FIFA 22 Resmi Diumumkan

Tinggal menghitung hari untuk infomasi detail terkait FIFA 22 akan diungkap ke publik. Pada tanggal 20 Juli dalam rangkaian acara EA Play infomasi lengkap akan lanjutan seri game FIFA alias FIFA 22 akan diungkap. Sambil menunggu tanggal ini EA mulai memberikan update terkait seri game sepakbola selanjutnya ini.

Cover game FIFA22 telah resmi diumumkan dan menghadirkan Kylian Mbappe, pemain klub Paris Saint-Germain asal Prancis, sebagai pemain yang tampil dalam cover terbaru. Ini kali kedua Mbappe tampil dalam cover game FIFA. Sebelumnya. FIFA 21 juga menampilkan Mbappe sebagai pemain yang terpilih untuk jadi ‘muka’ utama game.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by EA SPORTS FIFA (@easportsfifa

Dari posting di Instagram akun resmi EA untuk sports kita bisa melihat Mbappe di cover game ini baik untuk PS5 maupun untuk PS4. Ada pula video pendek yang menampilkan Mbappe. Untuk desain sendiri memang terlihat lebih minimalis dibandingkan desain cover FIFA 21.

Dari tampilan desain cover ini sebenarnya yang paling menarik ada dua hal. Yang pertama adalah desain yang berbeda untuk PS5 dan PS4, dan yang kedua perbedaan detail yang menampilkan informasi terkait teknologi di game-nya sendiri. DI cover PS5 bisa dilihat ada keterangan Hypermotion Technology sedangkan di yang PS4 tidak ada.

Hadirnya nextgen console seperti PS5 dan seri Xbox terbaru tentunya akan jadi tumpuan bagi pengembang game dalam menghadirkan teknologi terbaru yang diharapkan memberikan pengalaman yang lebih baik dari seri sebelumnya. Khusus untuk FIFA 22, seperti yang dikutip dari Dexerto, fitur atau teknologi ini diharapkan akan memberikan peningkatan dari sisi teknologi untuk pengalaman bermain yang lebih baik dari seri FIFA sebelumnya. Kalau Anda aktif mengikuti berita tentang FIFA 21, memang cukup banyak meme atau keluhan atas ketidakkonsistenan yang sering didapatkan saat bermain. Kehadiran nextgen console juga sepertinya bisa jadi peluang untuk EA dalam menghadirkan peningkatan perfoma di seri game FIFA.

Untuk melihat apa yang baru dari sisi gameplay, sebelum tanggal 20 Juli nanti kita sepertinya akan bisa melihat sedikit bocorannya karena EA akan merilis trailer pada tanggal 11 Juli 2021. Kita berharap saja pada reveal trailer tanggal 11 Juli ini akan ada sedikit informasi terkait game FIFA22.

Sebagai pemain yang bermain game bola sejak WE dan beralih ke seri FIFA sejak FIFA 13 dan belajar FUT secara rutin sejak pertengahan umur game FIFA 20, tentu saja penantian akan FIFA 22 menjadi salah satu yang paling ditunggu akhir tahun ini. Saya cukup setuju dengan beberapa pendapat bahwa peningkatan dari sisi gameplay yang lebih baik memang dibutuhkan agar permainan bisa lebih seru dan konsisten.

Hanya satu yang agak membuat sedih (sebagai pemain FIFA di platform PS), karena ketersediaan PS5 yang harganya normal cukup bikin ribet di sini, ada kemungkinan teknologi terbaru tidak akan mampir di FIFA 22 versi PS4, yang artinya, mau tidak mau, pemain yang ingin menikmati pengalaman menyeluruh ‘dipaksa’ untuk membeli konsol generasi terbaru. Apakah ini tandanya harus puasa beli game diskonan untuk nabung beli PS5?

Menilik Program Devkit Nintendo dari AGI untuk Game Developer Indonesia

Ada informasi yang cukup menarik di ekosistem game developer lokal (Indonesia) beberapa waktu lalu. Informasi ini hadir dari pengumuman yang dirilis oleh AGI yang merupakan Asosiasi Game Indonesia. 

Adalah info terkait program Nintendo Developer Partner yang mencuri perhatian saya. AGI mengumumkan bahwa mereka mengadakan program untuk memfasilitasi game developer tanah air untuk akses atas Developer Kit dari Nintendo Switch.

Prpgram ini untuk membantu para game developer asal Indonesia yang ingin mengembangkan game di Nintendo Switch. AGI berkoordinasi dengan Nintendo untuk menjadi Nintendo Developer Partner. Program ini juga didukung KBRI Tokyo dan BKPM Tokyo. 

Program ini pada dasarnya adalah membantu game developer lokal asal Indonesia untuk mendapatkan development kit atau devkit dengan lebih mudah. Sehingga mereka yang ingin merilis game di Switch bisa mengembangkan langsung tidak harus bekerja sama dengan publisher atau developer asing dari negara asal devkit tersebut. Devkit bisa langsung dikirim ke Indonesia ke alamat game developer terkait. 

Informasi ini tentunya menarik untuk dibahas karena, bagi saya, Switch semacam oase bagi para developer indie atau game developer lokal sebagai lahan untuk merilis game mereka. Di Tengah tingginya persaingan di ranah mobile, Switch bisa jadi sebuah alternatif. Jika konsol atau PC terasa ‘berat’ dari sisi pengembangan, Switch bisa jadi pilihan. Ini bukan berarti game-game di Switch kalah dari game konsol atau PC namun karena karakternya yang unik (bisa digunakan sebagai handheld dan juga konsol – untuk Switch versi tertentu), maka lebih terasa cocok game-game independen atau game yang memiliki story lebih ramah penggunaan handheld.

Pilihan Switch sebagai alternatif juga didukung juga dengan suksesnya beberapa game developer lokal yang merilis game mereka di platform milik Nintendo ini.

Untuk menjawab rasa penasaran, saya mencoba mengontak salah satu pengurus AGI untuk menanyakan beberapa hal dan untuk mendapatkan penjelasan lebih lengkap tentang program AGI bersama Nintendo ini. 

Adam Ardisasmita, Wakil Ketua Umum AGI, memberikan jawaban yang cukup lengkap untuk program ini, saya rangkumkan dan tuliskan ulang agar lebih nyaman untuk dibaca. 

Tentang program AGI terkait publikasi game

Adam menjelaskan bahwa saat ini ada beberapa program AGI yang terkait publishing, yaitu Archipelageek yang merupakan program mengirimkan gamedev Indonesia ke luar negeri untuk business matchmaking dengan publisher dari luar negeri. Beberapa diantara yang sudah berjalan untuk program ini antara lain Gamescom, Tokyo Game Shop, Game Connection America dan lainnya. Untuk program ini didukung oleh Kemenparekraf. 

Selain itu ada pula program IGDX Business, yang merupakan acara business matchmaking di Indonesia dengan mengundang publisher dari luar negeri untuk hadir di sini. Acara ini mendapatkan dukungan dari Kemkominfo. 

Yang terakhir adalah program Devkit Advocation. Ini adalah program yang dijalankan berupa berkomunikasi dengan stakeholders terkait agar bisa memudahkan game developer lokal dalam mendapatkan devkit. Untuk stakeholdernya sendiri ada Kemkominfo, Kemenparekraf, Kemenkeu (Bea Cukai), BKPM, KBRI, sampai dengan pemilik devkit seperti Nintendo, Microsoft, dan Sony.

Lebih spesifik tentang program devkit Nintendo Developer Partner

Untuk program Nintendo Developer Partner, AGI berkoordinasi dengan Nintendo yang juga dibantu oleh BKPM serta kedutaan besar Indonesia yang berada di Tokyo. 

Untuk tahapannya untuk ikut program ini antara lain adalah mendaftarkan diri menjadi Nintendo Developer Partner (NDP). Nantinya AGI akan berperan sebagai jembatan yang memfasilitasi agar developer yang ingin menjadi NDP bisa di-support agar diterima menjadi NDP, hingga membantu memberikan akses kepada devkit Nintendo.

Dijelaskan Adam, proses saat ini prosesnya masih manual, mereka yang tertarik nanti setelah mendaftarkan diri ke NDP bisa langsung menghubungi AGI di [email protected]. Setelah itu nanti akan diinformasikan tahapan selanjutnya mulai dari cara mendaftar menjadi member AGI sampai dengan proses agar bisa disetujui menjadi NDP dan mendapatkan Devkitnya.

Ketika menggali lagi lebih tentang program ini dijelaskan bahwa AGI tidak menargetkan untuk jumlah pengembang gim yang ikut program ini. Namun informasi yang saya dapat animonya sangat tinggi dan sudah banyak yang ingin dibantu untuk mendapatkan akses DevKit Nintendo. 

Adam juga menjelaskan bahwa AGI ini memfasilitasi agar developer lokal bisa ikut NDP dan memiliki akses DEvkit dari Nintendo, sehingga mereka semakin banyak game lokal yang bisa dijual di Nintendo Switch. Karena tanpa devkit ini pengembang gim lokal tidak bisa membuat dan merilis game di platform ini.  

Karena tanpa devkit tersebut, developer di Indonesia tidak akan bisa membuat dan merilis gamenya di platform tersebut. Support AGI adalah memfasilitasi agar developer lokal bisa menjadi NDP dan bisa memiliki akses ke Devkit Nintendo, yang output-nya adalah semakin banyak game lokal bisa berjualan di Nintendo Switch. Untuk developer sendiri AGI tidak targetkan, so far animonya sangat tinggi dan sudah banyak yang ingin difasilitasi untuk mendapat akses Devkit Nintendo. 

Dukungan atas akses ke publisher ini mengingatkan saya pada era ketika developer game mobile belum seperti sekarang. Merek ponsel yang memiliki ekosistem aplikasi turut serta membantu para pengembang dengan memberikan kemudahan akses termasuk developer kit atau perangkat untuk uji testing. Namun memang tidak sama kondisinya dengan platform konsol atau handheld seperti Switch, yang biasanya lebih sulit karena proses seleksi serta cakupan wilayah juga masih terbatas. 

Seperti yang siinggung sedikit di awal artikel, devkit memang memiliki peran penting bagi pengembangan game di platform tertentu, dan biasanya untuk mendapatkannya ada persyaratan tertentu. Adam menyebutkan bahwa beberapa kesulitan yang dihadapi oleh gamedev lokal untuk mendapatkan devkit, umumnya para developer harus bikin company representative di negara yang sudah masuk daftar devkit, baru membawanya ke Indonesia. Cara lain adalah bekerja sama dengan publisher. Jadi nanti yang mengirimkan devkit ke pengembang game-nya adalah publisher ini.

Tetapi dengan program AGI dengan Nintendo ini, developer lokal tidak perlu lagi membuat kantor cabang di negara yang masuk daftar, akses untuk mendapatkan devkitnya jadi lebih dipermudah. 

Adam juga menjelaskan bahwa untuk akses devkit bersama Nintendo ini bisa dibilang pionir. Salah satu hal yang mendorong AGI untuk menjalankan program ini adalah melihat kondisi game developer Indonesia yang frustasi dengan sulitnya mendapatkan devekit, serta banyak yang meminta bantuan AGI dengan permasalahan kesulitan mendapatkan devkit ini. Inisiatif dari Nintendo juga diharapkan AGI bisa menjadi salah satu alternatif bagi para game developer lokal untuk mendapatkan akses.

Tentang program untuk platform lain 

Tentunya tidak lengkap untuk tidak bertanya ke perwakilan AGI untuk program sejenis tetapi untuk platform yang berbeda. Saya menanyakan apakah AGI juga sudah ada atau sedang menyiapkan program serupa yang membutuhkan devkit untuk pengembang gim tanah air. 

Adam menjelaskan bahwa AGI telah menjalin komunikasi dengan berbagai pemilik platform, termasuk dengan Playstation dan Xbox. Adam juga menambahkan bahwa setiap pemilik platform memiliki mekanisme dan kebijakan yang berbeda, AGI secara kontinyu mencari solusi yang paling baik agar bisa memberikan peluang untuk judul game lokal masuk ke berbagai platform. 

Kita tunggu saja semoga ada update terbaru dari kerja sama devkit setelah program Nintendo Devkit ini. 

Saya juga menanyakan dua pertanyaan penutup pada Adam terkait platform yang menjadi arahan AGI. Adam menjelaskan bahwa dari sisi program tidak ada perbedaan atas platform yang dilakukan AGI. Mulai dari mobile, PC atau konsol. AGI telah memiliki kolaborasi atau setidaknya komunikasi dengan pemilik berbagai platform ini. 

Beberapa contoh yang disebutkan Adam antara lain, di ranah mobile, AGI memiliki kolaborasi dengan Google dan Huawei untuk mendukung game lokal. Lalu dari sisi PC, AGI juga telah menjalin kontak dengan Steam. Sedangkan di sisi konsol, komunikasi juga telah dilakukan dengan Nintendo, Xbox dan Sony. 

Tentang platform pilihan developer Indonesia dan pentingnya kisah sukses

Untuk platform pilihan game developer lokal sendiri, saya sendiri melihat bahwa ada kecenderungan pergerasan beberapa jalur yang dipilih, jika biasanya fokus ke mobile, setelah kehadiran Nintendo Switch, dikarenakan untuk menembus pasar konsol dan PC terlalu ‘berat’ (baik dari sisi biaya pengembangan maupun pasar), makan pilihan jatuh ke handheld lewat Switch. 

Tentang hal ini saya juga menanyakan ke AGI apakah ada informasi terkait pandangan saya di atas. Adam menjelaskan bahwa untuk beberapa waktu ini, tren game developer lokal yang mengincar platform konsol semakin banyak. Adam juga menyebutkan bahwa kisah sukses dari game developer juga menjadi role model bagi developer lain. 

Beberapa game yang sukses di konsol maupun handheld antara lain, Valthirian Arc yang sukses meraup 7 miliar dalam waktu 3 bulan, lalu Coffee Talk yang meraup 7.6 miliar dalam waktu satu bulan saja. Di ranah crowdfunding, muncul lagi developer lokal yang sukses menggalang dana, yaitu Coral Island dengan melampaui target dan mendapatkan 23 miliar dalam waktu sebulan saja. 

Cerita sukses atau role model memang cukup penting bagi ekosistem. Adanya kisah-kisah sukses ini bisa memacu pengembang game lain untuk juga mengembangkan di platform yang sama. 

Adam juga menyebutkan bahwa cerita sukses dari game lokal di ranah global bisa memberikan efek di sisi platform owner. Semakin banyak game lokal Indonesia yang sukses di platform tertentu, maka usaha dari platform tersebut untuk mendukung game akan semakin tinggi. 

Adam mengatakan bahwa;

‘Kita perlu mempersiapkan talenta, modal, dan juga program agar bisa lebih banyak game berkualitas yang muncul dari Indonesia. Satu hal yang bisa kita petik pelajaran adalah Indonesia bisa bikin game yang bagus dan sukses secara finansial. Tidak melulu harus game mainstream, game-game dengan ceruk niche pun sangat besar potensinya. Jadi jangan terpaku dengan apa yang sedang tren saat ini, tapi buatlah sesuatu yang unik dan punya ceruk market yang spesifik’.

Saya termasuk yang ikut memantau dari jauh perkembangan game developer lokal sejak 2012-an. Sempat cukup dekat dengan beberapa developer lokal asal Bandung dan ikut memantau beberapa game hasil karya mereka. Ikut memantau juga perkembangan komunitas game indie di jogja dengan hadir di acara mereka.

Sampai akhirnya sampai pada momen saya mengambil posisi untuk memantau agak jauh perkembangan game developer lokal, karena agak bosan dengan ekosistem yang seperti jalan ditempat. Setidaknya dalam pandangan saya, perbandingannya dengan ekosistem startup yang berkembang sangat pesat dalam 10 tahun ke belakang. 

Namun perkembangan satu atau dua tahun kebelakang sepertinya memberikan angin segar. Pengembang game lokal senior yang telah berkembang telah memiliki modal dan mulai giving back to ecosystem dengan mengakuisisi developer/studio game yang lebih kecil. Munculnya berbagai kisah sukses penjualan dengan angka fantastis dari game rilisan lokal, sampai dengan munculnya platform baru seperti Switch, yang memberikan channel tambahan di tengah kerasnya persaingan ranah mobile. 

Peran asosiasi seperti AGI dengan kepengurusan terbaru pun saya melihat mulai memberikan efek yang cukup signifikan. Peran asosiasi yang sejati bagi saya adalah mengusahakan atau memecahkan masalah-masalah yang tidak bisa dipecahkan sendiri oleh pelaku utama alias game developer. Masalah birokrasi dan kerja sama dengan pemerintah, memberikan sumbangsih atas kebijakan, atau menaikan daya tawar ekosistem – seperti kerja sama dengan pemilik platform lewat penyediaan akses devkit. Selain tentunya mengembangkan ekosistem lewat program-program yang secara langsung memberikan efek pada game developer lokal. 

Semoga saja, titik cerah kebangkitan (kembali) game developer lokal mendapatkan momentumnya, dan ekosistem game di ranah lokal bisa menggeliat dan tumbuh pesat. Tidak kalah dengan ekosistem startup lokal yang berkembang cukup pesat dan telah menghadirkan berbagai unicorn, serta bersaing dan bersinergi dengan ekosistem esports, yang juga telah tumbuh dan menanti semakin banyak game lokal yang masuk jadi bagian besar pasar esports tanah air.

ROG Flow X13, Laptop Seri ROG Keren di Sisi Desain, Powerfull dari Prosesor

Salah satu  hal atau kita bisa sebutnya ambisi dalam teknologi adalah membuat sebuah perangkat yang powerfull dalam bentuk yang kecil.

Entah itu memasukkan sistem komputasi dalam genggaman, menambahkan kemampuan kamera dan komunikasi di jam tangan atau ‘menjejalkan’ spesifikasi tinggi dalam komputer personal mobile alias laptop. Untuk yang ketiga ini, ASUS ROG Flow X13 sepertinya bisa disematkan sebagai salah satu ambisi pabrikan dalam menghadirkan perangkat powerfull sebagai bisa. 

ASUS ROG Flow X13 merupakan laptop convertible alias 2 in 1 yang sejatinya adalah laptop namun bisa diubah menjadi tablet. Dalam prakteknya, pengguna bisa menggunakan dalam 4 mode, laptop, stand mode, tent mode dan tablet. Laptop layar ini adalah layar sentuh jadi kita bisa menggunakan jari untuk bernavigasi atau pen untuk menggambar misalnya. Yang membuat menarik salah satunya adalah disematkannya prosesor powerfull untuk perangkat laptop.

Di artikel ini akan kita bahas tentang ASUS ROG Flow X13 yang telah dilengkapi prosesor Ryzen™ 9 5980HS dan grafis NVIDIA® GeForce® GTX 1650.

Overall

Sebelum membahas beberapa bagian secara spesifik, saya akan bahas dulu pengalaman secara general untuk laptop ini. Kalau ditempatkan sebagai laptop gaming (karena nama ROG), perangkat ini mungkin jadi salah satu laptop gaming yang keren yang pernah saya coba. Pengalaman penggunaannya bisa disejajarkan dengan laptop premium untuk produktivitas semacam seri Dell XPS atau HP yang seri Spectre. Namun dengan kelebihan, ini adalah laptop di segmen gaming. 

Beberapa pengalaman seru yang saya dapatkan dari laptop ini antara lain adalah display-nya yang unggul untuk menikmati konten, keyboard yang cukuop nyaman, desain yang sangat menarik dari pilihan bahan elemen desain seperti logo ROG atau rugged feeling di area palm rest

 

Sebagai perangkat yang masuk ke seri ROG tetapi convertible memang agak mengernyitkan dahi. Namun ROG Flow ini X13 ini sejatinya memiliki perangkat pelengkap yaitu mobile GPU terpisah (sayang unit yang saya coba tidak menyertakan ini) – XG Mobile eGPU sampai dengan GeForce RTX 3080. Jadi jika keraguan muncul karena laptop gaming tapi convertible, maka GPU terpisah ini adalah yang membuatnya menjadi lebih powerfull. 

Batasan antar kegunaan laptop gaming pun kini memang telah melebar. Ada banyak rekan saya dari industri kreatif (non gamers) yang kini lebih memilih laptop gaming sebagai sarana kerja mereka karena bisa diandalkan dari sisi performa. Biasaya standar benchmark gaming dipakai sebagai yang paling mentok kanan, jadi kalau bisa maksimal untuk gaming, akan bisa digunakan secara aman untuk pekerjaan grafis atau editing video. Meski tidak selalu demikian, tapi mindset ini sudah cukup menempel di pengguna.

Oleh karenanya ROG Flow X13 menjadi menarik karena dia convertible, perangkat ini bisa sekaligus menyasar berbagai segmen; gaming, creative user (karena layar sentuh jadi bisa digunakan dengan stylus/pen), bahkan pengguna yang ingin menikmati konten saja (leisure) tetapi dengan spesifikasi laptop premium. 

Desain

Sebagai permulaan untuk membahas lebih dalam lagi perangkat ini mari kita mulai dengan desain. 

Pengalaman saya berinteraksi dengan perangkat ini menjadi salah satu pengalaman dengan laptop yang cukup berkesan. Meski dalam waktu singkat, laptop ini membawa kesan tersendiri. Tampilannya sedikit banyak khas ROG minus RGB, dengan image kokoh, industrial dan minimalis. 

Menggunakan ROG Flow X13 ini selalu mengingatkan saya pada laptop premium yang Spectre dan XPS dari Dell, seperti yang saya jelaskan di atas. Feel premiumnya sangat dapat dan bagi Anda yang suka dengan tampilan desain misterius, minimalis dan totally black color. Laptop ini sangat bisa jadi pilihan. Bahkan lampu backlit keyboard pun ikutan minimalis, hanya satu warna tanpa RGB, padahal ini laptop gaming. 

Meski laptop ukuran kecil ini memang terasa ringan, namun pilihan materialnya memberikan kesan kokoh. Termasuk ketiga dipakai bermain game, rasanya seperti ajeg di meja tempat saya bermain. 

Dari sisi layar memang kecil hanya 13.4 inci saja, untuk gaming bisa jadi ini terlalu kecil, namun desain hampir bezel-less membuatnya serasi dengan desain body. Ukuran kecil juga terbayar dengan kualitas layar yang sampai 4K atau WQUXGA (3840 x 2400) 16:10.

Bagian trackpad juga bagi saya cukup untuk laptop. Beberapa reviewer ada yang mengeluhkan ukurannya namun jika diperbandingkan dengan ukuran keseluruhan bagi saya sudah cukup, selain itu trackpad juga bisa digunakan dengan tanpa masalah. Trackpad yang tidak terlalu besar justru menyisakan palm rest yang cukup luas, terutama ketika mengetik atau bermain game. 

Salah satu kekurangan dari sisi desain bagi saya adalah penempatan port. Karena ukurannya yang kecil, tentu saja jumlah port akan jadi permasalahan dasar karena sedikit. Namun letaknya harusnya bisa didesain sedemikian rupa agar membuat nyaman. Salah satu keluhan adalah port USB type A yang terletak di bagian kanan (biasanya digunakan untuk external hard drive, external hub atau mouse). Karena port di laptop ini terbatas maka tentu saja akan menggunakan USB hub, dan ketika port-nya ada di kanan maka itu sedikit mengganggu penggunaan mouse. Terutama di area meja yang besarnya terbatas. 

Untuk layar sentuh sendiri, saat mencobanya hampir tidak ada masalah, meski displaynya adalah mode glossy display. Mungkin ini dikarenakan layar sentuh jadi agak glossy. Salah satu persoalan ketika menggunakan ROG Flow X13 dengan mode tablet adalah beratnya yang cukup lumayan, lebih cocok diletakan di meja. Atau jika ingin menonton, gunaka tent mode

Jika harus disimpulkan tentang desain, ROG FLow X13 ini adalah produk yang sangat menarik untuk digunakan. Laptop gaming yang minimalis ini memang tidak untuk semua gamers, namun tren perangkat gaming yang minimalis non RGB juga sedang bermunculan. Apalagi seiring dengan tren pamer working desk di Instagram. 

Dari sisi user experience juga kesan yang saya dapatkan cukup baik. Desain fisik bisa blending dengan penggunaan laptop sehingg menjadi kenyamanan yang menyeluruh. Untuk urusan keyboard, bisa jadi akan sesuai dengan selera, namun tipe Backlit Chiclet yang disematkan di laptop ini cocok untuk profil seperti saya (meski mungkin tidak cocok untuk pengguna lain). Untuk mengetik enak, tipis tapi tetap terasa feedback-nya, untuk gaming FPS juga saya tidak menemukan masalah. 

Spesifikasi

Untuk spesifikasi laptop yang saja ujo coba, rangkuman data teknis di atas kertas ASUS ROG Flow X13 sebagai berikut: 

Prosesor AMD Ryzen™ 9 5980HS Processor 3.1 GHz (16M cache, up to 4.8GHz)
Graphics NVIDIA® GeForce® GTX 1650
With ROG Boost up to 1255MHz at 35W
4GB GDDR6
Memory/Storage 16GB*2 LPDDR4X on board
Max Capacity : 32GB1TB M.2 2230 NVMe™ PCIe® 3.0 SSD
Display 13.4-inch
WQUXGA (3840 x 2400) 16:10
glossy display
sRGB: 116%
Adobe: 86%
DCI-P3: 85%
Touch Screen
Refresh Rate: 60Hz
IPS-level
Pantone Validated: Yes
Port 1x 3.5mm Combo Audio Jack
1x HDMI 2.0b
1x USB 3.2 Gen 2 Type-A
1x ROG XG Mobile Interface
2x Type C USB 3.2 Gen 2 with Power Delivery and Display Port
Baterai/keyboard 62WHrs, 4S1P, 4-cell Li-ion

Backlit Chiclet Keyboard

Kamera/audio 720P HD camera

Smart Amp Technology
DAC
Audio by Dolby Atmos
AI mic noise-canceling
Built-in array microphone
2x 1W speaker with Smart Amp Technology

Dimensi/bobot 29.9 x 22.2 x 1.58 ~ 1.58 cm (11.77″ x 8.74″ x 0.62″ ~ 0.62″)

1.30 Kg (2.87 lbs)

Power supply TYPE-C, 100W AC Adapter, Output: 20V DC, 5A, 100W, Input: 100~240V AC, 50/60Hz universal

 

Spesifikasi di atas yang paling menarik tentu saja Prosesor AMD Ryzen™ 9 5980HS. Generasi paling baru Ryzen yang disematkan untuk perangkat PC mobile alias laptop. Kalau dari sisi grafis memang tidak terlalu istimewa, salah satunya bisa jadi dikarenakan sebenarnya laptop ini dipasangkan dengan dedicated GPU sendiri.

Pengalaman Penggunaan

Mari kita bahas inti artikel kali ini yaitu pengalaman penggunaan. 

Untuk pengalaman terkait desain, sepertinya saya tidak perlu mengulang terlalu banyak karena sudah bisa dirasakan di bagian tentang desain di atas. Pengalaman penggunaan pertama yang akan saya bahas adalah penggunaanya untuk kegiatan sehari-hari. 

Kegiatan sehari-hari di sini termasuk juga melakukan pekerjaan di rumah karena kantor saya menjalankan WFH. Jadi kegiatan sehari-hari termasuk menjelajah internet, juga hiburan dengan menonton Youtube dan mencoba merasakan beberapa mode yang tersedia di perangkat ini, termasuk pengalaman sentuh. 

Display adalah yang pertama kali mencuri perhatian saya ketika menggunakan laptop ini. Mengetik, menonton konten atau menjelajah internet jadi terasa sebuah pengalaman yang cukup menyenangkan. Teks terasa sangat jelas dan menonton konten 2K sampai 4K akan sangat menyenangkan 

Dukungan prosesor dan spesifikasi juga membantu untuk kelancaran dalam mengerjakan aktivitas sehari-hari, berpindah antara hiburan dan kerjaan bisa dijalankan dengan mulus. 

Dari sisi suara, laptop ini juga menurut saya memiliki nilai lebih. Sebagai perangkat gaming tentunya suara menjadi pelengkap yang nilainya harus di atas rata-rata. Dan sebagai produk laptop, speaker dari perangkat ini sudah memberikan pengalaman yang cukup baik. Audio yang dihasilkan mendapat dukungan dari Dolby Atmos.

Jujur, karena beratnya yang tidak ringan untuk mode tablet (meski cukup ringan sebagai laptop), saya agak jarang menggunakan laptop ini dengan mode tanpa meletakkannya di meja. Entah itu laptop mode atau tent mode rata-rata penggunaan selalu diletakan di alas tertentu. Hanya sedikit penggunaan dengan mode tablet tanpa diletakan di meja. 

Untuk pengalaman layar sentuhnya, saya memang tidak mencobanya menggunakan stylus, hanya dengan sentuhan jari saja. Dari pengalaman singkat, tidak ada masalah yang saya temukan. Tap di layar laptop memang tidak terlalu digunakan karena trackpad dari laptop ini cukup bisa memberikan pengalaman yang menyenangkan saat digunakan. Kecuali ketika mode tent, untuk berpindah tab atau scrolling web, maka sentuhan akan memudahkan untuk navigasi. 

Beralih ke pengalaman gaming. Cerita pengalaman bermain game dengan perangkat ini akan saya gabungkan beberapa informasi spesifkasi dan hasil test menggunakan aplikasi uji perangkat.

Untuk game yang saya mainkan, karena waktu peminjaman perangkat serta ada kendala saat harus mengunduh game yang rata2 di atas 30 GB, saya hanya menggunakan dua game bergenre FPS, yaitu Valorant dan Super Mecha Champions (SMC). Yang pertama karena ramah dengan spesifikasi PC bawah dan menengah, dah yang kedua cukup menantang untuk PC karena grafis dan elemen-elemen yang ada di permainan. 

Pengalaman bermain SMC atau Super Mecha Champions cukup menyenangkan, karena grafis bisa dinikmati dengan penuh. Saya coba dengan pengaturan mentok kanan untuk semua pengaturan dan untuk pengaturan FPSnya mentok di 60Hz (pengaturan tertinggi yang tersedia di game saat saya mainkan), kondisi laptop dicolokkan ke pengisi daya dan menggunakan pengaturan ROG lewat tools Armoury Crate dari ASUS di mode ‘turbo’. FPS yang bisa dicapai maksimal adalah 58. Namun pengalaman bermain hampir tanpa kendala, grafisnya menyenangkan dan detail tampilan di game juga baik. 

Salah satu kekhawatiran adalah tentang suhu laptop. Kalau melihat data lewat Armoury Crate memang ‘hanya’ 83 derajat (sempat menyentuh 91 derajat). Namun kalau disentuh menggunakan jari, panasnya terasa cukup berlebihan, malah sampai tidak bisa disentuh lama karena panas. Tapi selama digunakan, meski panas tidak ada masalah berarti. Posisi laptop di letakan di meja dan tanpa ada objek di bagian belakang atau sisi yang menghalangi sirkulasi. 

Beberapa reviewer menyarankan untuk mengubah mode jadi bukan mode laptop, misalnya tent mode, agar sirkulasi udara lebih baik dan laptop bisa lebih dingin. Tetapi karena pengujian ingin merasakan pengalaman game tanpa tambahan monitor jadi saya menggunakannya dengan mode laptop.

Dari sisi keyboard juga saya tidak menemukan masalah berarti saat bermain. Bisa jadi ini masalah selera, kebetulan selain mechanical keyboard, untuk laptop desain dan spesifikasi keyboard laptop seperti yang ada di ROG Flow X13 ini memang sesuai tipe saya. 

Beralih ke Valorant, saya memainkan game ini dengan beberapa kondisi. Ketika awal bermain kondisi baterai habis dan plug ke listrik dan FPS hanya mentok di 88. Lalu ketika terisi 40%-an dan pengaturan sudah bisa dioptimasi lebih tinggi, bisa menembus paling tinggi fps 198 dengan pergerakan antara 58 – 198 fps. Saya mengunakan layar tambahan ketika mencoba game ini.

Pengalaman display maupun audio hampir tidak ada keluhan ketika memainkan game, untuk Valorant memang audio biasanya terkoneksi dengan headphone/earphone tetapi untuk yang SMC saya mencobanya menggunakan speaker bawaan, langkah kaki atau tembakan masi bisa terdengar arahnya dari mana meski memang tidak sedetail ketika menggunakan headphone atau earphone.

Untuk hasil test bisa dilihat di beberapa informasi di bawah ini:

Penutup

ROG Flow X13 adalah perangkat laptop yang cukup menarik. Terutama dari sisi penggunaan prosesornya serta build quality yang dihadirkan. Perpaduan dengan mobile eGPU juga jadi salah satu yang pembeda. Namun untuk urusan harga perangkat ini memang cukup premium, ditambah dengan eGPU jadinya akan lebih mahal lagi. Kurang lebih ditotal bisa mencapai 40 jutaan (tergantung versi mana yang dipilih). Apalagi ukuran layar laptop ini memang cukup kecil, jadi ada kemungkinan untuk para gamers akan menggunakan layar tambahan jika menggunakannya di rumah.

Agak aneh memang jadinya, ketika membahas laptop ini di media gaming tetapi pada akhirnya saya akan menyarankan laptop ini untuk penggunaan non-gaming (hiburan, desain atau bahkan buat pamer aja :D), yang membutuhkan prosesor laptop yang bisa diandalkan, build quality keren serta kemudahan fungsi karena convertible, serta sesekali bisa digunakan untuk bermain game.

Seperti yang saya sebut di awal tulisan, saya malah berpikir bahwa laptop ini bukan disandingkan dengan laptop gaming lain untuk perbandingan, tetapi malah dengan laptop bisnis premium yang spesifikasi tinggi dan fokus pada desain serta material yang premium seperti seri XPS dari Dell atau Spectre dari HP.

Galeri lengkap foto produk bisa dinikmati di sini:

ASUS ZenBook Pro Duo 15 OLED (UX582), Laptop Terbaik untuk Content Creator Profesional

ASUS memperkenalkan ZenBook Pro Duo 15 OLED (UX582), sebuah laptop yang dirancang khusus untuk menunjang seluruh kebutuhan para content creator. ZenBook Pro Duo 15 OLED (UX582) merupakan laptop generasi kedua dari laptop layar ganda ZenBook Pro Duo yang diperkenalkan pada tahun 2019 silam. Tidak hanya dibekali dengan dua layar beresolusi tinggi, ZenBook Pro Duo 15 OLED (UX582) dilengkapi juga dengan layar OLED yang mampu menghadirkan kualitas visual terbaik di kelasnya.

ZenBook Pro Duo 15 OLED (UX582) merupakan salah satu laptop yang diperkenalkan dalam tema “Bigger Dream Wider Screen”, dimana merupakan sebuah kampanye untuk memperkenalkan varian laptop ASUS terbaru yang berukuran 15-inci.

 

 

“Bekerja dengan layar ganda merupakan hal yang lumrah bagi para content creator profesional. Hal tersebut dikarenakan mereka membutuhkan ruang kerja ekstra untuk mendongkrak produktivitasnya. Melalui ZenBook Pro Duo 15 OLED (UX582), ASUS menghadirkan kenyamanan menggunakan layar ganda pada laptop yang portabel untuk para content creator profesional,” ujar Jimmy Lin, Regional Director Southeast Asia.

“Tidak hanya itu, kami juga menghadirkan berbagai fitur dan teknologi yang akan semakin memanjakan para content creator profesional dalam berkarya di ZenBook Pro Duo 15 OLED (UX582). Tidak bisa diragukan lagi, ZenBook Pro Duo 15 OLED (UX582) merupakan laptop terbaik untuk para content creator profesional saat ini.”

Berbeda dengan pendahulunya, ZenBook Pro Duo 15 OLED (UX582) kini mengusung desain baru dimana layar keduanya atau ScreenPad Plus dilengkapi dengan mekanisme khusus. Mekanisme tersebut memungkinkan layar kedua di ZenBook Pro Duo 15 OLED (UX582) untuk dapat terangkat dan membentuk sudut 9,5⁰ terhadap bodinya. Berkat mekanisme khusus ini, ScreenPad Plus di ZenBook Pro Duo 15 OLED (UX582) dapat lebih nyaman digunakan.

ZenBook Pro Duo 15 OLED (UX582) merupakan laptop dengan performa kelas flagship. Ditenagai oleh prosesor High Performance 10th Gen Intel Core serta chip grafis NVIDIA GeForce RTX 3070, ZenBook Pro Duo 15 OLED (UX582) memiliki performa yang andal untuk para profesional. Memastikan kedua komponen tersebut berjalan secara stabil, sistem pendingin Active Aerodynamic System Plus (AAS Plus) serta ErgoLift Hinge dihadirkan di laptop ini. Keduanya memungkinkan ZenBook Pro Duo 15 OLED (UX582) dapat memiliki tingkat aliran udara hingga 36% lebih baik dari pendahulunya.

Layar Ganda untuk Para Profesional

ZenBook Pro Duo 15 OLED (UX582) hadir dengan ScreenPad Plus yang dilengkapi mekanisme khusus untuk menghadirkan pengalaman komputasi portabel terbaik di kelasnya. Layar kedua berukuran 14-inci tersebut akan terangkat secara otomatis dan membentuk sudut 9,5⁰ saat laptop digunakan sehingga konten yang ditampilkan lebih mudah dilihat.

ScreenPad Plus di ZenBook Pro Duo 15 OLED (UX582) juga dirancang agar nyaman digunakan dengan stylus. Pengguna ZenBook Pro Duo 15 OLED (UX582) juga akan mendapatkan ASUS Pen terbaru, sebuah stylus dengan fitur 4096 pressure-level. Stylus tersebut sangat cocok digunakan dengan ScreenPad Plus yang sudah diposisikan secara ergonomis serta dilengkapi dengan software ScreenXpert 2 yang sangat interaktif.

ScreenXpert 2 hadir dengan banyak peningkatan dari generasi sebelumnya. Desain antarmukanya kini lebih interaktif dan mudah digunakan seperti halnya antarmuka smartphone. Tidak hanya itu, ScreenXpert 2 kini telah dilengkapi dengan fitur baru bernama Control Panels. Fitur tersebut akan memunculkan panel kontrol khusus saat pengguna ZenBook Pro Duo 15 OLED (UX582) menjalankan aplikasi Adobe After Effect, Premiere Pro, Photoshop, atau Lightroom Classic. Ke depannya, ASUS akan menghadirkan dukungan aplikasi kreatif lainnya ke dalam fitur Control Panel ini.

Performa Terbaik untuk Para Profesional

ZenBook Pro Duo 15 OLED (UX582) ditenagai oleh prosesor hingga High Performance 10th Gen Intel Core i9 yang mengusung konfigurasi 8 core dan 16 thread. Prosesor bertenaga tersebut didukung oleh RAM DDR4 berkapasitas 32GB serta penyimpanan berupa M.2 NVMe PCIe SSD 3.0 x4 berkapasitas 1TB. Seluruh komponen utama tersebut membuat ZenBook Pro Duo 15 OLED (UX582) selalu gesit di berbagai situasi.

Sementara itu, pemrosesan grafis di ZenBook Pro Duo 15 OLED (UX582) dipercayakan kepada chip grafis NVIDIA GeForce RTX 3070 yang berbasis pada Ampere yang merupakan arsitektur chip grafis RTX generasi kedua. Chip grafis kelas profesional tersebut telah dilengkapi dengan RT core, Tensor core, serta streaming multiprocessor yang dapat menghadirkan performa grafis serta kualitas visual lebih baik. Chip grafis tersebut juga sudah mendukung teknologi RTX yang memungkinkan fitur seperti hardware-accelerated ray-tracing dan AI Assistance dapat berjalan lebih baik.

Agar ZenBook Pro Duo 15 OLED (UX582) dapat selalu menghadirkan performa yang optimal, ASUS menghadirkan sistem pendingin khusus. Kunci dari performa sistem pendingin di ZenBook Pro Duo 15 OLED (UX582) adalah mekanisme AAS Plus serta ErgoLift Hinge yang menghadirkan rongga udara ektra untuk sistem pendingin laptop ini secara keseluruhan. Berkat keduanya, ZenBook Pro Duo 15 OLED (UX582) dapat hadir dengan tingkat aliran udara hingga 36% lebih baik.

Di bagian dalam ZenBook Pro Duo 15 OLED (UX582) terdapat enam heatpipe yang berfungsi sebagai penghantar panas dari komponen utama sebelum dilepaskan oleh heatsink. Agar panas dapat dihantarkan secara lebih optimal, ZenBook Pro Duo 15 OLED (UX582) juga sudah menggunakan liquid metal sebagai pengganti thermal compound berbahan silikon di CPU-nya. Kombinasi sistem pendingin tersebut membuat ZenBook Pro Duo 15 OLED (UX582) tetap dapat bekerja secara stabil dan optimal di berbagai beban kerja serta situasi.

Kombinasi hardware yang powerful dan canggih, serta sistem pendingin terbaik di kelasnya telah membuat ZenBook Pro Duo 15 OLED (UX582) tampil sebagai mobile workstation yang sangat ideal untuk para content creator profesional yang sering menggunakan laptop untuk kebutuhan komputasi dengan beban kerja berat seperti video dan 3D graphic rendering.

Kualitas Visual Terbaik untuk Para Profesional

Layar utama ZenBook Pro Duo 15 OLED (UX582) merupakan layar 15,6-inci dengan panel OLED beresolusi 4K dan mendukung teknologi HDR. Layar tersebut juga dibekali dengan teknologi four-side NanoEdge Display yang membuat bezel tampil sangat tipis sehingga ZenBook Pro Duo 15 OLED (UX582) dapat memiliki screen-to-body ratio hingga 93%.

Layar ZenBook Pro Duo 15 OLED (UX582) dirancang khusus untuk para profesional. Layar tersebut memiliki rasio kontras hingga 1.000.000:1 sehingga dapat menghadirkan warna yang sangat tajam dengan detail warna hitam yang nyata. Tidak hanya itu, layar tersebut juga sudah tersertifikasi PANTONE Validated Display dan VESA Display HDR sehingga sudah memenuhi standar profesional untuk akurasi warna serta dukungan HDR.

Tidak hanya dapat menampilkan warna secara akurat, layar ZenBook Pro Duo 15 OLED (UX582) juga memiliki color gamut yang sangat luas, yaitu hingga 100% pada color space DCI-P3. Saat ini, DCI-P3 merupakan color space yang banyak digunakan dan telah menjadi standar di industri motion picture.

Konektivitas Lengkap

Para profesional biasanya membutuhkan perangkat tambahan untuk menunjang mereka dalam berkarya. Untuk itulah ZenBook Pro Duo 15 OLED (UX582) dilengkapi dengan berbagai opsi konektivitas. Berbagai port seperti HDMI dan USB Type-A membuat pengguna ZenBook Pro Duo 15 OLED (UX582) tidak perlu lagi membawa dongle ekstra. Sementara port Thunderbolt 3 memungkinkan ZenBook Pro Duo 15 OLED (UX582) dapat dihubungkan dengan berbagai perangkat modern. Port Thunderbolt 3 yang menggunakan interface USB Type-C juga dapat digunakan sebagai sarana pengisian daya melalui teknologi USB Power Delivery, serta dapat digunakan untuk menghubungkan hingga monitor eksternal beresolusi 4K.

Sementara untuk konektivitas nirkabel, ZenBook Pro Duo 15 OLED (UX582) mengandalkan modul WiFi 6 (802.11ax) yang memiliki kecepatan transfer data hingga 3 kali lipat dibandingkan dengan WiFi 5 yang merupakan generasi sebelumnya. WiFi 6 memastikan ZenBook Pro Duo 15 OLED (UX582) tetap dapat terkoneksi secara lancar.

Dilengkapi Windows 10 Home dan Mendukung Windows Hello

ZenBook Pro Duo 15 OLED (UX582) telah dilengkapi dengan Windows 10 Home. Sistem operasi terbaru besutan Microsoft tersebut sangat cocok untuk menunjang produktivitas penggunanya berkat serangkaian fitur yang ada di dalamnya, seperti kompatibilitas dengan berbagai aplikasi kantoran hingga dukungan penuh terhadap berbagai aplikasi kreatif serta hiburan. Aplikasi tersebut bisa dipasang dengan mudah melalui Microsoft Store yang telah tersedia di Windows 10 Home.

Microsoft juga menyediakan solusi perlindungan menyeluruh pada Windows 10 Home. Selain dilengkapi dengan sistem keamanan terintegrasi yang selalu diperbarui melalui Windows Update, Windows 10 Home juga memiliki sebuah fitur bernama Windows Hello. Lupakan juga kata sandi Anda. Dengan Windows Hello, Anda dapat masuk lebih cepat dan aman menggunakan wajah, sidik jari, atau perangkat pendamping Anda.

Siap untuk Beraktivitas dengan Office Pre-Installed

Pengguna ZenBook Pro Duo 15 OLED (UX582) juga tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk membeli software office karena laptop ini sudah dilengkapi dengan Microsoft Office Pre-Installed. Penggunaan aplikasi Office seumur hidup dapat memastikan Anda untuk selalu memiliki akses ke fitur yang Anda kenal dan sukai. Dilengkapi dengan 100% aplikasi Office asli, software juga akan terus mendapatkan pembaruan keamanan yang rutin untuk melindungi perangkat, program dan data Anda.

Microsoft Office merupakan aplikasi office terbaik di dunia dan digunakan sebagai aplikasi standar dalam pengolahan data dan dokumen kantor oleh sebagian besar institusi di dunia. Microsoft Office Home & Student 2019 terdiri dari tiga aplikasi utama yaitu Word, Excel, dan PowerPoint. Selain dilengkapi dengan fitur Office terkini, Microsoft Office Home & Student 2019 juga dapat terus di-update sehingga Anda dapat terbebas dari berbagai ancaman celah keamanan dan malware. Microsoft Office Home & Student 2019 tersedia secara cuma-cuma atau tanpa biaya tambahan.

Nikmati semua manfaat dengan PC yang lengkap – PC sudah termasuk Office Home & Student 2019. Aplikasi Office versi lengkap (Word, Excel dan PowerPoint) memberikan semua fungsi yang dibutuhkan dan diharapkan oleh penggunanya.

Untuk spesifikasi lengkap bisa dilihat di sini:

Main Spec. ASUS ZenBook Pro Duo 15 OLED (UX582)
CPU Intel® Core™ i9-10980HK Processor 2.4 GHz (16M Cache, up to 5.3 GHz)

Intel® Core™ i7-10870H Processor 2.2 GHz (16M Cache, up to 5.0 GHz)

Operating System Windows 10 Home with Office Home & Student 2019 pre-installed

Windows 10 Pro

Memory 32GB DDR4
Storage 1TB M.2 NVMe™ PCIe® 3.0 x4 SSD
Display Main Display
15,6″ (16:9) OLED 4K UHD (3840 x 2160), 440 nits, 100% DCI-P3, NanoEdge Display, Touchscreen, PANTONE® Validated display, TÜV Rheinland eye-care certified display, VESA Display HDR
ScreenPad Plus
14” (3840 x 1100) IPS touchscreen
Graphics NVIDIA® GeForce® RTX 3070
Input/Output 1x USB 3.2 Gen 2 Type-A, 2x Thunderbolt™ 3 supports display output, 1x HDMI 2.1, 1x 3.5mm Combo Audio Jack
Camera HD camera with IR function to support Windows Hello
Connectivity Intel Wi-Fi 6(Gig+)(802.11ax)+Bluetooth 5.0 (Dual band) 2*2
Audio Smart Amp Technology, Built-in speaker, Built-in array microphone, harman/kardon certified
Battery 92WHrs, 4S2P, 8-cell Li-ion
Dimension  35.98 x 24.92 x 2.15 ~ 2.15 cm
Weight 2,34 kg
Colors Celestial Blue
Price Rp42.999.000 (Core i7/Win 10 Home + OPI)

Rp50.999.000 (Core i9/Win 10 Pro)

Warranty 2 tahun garansi global

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial dan didukung oleh ASUS

Agate Akuisisi Game Developer Asal Jakarta

Informasi tentang akuisisi game developer lokal kembali hadir. Kali ini giliran Agate, pengembang game berbasis di Bandung, yang mengakuisisi sesama game developer lokal lain, Freemergency.

Kabar akuisisi ini juga telah dikonfirmasi CEO dan co-founder Agate International, Arief Widhiyasa lewat posting di social media Facebook. Seperti yang dikutip dari IGN akuisisi ini menambah daftar game developer asal Indonesia yang diakuisi Agate setelah Ekuator Games di tahun 2019.

Nilai akuisisi memang tidak disebutkan namun kisaran angkanya adalah dalam miliaran rupiah.

Masih dikutip dari IGN, tim dari Freemergency yang berjumlah 6 orang disebutkan akan bergabung bersama tim di Agate International. Freemergency sendiri adalah game studio berbasis di Jakarta yang didirikan di tahun 2018 oleh alumni BINUS.

Salah satu game yang telah bisa dimainkan dari gamedev ini adalah Retrograde Arena yang tersedia di PC via Steam dan Nintendo Switch. Game ini mendapatkan pengghargaan di SEA Game Awards di acara Level Up Kuala Lumpur dan mendapatkan lebih dari 32 ribu unduhan saat pertama kali dirilis untuk Nintedo Switch.

Dalam postingannya di FB, Arief menjelaskan bahwa proses deal untuk akuisisi ini berjalan cukup singkat, salah satunya karena kesamaan misi yang dimiliki antara Agate dan Freemergency. Salah satu komentar dari Arief bisa memberikan sedikit nuansa visi yang akan dijalankan Agate untuk akuisisi ini:

‘This is the commitment from Agate and myself in our ongoing efforts to grow our Indonesia Game Industry. By acquiring and growing the brightest talents from these great studios, we’re excited to not only work with some of the best in Indonesia, but to also call them our friends and welcoming them into Agate crews’.

Nama Agate sendiri bisa dibilang adalah salah satu brand game developer yang tidak bisa tidak kita sebut ketika membicarakan ekosistem game developer di Indonesia. Selain telah memiliki tim yang cukup besar, berbagai game juga telah dirilis oleh Agate, Valthirian Arc (yang mendapat penjualan 7 miliar dalam waktu tiga bulan), Code Atma sampai dengan Tirta yang masih dalam pengembangan.

Dikutip dari rilis, disebutkan bahwa kapabilitas Freemergency dalam mengembangkan dan menjalankan gim dengan fitur online multiplayer menjadi alasan lain yang mendasari keputusan akuisisi ini. Retrograde Arena sendiri adalah adalah gim bergenre twin stick shooter yang hadir dengan fitur online multiplayer.

Dihubungi via WA melalui perwakilan Agate, Arief juga menambahkan bahwa semua bagian dari tim Freemergency akan bergabung dengan tim dari Agate, (yang mengindikasikan ini juga merupakan akuisisi talent-ed), dan akan disebar ke berbagai projek di Agate. Arief juga menambahkan bahwa kapabilitas tim Freeergency untuk game multiplayer akan dimaksimalkan setelah melebur ke Agate.

Kristian Utomo – CEO Freemergency berkomentar bahwa kontak dengan Agate telah dilakukan sejak Game Prime 2018.

“Kami memiliki tujuan yang hampir sama. Saya percaya kami bisa menggabungkan keahlian Freemergency dalam mengembangkan gim online multiplayer dengan pengalaman Agate dalam mengelola gim live service demi membuat gim yang lebih keren lagi untuk para pemain.”

Akuisisi antar game developer lokal ini menurut saya baik dilihat dari sisi perkembangan ekosistem, game developer yang lebih besar bisa mengakuisisi yang lebih independen (kecil) agar bisa berkembang lebih cepat, baik dari pembuatan game atau perilisannya. Di sisi lain, kurangnya ketertarikan pendanaan investor atas game developer lokal (jika dibandingkan ekosistem startup misalnya), menjadikan akuisisi dari sesama game developer lokal menjadi pelipur lara. Dengan catatan tentunya, akuisisi harus berhasil meningkatkan daya saing dan mengembangkan sisi bisnis, sehingga bisa menaikan tingkat valuasi dari ekosistem game developer lokal yang nantinya bisa menarik investor lebih banyak lagi.

Ketika ditanya tentang apakah akan ada rencana akuisisi lagi dari Agate dan kemungkinan untuk game di luar Indonesia jika itu terjai, Arief menyebutkan bahwa Agate percaya pada potensi dan kemampuan game developer dari Indonesia, dan mereka akan berusaha secara maksimal untuk berinvestasi dan membantu mengembangkan ekosistem. Agate juga telah memiliki program terkait ini seperti akademi, inkubasi, publisher dan beberapa program lain.

Untuk strategi Merger and Acquisition (M&A), Arief menambagkan bahwa ini merupakan bagian dari berbagai strategi untuk mengembangkan ekosistem game developer. Jika dalam perjalannya ada kesamaan visi dengan game developer lainnya, Agate tidak menutup kemungkinan akan melakukan M&A lagi.

Sambil menunggu update terbaru dari sisi pengembangan game setelah akuisisi ini, saya akan bersiap menyalakan Switch saya untuk menuju Nintendo eShop dan mengunduh Retrograde Arena.

Disclosure: Artikel asli telah dilakukan perubahan dengan menambahkan komentar Arief Widhiyasa, CEO dan co-founder Agate International.

Bocoran Tampilan FIFA 22 Muncul di Internet

Sat ini kita telah memasuki masa tengah tahun 2021, beberapa game yang punya jadwal rutin tahunan mulai bersiap untuk seri lanjutan. Sudah menjadi rutin, bahwa beberapa game sport akan dirilis mendekati akhir tahun, salah satunya adalah seri game FIFA.

Saat ini, yang tersedia di pasaran adalah seri FIFA 21 yang dirilis akhir tahun 2020, dengan konten yang relate sama musim pertandingan tahun 2020-2021. Kini mendekati akhir musim pertandingan baik liga atau antara negara maka versi terbaru dari game FIFA akan disiapkan untuk seri selanjutnya.

Dari informasi yang beredar, EA sendiri, sebagai pengembang akan menampilkan tampilan FIFA 22 secara resmi di ajang EA Play Live pada bulan Juli, namun bocoran dari tampilan game ini telah muncul ke publik.

Sebagai salah satu pemain rutin FIFA 21 yang sebagian besar waktu bermain game habis untuk mengumpulkan pemain terbaik (versi saya sendiri) di mode FUT, bocoran ini memberikan sedikit rasa penasaran sekaligus was-was. Apakah FIFA 22 akan tampil lebih seru dari FIFA 21?

Salah satu sumber yang menampilan cukup banyak bocoran tampilan adalah akun FUT Mentor, kebetulan saya follow akun ini via Instagram. Namun penjelasan yang agak lebih lengkap tentang bocoran ini bisa ditonton juga di Youtube di bawah. Info bocoran berdasarkan info yang muncul di akun Twitter @kinglangpard.

Dari beberapa bocoran yang muncul yang paling kentara adalah penggunaan warna yang, lagi-lagi, cukup ngejreng. Yaitu hijau terang. Warna ngejreng ini sebenarnya sudah cukup muncul di FIFA 21 dengan nuansa warna ungu terang. Beberapa tampilan lain juga memberikan gambaran tampilan FIFA 22 untuk perangkat PS5 dengan layout menu awal saat masuk game serta ikon kontroler PS5 ketika memilih side saat akan bertanding.

Tampilan bagian menu utama juga muncul bocorannya dengan penekanan menu pada Volta Football. Logo team juga desain bocorannya muncul yang bagi saya terasa terlalu polos malah mengingatkan pada tampilan PES.

Untuk gameplay sendiri, bocorannya akan ada beberapa penyesuaian seperti passing lalu defending (switch player between defender).

Waktu peluncuran FIFA 21, saya kebetulan mendapatkan akses agak lebih cepat dari ketersediaan di market. Saya cukup intens bermain FIFA (lagi) sejak FIFA 20 tengah musim, setelah sebelumnya cukup intens di beberapa seri FIFA sebelum FIFA 19. Perubahan dari FIFA 20 ke FIFA 21 bagi saya cukup menyegarkan, baik musik tampilan menu dan elemen lain. Meski tidak besar tapi perubahannya membuat saya cukup menikmati game ini.

Kalau dari sisi gameplay, karena saya baru fokus di FUT satu setengah tahun ke belakang, sebelumnya lebih fokus bermain bersama teman offline menggunakan klub, salah satu yang saya apresiasi adalah perubahan crossing dan header yang di FIFA 21 kembali bisa jadi andalan untuk pemain-pemain yang memang punya header dan umpan crossing yang baik. Mengingatkan saya pada FC Bayern Munich yang saya mainkan dengan hampir 80% crossing menggunakan Robben atau Ribery pada masanya.

Nah, apakah ada elemen gameplay baru di FIFA 22? Tentu saja saya berharap ada, namun yang lebih penting sih sebenarnya EA bisa menghilangkan lebih banyak bug-bug mengganggu yang sering muncul saat permainan, dan bisa menyeimbangkan lagi kontrol dan AI. Sehingga lebih terasa lagi elemen simulator game sepakbola di seri selanjutnya.

Rumor ini tentu saja bisa jadi akan sekali berubah saat EA nanti merilis resmi FIFA 22, namun karena bocoran ini didapatkan dari akses play test/beta, ada kemungkinan perubahannya tidak akan terlalu signifikan. Dan semoga saja bocoran ini juga bukan sekedar photoshop tetapi memang benar dari aktual game. Kita tunggu info-info terkait game FIFA 22 selanjutnya.

Gambar header: Fifaultimateteam.it.

Menanti Fitur Game Baru di OPPO Reno6

Salah satu segmen konsumen yang menarik untuk disasar oleh pemilik brand adalah para gamers. Mereka yang secara rutin memainkan game di perangkat mobile mereka. OPPO, meski tidak merilis ponsel khusus gaming, namun telah lama menyediakan fitur gaming untuk para penggunanya.

Salah satu yang paling baru adalah dengan ikut mensponsori turnamen esports PUBG Mobile Championship atau PMNC 2021. Dengan menjadi sponsor di gelaran gaming seperti ini tentunya menjadi lumrah jika OPPO menyematkan fitur baru terkait gaming di perangkat mereka yang sedang dalam tahap persiapan untuk diluncurkan.

Adalah OPPO Reno6 perangkat yang siap hadir untuk pasar Indonesia. Tampilan perangkat ini muncul secara singkat di acara PMNC 2021. Di tayangan live turmanen Anda bisa melihat bagian depan dari perangkat serta bagian tertentu belakang smartphone. Reno6 akan memiliki tampilan yang mirip dengan Reno5 jika dilihat dari bagian depan, sedangkan untuk bagian belakang akan menghadirkan 3D Curved untuk kenyamanan genggam. Dari sisi tampilan layout kamera juga akan mirip dengan Reno5.

Untuk fitur gaming yang akan hadir di Reno6, disebutkan pada rilis adalah fitur Quick Startup, yang memungkinkan pengguna untuk tidak lagi menunggu lama untuk masuk ke aplikasi game yang sudah dipulih ketika kembali setelah membuka aplikasi lain.

Dari rilis resmi dijelaskan bahwa fitur ini merupakan fitur yang secara cerdas akan mengidentifikasi game favorit yang paling sering dimainkan dan membuatnya tetap aktif pada latar belakang. Sehingga apabila pengguna kembali memilih game tersebut, secara otomatis Reno6 akan membuat jalan pintas untuk langsung berada pada halaman beranda game dalam satu kali klik. Ini akan mempersingkat waktu pemuatan game sehingga nantinya pengguna Reno6 tidak akan memulai lagi berbagai pemuatan dalam game seperti jendela publisher game atau pemuatan ulang data game.

OPPO sendiri dikenal dengan kolaborasinya dengan beberapa game online dan telah menghadirkan fitur-fitur seperti game space, hyper boost dan game assistant.

Tentunya menarik untuk menanti kejutan fitur-fitur apa yang akan di hadirkan OPPO untuk jagoan kelas menengah di seri Reno. Perangkat Reno6 diperkirakan akan hadir kuartal kedua tahun 2021 dan akan membawa peningkatan baik dari sisi fitur dan performa dibangkan seri sebelumnya. Selain itu Reno6 juga akan hadir dengan desain dan material warna yang berbeda dari seri sebelumnya.