Bicara Soal Kemenangan Team Liquid di IEM XIV – Sydney 2019 Bersama Wooswaa

Kalau khalayak Indonesia sedang heboh dengan gelaran Mobile Legends Professional League, perhatian khalayak esports internasional, terutama CS:GO, sedang tertuju ke IEM Sydney 2019 pada akhir pekan kemarin. 5 Mei 2019 lalu adalah puncak dari salah satu helatan kompetisi CS:GO besar dengan titel premiere tersebut.

Babak final kompetisi ini mempertemukan Team Liquid dengan Fnatic. Kedua tim punya sejarahnya masing-masing. Team Liquid salah satunya, yang selama ini dianggap terkena “Big Event Curse”, karena berkali-kali gagal meraih gelar juara di dalam kompetisi besar.

Bertanding dalam seri best-of-5, pertarungan antara Jake “Stewie2k” Yip dan kawan-kawan melawan Ludvig “Brollan” Brolin dan kawan-kawan berlangsung dengan sangat sengit. Pertarungan dibuka dengan map Cache, Fnatic bermain sebagai CT sementara Team Liquid sebagai T-Side.

Sumber: Twitter @IEM
Sumber: Twitter @IEM

Babak-babak awal, pertandingan seakan membuat penonton sudah bisa menebak siapa pemenang dari gelaran ini. Fnatic dengan pertahanan yang agresif berhasil membuat Team Liquid kelimpungan mencari sudut menyerang yang baik. Belum lagi ditambah dengan permainan menawan dari Jesper “JW” Wecksell di ronde ini, yang berkali-kali mendapatkan kill AWP secara over the smoke dan over the wall, yang tentunya semakin menekan mental Team Liquid.

Namun walaupun Fnatic terlihat cukup sangar di awal-awal, Antonius “Wooswaa” Wilson, yang menjadi caster dalam Indonesian Broadcast IEM Sydney dari ESL Indonesia, punya pendapatnya tersendiri soal pertandingan ini. “Sebetulnya pertandingan Fnatic lawan Liquid kemarin sudah cukup expected kalau Liquid yang bakal menang” sebut Wooswa. Salah satu penyebab hal ini menurut Wooswaa adalah soal inkonsistensi performa dari Fnatic.

Selama ini Fnatic, walaupun bisa dibilang sebagai salah satu tim legendaris di kancah CS:GO internasional, namun performa mereka kerap naik turun di beberapa kompetisi. “Mereka suka kehilangan ronde karena kesalahan konyol dan membuat mereka kehilangan ronde-ronde berikutnya di dalam pertadingan tersebut” sebut Wooswaa menjelaskan inkonsistensi performa Fnatic.

Hal tersebut sebenarnya sudah cukup terlihat pada game pertama, namun semakin terlihat lagi pada map-map selanjutnya. Beberapa kali Fnatic sebenarnya mendapat keunggulan di awal-awal, namun permainan mereka menurun ketika Team Liquid mulai bangkit di tengah permainan.

“Permainan di map Mirage adalah salah satu contoh konkrit inkonsistensi Fnatic. Mereka sebenarnya sudah menang di map tersebut. Tapi karena force-buy round dari Team Liquid, ronde yang seharusnya mudah, malah gagal didapatkan oleh Fnatic. Entah berapa kali mereka kalah karena pistol pada map tersebut.” Wooswaa menjelaskan kepada tim Hybrid.

Tetapi selain karena inkonsistensi Fnatic, kemenangan Team Liquid dalam kompetisi ini memang sudah menjadi hal yang sepatutnya menurut Wooswa. “Liquid di atas kertas memang jauh lebih kuat daripada Fnatic. Kenapa? Aim power mereka lebih bagus, map pool mereka juga lebih meyakinkan. Satu hal yang terpenting, mereka jauh lebih konsisten. Juga pastinya mereka nggak akan mati konyol melawan pistol di masa force buy.”

Berikut hasil keseluruhan ronde dari pertandingan antara Team Liquid melawan Fnatic:

  • Cache: Liquid 10-16 Fnatic
  • Overpass: Liquid 16-14 Fnatic
  • Mirage: Liquid 16-8 Fnatic
  • Dust2: Liquid 6-16 Fnatic
  • Inferno: Liquid 16-9 Fnatic
Sumber: Twitter @IEM
Sumber: Twitter @IEM

Walaupun permainan Fnatic inkonsisten, harus diakui Freddy “Krimz” Johannson dan Richard “Xizt” Landstrom adalah dua key player di dalam kompetisi ini kata Wooswa. “Krimz dan Xizt mampu memberikan tontonan menarik di pertandingan ini. Krimz bisa dibilang satu-satunya pemain yang konsisten di Fnatic. Xizt juga mampu memberikan permainan yang luar biasa di pertandingan ini, di luar ekspektasi.”

Lalu siapa pemain kunci Team Liquid dalam pertandingan final ini? Wooswaa menjawab, dia adalah Nichollas “nitr0” Cannella. “Menurut gue key player Team Liquid adalah Nitro sebagai In-Game Leader. Performanya di Overpass nggak ada obat, dia bahkan bisa carry timnya ketika sedang bermain dengan buruk. Kalau saja Nitro nggak step up di map tersebut, saya cukup yakin keadaannya tidak akan sama, Fnatic yang malah jadi juara.”

Team Liquid akhirnya berhasil memecahkan kutukan rentetan kegagalan kemenangan mereka. Sebagai juara, mereka berhasil mendapatkan hadiah sebesar US$100.000 (Sekitar Rp1,4 miliar).

Capcom Dirikan Anak Perusahaan Baru, Khusus Tangani Urusan Esports dan Media

Kalau kita berbicara tentang esports di dunia fighting game, maka saat ini tak ada nama yang lebih besar dari Capcom. Meski penerimaan produk-produk fighting mereka (seperti Street Fighter V dan Marvel vs. Capcom Infinite) tidak baik secara universal, dukungan yang kuat dari Capcom terhadap ekosistem esports secara global adalah salah satu alasan mengapa game mereka bisa bertahan hingga waktu yang lama.

Mungkin karena begitu besar dan seriusnya bisnis esports itulah, kini Capcom merasa bahwa mereka perlu mendirikan anak perusahaan baru yang khusus menanganinya. Dilansir dari The Esports Observer, entitas baru ini bernama Capcom Media Ventures, dan resmi berdiri sejak tanggal 1 Maret 2019 kemarin.

Capcom Media Ventures akan menangani segala kegiatan esports Capcom di luar Jepang. Itu berarti termasuk (dan tidak terbatas pada) Capcom Pro Tour yang saat ini tengah berjalan, dan Street Fighter League Pro-US yang merupakan liga 3-lawan-3 baru khusus untuk wilayah Amerika. Selain itu Capcom juga akan meluncurkan liga baru di tingkat amatir serta universitas pada tahun 2019 ini. Capcom Media Ventures itu sendiri memiliki markas di kota Los Angeles, Amerika Serikat.

Street Fighter League Pro-US
Street Fighter League Pro-US 2019 saat ini sedang berjalan | Sumber: Capcom

“Los Angeles telah menjadi pusat besar produksi esports, dan merupakan salah satu pusat global fandom Street Fighter,” kata Midori Yuasa, CEO Capcom Media Ventures, dalam siaran pers. “Keberadaan kami di kota ini memberikan akses dekat kepada sumber daya tersebut dan para pemimpin pemikiran komunitas. Terlebih lagi, ada keuntungan-keuntungan jelas bila tim lisensi media kami bermarkas begitu dengan partner-partner Hollywood kami.”

Kaitan dengan Hollywood menjadi penting karena Capcom Media Ventures bukan hanya menangani bisnis esports, tapi sesuai namanya, juga menangani bisnis media atau entertainment. Esports, media, dan entertainment memang merupakan tiga sekawan yang tidak bisa dipisahkan, bahkan Newzoo pernah berkata bahwa esports adalah bisnis yang akan membentuk masa depan dunia media.

Beberapa program Capcom Media Ventures di bidang media dan entertainment antara lain yaitu pembuatan serta pelisensian film bioskop maupun acara televisi berbasiskan franchise populer milik Capcom. Salah satunya adalah film animasi 3D berjudul Monster Hunter: Legends of the Guild yang akan meluncur ke pasaran di tahun 2019 ini. Selain itu mereka bisa jadi juga akan merilis media hiburan berbasis seri lain, misalnya Resident Evil atau Mega Man.

Keseriusan Capcom dalam menumbuhkan ekosistem esports, terutama di Amerika Serikat, patut diacungi jempol. Bila Anda gemar mengikuti perkembangan industri esports Anda mungkin sudah tahu bahwa regenerasi atlet adalah salah satu tantangan terbesar untuk membuat industri ini dapat berjalan secara berkelanjutan. Program-program esports tingkat universitas dapat memicu kemunculan bibit-bibit atlet baru tersebut, sementara media hiburan dapat membantu meningkatkan kesadaran masyarakat akan keberadaan produk-produk Capcom itu sendiri. Semoga saja langkah baru Capcom ini dapat membuat iklim esports Street Fighter tumbuh lebih pesat lagi, dan menjangkau negara-negara yang sebelumnya kurang dipandang termasuk Indonesia.

Sumber: The Esports Observer

24 Pemain Siap Bertanding di Indonesia Gaming League FIFA 19 FUT Big League.

Setelah kualifikasi panjang FIFA 19 FUT Indonesia Gaming League (IGL), kini terpilih sudah 24 pemain terbaik dari berbagai daerah. Kualifikasi IGL sudah berjalan selama 8 pekan lamanya, yang memilih 3 pemain terbaik setiap pekannya. Kalau Anda mengikuti perjalanan kualifikasi, Anda tentu tahu bagaimana sengitnya kualifikasi dari pekan ke pekan. Belum lagi  pemain-pemain asal Sukabumi yang getol unjuk gigi di kualifikasi IGL ini, tak mau kalah dari pemain-pemain asal Jakarta.

Fase kualifikasi selesai, kini IGL akan memasuki fase Big League, fase kompetisi yang menjadi santapan utama dari gelaran ini. Pada fase ini, 24 pemain yang sudah lolos akan dibagi ke dalam dua grup, BIG EAST dan BIG WEST. Pertandingan dengan format liga akan berjalan selama 11 pekan, mulai dari 11 Mei 2019 mendatang.

Dari 24 peserta, nantinya akan disaring ke fase berikutnya yaitu fase 16 besar. Pada fase 16 besar, seluruh pertandingan akan digelar secara offline di High Grounds, Pantai Indah Kapuk, pada 24-25 Agustus 2019.

Ketua umum Indonesia Gaming League berfoto bersama piala yang akan diperebutkan pemain FIFA 19 FUT terbaik di Indonesia. Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Ketua umum Indonesia Gaming League, Frans Silalahi, bersama piala yang akan diperebutkan pemain FIFA 19 FUT terbaik di Indonesia. Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Sejauh ini, komunitas FIFA cukup antusias dengan kompetisi IGL. Tercatat, ada kurang lebih sekitar 1500 peserta yang mendaftar ke dalam kualifikasi online Indonesia Gaming League. Pada pekan terakhir saja, ada 400 orang yang berpartisipasi untuk memperebutkan tiga slot terakhir Big League IGL 2019.

Indonesia Gaming League bisa dibilang sebagai salah satu program esports yang cukup berani. Kalau Anda mengikuti sepak terjang ekosistem esports Indonesia, Anda kemungkinan besar tahu bagaimana belakangan mata penyelenggara event esports tertuju kepada Mobile Legends karena popularitas game tersebut. Namun, IGL mengambil langkah berani menyelenggarakan sebuah kompetisi yang cukup besar, dengan format liga, untuk game FIFA 19 mode FUT; yang secara popularitas tentu kalah jauh dengan Mobile Legends.

Bicara soal ini, Frans Silalahi selaku ketua umum Indonesia Gaming League FIFA 19 FUT, sempat mengutarakan alasannya mengadakan IGL 2019. “Industri esports sudah sangat maju 5 tahun belakangan, tapi ekosistem jarang sekali melirik esports game konsol. Berangkat dari keresahan tersebut, akhirnya kami mencoba menggagas Indonesia Gaming League. Hal ini juga mengingat komunitas FIFA yang cukup besar, berprestasi di kancah internasional, dan kebetulan juga tim penggagas IGL ini juga memang suka dan main game sepakbola FIFA.” jawab Frans.

 

Lebih lanjut bicara soal kancah internasional Frans Silalahi mengaku sudah mulai membuka obrolan dengan pihak-pihak penyelenggara kompetisi Internasional. “Kami sudah mencoba buka obrolan dengan ESWC, menanyakan apakah ada cabang FIFA? Kalau ada, kami mengusahakan agar Indonesia bisa dapat satu atau dua slot, dan bertanding di Paris. Kalau soal integrasi dengan EA Sports, dulu IESPL sudah sempat mencoba kontak, namun belum ada feedback. Tetapi menurut informasi yang saya dengar, nantinya akan ada kompetisi virtual Liga 1 yang masuk dalam sirkuit kompetisi FIFA pada tahun 2020.”

Memperebutkan total hadiah sebesar Rp250 juta, berikut 24 pemain yang akan bertanding dalam Big League Indonesia Gaming League FIFA 19 FUT:

  1. Andika Putra Sanjaya (Makassar)
  2. Egi Ilyas Fauzi (Sukabumi)
  3. Pugu Mujahit Mantang (Jakarta)
  4. Arlan Paranti (Sukabumi)
  5. Abdul Rozak R (Jakarta)
  6. Dedy Tami H (Bogor)
  7. Aditra Gusnar (Denpasar)
  8. Ghea Ananta A (Samarinda)
  9. Nyoman Tri Laksana P (Bali) 
  10. Rudi Julio (Surabaya)
  11. Ardy Diptayana (Tangerang)
  12. Apri Hantoro (Sleman)
  13. Muhammad Ikhsan (Jakarta)
  14. Mohammad Ega (Jakarta)
  15. Rakel Ramadhan (Sukabumi)
  16. Windy Hendro (Pontianak)
  17. Kenny Prasetyo (Jakarta)
  18. Yoga Harahap (Medan)
  19. Rama Anggara (Madiun)
  20. Brian Hadianto (Jakarta)
  21. Kevin Naufal (Depok)
  22. Immanuel Mangasi Fernando (Jakarta)
  23. Andersen Tjoeng (Jakarta)
  24. Andri Luhut (Jakarta)

Indonesia Gaming League FIFA 19 FUT nantinya akan ditayangkan lewat kanal Youtube setiap hari Jumat. Bagi Anda yang ingin menyaksikan permainan dari pemain FIFA 19 FUT terbaik, Anda dapat mengunjungi kanal Youtube Indonesia Gaming League.

Universitas Bina Nusantara Raih Gelar Ganda di IEL University Series 2019

IEL University Series 2019 adalah kompetisi esports tingkat universitas yang berada di bawah naungan MIX 360 ESPORTS, digagas oleh IESPA, serta didukung oleh berbagai elemen pemerintahan. Dalam kompetisi ini, 12 kampus ternama Indonesia mengirim tim perwakilannya dan saling beradu memperebutkan hadiah senilai total Rp1 miliar di cabang Dota 2 dan Mobile Legends: Bang Bang. Tujuannya, selain untuk mencari bibit-bibit atlet esports baru, juga untuk mewadahi kompetisi tingkat mahasiswa baik di dalam negeri maupun nantinya berkembang ke level internasional.

Dalam babak final yang berlangsung pada tanggal 27 – 28 April 2019 lalu, delapan tim dari 6 universitas telah saling beradu untuk mencari siapa jawara IEL University Series. Mereka berasal dari kampus-kampus yang namanya mungkin sudah tak asing lagi di tanah air, antara lain Universitas Bina Nusantara, Universitas Multimedia Nusantara, Universitas Kristen Maranatha, Universitas Ciputra, Universitas Kristen Petra, serta terakhir Universitas Dian Nuswantoro.

IEL University Series 2019 - Binus Dota 2
Tim Dota 2 Universitas Bina Nusantara

Acara final ini digelar di lokasi LigaGame Arena, pusat esports baru yang berlokasi di wilayah Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Acara final ini juga dimeriahkan oleh beberapa influencer ternama Indonesia, seperti Coki Pardede, Tretan Muslim, serta Lola Zieta. Meski IEL University Series 2019 merupakan turnamen amatir, Eddy Lim selaku Presiden IESPA melihat bahwa banyak bibit unggul muncul di sini.

“Sebagai bagian dari rangkaian liga universitas untuk tingkat amatir, IEL University Series 2019 telah berjalan dengan lancar sesuai dengan harapan. Dari kompetisi ini, bibit-bibit unggul telah tampak, namun perjalanan kita dalam mengembangkan ekosistem esports tidak berhenti sampai di sini. Kita perlu mempersiapkan para pemenang juara umum Liga IEL di pelatnas esports SEA Games 2019 yang akan diselenggarakan dalam beberapa bulan mendatang. IESPA bersama dengan Kemenpora dan KOI pun turut memberikan dukungan penuh kepada para atlet agar dapat meraih prestasi yang maksimal,” tuturnya dalam siaran pers.

IEL University Series 2019 - UMN MLBB
Tim MLBB Universitas Multimedia Nusantara

IEL University Series 2019 memang memiliki posisi spesial sebagai kompetisi esports resmi tingkat universitas pertama di Indonesia yang didukung penuh oleh berbagai elemen penting olahraga. Termasuk Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Komite Olimpiade Indonesia (KOI), Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (FORMI), dan Indonesia Esports Association (IESPA). Selain itu kompetisi ini juga disahkan oleh Asian Electronic Sports Federation (AESF), dan nantinya akan menjadi bagian dari liga universitas resmi di bawah naungan IESPA.

Kampus yang berhasil menjadi juara di IEL University Series 2019 adalah Universitas Bina Nusantara. Hebatnya, kampus ini bukan hanya jadi juara di salah satu cabang pertandingan, tapi meraih gelar juara di keduanya, baik Dota 2 maupun Mobile Legends: Bang Bang. Mereka berhak mendapat hadiah senilai Rp374.000.000. Sementara itu Universitas Multimedia Nusantara meraih peringkat runner-up, juga di kedua cabang kompetisi. Mereka membawa pulang hadiah senilai total Rp243.000.000.

IEL University Series 2019 - UMN Dota 2
Tim Dota 2 Universitas Multimedia Nusantara

“IEL University Series 2019 resmi berakhir, kita semua patut berbangga karena kompetisi ini telah berlangsung secara sportif. Harapan kami di masa mendatang mereka dapat mewakili Indonesia pada kompetisi tingkat dunia. Di samping itu, ini juga membuktikan bahwa esports bukanlah olahraga elektronik yang dapat dipandang sebelah mata melalui banyaknya respon positif yang kami terima dari pihak universitas dan juga para orang tua,” ujar Harry Kartono, COO MIX 360 ESPORTS.

Selamat kepada Universitas Bina Nusantara dan Universitas Multimedia Nusantara atas prestasinya! Semoga di masa depan dapat meraih prestasi yang lebih tinggi lagi serta mengharumkan nama almamater maupun bangsa di dunia esports.

Fnatic Terima Investasi Senilai Rp270 Miliar, Lakukan Reshuffle Kepemimpinan

Salah satu tim esports terpopuler dunia, Fnatic, baru saja mengumumkan bahwa mereka telah memperoleh pendanaan Seri A dengan nilai US$19 juta (sekitar Rp270,7 miliar). Hal ini diumumkan Fnatic dalam artikel di situs resmi mereka pada hari Rabu, tanggal 1 Mei 2019 lalu. Menurut Fnatic, pendanaan ini sekaligus menjadi babak baru dari perjalanan organisasi tersebut yang telah berdiri selama 15 tahun.

Pendanaan tersebut dipimpin oleh Lev Leviev, entrepreneur teknologi sekaligus founder dari media sosial terbesar Rusia yang bernama VK. Selain itu partisipan lainnya termasuk para investor dari Beringea, BlackPine, Unbound, Raptor Group, dan Joi Ito.

Fnatic akan menggunakan dana segar tersebut untuk berbagai hal. Termasuk di antaranya ekspansi global lebih lanjut ke wilayah Asia dan Amerika Utara, memperkuat posisi Fnatic di liga-liga esports papan atas (misalnya League of Legends European Championship), menjalin kerja sama dengan berbagai brand global baru, serta meluncurkan jajaran produk-produk gaming baru di bawah bendera Fnatic Gear. Salah satu produk yang direncanakan adalah produk audio.

Fnatic Gear - DUEL
Fnatic Gear DUEL, salah satu produk gaming Fnatic | Sumber: Fnatic

Seiring dengan masuknya pendanaan baru, dalam Fnatic juga terjadi perubahan struktur kepemimpinan. Founder Fnatic, Sam Mathews, yang sebelumnya menjabat sebagai Chairman, kini kembali memegang posisi CEO. Sementara itu CEO sebelumnya yaitu Wouter Sleijffers telah mengundurkan diri dan berpisah dengan Fnatic.

Posisi Chairman kini dipegang oleh Nick Fry, mantan CEO Mercees AMG F1. Kemudian satu nama baru lagi masuk sebagai COO yaitu Glen Calvert, sebelumnya merupakan founder dari perusahaan media Affectv.

Fnatic - Leaders
Ki-ka: Glen Calvert, Nick Fry, dan Sam Mathews | Sumber: Fnatic

“Ini adalah momen yang sangat penting dalam evolusi Fnatic,” ujar Sam Mathews di situs resmi Fnatic, “Saya sangat bangga akan apa yang telah kami capai selama 15 tahun terakhir dan sekaranglah waktunya membangun di atas fondasi kokoh ini untuk merealisasikan visi kami sebagai brand esports global terdepan. Memiliki investor-investor dengan kaliber sedemikan hebat adalah bukti bahwa mereka melihat potensi yang dimiliki oleh Fnatic dan masa depan kami. Kami tidak akan sampai di titik ini tanpa kontribusi pending dari Wouter selama empat tahun terakhir, kami sangat berterima kasih dan berharap yang terbaik baginya.”

Sebelum menerima pendanaan ini, Fnatic juga pernah menerima pendanaan awal senilai US$7 juta (sekitar Rp99,7 miliar) di tahun 2017 lalu. Saat itu pendanaan tersebut digunakan untuk mendirikan markas organisasi di London, merekrut pelatih, analis, psikolog olahraga, dan banyak lagi. Kini Fnatic siap untuk menuju perkembangan tahap selanjutnya, di bawah kepemimpinan baru namun tetap di bawah visi yang ditanamkan oleh Sam Mathews sejak awal pendiriannya.

Sumber: Fnatic, The Esports Observer

Duo Petarung Tekken Indonesia Raih Prestasi di Versus Masters 2019 Singapore

Di dunia fighting game, sudah lumrah apabila ada sebuah ajang kompetisi yang merupakan gabungan dari beberapa turnamen sekaligus. Ajang Versus Masters 2019 yang digelar di Singapura akhir April lalu misalnya, menghadirkan turnamen resmi untuk dua cabang game berbeda. Pertama adalah Capcom Pro Tour 2019 Ranking Event untuk Street Fighter V: Arcade Edition, dan yang kedua yaitu Tekken World Tour 2019 Dojo untuk Tekken 7.

Bila Anda belum familier dengan dua kompetisi ini, baik Capcom Pro Tour (CPT) 2019 maupun Tekken World Tour (TWT) 2019 sama-sama memiliki berbagai tingkatan kompetisi. CPT 2019 terbagi ke dalam empat tingkatan yaitu Super Premier Event, Premier Event, Ranking Event, dan Online Ranking Event. Sementara TWT 2019 terbagi menjadi empat juga yaitu tingkat Master+, Master, Challenger, dan Dojo.

Baik turnamen-turnamen CPT maupun TWT sama-sama bertujuan untuk mengumpulkan poin kualifikasi. Nantinya, para petarung dengan poin CPT dan TWT tertinggi akan mendapat hak untuk maju ke acara turnamen puncak di akhir tahun 2019. Selain Street Fighter V: Arcade Edition dan Tekken 7, Versus Masters 2019 juga mempertandingkan sederet game populer lainnya, termasuk Super Smash Bros. Ultimate, Soulcalibur VI, Dragon Ball FighterZ, hingga Mortal Kombat 11.

Versus Masters 2019 - SFV Winners
Juara Versus Masters 2019 Street Fighter V | Sumber: shiramizu

Terdapat dua orang petarung yang berangkat dari Indonesia untuk bertanding di cabang Tekken 7. Pertama yaitu R-Tech (Christian Samuel), pemain dari tim Alter Ego Esports yang sudah sering menjadi juara di turnamen lokal. Selain itu hadir juga veteran lainnya yaitu SbyRazor (Sean Sebastian Wijaya) yang juga sering meraih predikat Top 8 di turnamen-turnamen Jakarta. Rupanya kedua pemain ini sama-sama punya kemampuan yang tak kalah dengan para jagoan Tekken luar negeri.

SbyRazor dengan karakter andalannya Devil Jin sempat meraih kemenangan dua kali di Winners Bracket, namun ia terlempar ke Losers Bracket setelah kalah dari pemain barnama Whogivesashit. Kemudian ia berhasil meraih berhasil maju hingga ke Losers Semi Final akan tetapi akhirnya tumbang di tangan KGBPlus (alias 11G2P12U19) dan harus puas di peringkat 4.

Versus Masters 2019 - Winners
Juara Versus Masters 2019 Tekken 7 | Sumber: R-Tech

Sementara itu R-Tech yang menjagokan Jack-7 melalui jalan yang lebih mulus. Ia melibas Winners Bracket hingga babak Winners Final, sebelum akhirnya bertemu dengan zf yang dikenal sebagai salah satu petarung Tekken terkuat Asia Tenggara. Sama seperti SbyRazor, R-Tech bertemu dengan KGBPlus di babak Losers Final dan ternyata kalah juga sehingga ia menempati posisi juara 3. KGBPlus sendiri akhirnya berhasil menjadi juara Versus Masters 2019, sementara zf menempati peringkat 2.

“Kesannya hype, kebetulan ketemu 4 besar temen semua dan dapat pengalaman baru,” demikian ujar R-Tech kepada Hybrid. Para peraih posisi 4 besar yang terdiri dari 2 orang Indonesia dan 2 orang Singapura ini memang sudah cukup lama berteman. Tiga tahun lalu misalnya, SbyRazor sempat bersaing dengan KGBPlus untuk memperebutkan gelar SEA Major 2016. Dalam turnamen tersebut pada akhirnya Meat dari Indonesia yang jadi juara.

Selamat kepada R-Tech dan SbyRazor. Semoga di masa depan nanti mereka berdua bisa meraih prestasi yang lebih tinggi lagi dan mengibarkan bendera Indonesia di kancah fighting game dunia. Untuk hasil lengkap Versus Masters 2019 di cabang-cabang game lainnya, Anda dapat mengunjungi tautan berikut.

ThePrime Esports Jadi Organisasi Berikutnya yang Melepas Divisi Dota 2

Beberapa hari belakangan bisa dibilang sebagai hari yang kelam bagi para penggemar Dota 2 di Indonesia. Hal ini dimulai saat Rex Regum Qeon, organisasi esports yang lahir dari game Dota, pada akhirnya membubarkan divisi paling ikonik dari organisasi tersebut. Ternyata berita dari RRQ baru merupakan permulaan saja.

Sumber: ThePrime official Media
Sumber: ThePrime Esports official Media

Setelah RRQ, kini ThePrime Esports ternyata turut melakukan keputusan berat tersebut. Seperti RRQ, ThePrime Esports juga bermula dari Dota 2. Namun dengan berat hati, mereka kini harus merelakan divisi Dota 2 miliknya yang terakhir kali beranggotakan: Azam “Nafari” Aljabar, Ario “Panda” Susilo Putra, Rizki “Varizh”, dan Baringin “BFL” Ferdinan Liberti.

Terkait pembubaran ini, Hybrid mencoba menghubungi Anton Sarwono selaku General Manager ThePrime Esports. Soal alasan pembubaran, jawaban Anton ternyata senada dengan apa yang terjadi pada RRQ. “Alasannya kurang lebih sama dengan teman-teman dari tim lain. Kami kesulitan mencari pemain untuk menggantikan kekosongan di roster kami. Kami sudah mencoba trial beberapa pemain muda. Ada yang bagus, tapi sayangnya mereka masih sibuk sekolah atau kuliah di daerah masing-masing.” Jawab Anton kepada Hybrid.

Soal regenerasi atlet dalam ekosistem esports, bisa dibilang sebagai salah satu isu yang selama ini jarang diungkit ataupun mencoba dicari solusinya. Senior editor Hybrid, Yabes Elia, sempat membicarakan hal ini bersama Yohannes Siagian, VP EVOS Esports. Dalam bahasan tersebut, Joey (Sapaan akrab Yohannes Siagian) mengatakan bahwa ada beberapa faktor penyebab fenomena ini. Salah satu pendapat yang patut dicatat adalah, kebanyakan investasi terhadap ekosistem esports yang bersifat jangka pendek.

 

Lebih lanjut, saya lalu mempertanyakan soal masa depan organisasi ThePrime Esports setelah meninggalkan divisi Dota 2. Divis apa yang akan jadi divisi andalan ThePrime Esports selanjutnya? Akankah ThePrime comeback ke kancah kompetitif Dota. Bicara soal divisi andalan, Anton mengatakan bahwa kini fokus mereka kepada beberapa game FPS, yang memang ThePrime Esports cukup unggul di sana. “Karena divisi Dota kini saya bilang ‘vakum’, maka kita bakal fokus kepada beberapa divisi unggulan kami, seperti Point Blank, PUBG PC, dan PUBG Mobile.

Anton menggunakan kata vakum untuk bicara soal divisi Dota 2. Hal ini sebenarnya terkait dengan jawaban berikut darinya. “Kalau soal comeback, jawabannya adalah tentu saja. Identitas organisasi kami adalah Dota 2 dan kami sangat cinta dengan game Dota 2.” jawab Anton.

Sumber: ThePrime Official Media
Sumber: ThePrime Esports Official Media

Seperti yang Anton sudah sebutkan, identitas ThePrime Esports selama ini memang divisi Dota 2. Selama ini divisi Dota 2 ThePrime Esports terkenal sebagai pencetak pemain-pemain Dota 2 terbaik pada masanya. Pemain seperti Muhammad “InYourDream” Rizky, atau “Rusman” Hadi adalah beberapa pemain Dota 2 berbakat yang dibibit dari ThePrime itu sendiri.

Lagi-lagi, seperti apa yang saya sebut saat membahas RRQ, apa mau dikata. Mengingat jumlah kompetisi Dota 2 lokal yang sudah semakin jarang, saya berpikir, ini adalah langkah yang masuk akal bagi beberapa organisasi esports di Indonesia. Harapannya adalah, semoga ekosistem Dota 2 bisa membaik di masa depan nantinya. Saya cukup yakin, kalau ekosistem Dota 2 lokal membaik, nama-nama seperti ThePrime Esports atau RRQ pasti akan membangun ulang divisi Dota 2 miliknya.

 

Bermain Solid, Afterlife Menjadi Juara R6 IDN ComCup 12

Akhir pekan lalu (Sabtu, 27 April 2019) R6 IDN kembali melanjutkan seri Community Cup (ComCup). Berada di antara hingar-bingar kompetisi besar seperti PBNC, Community Cup dari R6 IDN kali ini sudah memasuki seri ke 12. Kompetisi ini hadir dengan membawa semangat menghadirkan bibit baru di dunia kompetitif R6 Indonesia.

Mencoba mengadopsi peraturan baru, yang isinya adalah melarang tim divisi 1 Star League untuk mengikuti kompetisi ini, ternyata antusiasme komunitas tetap tinggi. Terbukti, dengan jumlah pendaftar kompetisi ini sebanyak 80 orang atau tepatnya 16 tim.

Kendati kompetisi ini ditujukan untuk tim-tim amatir, namun ComCup 12 tetap menyajikan pertandingan yang menarik. ComCup kali ini menghadirkan dua tim yang namanya belum banyak terdengar di komunitas R6 IDN. Kedua tim tersebut adalah Afterlife dan BOSS Esports.

Sumber: R6 IDN Official Media
Sumber: R6 IDN Official Media

Pertandingan antar keduanya di babak final ComCup 12 ini terjadi dengan cukup sengit. Membuka pertandingan, BOSS Esports bermain sebagai tim Defender, sementara Afterlife bermain sebagai tim Attacker pada map Coastline. Kedua tim terus-terusan saling berkejaran poin. Satu demi satu poin didapatkan secara bergantian oleh Afterlife ataupun BOSS Esports.

Keadaan tersebut terus bertahan sampai skor akhirnya menjadi 6-6. Masuk ke babak overtime, salah satu dari kedua tim harus mendapatkan 3 poin terlebih dahulu. Keadaan berimbang terus berlanjut sampai skor menjadi 7-7. Tersisa satu poin terakhir untuk menjadi penentuan. BOSS Esports ketika itu mendapat keunggulan, babat habis punggawa Afterlife sampai hanya tersisa Dev seorang.

Walau cuma seorang diri, Dev tidak gentar. Ia tetap bermain semaksimalnya dan menciptakan momen clutch yang sangat luar biasa, menang dalam pertarungan 1 vs 4. Masuk game 2, permainan berpindah ke map Villa. Map ini cukup baru dipertandingkan, akhirnya membuat kedua tim cenderung meraba-raba strategi terlebih dahulu di awal permainan.

Namun Afterlife berhasil menemukan tempo permainannya tersendiri, sehingga mereka mendapat keunggulan lebih dahulu di awal-awal. BOSS Esports memang sempat mengejar dan membuat skor jadi 6 sama, namun permainan solid Afterlife berhasil memberikan kemenangan di game 2, yang membuat mereka menjadi juara ComCup 12.

Melihat pertandingan Afterlife melawan BOSS Esports, Ajie “WhiteLotus” Zata selaku shoutcaster R6 IDN turut memberikan komentarnya tersendiri. “Permainan solid milik Afterlife adalah faktor penting kemenangan mereka di ComCup 12 ini. Selain itu, gaya main Afterlife yang mengedepankan strategi dan kerjasama tim daripada duel aim, adalah faktor penting lain dalam kemenangan mereka. Momen ini juga mungkin menjadi tanda bahwa sebenarnya tim-tim baru di scene esports R6 Indonesia punya potensi besar pada masa mendatang.”

Memang menarik melihat perjalanan Afterlife di ComCup 12 ini. Sebagai pemenang, mereka berhak mendapatkan hadiah berupa 5 buah 1200 R6 Credit. Selamat bagi tim Afterlife! Semoga bisa tetap menjaga semangat berkompetisi dan mendapatkan prestasi di tingkat yang lebih tinggi lagi nantinya!

Sapu Bersih 2 Map, RRQ.TCN Menjadi Juara PBNC 2019

Akhir pekan ini (28 April 2019) menjadi puncak dari gelaran Point Blank National Championship. Setelah beberapa bulan kualifikasi panjang, penutup musim pertama kancah kompetisi Point Blank adalah sebuah pertandingan langsung di panggung megah.

Memperebutkan total hadiah sebesar Rp1 milyar, gelaran tersebut juga menjadi penutup dua kompetisi lain yaitu PBNC Junior dan Point Blank Ladies Championship yang diadakan untuk para ladies trooper.

Final PBNC Junior

Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Babak final dari PBNC Junior mempertemukan tim Raftel Youth dengan tim Bloody Shev. Kedua tim tersebut sudah melalui jalan yang panjang untuk bisa mencapai titik ini. Bertajuk PBNC Junior, rata-rata pemain dari kedua tim di bawah 18 tahun. Kendati masih muda belia, permainan mereka tak kalah beda dari permainan para pro player. Hal tersebut sempat menjadi sorotan dari salah satu shoutcaster. Ia mengatakan, bahwa skema permainan Raftel Youth yang sudah seperti milik pro player. Skema tersebut jadi tambah lengkap dengan kemampuan individu yang juga sama baiknya.

Alhasil, Raftel Youth terbilang cukup mendominasi sejak awal awal. Dalam paruh pertama mereka berhasil menangkan 5 ronde dan Bloody vest hanya bisa mengamankan satu ronde saja. Masuk paruh kedua, Bloody vest sempat memberi perlawanan. Namun Raftel Youth sudah terlalu mendominasi dalam pertandingan ini. Akhirnya dengan sedikit finishing touch, Raftel Youth jadi jadi juara PBNC Junior 2019 setelah kalahkan Bloody Shev 7-1.

Final PBLC

Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Pertandingan para ladies trooper lagi lagi mempertemukan dua musuh bebuyutan, yaitu Indri “Clarity” Sherlyana dan kawan-kawan EVOS Galaxy Sades melawan Gabriella “Jenova” Kashara ex FF Gaming yang kini bermain di bawah naungan STAR8 Esports. Kali ini pertandingan berlangsung dengan format best of 3.

Game pertama, pertandingan dilakukan di map Blowcity. Awal-awal permainan, STAR8 RECALL ID320 memberi perlawanan yang cukup keras kepada EVOS Galaxy Sades. Bermain sebagai CT-Force, EVOS Galaxy Sades cenderung bermain lebih bertahan pada first half. Entah apa yang terjadi, setelah awal yang ketat, STAR8 malah kedodoran jelang akhir-akhir pertandingan paruh pertama. Sampai akhirnya STAR8 harus terima kekalahan 5-3 pada first half.

Masuk second half, kedua tim bertukar sisi, kini EVOS Galaxy Sades bermain pada sisi Free Rebels. Kembali, permainan berlangsung dengan sangat ketat. Kedua tim terus-menerus bertukar skor sampai titik darah penghabisan. Walau sempat ketinggalan, namun EVOS Galaxy Sades berhasil menyusul, jadi 3-3 pada second half. Dengan skor begitu tipis, pertandingan jadi semakin panas. EVOS cukup amankan 1 ronde saja, sementara STAR8 perlu mengamankan 2 ronde berturut-turut untuk bisa menang.

Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Bidikan tajam serta permainan cerdik Jenova berhasil memberi secercah harapan bagi tim STAR8, membuat skor jadi 3-4. Sayangnya di ronde terakhir STAR8 malah terkena outrun, yang membuat mereka kehilangan banyak personil dalam sekejap. Akhirnya ronde terakhir berhasil diamankan EVOS Galaxy Sades, mereka menangkan map pertama dengan skor 9-7.

Map kedua adalah Midtown, salah satu map favorit para troopers. Kendati kalah pada map pertama, namun mentalitas srikandi esports tim STAR8 jadi salah satu hal yang patut diacungi jemopol. Mereka tetap tenang dan mengamankan ronde demi ronde pada first half map kedua. Bermain sebagai CT Force, permainan STAR8 sangat mengalir, dan memberikan mereka kemenangan 5-2 pada first half.

Masuk paruh kedua, STAR8 perlu mendapatkan 3 kemenangan agar bisa memenangkan map Midtown ini. Entah apa yang terjadi, permainan STAR8 malah keteteran. Setelah satu kemenangan di awal ronde, mereka lalu malah kalah berturut-turut pada ronde-ronde setelahnya. Akhirnya paruh kedua selesai dengan skor 5-1, EVOS Galaxy Sades kembali jadi juara PBLC dengan total skor 7-6.

Kemenangan EVOS Galaxy Sades kali ini melanjutkan catatan kemenangan beruntun mereka dalam gelaran PBLC. Tercatat, ini adalah kemenangan PBLC beruntun keempat bagi EVOS GALAXY Sades.

Grand Final PBNC 2019

Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Berlanjut ke sajian utama, yaitu PBNC! Final kali ini jadi cukup berbeda karena tidak ada RRQ.Endeavour. Sebagai gantinya ada RRQ.TCN melawan tim The Prime pada babak final ini. Kendati tanpa kehadiran RRQ.Endeavour, namun kedua tim tetap memberikan sajian pertandingan sengit penuh kelas khas PBNC.

Seolah menjadi tradisi final PBNC, pertandingan map 1 langsung dibuka dengan Stormtube. Pertandingan sudah sengit sedari awal. Kedua tim terus-menerus bertukar skor sampai menjadi 3-3. Jelang penentuan, RRQ.TCN agaknya sedikit kurang tenang. Mereka beberapa kali melakukan kesalahan yang cukup berdampak. Sampai akhirnya first-half ditutup dengan skor 5-3, dengan keunggulan bagi ThePrime.

Second-half, perjuangan RRQ.TCN jadi lebih keras karena kalah pada paruh pertama map Stormtube. Mereka perlu menjegal ThePrime agar tidak dapat 3 kali kemenangan, sementara mereka sendiri perlu mengamankan 5 ronde. Keadaan sempat jadi di ujung tanduk ketika ThePrime unjuk gigi, langsung amankan dua ronde sekaligus.

Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Berada di dalam keadaan yang tertekan, ketenangan RRQ.TCN sepertinya malah kembali. Berawal dari kemenangan di satu ronde, berujung kepada kemenangan beruntun di ronde-ronde berikutnya. Cuma perlu satu ronde saja, ThePrime malah jadi kewalahan menghadapi kebangkitan RRQ.TCN. Secara mengejutkan, ThePrime malah terkena reverse sweep 5-2 di paruh kedua ini. Map Stormtube berhasil dimenangkan RRQ.TCN dengan total skor 8-7.

Pertandingan berlanjut ke map 2, dengan map Sandstorm sebagai arena bermain. Pertarungan kembali berlangsung sangat ketat, kedua tim terus menerus saling bertukar skor. Karena pertarungan kedua tim yang sangat seimbang, akhirnya first half harus selesai dengan skor 5-4, kemenangan untuk ThePrime.

Masuk second half, pertarungan jadi semakin menegangkan. Karena paruh pertama selesai dengan skor 5-4, maka baik RRQ ataupun ThePrime harus mendapatkan 5 kali kemenangan terlebih dahulu, agar bisa menjadi pemenang pada map ini. Menariknya, RRQ.TCN bermain dengan sangat tenang. Padahal beban mental mereka bisa dibilang lebih berat pada paruh kedua ini, selain karena kalah pada paruh pertama, mereka juga sedang berada di ujung kemenangan.

ThePrime yang harusnya berada di atas angin, entah kenapa malah keteteran di paruh kedua map Sandstorm. Salah satu alasannya, mungkin karena ThePrime yang kelimpungan menentukan skema serangan saat bermain sebagai Free Rebels di paruh kedua. Apalagi RRQ.TCN menjaga setiap sudut dengan sangat baik, membuat ThePrime semakin kewalahan.

Alhasil, ronde demi ronde dimenangkan oleh RRQ.TCN dengan tanpa ada banyak perlawanan dari ThePrime. Akhirnya RRQ.TCN menjadi juara di paruh kedua dengan skor 5-0, dan memenangkan map 2 dengan total skor 9-5. Dengan ini maka RRQ.TCN berhasil mencatatkan nama dalam sejarah, sebagai juara baru di kancah kompetitif Point Blank tingkat nasional.

Pertandingan antara RRQ.TCN melawan ThePrime menjadi penutup dari gelaran panjang PBNC 2019. Raftel Youth selaku juara PBNC Junior berhak mendapatkan hadiah sebesar Rp10 juta. EVOS Galaxy Sades selaku juara bertahan PBLC berhak mendapat hadiah sebesar Rp15 juta. RRQ.TCN selaku juara PBNC 2019 berhak mendapatkan hadiah sebesar Rp300 juta. EVOS Galaxy Sades dan RRQ.TCN juga berhak untuk mewakili Indonesia dalam kompetisi PBIWC dan PBWC, yang diselenggarakan di Moscow, Russia, pada bulan Mei 2019 mendatang.

Selamat bagi para pemenang! Semoga kalian bisa membanggakan Indonesia di tingkat internasional dalam gelaran PBWC dan PBIWC!

OPi Gaming Menjadi Juara Mobile Legends Smartfren 4G Battle

Kemarin sore (26 April 2019) adalah momentum puncak bagi gelaran Smartfren 4G Battle. Setelah kualifikasi panjang, kompetisi ini akhirnya menemukan dua tim terbaik untuk bertarung di babak Grand Final Mobile Legends Smartfren 4G Battle.

Diselenggarakan di Highgrounds Indonesia, Pantai Indah Kapuk, pagelaran puncak Smartfren 4G Battle mempertemukan OPi Gaming dan Power Danger Esports. Jalan yang harus dilewati kedua tim ini cukup panjang. Pasalnya, Kompetisi ini diikuti oleh 29.560 peserta dari seluruh penjuru Indonesia.

Mulai digelar sejak 8 Desember 2018 lalu, Smartfren 4G Battle terbagi menjadi tiga musim. Dari 3 musim, ada 5912 tim peserta yang bertarung memperebutkan total hadiah sebesar Rp185 juta. OPi Gaming dan PowerDanger Esports sendiri berhasil lolos ke babak Grand Final setelah menyisihkan para pesaingnya di babak playoff, yang digelar pada 6-7 April 2019 lalu.

Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Bertanding dalam format best-of-5, OPi Gaming sempat kalah satu kali. Dalam posisi ketinggalan skor, punggawa dari OPi Gaming justru bermain dengan sangat tenang. Mereka tetap berusaha meminimalisir kerugian sambil tetap mencari keuntungan yang bisa mereka dapatkan dari keadaan tersebut. Akhirnya mereka bangkit di game selanjutnya, dan langsung membalikkan keadaan jadi 3-1.

Terkait kompetisi ini, Febrian Anas, selaku Head of Content Smartfren, sempat berbincang-bincang dengan awak media pada gelaran konfrensi pers. Ia menceritakan, bahwa salah satu alasan diadakannya Smartfren 4G Battle adalah untuk merangkul komunitas Mobile Legends di Indonesia. Lebih lanjut Febrian Anas juga bercerita soal keinginan Smartfren, untuk memunculkan bakat-bakat baru di kancah Mobile Legends, mengingat kancah esports game ini yang sedang berkembang pesat.

Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Febrian Anas (Tengah) bersama perwakilan tim dari OPi Gaming dan Power Danger Esports. Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Kendati Smartfren 4G Battle cukup menarik perhatian komunitas pemain Mobile Legends, lebih lanjut Febrian memberikan komentarnya soal investasi Smartfren di ekosistem esports Indonesia. “Kalau bicara investasi, pastinya kita terus berusaha menyediakan infrastruktur yang mapan, agar para gamers semakin nyaman bermain dengan menggunakan jaringan Smartfren. Tapi kalau bicara soal investasi dalam menyediakan wadah kompetisi yang lebih besar, sejauh ini kami masih belum ada rencana ke arah sana.”

OPi Gaming selaku tim juara berhak mendapatkan hadiah sebesar Rp20 juta, dilanjut dengan Power Danger Esports selaku runner-up berhak mendapatkan Rp15 juta. Terakhir ada tim Ex-Sultan yang berhak menerima hadiah sebesar Rp10 juta sebagai peringkat ketiga.

Selamat bagi para tim juara! Semoga prestasi kalian bisa terus berlanjut sampai ke tingkat nasional maupun internasional!