Semua yang Perlu Anda Ketahui tentang Turnamen Six Invitational 2019

Zaman sekarang ini, setiap game kompetitif dengan basis penggemar besar biasanya memiliki kompetisi global yang resmi diselenggarakan oleh penerbit game tersebut. Dota 2 misalnya, memiliki Dota Pro Circuit yang disupervisi oleh Valve. Tekken 7 memiliki Tekken World Tour yang berada di bawah pengawasan Bandai Namco, Street Fighter V memiliki Capcom Pro Tour, PUBG Mobile memiliki PUBG Mobile Star Challenge, dan seterusnya.

Rainbow Six: Siege, sebagai game dengan jumlah pemain lebih dari 40 juta orang, juga memiliki kompetisi serupa. Terdapat dua kompetisi global Rainbow Six: Siege yang berada langsung di bawah Ubisoft, yaitu Rainbow Six Pro League (sering juga disebut “Pro League” saja) dan Six Invitational.

Bedanya, Pro League adalah liga terbuka yang dgelar di seluruh dunia, dengan musim yang berjalan selama kurang lebih enam bulan dengan format double round robin. Puncak kompetisi Pro League di akhir musim adalah turnamen besar yang disebut Pro League Finals. Pro League Season 8 baru saja berakhir pada bulan November kemarin dengan tim G2 Esports sebagai juara, dan kini Pro League Season 9 telah dimulai.

Sementara itu, Six Invitational adalah turnamen singkat yang diadakan oleh Ubisoft setiap satu tahun sekali. Di tahun 2019, turnamen Six Invitational akan digelar pada bulan Februari, namun babak kualifikasinya dimulai pada bulan Januari ini. Mengingat Six Invitational 2019 sudah dekat, mari kita tilik bersama apa saja hal-hal menarik di dalam turnamen tersebut.

Bukan sepenuhnya undangan

Meski judul kompetisinya “Six Invitational”, sebetulnya turnamen ini tidak sepenuhnya berisi tim undangan. Dari 16 tim peserta, 10 di antaranya merupakan undangan, sementara 6 sisanya masuk dari jalur kualifikasi terbuka.

Tentu tidak sembarang tim berhak menerima undangan ke Six Invitational 2019. Mereka haruslah tim berprestasi, entah juara atau finalis dari kompetisi tertentu. Ubisoft telah mengumumkan siapa saja 10 tim undangan tersebut beberapa waktu lalu. Mereka adalah:

  • Evil Geniuses | Finalis Pro League Season 8
  • FaZe Clan | Finalis Pro League Season 8
  • Fnatic | Finalis Pro League Season 8
  • Immortals | Finalis Pro League Season 8
  • Mock-it Esports | Finalis Pro League Season 8
  • Nora-Rengo Esports | Finalis Pro League Season 8
  • Rogue | Finalis Pro League Season 8
  • G2 Esports | Juara Six Major Paris 2018
  • Team Reciprocity | Juara DreamHack Montreal 2018
  • PENTA Sports | Juara 2 DreamHack Winter 2018
Six Invitational 2019 - Participating Teams
Partisipan Six Invitational 2019 | Sumber: Ubisoft

Anda mungkin merasa ada yang aneh dari daftar di atas. Mengapa jumlah tim finalis Pro League Season 8 ganjil? Bukankah seharusnya Pro League Finals diikuti 8 tim? Jawabannya, karena juara Pro League Season 8 dan Juara Six Major Paris 2018 adalah tim yang sama, yaitu G2 Esports. Bahkan tidak hanya itu, G2 Esports juga juara DreamHack Winter 2018. Karena itulah PENTA Sports sang runner-up masuk menggantikan slot mereka.

Sementara itu, juara turnamen DreamHack Montreal 2018 sebetulnya adalah tim Cloud9. Namun di bulan Januari ini tiba-tiba tim Rainbow Six: Siege di Cloud9 dibubarkan. Empat mantan anggota Cloud9 kemudian direkrut oleh Team Reciprocity. Karena sebagian besar anggota Team Reciprocity adalah mantan anggota Cloud9, mereka berhak menerima undangan karena dianggap masih tim yang sama walau sudah berganti organisasi.

Jadwal dan format pertandingan

Sisa 6 slot tim yang akan bertanding di Six Invitational 2019 datang dari jalur kualifikasi terbuka. Rainbow Six: Siege menggunakan sistem pembagian empat wilayah besar, yaitu Eropa (EU), Amerika Utara (NA), Amerika Latin (LATAM), dan Asia Pasifik (APAC).

Pembagian ini memang lebih sedikit dibanding, misalnya, Dota 2 yang terdiri dari 6 wilayah. Akan tetapi tentu Ubisoft harus menyesuaikan dengan persebaran penggemar Rainbow Six: Siege. Tentu akan aneh bila mereka membuka kualifikasi untuk wilayah Tiongkok, sementara game Rainbow Six: Siege itu sendiri belum dirilis secara resmi di negara itu.

Kualifikasi setiap wilayah terdiri dari dua babak. Di babak pertama, ratusan tim yang mendaftar akan dibagi ke dalam empat grup, lalu mereka bertanding dengan sistem Bo1. Dari setiap grup, akan diambil empat tim terbaik untuk maju ke babak kualifikasi berikutnya.

Empat tim dari masing-masing grup artinya tersisa 16 tim terbaik dari seluruh dunia. Mereka kemudian bertarung memperebutkan slot maju ke Six Invitational di babak final kualifikasi yang memiliki format pertandingan Bo3. Di sini, setiap wilayah punya jatah slot tim yang berbeda-beda. Pembagiannya yaitu:

  • Eropa: 2 tim
  • Amerika Utara: 1 tim
  • Amerika Latin: 2 tim
  • Asia Pasifik: 1 tim

Asia Pasifik (APAC) memiliki sistem kualifikasi yang unik dibandingkan wilayah lain. Di sini, kualifikasi babak pertama dibagi lagi menjadi empat wilayah, yaitu wilayah Jepang, Korea Selatan, Asia Tenggara, serta Australia & Selandia Baru. Jumlah tim yang lolos ke final kualifikasi pun bukan 16 tim, tapi hanya 4 tim. Mengapa lebih sedikit, alasannya adalah karena jumlah partisipan di APAC sendiri memang tidak sebanyak wilayah lainnya.

Ketika tulisan ini dibuat, kualifikasi babak pertama sudah dimulai. Asia Pasifik menjadi wilayah terdepan, karena mereka sudah mulai kualifikasi sejak tanggal 4 Januari 2019. Berikut ini jadwal kualifikasi babak pertama untuk keempat wilayah:

  • Asia Pacific Qualifier: 4 – 6 Januari, final 12 – 13 Januari
  • Europe Qualifier: 7 – 12 Januari, final 14 – 15 Januari
  • North America Qualifier: 7 – 13 Januari, final 14 – 15 Januari
  • Latin America Qualifier: 8 – 13 Januari, final 14 – 15 Januari

Enam tim yang lolos akan berangkat ke Montreal, Kanada, untuk menemani 10 tim undangan berlaga di babak utama Six Invitational 2019. Anda dapat menonton pertandingan-pertandingan Six Invitational 2019 (dan kompetisi lainnya) di channel Twitch resmi Rainbow Six: Siege.

Beberapa tim yang menarik untuk dipantau

Berbicara soal Six Invitational, kita tentu tak bisa mengabaikan PENTA Sports yang merupakan juara tahun 2018 lalu. Kondisi tim ini sepanjang tahun sempat mengalami gonjang-ganjing karena beberapa kali pergantian pemain, tapi performa mereka tetap cukup baik. Juara turnamen Castle Siege 2018 dan peringkat dua DreamHack Winter 2018 adalah pencapaian yang lumayan.

G2 Esports - Pro League Season 8
G2 Esports saat menjuarai Pro League Season 8 | Sumber: Ubisoft

G2 Esports juga patut diperhitungkan. Seperti sudah kita bahas tadi, sepanjang tahun 2018 tim ini telah berhasil meraih trofi yang cukup banyak di turnamen-turnamen besar. Menjuarai Pro League Season 8, DreamHack Winter 2018, serta Six Major Paris 2018 sekaligus, G2 Esports adalah seorang pemegang “treble winner” yang ditakuti. Menariknya, roster G2 Esports sebenarnya terdiri dari para mantan anggota PENTA Esports yang dulu menjuarai Six Invitational 2018. Akankah mereka mengulang kesuksesan serupa?

Anda yang sering memantau esports dalam negeri tentu kenal dengan nama tim Aerowolf. Tim asal Indonesia ini juga punya divisi Rainbow Six: Siege, meski tidak semua anggotanya dari Indonesia. Ketika kualifikasi APAC babak pertama berlangsung, tim yang lolos sebenarnya adalah Xavier Esports. Akan tetapi mereka mengalami masalah visa, sehingga Aerowolf berhak maju menggantikan sebagai pemegang peringkat dua.

Aerowolf bukan satu-satunya tim yang memiliki anggota dari Indonesia. Ada juga tim lain seperti Ferox E-Sports, GOSU, dan MBT Impetus. Akan tetapi hanya Aerowolf yang berhasil melewati babak pertama. Aerowolf akan bersaing melawan tim FAV Gaming (Jepang), mantis FPS (Korea Selatan), serta 0RGL3SS (Australia) di final kualifikasi APAC tanggal 12 – 13 Januari nanti.

Itulah gambaran singkat tentang turnamen Six Invitational 2019 yang kini sedang berlangsung. Six Invitational adalah turnamen bergengsi dengan hadiah US$1.000.000, di mana tim-tim terbaik dari seluruh dunia bersaing untuk menentukan siapa yang terkuat. Pastinya kompetisi ini akan sangat seru dan berkesan, jadi jangan lupa untuk menonton pertandingannya.

Bila Anda ingin mendapatkan info-info menarik lainnya, atau ingin mencari ruang diskusi seputar Rainbow Six: Siege, Anda bisa bergabung dengan komunitas Rainbow Six: Siege Indonesia Community (R6 IDN) melalui Facebook Group atau Facebook Page mereka. Komunitas Rainbow Six di Indonesia mendapat dukungan langsung dari Ubisoft. Ayo kita tunjukkan bahwa komunitas Indonesia adalah komunitas esports terbaik.

Disclosure: Hybrid adalah media partner dari Rainbow Six: Siege Indonesia Community (R6 IDN)

Analisa Peluang Aerowolf 7 di PUBG Asia Invitational 2019 dari WawaMania

Membuka tahun 2019 ini, Bluehole serta PUBG.Corp langsung saja menunjukkan komitmen mereka dalam mengembangkan esports PUBG versi PC (Steam). Hal ini memang sudah sempat diumumkan sendiri oleh PUBG.Corp bahwa mereka akan berkomitmen untuk menyelenggarakan esports PUBG yang berjenjang rapih mulai dari kelas regional sampai internasional.

Dari semua kompetisi, regional pertama yang akan langsung bertanding di Januari 2019 ini adalah regional Asia, lewat PUBG Asia Invitational 2019. Kompetisi ini merupakan kompetisi kelas Major yang diselenggarakan oleh PUBG. Corp sendiri dan diikuti oleh 5 regional besar di Asia, yaitu Cina, Korea Selatan, SEA, Jepang, dan Taiwan/Hong Kong/ Macau.

Salah satu alasan kompetisi ini jadi wajib Anda tonton adalah karena kehadiran wakil Indonesia yaitu Aerowolf 7. Tim ini merupakan hasil akuisisi dari Juggernaut Fortissiumus ini beranggotakan. M. Salman ‘Avocrn’ Alfarizi, Rizky ‘TomketslkyAr’ Andikarama, Naufal ‘GodlyMonarch’ Nasrullah, Erlangga ‘Angga’ Ahmad Gani. Namun Angga sendiri harus digantikan oleh Ridho ‘RDK’ gara-gara belum mencukupi usia regulasi esports PUBG internasional.

Sumber: medcom.com
Sumber: medcom.com

Tim Aerowolf 7 sendiri berhasil lolos ke PUBG Asia Invitational setelah berhasil mendapatkan posisi 4 di JIB PUBG SEA Championship. Permainan mereka selama hari pertama terbilang cukup inkonsisten: kadang bisa dapat posisi bontot, kadang bisa dapat top 5 dalam satu ronde. Namun pada ronde-ronde terakhir mereka berhasil mendapatkan tempo permainannya sendiri dan sempat mendapat poin yang besar karena finis di posisi 3 dengan mengamankan 16 kill.

Melihat hal ini, sebenarnya seberapa menjanjikan Aerowolf 7 bisa memberikan prestasi dan kebanggaan kepada Indonesia dengan permainannya? Hybrid menanyakan analisa peluang Aerowolf 7 di PUBG Asia Invitational kepada Arwanto ‘WawaMania’ Tanumiharja.

Jadi akankah Aerowolf 7 bisa membawa pulang piala PUBG Asia Invitational 2019? Prediksi Wawa sendiri sebenarnya, asalkan Aerowolf 7 bisa bermain seperti hari kedua di JIB PUBG SEA Championship 2018 kemarin, tim ini seharusnya minimal bisa mengamankan posisi top 4. Namun dengan syarat, RDK bisa cepat dapat chemistry dengan tim Aerowolf 7 ini.

Terkait soal posisi RDK sebagai standin, Wawa mengatakan bahwa secara teknis kehadiran RDK akan sangat membantu meningkatkan performa dari tim Aerowolf 7. Kenapa? Salah satunya karena memang jam terbang serta pengalaman RDK yang sudah pernah bermain di panggung besar.

Sumber: Facebook @Aerowolf Organizer
Sumber: Facebook @Aerowolf Organizer

Lalu bagaimana kalau soal chemistry? Karena ini mungkin lebih kepada soal dapur tim Aerowolf itu sendiri, Wawa hanya bisa bilang hal ini kembali lagi kepada proses persiapan tim Aerowolf 7 sebelumnya. Kalau dari gue sih cuma bisa berharap semoga chemistry RDK dengan Aerowolf 7 ini sudah bonding ya.

Tim Juggernaut Fortissimus yang akhirnya diakuisisi menjadi Aerowolf 7 ini sendiri memang bisa dibilang secara mengejutkan bisa muncul sebagai top 4 di JIB PUBG SEA Championship. Namun Wawa sendiri mengatakan bahwa sebenarnya hal tersebut tidak sebegitu mengejutkan, karena salah satu kelebihan tim tersebut adalah aim mereka yang sudah sangat terlatih.

Memang aim pemain Aerowolf 7 ini sudah tajam-tajam sekali ya, hal itu yang jadi kelebihan mereka. Selain itu, menurut saya Scout tim AW 7 itu oke punya banget. Dengan tambahan Ridok (RDK), tentunya akan membuat permainan makro game tim AW 7 ini bakal jadi semakin kuat.” Tambah Wawa menceritakan kelebihan dari tim Aerowolf 7.

Lalu bagaimana dengan kelemahannya sendiri? Ternyata memang kelemahan tim ini datang dari mentalitas mereka. Mengingat mereka terbilang masih baru di kancah internasional PUBG, mungkin hal ini masih bisa dianggap wajar. Wawa mengatakan kalau mereka sudah terbebani entah dari segi percaya diri atau terbebani kekalahan ronde sebelumnya, kerja sama mereka hancur dan tidak bermain di dalam tim.

Sumber: Facebook @PlaybattlegroundsKR
Sumber: Facebook @PlaybattlegroundsKR

Dalam PUBG Asia Invitational ini, Aerowolf 7 tentu harus berhadapan dengan tim-tim yang sangat kuat. Ancaman terbesarnya datang dari regional Tiongkok dan Korea Selatan. Menurut Wawa ada tim SSS, 17 Gaming dan Luminous Star kalau dari Cina. Sedangkan dari Korea Selatan, ada Afreeca Freecs Fatal dan OGN Entus Force.

Memang dua regional tersebut masih jadi dua region terkuat di esports. Dalam hal PUBG, kekuatan Korea Selatan salah satunya karena kehadiran PUBG Korea League, kompetisi rutin yang memaksa para pemain untuk terus mengasah skill mereka. Lalu Cina, walau tak ada liga, atlet esports mereka terkenal selalu bekerja keras untuk menjadi yang terbaik dan punya mental baja.

Tim Aerowolf 7 akan bertanding di PUBG Asia Invitational 2019 mulai Kamis, 10 Januari 2019 ini sampai Minggu, 12 Januari 2019 mendatang. Mari kita sama-sama dukung Aerowolf 7 agar bisa mendapatkan hasil yang terbaik di dalam kompetisi PUBG Asia Invitational 2019.

Mantan Supervisor Esports Hearthstone, Che Chou, Pindah ke Ubisoft

Bila Anda penggemar berat Hearthstone, mungkin Anda sudah familier dengan nama Che Chou. Ia adalah karyawan Blizzard yang memegang jabatan sebagai Senior Global Franchise Lead for Hearthstone Esports, atau versi pendeknya, Esports Team Lead. Bersama dengan Sam Braithwaite, Che Chou adalah orang yang menangani dan merancang ekosistem esports di sekitar Hearthstone sejak 2016, dan turut berkontribusi menggelar kompetisi-kompetisi Hearthstone berhadiah lebih dari US$2,8 juta sepanjang tahun 2018.

Jasa Che Chou cukup besar di dunia Hearthstone, dan belum lama ini ia jugalah yang mengumumkan sistem kompetisi baru untuk Hearthstone di tahun 2019. Karena itu, cukup mengejutkan ketika tiba-tiba muncul kabar bahwa Chou telah meninggalkan Blizzard. Tanggal 5 Januari 2019 adalah hari terakhirnya di perusahaan tersebut. Chou tidak menjelaskan apa alasan ia berpisah dengan Blizzard, tapi dalam cuitannya di Twitter, ia mengaku memiliki perasaan yang campur aduk.

Che Chou and Sam Braithwaite
Che Chou dan Sam Braithwaite | Sumber: Hearthstone Esports

Salah satu kemungkinan yang bisa terjadi adalah adanya restrukturisasi secara menyeluruh di departemen-departemen esports Blizzard. Bulan Desember lalu Blizzard baru saja menutup esports resmi Heroes of the Storm, dan mereka juga menarik sebagian developer Heroes of the Storm untuk bekerja di proyek lain. Pada vlog terakhirnya di Blizzard, Chou berkata bahwa esports Hearthstone masih tumbuh sehat. Tapi bukan tidak mungkin perubahan besar di Heroes of the Storm juga berdampak pada departemen lainnya.

Untungnya tidak butuh waktu lama bagi Chou untuk menemukan “rumah” baru. Hanya tiga hari setelah berpisah dengan Blizzard, Chou mengabarkan bahwa ia telah menerima tawaran dari Ubisoft San Fransisco untuk masuk sebagai Senior Director of Esports. Belum jelas proyek apa yang akan ia tangani, apakah Rainbow Six: Siege yang sekarang sudah berjalan atau proyek esports baru. Tapi yang pasti pengalaman Chou di Blizzard bisa jadi masukan berharga bagi Ubisoft.

Sementara itu, posisi Senior Global Franchise Lead for Hearthstone Esports kini dipegang oleh Sam Braithwaite. Ia tidak hanya berpengalaman mengurus Hearthstone, tapi dulunya juga menangani esports Heroes of the Storm serta StarCraft. Kemungkinan Blizzard saat ini tengah menyiapkan rencana esports yang lebih terfokus, sementara beberapa game yang memang terlihat kurang populer akan ditinggalkan.

Braithwaite sendiri pernah mengatakan bahwa datang dan perginya suatu game adalah hal yang wajar. Dunia esports sangat dipengaruhi oleh tren, dan menurutnya, saat ini tren sedang ada di dunia battle royale. “Kenyataan situasinya adalah Fortnite, PUBG, dan seluruh fenomena battle royale sekarang mendominasi bandwidth banyak orang sebagai hiburan, dan apa yang mereka tonton di Twitch, dan apa yang mereka mainkan,” ujar Braithwaite pada Inven Global.

Selama sebuah game masih bisa menghasilkan pemasukan yang baik, penerbit tentu tidak akan meninggalkannya begitu saja. Tapi sama seperti Heroes of the Storm, Hearthstone pun suatu saat pasti tenggelam oleh tren esports baru. Kita hanya bisa menebak-nebak, kira-kira tren apa yang akan menggantikannya.

Sumber: Inven Global

Juara Kompetisi FIFA 19 Nasional Kembali Berubah, Menambah Sengitnya Persaingan Dalam Negeri

Jika di turnamen sebelumnya, di FIFA 19 KASKUS Battleground, Abdul “Huginn” Rozak berhasil menjadi sang jawara, turnamen FIFA 19 lokal yang selanjutnya kembali menemukan juara yang berbeda.

Seperti yang kami tuliskan beberapa waktu lalu, dunia persilatan FIFA 19 di Indonesia memang lebih merata karena setiap pemain punya kesempatan yang sama untuk jadi juara. Hal ini kembali terlihat di Transcorp FIFA 19 Tournament yang digelar di penghujung tahun 2018 lalu, yang digelar di Kid City Graha Raya Bintaro.

Berikut ini adalah laporan dari Achmad ‘Fadh’ Karim sebagai penyelenggara turnamen tersebut yang juga merupakan salah satu dedengkot esports FIFA Indonesia.

Di turnamen tersebut, ada 64 peserta yang datang dari tingkat profesional ataupun amatir. Beberapa pemain unggulan yang berlaga di sini adalah Chanks dari XcN, Icanbutsky dari PG BarracX, TariganF dari Capcorn, Huginn yang menang di turnamen FIFA 19 sebelum ini, Denis Pugu dari NXL, dan Kenny Sugita.

Dokumentasi: Ahmad Karim
Dokumentasi: Achmad Karim

Para pemain unggulan tadi lolos dengan mudah dari fase pertama, babak grup, mengalahkan semua lawan-lawannya. Di babak 16 besar, barulah pertandingan berjalan lebih sengit. Ada duel big match antara XcN dan PG BarrackX.

XcN sempat unggul 3 gol dengan skor 5-2 di awalnya. Namun menggunakan Tottenham Hotspur, Icanbutsky tak mau mengalah begitu saja. Jagoan PG BarracX itu berhasil menyamakan kedudukan menjadi 5-5 di pertandingan kedua dan mencuri satu gol tambahan di babak extra time lewat Harry Kane.

Di babak semifinal, alias 4 besar, kedua pertandingan berjalan cukup sengit. Denis Pugu dari NXL harus berhadapan dengan TariganF dari Capcorn. Game pertama, pertandingan berakhir imbang 2-2 namun NXL berhasil mengalahkan lawannya di game kedua dengan skor 3-2. Menggunakan sistem agregasi skor, Denis pun melaju ke babak selanjutnya dengan skor kemenangan 5-2.

Di pertandingan semifinal yang satunya, duel sebelumnya (di semifinal KASKUS Battleground FIFA 19) antara Huginn dan Kenny Sugita kembali terjadi. Menariknya, jika sebelumnya Huginn yang menang, kali ini Kenny berhasil menekuk lawannya dengan skor akhir 5-3.

Dokumentasi: Achmad Karim
Dokumentasi: Achmad Karim

Final pun terjadi antara Kenny Sugita melawan Denis Pugu dari NXL, antara Barcelona melawan Juventus; antara Messi melawan Ronaldo. Pertandingan pun berjalan begitu sengit antara keduanya. Masing-masing pemain bermain begitu agresif untuk menundukkan lawannya. Namun begitu, Denis dengan Juventus nya berhasil menutup pertandingan final dengan skor akhir 3-2.

Dengan demikian, turnamen ini pun berakhir dengan peringkat juara sebagai berikut beserta hadiah yang mereka dapatkan:

  1. Denis Pugu dari TEAMnxl> (Dual Shock Controller seharga Rp1,5 juta, uang tunai sebesar Rp800 ribu, dan voucher Kid City sebesar Rp1 juta)
  2. Kenny Sugita (PSN Wallet Rp400 ribu, voucher Kid City sebesar Rp500 ribu, dan uang tunai sebesar Rp500 ribu)
  3. Huginn (PSN selama 3 bulan, voucher Kid City sebesar Rp300 ribu, dan uang tunai sebesar Rp300 ribu)
  4. Tarigan dari Capcorn (voucher Kid City sebesar Rp300 ribu)
  5. Akbar (voucher Kid City sebesar Rp150 ribu)
  6. Aggner (voucher Kid City sebesar Rp150 ribu)
  7. Ari (voucher Kid City sebesar Rp150 ribu)
  8. Icanbutsky dari PG BarrackX (voucher Kid City sebesar Rp150 ribu)

Disclosure: Hybrid adalah media partner dari Komunitas FIFA 19 Indonesia

 

Senjakala Esport Vainglory: Sang Pionir yang Kini Kian Tertinggal

Tahun 2014 lalu, mobile gaming belum heboh seperti sekarang karena banyak faktor, teknologi salah satunya. Bahkan mobile gamers kerap didiskriminasi gamers secara umum, dianggap bukan gamers karena game mobile kebanyakan casual, tanpa ada kedalaman cerita, ataupun grafis megah.

Namun kala itu ada satu pengembang game andal bersatu padu dari berbagai latar belakang bekerja sama menciptakan Super Evil Megacorp (SEMC). Mereka menciptakan sebuah karya yang tak terpikirkan di masanya: sebuah game mobile dengan grafis memukau layaknya di konsol atau PC, sebuah game MOBA yang dimainkan bersamaan secara real-time bernama Vainglory.

Pada saat perilisannya, Vainglory segera menarik perhatian jutaan pasang mata. Bayangkan saja, game mobile yang ketika itu hanya game mengiris-iris buah ataupun berlari tanpa akhir sampai bosan mendadak berubah menjadi sebuah game yang begitu kompetitif.

Vainglory The First MOBA on Mobile

Sumber: vainglorygame.com
Sumber: vainglorygame.com

Kalau boleh jujur, Vainglory sebenarnya tidak bisa sepenuhnya dikatakan sebagai yang pertama, mengingat sudah ada game seperti Heroes of Order and Chaos besutan Gameloft. Namun satu hal yang saya sepakat dengan SEMC adalah bahwa Vainglory merupakan game MOBA mobile pertama dengan gameplay yang unik, kontrol intuitif, namun memiliki kedalaman mekanik yang cukup membuat pemain MOBA kompetitif jadi penasaran; atau bisa dibilang MOBA paling sempurna pertama pada masanya.

Rilis pertama tahun 2014, Vainglory pertama kali tampil dalam presentasi produk Apple iPhone 6. Presentasi tersebut segera memukau para pengguna smartphone karena secara grafis, Vainglory adalah game pertama yang berjalan secara 60 FPS, punya grafis detil, lengkap dengan efek particle dan animasi yang kompleks.

Game ini segera menjadi pusat perhatian, bahkan ketika itu salah satu Youtuber tersohor pun turut memainkannya. PewDiePie sempat bermain Vainglory dan mengunggahnya pada 1 Agustus 2015 lalu. Mengutip salah satu media teknologi ternama VentureBeat, Vainglory berhasil mencapai 1,5 juta pemain aktif bulanan pada 1 Juli 2015 saat baru dirilis.

Kesuksesan ini menggerakan Super Evil Megacorp ke langkah berikutnya. Mencoba meniru kesuksesan League of Legends dan Dota 2, mereka pun mencoba mengembangkan esports Vainglory.

Menjadi esport Mobile Pertama di Dunia dan Indonesia

Sumber: fortune.com
Sumber: fortune.com

Setelah menuai kesuksesan dari perilisan pertamanya di tahun 2014, Vainglory akhirnya mulai menjajaki dunia esport satu tahun berikutnya; tepatnya pada Mei 2015. Ketika itu mereka segera melakukan kerja sama dengan berbagai ekosistem dunia esports, ESL dan OGN Korea salah satunya.

Mengutip Fortune, lewat sebuah kompetisi liga lokal Korsel bertajuk Korean eSports league OGN Vainglory Invitationals pada bulan Juli 2015, Vainglory meraup penonton sampai dengan satu juta orang.

Tak lupa juga gelaran Vainglory Premiere League di September 2015 yang menawarkan total hadiah US$80 ribu dan diikuti oleh 12 tim dari empat kawasan (Amerika Utara, Tiongkok, Korea, dan Eropa) semakin melanggengkan Vainglory sebagai esport mobile games pertama dan terbesar di masanya.

Sementara itu Vainglory sendiri mulai memanas di Indonesia saat tahun 2017. Ketika itu ada Indonesia Games Championship 2017 dan Vainglory 8 Summer Championship Jakarta. Bahkan ketika itu Indonesia baru saja berbangga setelah lolosnya tim Elite8 ke jenjang internasional lewat Vainglory 8 Spring Championship Manila. Tak lupa juga ajang kumpul komunitas terbesar, Halcyon Gathering 2.0, ketika itu juga terjadi di Indonesia.

Gempuran MOBA Mobile Asia Timur dan Munculnya 5v5

Sumber: vainglorygame.com
Sumber: vainglorygame.com

Masih pada tahun 2017, esports Vainglory di Indonesia terbilang dibilang sedang panas-panasnya. Sayangnya, SEMC ketika itu seolah abai dengan gempuran MOBA Mobile asal Tiongkok yang berhasil mengambil hati banyak gamers di Indonesia. Tahun 2017 adalah tahun ketika Mobile Legends mendapatkan banyak perhatian gamers dan industri esports Indonesia.

Potensi esports Mobile Legends terlihat pertama kali saat kualifikasi dan acara utama Mobile Legends SEA Cup (MSC 2017). Event tersebut berhasil membuat venue jadi penuh sesak, yaitu di Gandaria City pada saat kualifikasi dan Mall Taman Anggrek pada saat acara Grand Final. Selain Mobile Legends, Garena Indonesia di sisi lain juga tengah mempersiapkan sesuatu.

Sumber: revivaltv.id
Sumber: revivaltv.id

Garena ingin merilis versi global dari MOBA yang selama ini jadi favorit banyak orang di Tiongkok sana, Kings of Glory. Game tersebut akhirnya rilis di Indonesia dengan nama Mobile Arena dan berganti menjadi Arena of Valor pada Agustus 2017 lalu. Kedua game ini segera menyedot perhatian banyak gamers karena grafis yang lebih enteng di smartphone orang Indonesia, gameplay yang lebih sederhana, dan mudah dipelajari oleh berbagai kalangan. 

Vainglory Worlds 2017, SEMC akhirnya merilis Vainglory 5v5 yang segera memunculkan kontroversi di kalangan komunitas. Ada yang menganggap 3v3 terlalu bergantung pada skill individu yang membuat permainan jadi membosankan dan ada juga yang menganggap 5v5 menghilangkan ciri khas dari Vainglory. Hal ini pada akhirnya menciptakan sebuah dilema tersendiri bagi Vainglory.

Senjakala esport Vainglory di Tahun 2018

Sumber: gankstars.gg
Sumber: gankstars.gg

Berlanjut ke tahun 2018 yang sebenarnya menjadi kebangkitan MOBA Mobile dan mobile esports secara keseluruhan, bagaimana dengan Vainglory? Lucunya tahun 2018 malah jadi momen mati suri Vainglory esport secara global maupun Indonesia.

Secara global, esports Vainglory mulai gonjang-ganjing ketika banyak organisasi mundur. Tim seperti Gankstars, Cloud9, bahkan TeamSoloMid menutup divisi Vainglory mereka. Menanggapi kepanikan komunitas, FlashX pun angkat bicara terkait hal ini. Ia mengatakan bahwa memang Super Evil Megacorp memotong anggaran esport Vainglory yang akhirnya menciptakan permasalahan tersebut

Bagaimana dengan Indonesia? Untungnya berkat bantuan pihak ketiga, kancah kompetitif Vainglory Indonesia masih cukup hangat. Kaskus Battleground Season 1 mengisi kalender esports Vainglory awal tahun 2018. Lalu masuk pertengahan tahun akhir tahun, ada Vainglory Premier League Indonesia yang merupakan liga esports Vainglory yang diselenggarakan secara online oleh tim AGe Network. Lalu ditutup dengan perjuangan tim Elite8 di tingkat Asia dalam kompetisi WESG 2018.

Sumber: revivaltv.id
Herrboy (paling kiri) bersama dengan 2 shoutcaster VG lainnya. Sumber: revivaltv.id

Herry ‘Herrboy’ Sudharma, sebagai salah satu shoutcaster dan penggiat esports Vainglory di Indonesia, angkat bicara soal problematika ini. Ia mengatakan memang salah satu masalah terbesar adalah perkara tingkat kesulitan Vainglory yang lebih tinggi dibanding MOBA mobile lainnya serta kebutuhan spesifikasi smartphone yang juga lebih tinggi. Hal tersebut membuat mobile gamers enggan mainkan Vainglory yang mana hal tersebut memberi efek domino kepada esport Vainglory.

Daniel “Deipno” Lam, salah satu caster senior Vainglory, juga turut menambahkan. Ia merasa bahwa senjakala Vainglory di tahun 2018 adalah akibat SEMC yang seperti salah langkah. Sejak tahun 2017 potensi playerbase Vainglory di Indonesia sudah terlihat jelas lewat Halcyon Gathering 2.0 yang dihadiri seribu orang. Namun alih-alih fokuskan pemasaran di pasar SEA terutama Indonesia, SEMC tetap bersikukuh untuk fokuskan pemasaran Vainglory di Amerika Serikat dan juga Eropa.

Sumber: AGe Network
Sumber: AGe Network

Dari sisi pemain, Heinrich ‘OfficialHein’ Ramli yang merupakan bintang Vainglory asal Indonesia dan salah satu yang paling berjasa menggerakkan esports Vainglory di sini, mengatakan bahwa tak bisa dipungkiri bahwa SEMC mengambil peran besar dalam redupnya esports Vainglory. Hein selaku atlet Vainglory serta pemilik tim Elite8 mengatakan ada komunikasi yang kurang lancar dari SEMC terhadap tim dan komunitas yang akhirnya membuat esport Vainglory di Indonesia jadi terbengkalai.

Vainglory Cross-platform dan Prediksi Masa Depan Esport Vainglory

Sumber: duniagames.co.id
Sumber: duniagames.co.id

Kemenangan Vainglory pada masanya adalah karena SEMC ketika itu mendorong kemampuan smartphone sampai maksimal, menciptakan game sekelas konsol atau PC yang bisa dimainkan dalam genggaman Anda. Akhir tahun 2018 ini, SEMC mencoba mengulang inovasi tersebut dengan mengampanyekan Vainglory X, MOBA cross-platform pertama yang akan bisa mempertemukan pemain mobile, PC, atau konsol dalam satu pertandingan.

Di Venture Beat, CEO SEMC Kristian Segerstrale mengatakan bahwa game multi-platform adalah masa depan gaming. Namun hal ini tentu mengundang tanda tanya dan keraguan besar karena kehadiran Vainglory di PC berarti akan membawa mereka ke dalam kompetisi bisnis yang lebih berat: menantang langsung dua raksasa MOBA PC yaitu Dota 2 dan League of Legends

Herrboy kembali angkat bicara soal prediksi cross-platform dan kembalinya kejayaan Vainglory di tahun 2019 baik secara player base maupun esports. Ia merasa bahwa hal ini kembali lagi bagaimana keputusan SEMC, apakah ia ingin mengembalikan esports Vainglory atau tidak. Mengingat Fortnite terbilang sukses dengan sistem cross-platform ini, mereka berhasil menciptakan player base yang besar walau tanpa kehadiran event esports internasional.

Akankah SEMC dapat mengulang kesuksesan Vainglory Worlds 2017 yang bisa tembus rekor jumlah penonton di Twtich. Sumber: redbull.com
Akankah SEMC dapat mengulang kesuksesan Vainglory Worlds 2017 yang bisa tembus rekor jumlah penonton di Twitch. Sumber: redbull.com

Sebab, bagaimanapun juga intinya, hal yang ingin dicapai SEMC adalah membuat Vainglory kembali dimainkan banyak orang. Terkait hal ini, saya sendiri sejujurnya cukup pesimis. Kenapa? Pertama, kehadiran Vainglory di PC tentu akan membuat SEMC harus berhadapan dengan dedengkot MOBA itu sendiri dan membuat persaingan jadi semakin berat.

Kedua, saya juga cukup setuju dengan apa yang selalu jadi opini komunitas dan apa yang dikatakan Deipno; bahwa SEMC selama ini terlihat kurang giat memasarkan Vainglory, terutama di pasar Asia dan SEA. Jika kehadiran cross-platform tidak diiringi dengan kegiatan pemasaran yang aktif, maka jumlah pemain Vainglory mungkin tidak bakal segitunya banyak berubah.

Bagaimana kalau secara esports? Melihat SEMC yang kini lebih fokus kepada pengembangan game Vainglory cross-platform, saya kembali pesimis dengan esports Vainglory di 2019. Sebab sekalipun kampanye Vainglory cross-platform berhasil meningkatkan jumlah pemain, jika SEMC tidak menghendaki kehadiran esports, maka mau tak mau kita harus kubur dalam-dalam harapan kita untuk bisa melihat kembali serunya aksi pemain Vainglory kelas wahid.

Bagaimana Esports Membuat Tim Silver Snipers Merasa Awet Muda

Esports dikenal sebagai ekosistem yang kebanyakan diisi oleh kawula muda. Bukan hanya penonton atau penikmat, para atlet dan pelaku industrinya pun banyak diisi oleh anak-anak muda. Bukan berarti sama sekali tidak ada orang tua di dunia esports. Bila kita berbicara tentang industri secara keseluruhan, kita akan menemukan para senior berperan sebagai manajer, pemilik klub, atau sponsor. Tapi bila berbicara tentang atlet profesional, Silver Snipers termasuk anomali yang unik.

Silver Snipers adalah tim esports profesional yang fokus pada cabang Counter-Strike: Global Offensive. Mereka berasal dari Swedia, aktif sejak tahun 2017, dan saat ini berada di bawah sponsor Lenovo. Tapi yang membuat mereka spesial adalah tim ini memiliki lima anggota yang kesemuanya berusia di atas 50 tahun.

“Misi kami adalah membawa hal yang berbeda ke dunia gaming dan menunjukkan bahwa usia hanyalah sebuah angka,” demikian pernyataan berani Silver Snipers di situs resmi mereka. Silver Snipers menjalani profesi mereka dengan serius, bukan hanya gimmick saja dengan tim yang beranggotakan para lansia. Mereka dilatih oleh Potti (Tommy Ingemarsson), mantan atlet Counter-Strike yang pernah menjadi juara dunia sepuluh kali. Ia juga dikenal sebagai pendiri tim esports Ninjas in Pyjamas (NiP).

Silver Snipers - YoungGun
YoungGun, anggota termuda Silver Snipers | Sumber: Silver Snipers

“Kami ingin menang, jadi kami harus banyak berlatih,” ujar Trigger Finger (Inger Grotteblad), anggota Silver Snipers yang berusia 66 tahun. Pekerjaan sebagai atlet esports memang sulit, apalagi di usia yang tak lagi prima. Tapi ia tidak merasa keberatan. “Kami di tim sangat dekat satu sama lain. Kami saling mengenal dengan sangat baik,” kata Trigger Finger sebagaimana dilansir CNN.

Bermain game secara kompetitif, bagi Silver Snipers, lebih dari sekadar profesi. Mereka juga melakukannya untuk kesehatan. “Anda merasakan kebahagiaan ketika bermain video game di atas panggung. Anda melihat orang-orang menikmati permainan Anda. Dan (itu membuat) pikiran saya bekerja lebih cepat,” kata YoungGun (Per-Arne Idenfors) dalam wawancaranya dengan BBC. YoungGun adalah anggota termuda dari Silver Snipers. Tapi dibilang muda pun, usianya sudah 57 tahun.

Kebahagiaan sudah lama diakui sebagai salah satu faktor yang dapat membuat seseorang berumur panjang. Sementara di sisi lain, berbagai riset juga telah menunjukkan bahwa video game dapat membantu meningkatkan daya konsentrasi serta mencegah penyakit pikun. Silver Snipers mendapatkan manfaat-manfaat ini dengan cara berkompetisi di dunia esports.

“Saya menjaga otak saya tetap waspada. Perbedaannya sangat signifikan. Saya juga menjaga kedua tangan saya untuk sangat waspada, sebab Anda harus menggerakkan tangan dengan sangat cepat. Anda harus mengkoordinasikan pikiran dengan gerakan Anda,” kata Trigger Finger pada CNN. Silver Snipers sudah pernah bertanding di berbagai negara, termasuk Finlandia, Rusia, dan Perancis.

Selain dari bermain itu sendiri, Silver Snipers juga mengaku sangat senang berada di tengah-tengah komunitas esports. Memang sempat ada kekhawatiran tentang bagaimana anak-anak muda memandang negatif pemain esports yang sudah kakek-nenek, tapi ternyata hal itu tidak terjadi. Silver Snipers diterima dengan sangat baik di antara penggemar esports, bahkan mereka dipandang keren. Banyak penggemar yang selalu memberi dukungan, sekalipun mereka sedang kalah.

Silver Snipers - Stockholm Arena
Silver Snipers memiliki banyak penggemar di negara asalnya, Swedia | Sumber: Silver Snipers

Tim seperti Silver Snipers adalah bukti hidup bahwa video game dan esports dapat memberi manfaat pada masyarakat. Saat ini memang wajah esports didominasi oleh uang hadiah bernominal luar biasa, namun bisa saja di masa depan nanti muncul lebih banyak program esports yang dibuat dengan tujuan selain ekonomi, misalnya program kesehatan, sosial, edukasi, dan sebagainya.

“Ketika saya bercermin, saya melihat banyak kerutan di wajah. Tapi saya tidak merasa tua, saya merasa sama saja seperti biasanya. Anda tidak merasa tua bila Anda tidak berpikir, ‘Ya Tuhan saya sudah terlalu tua, saya tidak bisa melakukannya lagi.’ Jika Anda berpikir seperti biasa saja, di dalam diri Anda, Anda tetap adalah orang yang sama,” pungkas Trigger Finger.

Sumber: CNN, Silver Snipers, BBC Stories

Kualifikasi Turnamen Dota 2 Stockholm Major Tabrakan dengan Tahun Baru Imlek

DreamLeague selaku organizer turnamen Dota 2 Stockholm Major telah mengumumkan jadwal kualifikasi untuk kompetisi tersebut. Sesuai aturan Dota Pro Circuit, Stockholm Major tidak memiliki tim undangan langsung ke babak utama, jadi semua tim partisipan harus melalui babak kualifikasi terlebih dahulu. Turnamen yang memiliki nama asli DreamLeague Season 11 ini terbagi menjadi dua tahap kualifikasi, yaitu Open Qualifiers dan Closed Qualifiers.

Terdapat enam wilayah kompetisi yang dapat mengikuti kualifikasi ini, yaitu Amerika Selatan, Persemakmuran Negara-Negara Merdeka (CIS), Asia Tenggara, Amerika Utara, Eropa, dan Tiongkok. Setiap wilayah memiliki turnamen kualifikasi sendiri, namun pelaksanaannya akan dilakukan serentak sesuai jadwal yang diberikan DreamLeague. Dari seluruh peserta Open Qualifiers, akan diambil empat tim terbaik, kemudian mereka akan diadu bersama empat tim undangan di babak Closed Qualifiers.

Nantinya, dari enam wilayah kompetisi tersebut, akan diambil 15 tim terbaik yang berhak maju ke babak utama Stockholm Major, ditambah 1 tim pemenang turnamen Minor (saat ini belum diumumkan akan digelar di mana). Babak Open Qualifiers dilaksanakan di akhir Januari, dengan jadwal sebagai berikut:

  • Open Qualifiers 1: 24 – 25 Januari 2019
  • Open Qualifiers 2: 26 – 27 Januari 2019

Setiap wilayah kompetisi memiliki dua sesi Open Qualifiers, dan tim yang berhasil meraih Top 2 di masing-masing Qualifier akan maju ke babak Closed Qualifiers.

Beda dari Open Qualifiers, di mana turnamen semua wilayah dijalankan bersamaan, babak Closed Qualifiers akan dibagi menjadi dua periode atau grup berdasarkan wilayah. Periode pertama yaitu kualifikasi untuk tim-tim asal Amerika Selatan, Persemakmuran Negara-Negara Merdeka (CIS), dan Asia Tenggara. Periode kedua untuk kualifikasi tim-tim asal Amerika Utara, Eropa, dan Tiongkok.

Berikut ini jadwal Closed Qualifiers di Stockholm Major:

  • Closed Qualifiers Group 1 (SA/CIS/SEA): 1 – 3 Februari 2019
  • Closed Qualifiers Group 2 (NA/EU/CN): 4 – 6 Februari 2019
xiao8
xiao8, mantan juara The International 2014 | Sumber: GosuGamers

Jadwal ini ternyata menimbulkan masalah. Pertandingan Closed Qualifier untuk Group 2 (NA/EU/CN) jatuh pada tanggal 4 – 6 Februari. Artinya, tim-tim asal Tiongkok harus mengikuti babak kualifikasi di tengah perayaan Tahun Baru Imlek. Padahal bagi masyarakat Tiongkok, Tahun Baru Imlek yang jatuh di tanggal 5 Februari 2019 merupakan hari libur yang sangat berharga.

“Jadwal ini memaksa tim-tim Tiongkok untuk melepas liburan Festival Musim Semi (Imlek), dan juga kami tidak bisa beristirahat. Kami harus terus menjaga intensitas latihan,” demikan ujar xiao8 (Zhang Ning), pelatih tim EHOME sebagaimana dilaporkan VPEsports.

Sebagai peraih peringkat dua di Bucharest Minor China Qualifier, EHOME harus terbang ke negara Rumania untuk mengikuti babak utama turnamen tersebut pada tanggal 9 Januari. Seandainya mereka memenangkan Bucharest Minor, maka mereka harus langsung bersiap menghadapi Chongqing Major pada tanggal 19 – 27 Januari nanti. Saat ini daftar tim undangan Closed Qualifiers Stockholm Major belum diumumkan. Bila ternyata EHOME tidak menerima undangan, bisa-bisa mereka harus mengikuti Open Qualifiers Stockholm Major di tengah pelaksanaan Chongqing Major.

Tidak hanya EHOME, tim lain yaitu PSG.LGD juga mengutarakan keluhan serupa. Apalagi di PSG.LGD ada pemain yang sudah berkeluarga dan memiliki dua anak, yaitu fy (Xu Linsen). Tentunya fy ingin bisa menghabiskan waktu di rumah dan merayakan Tahun Baru Imlek yang merupakan budaya tradisional Tiongkok. Tetapi meninggalkan Stockholm Major yang menjanjikan hadiah US$1.000.000 dan 15.000 DPC Points bukan pilihan mudah. Semoga saja DreamLeague selaku penyelenggara Stockholm Major dapat menemukan jalan tengah yang terbaik.

Sumber: GosuGamers, DreamHack, VPEsports

Lepas dari Infamous Gaming, EternalEnvy Dirikan Tim Baru Flying Penguins

Jacky Mao alias EternalEnvy tak kunjung juga menemukan tambatan hatinya. Baru dua bulan bersama tim compLexity Gaming (coL), ia sudah harus keluar, dan sejak saat itu EternalEnvy seolah tak bisa menemukan tim untuk menetap. Bila dihitung-hitung, sejak tahun 2016 EternalEnvy sudah bergabung dengan delapan tim berbeda, yaitu Team Secret, Team NP, Thunderbirds, Cloud9, Fnatic, compLexity Gaming, Plus Ultra (alias Team Doggies), dan yang paling baru yaitu Infamous Gaming. Tapi itu pun tak bertahan lama.

Karier EternalEnvy di penghujung tahun 2018 lalu terbilang penuh guncangan. Ia bergabung di coL pada bulan September 2018 lalu, untuk mewakili wilayah Amerika Utara di kualifikasi Kuala Lumpur Major. Sayangnya mereka gagal lolos ke babak utama. coL kemudian mencoba peruntungan di ESL One Hamburg serta DreamLeague Season 10, dan meski tidak berhasil jadi juara, setidaknya mereka masuk sepuluh besar. Tapi kemudian sebuah krisis terjadi.

Tepat sebelum kualifikasi Chongqing Major, tiga pemain compLexity Gaming memutuskan untuk keluar. Salah satunya, yaitu Skem (Andrei Gabriel Ong) mengalami masalah visa berkali-kali sehingga ia tak bisa berlatih dan bertanding. Sementara itu, EternalEnvy dan Sneyking (Jingju Wu) membentuk tim baru dengan nama Plus Ultra. Mereka mengajak beberapa pemain lepas wilayah Amerika Utara untuk bergabung, namun mereka gagal untuk masuk ke babak utama Chongqing Major.

EternalEnvy - compLexity Gaming
EternalEnvy saat bersama compLexity Gaming | Sumber: VPEsports

Mengharapkan performa lebih baik di Bucharest Minor, EternalEnvy dan Sneyking kemudian bergabung dengan tim asal Amerika Selatan, Infamous Gaming. Tapi lagi-lagi mereka tumbang di babak kualifikasi. Naas memang, padahal ada masa-masa di mana EternalEnvy dikenal sebagai salah satu pemain carry terbaik Dota 2. Bersama Team Secret, pria yang akrab dipanggil “EE-sama” ini pernah menjuarai turnamen-turnamen bergengsi seperti Shanghai Major, MLG World Finals, dan Nanyang Dota 2 Championships.

Kini EternalEnvy kembali membentuk tim baru dengan nama Flying Penguins. Berikut ini jajaran pemainnya:

  • Ritsu (Ravindu Kodippili)
  • CC&C (Quinn Callahan)
  • Liposa (Rodrigo Lelis Santos)
  • EternalEnvy (Jacky Mao)
  • Sneyking (Jingju Wu)

Sebagai tim baru, tentu mereka belum membukukan poin Dota Pro Circuit sama sekali. Belum jelas juga apakah tim ini berada di bawah sponsor tertentu atau tidak. Yang jelas, bila ingin membuktikan diri, event DPC terdekat yang bisa mereka ikuti adalah DreamLeague Season 11, alias Stockholm Major di bulan Maret nanti. Mudah-mudahan saja EternalEnvy bisa bangkit dan kembali masuk ke jajaran pemain Dota 2 top dunia.

Sumber: GosuGamers

2 Atlit Bola U19 akan Melawan 2 Gamer FIFA Online di E+SPORTS KICK OFF!

Reddentes Sports, agensi olahraga asal Singapura, bekerja sama dengan RevivalTV menggelar acara yang menggabungkan esports dan olahraga ‘tradisional’ di pekan pertama 2019. Menariknya, di acara ini, mereka mengundang 2 pemain timnas bola U19, Egy Maulana Vikri dan Witan Sulaiman untuk bertanding dalam showmatch melawan 2 pemain FIFA Online dari Team Flash; Amraan ‘Aamran’ Gani dan Joseph ‘Zarate’ Yeo.

Dokumentasi: RevivalTV
Dokumentasi: RevivalTV

Team Flash sendiri merupakan salah satu organisasi esports di Asia Tenggara yang punya tim di Vietnam dan Singapura. Salah satu prestasi mereka adalah menjadi juara kedua untuk AoV International Championship 2018 dan menjadi juara pertama di EA Champions Cup (EACC) Winter 2018 untuk FIFA Online 4.

Selain bertanding dalam showmatch, keempat pemain tadi akan berbincang dalam talkshow yang akan disiarkan di HD TVRI ataupun di kanal YouTube RevivalTV.

Terence Ting, CEO Team Flash, sempat memberikan komentarnya dalam rilis yang kami terima. “Senang bisa bermitra dengan RevivalTV untuk acara esports pertama kami di Indonesia. Kami bangga untuk membawa atlet esport FIFA Singapura terkemuka kami, Zarate dan Amraan, ke Jakarta untuk pertama kalinya. Bermain melawan pesepakbola nasional, Egy dan Witan, merupakan kesempatan dan karya besar bagi penggemar olahraga tradisional dan penggemar esports untuk berkumpul bersama.”

Dokumentasi: RevivalTV
Dokumentasi: RevivalTV

Dari rilis yang sama, Irliansyah Widjanarko, Chief Growth Officer RevivalTV juga memberikan pendapatnya, “Kita percaya bahwa esports itu sudah semakin besar, dan esports tidak lagi sebatas turnamen saja. Maka dari itu kita, Revival TV, seneng banget dan ngedukung banget event-event seperti ini yang mengenalkan esports ke general public!”

Terlepas dari konsep yang menarik dari sisi mengajak atlit olahraga tradisional dan bahkan disiarkan di TVRI, sulit membayangkan acara ini dapat memberikan dampak apapun terhadap esports dan ekosistemnya jika hanya dilakukan satu kali. Jadi, semoga saja lebih banyak kerja sama seperti ini yang akan terjadi di masa mendatang ya!

Malaysia Akan Dirikan Pusat Kegiatan Esports di Kota Putrajaya

Malaysia adalah salah satu negara di Asia yang pemerintahnya sangat getol mendukung perkembangan esports. Menteri Pemuda dan Olahraga negeri tetangga kita itu, Syed Saddiq, dikenal punya kepercayaan kuat terhadap potensi positif esports, bahkan ia ingin Malaysia menjadi pusat esports di Asia. Saat konferensi pers turnamen Kuala Lumpur Major, ia berkata bahwa esports tak hanya punya masa depan cerah, tapi juga dapat menyatukan rakyat Malaysia.

Salah satu lokasi di Malaysia yang direncanakan menjadi pusat kegiatan esports itu adalah kota Putrajaya, yang terletak di sebelah selatan Kuala Lumpur. Baru-baru ini, lembaga otoritas kota Perbadanan Putrajaya (PPj) mengumumkan bahwa mereka akan mewujudkan rencana itu kira-kira pada pertengahan tahun 2019. Saat ini Perbadanan Putrajaya sedang melakukan diskusi dengan pihak-pihak industri terkait untuk mengidentifikasi wilayah mana saja yang bisa dikerjakan.

LAMPU - Photo 1
Suasana Light and Motion Festival Putrajaya | Sumber: Perbadanan Putrajaya

“Turnamen esports yang baru-baru ini diadakan di acara Light and Motion Festival 2018 mendapat penerimaan yang sangat baik dari kawula muda. Kami melihatnya sebagai titik awal pengembangan esports di sini. Kami sudah mengidentifikasi beberapa lokasi untuk proyek Youth Centre by The Youth,” kata kepala PPj, Datuk Dr Aminuddin Hassim, dilansir dari New Straits Times.

Aminuddin menargetkan Putrajaya Challenge Park sebagai salah satu tempat untuk mendirikan esports hub yang dimaksud. Ia ingin agar tempat tersebut menjadi berkumpulnya kaum pemuda di Putrajaya. Bahkan, para pemuda bukan hanya menjadi penikmat, tapi juga menjadi pelaku atau organizer dari program-program yang ada di dalamnya.

LAMPU - Photo 2
Suasana Light and Motion Festival Putrajaya | Sumber: Perbadanan Putrajaya

Menurut Aminuddin, pusat esports yang disebut Youth Centre by The Youth ini tidak semata-mata sebagai tempat bermain. Ia juga ingin agar lokasi tersebut dapat memperkenalkan pemuda-pemudi Malaysia kepada teknologi terbaru. Salah satu bentuk kegiatan di dalamnya adalah pelatihan programming/coding. “Hub ini bukan hanya untuk gaming, tapi juga tempat para pemuda bisa mendapat informasi tentang teknologi terbaru,” ujar Aminuddin.

Dengan dukungan dari pemerintah, masyarakat, maupun para pelaku industri, esports di Malaysia tampaknya bisa dipastikan akan terus berkembang pesat. Menurut Syed Saddiq, saat ini Malaysia menempati peringkat 21 perolehan esports revenue tertinggi di dunia. Baru-baru ini perusahaan raksasa Razer juga menggelontorkan investasi senilai RM10.000.000 (sekitar Rp35 miliar) untuk pengembangan esports negara tersebut. Dengan jumlah penduduk dan potensi pasar yang jauh lebih besar, Indonesia tentu tidak boleh sampai kalah.

Sumber: New Straits Times