Begadang Bareng Komunitas R6 Indonesia Nonton Six Invitational

Buat yang belum tahu, kompetisi Rainbow Six: Siege (R6S) tingkat global itu hanya ada 2: Pro League dan R6 Invitational. Jadi, R6 Invitational ini adalah turnamen R6 paling bergengsi tingkat dunia yang ada saat ini.

Tim-tim R6S terbaik dari seluruh penjuru dunia beradu akal dan mental atas sebuah gengsi menyandang predikat juara dunia R6. Ada 16 tim yang dibagi jadi 4 grup yang siap bertarung. Inilah para pesertanya, beserta jalur mereka bisa sampai ke kompetisi paling bergengsi ini:

Sumber: Ubisoft
Sumber: Ubisoft

Six Major Champions:

DreamHack Montreal Champions:

Season 8 Pro League Finalists:

DreamHack Winter Runner-ups*:

  • PENTA Sports (EU) *Slot was granted to the runner-up as the winners (G2 Esports) were already qualified

Online Qualifier Winners: 

Sumber: R6 IDN
Sumber: R6 IDN

Untuk merayakan gelaran kompetisi termegah tadi, sembari menjalin kedekatan bersama, Komunitas R6S Indonesia (R6 IDN) mengadakan nonton bareng R6 Invitational untuk babak Semifinal dan Grand Finalnya di hari Sabtu dan Minggu ini (16-17 Februari 2019). Berhubung jadwalnya mengikuti siaran langsung yang digelar di Montreal, Canada, komunitas R6 IDN mengajak begadang bersama-sama.

Bobby Rachmadi Putra, Community Leader dari R6 IDN, mengatakan bahwa, “nobar ini digelar karena untuk merayakan sengitnya pertarungan kasta tertinggi esports Rainbow Six: Siege. Sekaligus untuk menjadi ajang keakraban bagi komunitas yang sudah lama berkompetisi bersama. Intinya sih seru-seruan bareng komunitas R6.”

Buat para pecinta R6S ataupun yang depresi karena masih jomlo di akhir pekan pasca hari Valentine, silakan merapat ke DailySocial Kemang Office untuk nonton bareng di hari Sabtu dan Minggu mulai pukul 22:00 WIB.

Kira-kira siapa yang bisa bertahan sampai pagi ya? Eh, siapa yang akan juara di Six Invitational ini?

Disclosure: Hybrid adalah media partner dari Rainbow Six: Siege Indonesia Community (R6 IDN)

Tim Kelas Pro League, Ferox E-Sports Juarai ComCup7

Community Cup (Comcup) 7 yang digelar akhir pekan lalu (9-10 Februari 2019) akhirnya telah menemukan sang pemenangnya. Pemenang Comcup 7 kali ini mungkin memang sudah tak asing lagi buat para penggemar esports Rainbow Six: Siege (R6S) Indonesia, yaitu Ferox E-Sports.

Ferox E-Sports sendiri merupakan salah satu tim R6S asal Indonesia yang juga turut bertanding di R6S Pro League, yang berisikan tim-tim terbaik dari seluruh penjuru dunia. Tim ini sudah turut berlaga di liga profesional paling bergensi tad  dari musim kemarin hingga sekarang (saat berita ini ditulis). Untuk tim asal Indonesia sendiri, hanya ada 2 yang bertanding di Pro League tersebut yaitu Ferox E-Sports dan Scrypt (sebelumnya bernama Gosu). Di sana memang ada nama Aerowolf yang sebenarnya organisasi esports asal Indonesia namun para pemain tim R6S mereka semuanya justru berasal dari Singapura.

Sumber: ESL Pro League
Sumber: ESL Pro League
  • Derry “Detrian” Rahadiputra (20 tahun)
  • Reinaldo “Tolji” Gilbert Honantha (17 tahun)
  • Richard “Rixx” Nixon Latif (18 tahun)
  • Muhammad Ihsan “Lonely” Akbar Panggabean (19 tahun)
  • Muhammad Irham “Mizu” Akbar Panggabean (21 tahun)
  • Anthony “Zetosin” Lie (18 tahun)
  • Daffa “Kura” El (16 tahun)

Anehnya, LIMITLESS Gaming yang sebelumnya juara ISL4 justru tersandung di pertandingan pertama. Apakah Ferox bisa bertahan di turnamen selanjutnya seperti Star League 2019 ataupun ComCup 8 (yang akan digelar tanggal 23-24 Februari 2019)? Atau apakah iNation yang mampu membalaskan dendam mereka atas kekalahan sekarang?

Disclosure: Hybrid adalah media partner dari Rainbow Six: Siege Indonesia Community (R6 IDN)

PSG Jalin Kolaborasi bersama RRQ untuk Tim Mobile Legends

19 April 2018 yang lalu, Paris Saint-Germaine jalin kerjasama dengan salah satu organisasi terbesar asal Tiongkok, LGD. Tim utama mereka, untuk Dota 2, pun berubah nama menjadi PSG.LGD.

Hari ini, 8 Februari 2019, PSG kembali membuat kejutan dengan menjalin kerjasama dengan salah satu organisasi esports terbesar asal Indonesia, Rex Regum Qeon (RRQ). Bertempat di The Dharmawangsa Hotel, Jakarta Selatan, PSG mengumumkan kerjasama tersebut.

Namun demikian, kerjasama ini memang hanya terbatas pada tim Mobile Legends: Bang Bang dari RRQ meski organisasi ini punya lebih dari 9 divisi game. Setelah konferensi pers, kami pun sempat berbincang-bincang singkat mengenai kerjasama ini dengan CEO RRQ, Andrian Pauline yang akrab disapa AP.

RRQ.O2 saat jadi juara MPL ID S2. Sumber: MLBB
RRQ.O2 saat jadi juara MPL ID S2. Sumber: MLBB

Menurut penuturan AP, kerjasama ini terjadi karena ada kesamaan DNA antara RRQ dan PSG yang sama-sama mengincar prestasi.

Mengenai perluasan kerjasama ini ke game lainnya, AP menjelaskan PSG sendiri memang masih menghindari game-game shooter seperti PUBG Mobile; padahal tim PUBGM dari RRQ, Athena, boleh dibilang punya prestasi yang lebih baik karena berhasil menjadi juara dunia di Dubai saat PUBG Mobile Star Challenge.

Sebenarnya, prestasi tim MLBB RRQ sendiri memang tidak buruk karena mereka masih bisa mengklaim sebagai tim MLBB terbaik di Indonesia berkat kemenangan mereka di Grand Final MPL ID S2. Namun, tetap saja skala esports MLBB sendiri belum sebesar PUBGM dan RRQ pun gagal juara di kompetisi MLBB tingkat Asia Tenggara terakhir, MSC 2018.

Lebih jauh AP bercerita soal awal kerjasama ini. Menurutnya, PSG lah yang lebih dahulu mendekati RRQ via email untuk menawarkan kerjasama ini di bulan Oktober 2018. Setelah proses yang cukup panjang, beberapa bulan berselang, kerjasama ini diumumkan. Sedangkan untuk bentuknya, kerjasama ini merupakan partnership, bukan sponsorship. Jadi, memang tidak ada investasi dalam bentuk dana antara keduanya – apalagi akuisisi RRQ oleh PSG.

Dokumentasi: Hybrid
Dokumentasi: Hybrid

Saat sesi tanya jawab bersama awak media, Sébastien Wasels, Managing Director dari PSG untuk Asia Pasifik pun menjelaskan alasan mereka menggandeng RRQ. Menurutnya, Indonesia merupakan pasar yang besar dan mereka juga punya jumlah fans yang besar di Indonesia. Karena itulah, mereka ingin menggaet lebih banyak fans dari Indonesia lewat kerjasama dengan RRQ.

Sebagai klub sepak bola yang paling aktif mendukung esports, saya pribadi penasaran atas pendapat PSG tentang klub bola lain yang masih negatif soal esports (seperti Bayern Munich yang seakan masih galau soal ini). Wasels pun mengatakan, “kami menghormati pendapat seperti itu. Namun, bagi PSG, esports itu penting dan kami akan terus percaya dengan esports. Kalau tidak mau ke esports, ya bagus, berarti lebih banyak kesempatan buat kami.” Katanya sambil tertawa.


Terakhir, kerjasama ini mungkin memang menarik dan bisa mengangkat nama esports Indonesia, khususnya RRQ, di mata dunia. Namun demikian, satu hal yang bisa jadi tantangan tersendiri adalah beban moril yang harus ditanggung oleh para pemain MLBB, seperti Tuturu, Lemon, AyamJGO, dan kawan-kawannya karena membawa nama besar PSG.

Bagaimana ya kira-kira performa mereka di MPL ID S3 nanti? Melihat ke belakang, LGD justru bisa mencuri gelar juara Major (Epicenter XL) dari Team Liquid sesaat setelah berubah nama jadi PSG.LGD. Jadi, siapa tahu PSG.RRQ bisa jadi juara MSC 2019…

Pemerintah Tiongkok Akui Esports Sebagai Profesi Resmi

Tanggal 25 Januari 2019, Kementrian Tenaga Kerja dan Perlindungan Sosial Tiongkok (Ministry of Human Resources and Social Security – CMHRSS) memberikan pengumuman resmi yang menyatakan bahwa esports professional dan esports operator akan diakui sebagai 2 profesi baru, bersama dengan 13 profesi lainnya seperti A.I engineer, big data engineer, dan drone pilot.

Menurut laman resminya, CMHRSS sendiri merupakan kementrian yang bertugas untuk membuat kebijakan dan perundang-undangan tenaga kerja di Tiongkok sana yang bertugas memberikan dukungan kepada industri dan perusahaan yang intensif dalam hal sumber daya manusia agar mampu memberikan lapangan pekerjaan yang lebih luas.

Kabar tentang 2 profesi esports baru tadi sebenarnya cukup mengejutkan karena, sebelumnya, hubungan antara pemerintah dan industri game secara umum di sana tidak terlalu kondusif. Pemerintah di sana sebelumnya mengkaji 20 judul game dan menolak 9 judul karena dianggap tidak memiliki konten yang layak. Sedangkan 11 judul game lainnya diharuskan untuk digarap ulang agar menghilangkan hal-hal yang dianggap berbahaya bagi moral.

Sumber: CMHRSS
Sumber: CMHRSS

Di sisi lainnya, Kementrian Kesehatan Tiongkok juga sebelumnya menyatakan bahwa game dapat berakibat buruk bagi kesehatan mata. Karena itulah, pemerintah sana juga menahan ijin perilisan game sejak Maret 2018; meski di Desember 2018 ada 80 game yang akhirnya disetujui dirilis. Menariknya lagi, dari 80 game tersebut, tidak ada satupun game rilisan Tencent yang bisa dibilang sebagai publisher game terbesar di dunia dan salah satu penggerak esports terbesar dari Tiongkok.

Meski demikian, hubungan antara pemerintah sana dan esports sepertinya mulai membaik. Muasalnya, pemerintah Shanghai memulai pendaftaran untuk program bagi atlet esports di Desember 2018 lalu.

Kembali ke 2 profesi esports yang baru saja diakui, menurut CMHRSS, esports operator adalah orang-orang yang mengorganisir turnamen esports dan hasil kontennya. Sedangkan esports profesional mengacu kepada para pemain esports profesional yang berkompetisi di turnamen, tampil di event esports, ataupun yang bertanding dan berlatih melawan pemain profesional lainnya.

Sumber: Valve via Flickr
Sumber: Valve via Flickr

Lucunya, salah satu pekerjaan utama dari esports professional itu tadi termasuk account boosting atau, bahasa kerennya, jasa joki. Buat yang belum familiar dengan istilah tersebut, jasa joki mengacu pada layanan yang diberikan oleh pemain untuk meningkatkan rank pemain lainnya dengan bayaran tertentu. Padahal, jasa joki ini sebenarnya dilarang oleh sejumlah publishers ataupun organizers seperti Riot Games (LoL), EA (FIFA), dan beberapa yang lainnya.

Bagaimana kelanjutannya dari perkembangan industri dan ekosistem esports di Tiongkok sana nantinya? Lalu, kapan ya kira-kira profesi industri game di Indonesia bakal diakui pemerintah?

Komunitas R6S Siap Gelar Community Cup yang Ketujuh

Komunitas Rainbow Six: Siege (R6S) Indonesia kian aktif menggarap esports R6S di tanah air. Setelah mengawali tahun 2019 dengan babak kualifikasi untuk Star League, hari Sabtu dan Minggu (9-10 Februari 2019) ini mereka akan menggelar Community Cup yang ketujuh (ComCup 7) kalinya.

Buat yang belum familiar dengan jenjang kompetisi R6S di Indonesia, Community Cup merupakan turnamen dengan ‘kasta’ terendah. Di atas Community Cup, ada yang namanya Indonesian Series League yang terakhir digelar (ISL4) pada bulan Desember 2018 lalu. Di 2019 ini, Komunitas R6S Indonesia mengenalkan 2 ajang kompetitif baru yaitu Star League tadi (yang satu tingkat di atas ISL) dan Major Event yang merupakan puncak ajang kompetitif R6S Indonesia.

Berbicara mengenai ComCup 7 kali ini, meski jenjang kompetisinya terendah, peserta yang sudah siap bertanding merupakan tim-tim yang tak dapat dipandang sebelah mata karena ada LIMITLESS Gaming yang jadi juara ISL4, Ferox E-Sports, iNation e-Sports, dan kawan-kawannya. Anda bisa melihat daftar lengkap pesertanya di gambar di bawah ini.

Sumber: Toornament
Sumber: Toornament

Satu hal yang menarik yang kami dengar ceritanya dari Bobby Rachmadi Putra, yang merupakan Community Leader R6 IDN, turnamen ini sebenarnya awalnya hanya terbuka untuk 16 tim. Namun berhubung banyaknya tim yang mendaftar dan permintaan komunitas, turnamen ini jadi berisikan 24 peserta.

Untuk hadiah yang disediakan bagi pemenang kompetisi ini (yang didukung langsung oleh Ubisoft), ada 1200 R6 Credits sebanyak 5 buah untuk sang juara pertamanya.

Apakah LIMITLESS Gaming juga akan menjadi juara setelah kemenangan dramatis mereka di ISL4 lalu? Atau justru akan ada juara baru yang mampu mencuri perhatian kali ini? Jangan lupa saksikan ComCup7 di kanal YouTube R6 IDN yang akan dimulai pukul 11.00 WIB hari Sabtu. Untuk informasi lengkap soal aturan main ataupun bracket, Anda bisa melihatnya langsung di laman Toornament ComCup7.

Disclosure: Hybrid adalah media partner dari Rainbow Six Indonesia Community

Perjalanan Menuju Panggung Dunia yang ditawarkan ESL Indonesia

Tahun 2018, industri dan komunitas esports tanah air dikejutkan dengan kerjasama ESL dan Salim Group yang bertujuan menggarap esports Indonesia. Salim Group adalah salah satu perusahaan konglomerasi terbesar di Indonesia. Sedangkan ESL adalah salah satu penggerak industri esports internasional yang boleh dibilang sudah menguasai industri esports di negara-negara barat, Amerika Serikat dan Eropa.

Tentu saja, kehadiran dan rencana ESL di Indonesia tadi memunculkan banyak pertanyaan di kepala para pemerhati dan penggiat esports. Karena itulah, Hybrid pun menghubungi ESL untuk berbincang lebih jauh tentang pertanyaan tadi. Satu hal yang mungkin bisa kami pamerkan (haha…) dan banggakan adalah kami menjadi media ketiga yang berkesempatan mewawancarai perwakilan ESL Indonesia. 2 media sebelum kami adalah CNN dan Nikkei, yang merupakan brand media internasional.

Inilah perbincangan kami dengan perwakilan ESL Indonesia, yakni Nick Vanzetti; SVP, Managing Director Asia Pacific Japan.

Sebelum kita masuk ke obrolannya, ijinkan kami sejenak mengenalkan ESL.

Tahun 2000, ESL berdiri namun kala itu mereka masih mengusung nama Electronic Sports League. Tahun 2015, mereka menggelar sebuah ajang esports yang paling banyak ditonton di jamannya yang bertajuk Intel Extreme Master (IEM) Katowice.

Di tahun yang sama juga Modern Times Group (MTG), perusahaan konglomerasi media asal Swedia, membeli mayoritas saham ESL dari Turtle Entertainment dengan menggelontorkan dana sebesar €78 juta.

Pertanyaan pertama yang mungkin memang harus ditanyakan adalah apa yang membuat Indonesia menarik bagi perusahaan sebesar ESL? Nick pun bercerita bahwa Asia Tenggara pada umumnya adalah pasar yang menunjukkan pertumbuhan besar dan ESL belum banyak menjalankan aktivitas di wilayah ini. Jadi, ESL pun beranggapan bahwa menggarap pasar Asia Tenggara adalah langkah selanjutnya yang tepat untuk melebarkan sayap.

Sumber: ESL
ESL One Birmingham 2018. Sumber: ESL

Sedangkan Indonesia sendiri adalah negara besar yang punya fanbase dengan antusiasme tinggi. Ditambah lagi, mereka juga menjalin kerjasama dengan Salim Group yang menjadikan Indonesia sebagai salah satu pilihan yang logis untuk ESL membangun fondasi mereka.

Seperti yang saya tuliskan tadi di awal, ESL memang menjadi salah satu motor penggerak industri esports di barat sana namun pasar Indonesia adalah pasar yang jauh berbeda. Misalnya saja, League of Legends (LoL) adalah game kompetitif yang paling populer di luar sana. Namun, di Indonesia, setelah liga profesionalnya (LGS) ditutup; komponen pendukung ekosistemnya seperti Hasagi (media berbahasa Indonesia yang khusus membahas LoL) pun hilang tak tersisa layaknya para aktivis jaman Orde Baru.

Sebaliknya, Mobile Legends yang jadi game puluhan juta ‘umat’ di sini bahkan tak punya ajang kompetitif yang lebih tinggi dari tingkat Asia Tenggara (setidaknya sampai artikel ini ditulis).

Sumber: ESL
IEM Chicago 2018. Sumber: ESL

Bagaimanakah strategi ESL menggarap pasar Indonesia yang sangat berbeda dengan yang sebelumnya mereka lakukan? Nick pun mengatakan bahwa mereka memang harus mengadaptasikan strategi yang dijalankan agar sesuai dengan pasarnya masing-masing. “Bagaimana kami beroperasi di Thailand akan berbeda dengan cara kerja kami di Indonesia. Karena itulah, bekerjasama dengan partner-partner lokal menjadi satu hal yang krusial. Kami juga akan merekrut orang-orang lokal sebanyak yang dibutuhkan.”

Lebih lanjut Nick menjelaskan bahwa ESL mungkin memang sudah paham bagaimana caranya menjalankan esports namun mereka belum tentu tahu cara yang terbaik untuk diterapkan di masing-masing negara. Karena itulah, mereka harus mendengarkan masukkan dari para pemain, tim, ataupun komunitas tentang cara yang tepat untuk negaranya masing-masing.

Nick pun memberikan contoh yang lebih kongkret tentang adaptasi strategi tadi. Ia sebelumnya berangkat dari mengembangkan bisnis untuk ESL Australia yang merupakan pasar besar untuk PC gaming dan console gaming. Namun, jika ia mencoba menggelar turnamen Call of Duty untuk PS4 di Indonesia, cara itu tidak tepat diterapan di sini. Di sini, kita harus menggelar turnamen untuk mobile gaming.

Berbicara mengenai pasar esports tanah air, meski memang sudah jauh lebih besar ketimbang beberapa tahun silam, esports di Indonesia mungkin bisa dibilang ‘membosankan’ karena Mobile Legends yang seringnya jadi pilihan utama ajang kompetitif berskala besar. Masih banyak game-game lain di Indonesia yang seolah jadi anak tiri esports seperti Tekken, FIFA, PES, Street Fighter, Rainbow Six: Siege, League of Legends, ataupun bahkan CS:GO – dan belasan game kompetitif lainnya yang terlalu banyak jika disebutkan semuanya di sini.

Sedangkan ESL di luar sana dikenal cukup banyak mengangkat judul-judul game yang lebih bervariasi, seperti PUBG (PC), Rainbow Six, CS:GO, Battlefield 4, Hearthstone, Dota 2, dan segudang game lainnya. Apakah mereka juga akan memberikan variasi yang sama untuk scene esports lokal?

Nick sendiri mengaku, di awal-awal kehadiran ESL di Indonesia, banyak yang meminta mereka untuk menggarap lagi scene kompetitif CS:GO di sini; apalagi mengingat ESL lah yang menggarap ajang kompetitif CS:GO paling bergengsi di dunia: Intel Grand Slam. Nick juga mengatakan bahwa ESL akan membawa variasi-variasi baru di scene esports lokal dan CS:GO adalah salah satu kemungkinan judul game yang akan mereka garap ke depannya.

Meski demikian, ia juga harus mempertimbangkan beberapa hal sebelum ESL memopulerkan kompetisi game-game yang mungkin bukan paling populer di Indonesia seperti apakah komunitasnya cukup besar di sini, apakah mereka juga mau nonton pertandingan-pertandingan kompetitif, ataupun apakah game tersebut dapat menarik para sponsor.

Berbicara mengenai sponsor, ESL di Eropa berhasil menarik banyak sponsor non-endemik seperti Vodafone, Mercedez-Benz, dan kawan-kawannya. Apakah ESL juga akan mengajak brand-brand non-endemik untuk sponsori acara mereka di Indonesia? Apakah hal ini akan lebih sulit dilakukan di Indonesia?

Nick pun bercerita bahwa mereka telah mendapatkan dukungan dari Indofood karena kerjasama mereka dengan Salim Group. Di streaming kompetisi ESL Indonesia yang sudah berjalan juga sudah ada logo dari Mercedez-Bens. Namun hal itu tadi masih permulaan karena ada beberapa brand non-endemic lainnya yang juga sudah menyatakan ketertarikan mereka untuk sponsori esports Indonesia.

Nick juga mengatakan bahwa meyakinkan non-endemic brand di Indonesia tidak lebih sulit dibandingkan di negara lainnya. Maksudnya, bukan berarti mudah juga. Meyakinkan sebuah brand non-endemic memang terkadang butuh waktu yang lama dan sama sulitnya di semua negara.

Berbicara mengenai industri esports Indonesia, saat ini sudah ada beberapa perusahaan EO (event organizers) seperti Mineski Event Team, RevivalTV, dan kawan-kawannya yang mungkin bisa jadi lebih familiar dengan pasar Indonesia. Lalu hal unik apa yang sebenarnya bisa ditawarkan oleh ESL, yang tidak dapat ditawarkan oleh yang lain, agar mereka dapat kompetitif di pasar Indonesia?

Sebelum menjawab pertanyaan tadi, Nick pun ingin menegaskan 2 hal terlebih dahulu. Pertama, menurutnya, pasar Indonesia adalah pasar yang besar yang masih cukup untuk beberapa event organizer sekalipun. Kedua, ESL hadir di Indonesia bukan untuk mematikan kompetitor karena, bagi mereka, kemajuan industri esports dalam negeri dengan semua para pemain industrinya juga penting.

Sumber: ESL
EVOS Esports saat bertanding di ESL One Hamburg 2018. Sumber: ESL

Sedangkan untuk keunikan yang membuat mereka berbeda dengan event organizer lainnya di Indonesia adalah, karena mereka perusahaan internasional, mereka telah menggarap esports 20 tahun sehingga mereka tahu bagaimana caranya membuat event yang benar-benar berkualitas. Ditambah lagi, karena jaringan mereka di berbagai negara, mereka ingin memberikan platform untuk para pemain Indonesia untuk menuju panggung di luar Indonesia ataupun bahkan di luar Asia Tenggara. Jadi, mereka bisa mengirimkan pemenang dari event di Indonesia untuk berkompetisi di tingkat yang lebih tinggi seperti Asia Pasifik. Misalnya, pemenang kompetisi Dota 2 dalam negeri milik ESL bisa saja akan dikirim untuk mewakili Indonesia untuk ESL One Birmingham.

Jadi intinya, ESL dapat memberikan perjalanan panjang dari zero to hero yang mungkin tak dapat ditawarkan oleh event organizer lainnya.

Terakhir, bagaimanakah rencana mereka di Indonesia? Apakah mereka juga berencana untuk jadi yang terbesar seperti apa yang mereka lakukan di pasar negara-negara barat sana?

Nick pun mengatakan “kami punya rencana jangka panjang di sini. Kami punya kantor permanen dan kami juga ingin melakukan segala sesuatunya dengan benar di sini. Kami pun ingin membangun brand kami.” Lebih lanjut Nick menjelaskan bahwa bisa saja mereka juga akan menggarap event di kota-kota lain selain Jakarta, seperti di Jawa Barat, Bali, atau kota lainnya. Mereka ingin membuat esports lebih mudah diakses di berbagai seluruh wilayah Indonesia.

Sumber: ESL
ESL One Birmingham. Sumber: ESL

Itu tadi obrolan singkat kami dengan Nick Vanzetti tentang ESL dan rencana mereka menggarap esports Indonesia. Bagaimana ya sepak terjang mereka ke depannya?

Oh iya, perbincangan ini juga masih sebagai perkenalan saja. Lain kali, kita akan berbincang kembali untuk menggali lebih jauh dari ESL karena pastinya mereka punya insight yang begitu berharga yang bisa kita gunakan bersama-sama untuk membangun industri esports tanah air.

Lebih Jauh Tentang Upaya Game.ly Meroketkan Celeb-Celeb Gaming Baru

Dari tanggal 15 Januari – 24 Februari 2019 ini, Game.ly dan Moonton menggelar satu ajang pencarian bakat streamer Mobile Legends: Bang Bang yang bernama MLBB Rising Stars. Untuk informasi lebih lengkap dari ajang tersebut, Anda bisa membacanya di artikel yang pernah kami tuliskan beberapa waktu lalu.

Karena konsepnya yang menarik, kami pun mengajak Game.ly untuk berbincang lebih lanjut tentang upaya mereka meroketkan celeb-celeb gaming baru. Kami pun berbincang langsung dengan Ryan Lymn, Vice President Game.ly tentang Game.ly dan MLBB Rising Stars.

Tentang Game.ly dan Investasi dari Google

Buat yang belum tahu, Game.ly memiliki tujuan untuk menyuguhkan platform komunitas dan hiburan buat para penggunanya. Menurut Ryan, mereka juga memberikan konten-konten unik termasuk konten dari beberapa tim esports papan atas seperti Bigetron Esports dan XcN.

Sumber: Gamely.com
Sumber: Gamely.com

Salah satu hal yang paling menarik dari Game.ly ini adalah perusahaan ini juga mendapatkan dukungan dari Google sebagai salah satu investornya. Ryan pun bercerita tentang hal ini. Menurutnya, sekitar 4 atau 5 tahun yang lalu, Google sebenarnya memang ingin menaruh investasi ke sebuah platform streaming yang menyasar pasar gaming. Kala itu, Twitch menjadi salah satu incaran pertama mereka. Namun demikian, Amazon sudah lebih dulu mengakuisisi Twitch.

Karena itulah, Google pun mencari partner potensial lainnya. Chu Shou, induk perusahaan Game.ly di Tiongkok, akhirnya menjadi pilihan untuk mendapatkan investasi dari Google karena platform tersebut memiliki angka DAU (Daily Active Users) yang cukup tinggi untuk pasar sana.

Kami pun berbincang lebih lanjut tentang tantangan apa saja yang dihadapi oleh Game.ly selama mereka menggarap pasar Indonesia. Ryan bercerita bahwa salah satu tantangannya adalah bagaimana menyesuaikan konten dengan budaya, norma, dan undang-undang yang berlaku di Indonesia. Pasalnya, hal-hal tadi sangat berbeda dengan yang berlaku di Tiongkok sana. Di sini, Game.ly bahkan punya satu tim sendiri yang bertugas selama 24 jam untuk mengawasi konten streaming agar layak dikonsumsi oleh generasi muda.

Sumber: MLBB
Sumber: MLBB

Meski Game.ly masih terhitung baru di Indonesia, mereka sudah menjadi sponsor untuk berbagai event kompetitif seperti MPL ID Season 2 dan 3, MSC 2018, dan ANC 2018. Mereka juga mengaku dekat dengan para publisher game lokal (Megaxus, Indofun, dkk.) ataupun publisher luar yang beroperasi di Indonesia (Moonton, Garena, Tencent, dan yang lainnya). Menariknya juga, meski memang mereka baru menjadi sponsor untuk game-game mobile, mereka tidak membatasi konten game PC ataupun console di streaming. Beberapa streamer di Game.ly juga bahkan ada yang bermain game casual ataupun horor.

Terlepas dari apapun game nya, Game.ly akan mendukung para streamer selama mereka dapat menyuguhkan konten yang menarik.

Ruang Kreatif Baru Bagi Streamer Amatir Menuju Bintang

MLBB Rising Stars ini sebenarnya seperti sebuah turnamen esports MLBB untuk kelas amatir seperti yang sudah digelar oleh kerjasama antara Smartfren, Yamisok, dan Moonton namun untuk para streamer ataupun celeb gaming. Tujuannya adalah memang memunculkan nama-nama dan potensi baru di dunia streaming game. 

Mekanisme MLBB Rising Stars. Sumber: Game.ly
Mekanisme MLBB Rising Stars. Sumber: Game.ly

Menurut Ryan, para streamer amatir ini meski punya potensi tidak bisa mendapatkan dukungan dari platform streaming yang lain. Mereka juga mungkin belum bisa mendapatkan support dari YouTube. Karena itulah, Game.ly menyuguhkan sebuah jembatan bagi para streamer baru yang ingin serius di bidang ini.

Kami pun bertanya, jika ajang ini ditujukan untuk amatir, bolehkah jika streamer YouTube yang sudah punya jutaan subscriber ikut serta? Ryan pun mengatakan boleh saja, asal mereka mau membuat akun baru. Karena, peserta yang boleh mengikuti ajang ini hanyalah mereka-mereka yang punya fans di bawah 100 saat mendaftar.

Nantinya, para pemenang di ajang ini akan dikontrak langsung oleh Game.ly dan Moonton. Bagaimana aturan main kontraknya? Ryan pun mengatakan untuk kontrak dengan Game.ly sendiri memang harus eksklusif, kecuali dengan YouTube. Jadi, mereka-mereka yang kontrak dengan Game.ly tak dapat streaming di platform lain kecuali YouTube. Sedangkan kontrak dengan Moonton berarti mereka tak boleh streaming game lain, selain MLBB.

Booth Game.ly saat di ajang MPL ID S2. Sumber: Game.ly
Booth Game.ly saat di ajang MPL ID S2. Sumber: Game.ly

Lalu streamer seperti apakah diprediksi akan jadi pemenang di kontes kali ini? Pasalnya, streamer gaming juga sebenarnya ada beberapa macam, ada yang mungkin jago bermain namun tidak hebat dalam hal komunikasi. Ada juga yang mungkin lucu dan menghibur namun tak pandai bermain game.

Ryan mengatakan prediksinya soal pemenangnya nanti adalah justru mereka yang cukup imbang antara kedua hal tadi, mampu berinteraksi dengan baik dengan para fans mereka namun juga cukup jago dalam bermain. “Kemungkinan besar, orangnya juga ganteng atau cantik.” Tutup Ryan sambil tertawa.

Disclosure: Hybrid adalah media partner dari MLBB Rising Stars

Blibli Buka Suara atas Dukungannya ke Esports dan Piala Presiden 2019

Hari Jumat 26 Januari 2019 kemarin, Hybrid diundang untuk berbincang-bincang dengan Blibli mengenai keterlibatan mereka mendukung ekosistem esports Indonesia, khususnya untuk Piala Presiden Esports 2019.

Andy Adrian, Deputy Chief Marketing Officer untuk Blibli, menjelaskan bahwa target pasar esports merupakan salah satu target pasar yang dituju oleh ecommerce. Pasar ecommerce itu memang relevan dengan target pasar milenial yang juga jadi target pasar esports. Ditambah lagi, menurut pengakuan Andy, Blibli selalu menjadi benchmark untuk pasar milenial dan potensi pasar ini akan semakin besar ke depannya.

Target pasar gaming sendiri juga sebenarnya terkait dengan berbagai produk yang tersedia di Blibli. Menurut cerita dari Lay Ridwan Gautama, SVP – Trade Partnership untuk Blibli, mereka mengawali menjual produk digital dari 2 tahun yang lalu dengan pulsa dan sekarang Blibli sudah punya segmen sendiri untuk produk gaming mulai dari gaming peripheraldevices (laptop), sampai voucher game.

Meski demikian, Lay sendiri mengatakan bahwa revenue dari penjualan voucher di 2017 untuk Blibli memang masih di bawah 10% dari total keseluruhan pendapatan – meski mendapatkan jutaan transaksi dalam satu tahun.

Dokumentasi: Hybrid
Andy Adrian (Kiri) dan Lay Ridwan Gautama (Kanan). Dokumentasi: Hybrid

Hal itu jugalah yang menjadi salah satu alasan mereka mendukung esports. Mereka ingin memperbesar revenue dari pasar gaming. Namun demikian, bukan itu saja tujuannya menurut Andy. Ia menambahkan bahwa ada engagement dari komunitas gamer yang juga ingin dituju. Akuisisi user baru juga tidak boleh dilupakan. Rencananya, mereka juga akan mengadakan campaign yang tujuannya adalah conversion atau call-to-action. Terakhir, terkait erat dengan kebutuhan mereka untuk branding, Blibli juga ingin selalu up-to-date sebagai pionir ecommerce.

Mungkin memang, dengan kata lain, mereka tak ingin ketinggalan dengan pemain ecommerce lainnya yang sudah lebih dulu menjejakkan kakinya di esports seperti JD dengan High School League mereka, Shopee yang jadi sponsor tim Louvre, Lazada dengan Aerowolf, dan Tokopedia yang bahkan sudah beberapa kali menjadi sponsor event kompetitif (Garuda Cup dan IESPL Battle of Friday) ataupun menjadi sponsor tim esports (EVOS Esports dan RRQ).

Berbicara mengenai sponsor tim esports, saya juga menanyakan soal hal ini ke Blibli serta rencana mereka setelah Piala Presiden 2019. Untuk event esports selanjutnya, Blibli mengaku sudah ada beberapa proposal yang masuk ke mereka namun mereka ingin melihat dan menimbang terlebih dahulu sebelum lebih lanjut menggarap esports. Hal yang sama mereka utarakan tentang kemungkinan menjadi salah satu sponsor tim esports.

Lalu bagaimana kah kelanjutan Blibli di esports? Apakah mereka juga nantinya akan lebih intens seperti dukungan mereka ke bulu tangkis?

Sumber: Instagram @pialapresidenesports
Sumber: Instagram @pialapresidenesports

Untuk Piala Presiden 2019 sendiri, turnamen yang mempertandingkan Mobile Legends tersebut akan menggelar kualifikasi di 8 kota (Bali, Palembang, Surabaya, Makassar, Manado, Solo, Pontianak, dan Bekasi) dari tanggal 9 Februari – 3 Maret 2019 sebelum menggelar babak Grand Finalnya di Jakarta tanggal 30-31 Maret 2019.

 

Duet Fabiens-Eiduart Gagal Lolos ke MPL ID S3

Tanggal 24-27 Januari 2019 kemarin, Final Qualifier MPL ID S3 akhirnya selesai dijalankan. Menariknya, ada satu tim yang dijagokan dan paling ditakuti di kualifikasi ini justru malah gagal melaju ke Regular Season MPL ID S3, turnamen paling bergengsi untuk Mobile Legends: Bang Bang (MLBB).

Tim tersebut adalah Revo. Tim ini sebelumnya dijagokan lolos karena berisikan para pemain bintang Mobile Legends yaitu Eiduart, Fabiens, Donkey, Emperor, dan Wann. Dari 5 pemain tadi, 4 pemain (kecuali Wann) sudah merasakan panasnya kompetisi MPL ID di Season 1 dan 2. Fabiens adalah salah satu pemain MLBB paling senior dari jaman MSC 2017 yang masih eksis sampai hari ini. Sedangkan Eiduart dan Donkey juga bahkan bisa dibilang termasuk icon dari esports scene MLBB Indonesia. Emperor juga tak kalah ngetop karena sebelumnya membela tim EVOS Esports.

Sumber: MLBB
Sumber: MLBB

Lucunya lagi, Fabiens, Eiduart, dan Emperor bahkan satu tim saat mereka membela Bigetron Player Kill di MPL ID S3. Namun demikian sepertinya komunikasi masih jadi tantangan tersendiri untuk tim Revo.

Dari hasil Final Qualifier kemarin, ada 6 tim yang akan melaju ke Regular Season MPL ID S3 yang bisa Anda lihat di gambar di bawah:

Sumber: MET Indonesia
Sumber: MET Indonesia

Dari semua tim yang bertanding, Aura Esports adalah tim yang paling bagus performanya saat kualifikasi tersebut. Mereka bahkan tampil tak terkalahkan dengan 8 kemenangan. Selain itu, Star8 Esports yang bahkan belum terdengar namanya sejak MPL ID S1 mampu menjuarai Grup B dengan 8 kemanangan dan 2 kekalahan.

2 tim undangan yang langsung masuk ke Final Qualifier ini karena posisi mereka di MPL ID S2, Bigetron dan SFI juga melenggang maju ke babak selanjutnya. Padahal, Bigetron Esports sendiri telah merombak total formasinya. Sedangkan SFI masih setia dengan beberapa pemain bintangnya seperti Doyok dan Ipin.

Pertarungan di Grup A pun masih seru sampai pertandingan terakhir karena SFI, XcN, The Prime mengantongi poin yang sama. Namun XcN pun akhirnya harus gugur karena ditaklukkan oleh The Prime di pertandingan terakhir dengan skor 2-1.

Hasil yang di luar dugaan ini semoga dapat terjadi lagi di Regular Season ataupun Grand Final MPL ID S3 layaknya S1 saat TEAMnxl mengalahkan EVOS Esports karena mungkin akan lebih berkesan buat para penggemar esports MLBB.

Apakah Aura Esports, Star8, The Prime, dan tim-tim yang baru kali ini masuk MPL ID bisa menghadapi gempuran tim-tim besar yang sudah lebih terbiasa merasakan panasnya persaingan di MPL seperti RRQ.O2, Aerowolf Roxy, ataupun EVOS Esports yang juga baru saja berganti formasi?

Setelah Mercedez-SK Gaming, Giliran Team Liquid Gandeng Honda

Industri otomotif internasional nampaknya semakin mantab menjejakkan kakinya di kolam esports. Setelah Audi jadi yang pertama ke esports menggandeng Astralis dan Mercedes-Benz menyusul bersama SK Gaming, kali ini Team Liquid merangkul Honda.menjalin kerjasama.

Steve Arhancet, Co-CEO dan Owner dari Team Liquid, memberikan komentarnya dalam pengumuman langsung yang dirilis oleh Team Liquid.

“Mobil pertama saya adalah Honda Accord EX warna hijau – dan saya mengasosiasikan merek Honda dengan keandalan, keamanan, dan penampilan sampai hari ini. Saya pun bangga dapat mengorelasikan pengalaman tadi dalam kerjasama resmi dengan Team Liquid. Kami akan bekerjasama dengan Honda untuk menyuguhkan konten, aktivasi, dan yang lainnya ke fans Team Liquid. Kami juga bangga dapat bekerjasama dengan merek internasional yang prestisius yang juga sama-sama percaya dengan ekosistem esports seperti kami.” Ujar Steve.

Dalam pengumuman resminya, Team Liquid juga mengatakan bahwa perjalanan mereka berdua akan dimulai di LCS yang merupakan liga League of Legends profesional untuk wilayah Amerika Utara. Untuk mengawali kerjasama mereka, juara bertahan LCS ini akan diantar bertanding dengan Honda Odyssey dengan desain Team Liquid.

Nantinya, Team Liquid juga akan mendapatkan akses untuk sejumlah mobil Honda Civic. Selain soal transportasi, logo Honda akan dipasang di jersey Team Liquid dan keduanya akan berkolaborasi menggarap konten untuk League of Legends, Fortnite, dan Dota 2.

Menyadur dari Esports Observer, Phil Hruska, Manager of Media Strategy untuk Honda Amerika sempat memberikan komentarnya mengenai kerjasama ini. Ia melihat kerjasama ini sebagai langkah lanjut brand otomotif menggarap pasar milenial.

Team Liquid sendiri merupakan salah satu organisasi esports paling bergengsi di dunia yang cukup dikenal prestasinya di LoL ataupun Dota 2. Organisasi yang didirikan tahun 2000 ini juga memiliki tim di berbagai game lainnya seperti CS:GO, Rainbow 6: Siege, Street Fighter, Fortnite, PUBG dan yang lainnya.