Rumor: Sony Bakal Satukan PlayStation Plus dan PlayStation Now Menjadi Layanan Subscription Baru

Berdasarkan rumor terbaru yang dilaporkan oleh Bloomberg, Sony tengah sibuk menyiapkan layanan subscription baru untuk PlayStation sebagai respons atas popularitas layanan Xbox Game Pass yang terus mencuat belakangan ini.

Sejauh ini, Sony memang sudah punya dua layanan berlangganan yang ditujukan untuk konsumen PlayStation, yakni PlayStation Plus dan PlayStation Now, akan tetapi layanan baru yang secara internal dikenal dengan codename Spartacus ini kabarnya bakal menyatukan kedua layanan tersebut.

Sekadar mengingatkan, PlayStation Plus merupakan layanan yang diperlukan untuk memainkan sebagian besar game multiplayer sekaligus yang memberi bonus sejumlah game secara gratis, sedangkan PlayStation Now memungkinkan pelanggan untuk mengunduh atau streaming koleksi game yang sudah beredar selama beberapa waktu.

Spartacus di sisi lain bakal hadir dalam tiga tingkatan (tier) yang berbeda. Tier yang pertama menawarkan fasilitas serupa seperti PlayStation Plus. Tier yang kedua menambahkan akses ke sederet game PlayStation 4, dan ke depannya, PlayStation 5. Untuk tier yang ketiga sekaligus yang paling mahal, pelanggan juga bakal mendapat sejumlah demo dan fitur streaming, serta akses ke koleksi judul-judul game klasik yang pernah dirilis di PS1, PS2, PS3, dan bahkan PSP.

Bloomberg juga bilang bahwa ada kemungkinan Sony tetap mempertahankan branding “PlayStation Plus” untuk layanan baru ini. Peluncurannya dikabarkan bakal berlangsung di musim semi 2022, dan akan tersedia untuk pengguna PS4 sekaligus PS5.

Sepintas layanan baru ini kedengarannya menjanjikan, namun sayangnya Sony dikabarkan tidak akan menyertakan judul-judul game baru di hari pertama peluncurannya masing-masing seperti yang Microsoft lakukan dengan Xbox Game Pass. Jadi saat Gran Turismo 7 dirilis pada tanggal 4 Maret 2022, kemungkinan besar game-nya tidak akan langsung tersedia di layanan baru tersebut.

Hal ini kontras dengan yang ditawarkan Xbox Game Pass; Forza Horizon 5 yang dirilis pada tanggal 9 November lalu langsung tersedia buat pelanggan Xbox Game Pass sejak hari pertama, yang pada akhirnya membuat game tersebut dimainkan oleh lebih dari 10 juta orang dalam sepekan pertamanya. Sony tampaknya masih belum seberani itu.

Terlepas dari itu, layanan baru ini semestinya bakal memiliki daya tarik yang lebih besar ketimbang dua layanan subscription PlayStation yang eksis sekarang.

Sumber: Bloomberg. Gambar header: Charles Sims via Unsplash.

Call of Duty Untung Besar Selama 2020, Namun Activision Blizzard Tetap Merugi

Dua tahun ini memang menjadi tahun yang cukup unik bagi industri video game. Karena, beberapa perusahaan dapat mendulang banyak keuntungan dari orang-orang yang lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, namun beberapa perusahaan juga harus merugi karena berbagai hal.

Seri game first person shooter (FPS) Call of Duty bisa dibilang salah satu yang berhasil mendapat keuntungan selama pandemi berlangsung ini. Karena seri game battle royale mereka, CoD: Warzone berhasil mendulang keuntungan hingga $3 miliar atau sekitar Rp43 triliun selama 2020 lalu.

Dengan keuntungan yang cukup besar tersebut, banyak yang menganggap bahwa Activision Blizzard masih dapat duduk tenang meskipun masih terus menghadapi berabagai permasalahan internalnya. Sayangnya, kenyataaannya tidak seperti itu. Kenyataannya Activision Blizzard masih menderita kerugian yang bahkan telah terjadi cukup lama.

Sumber: Google Finance

Dalam sebuah diskusi di Reddit, pengguna UsualInitial mengungkapkan bahwa Selama 6 bulan ke belakang harga saham Actvision Blizzard anjlok hingga 40%. Disebutkan bahwa harga saham yang awalnya berada pada $96 (Rp1,4 juta) merosot ke angka $57 (Rp820 ribu). Hal ini bahkan membuat saham Activision berada di titik terburuknya selama 13 tahun berada di bursa saham.

Selama 6 bulan terakhir, Activision Blizzard disebut kehilangan hingga $30 miliar atau sekitar Rp435 triliun. Angka yang tentu sangat masif untuk ditanggulangi Activision Blizzard selama tahun 2021 ini.

Bahkan hal ini juga berdampak pada salah satu developer Activision, yaitu Raven Software. Studio yang berada di balik kesuksesan Call of Duty: Warzone dan Call of Duty: Black Ops Cold War ini dikabarkan harus memecat sepertiga dari QA Tester mereka. Dan pemecatan tersebut disebut bukanlah yang terakhir karena ada kemungkinan ada gelombang pemecatan lagi.

Lebih buruknya, Kotaku melaporkan bahwa beberapa orang yang diberhentikan tersebut mengetahui statusnya dari info mulut ke mulut dan bukan dari pengumuman resmi perusahaan. Aliansi Pekerja Activision Blizzard atau A Better ABK bahkan mengatakan bahwa banyak karyawan yang pekerjaannya dipindahkan begitu saja ke Wisconsin tanpa pendampingan dari Activision Blizzard.

Sayangnya, pemberhentian masal karyawan ini merupakan hal yang lumrah dilakukan oleh Activision Blizzard sejak bertahun-tahun lalu. Dan hal tersebut tidak hanya tergantung pada kondisi finansial perusahaan. Pasalnya, pada 2019 lalu 8% karyawan mereka dipecat meskipun sang CEO, Bobby Kotick mengumumkan bahwa laporan keuangan mereka merupakan yang terbaik yang pernah didapat perusahaan.

Secretlab Umumkan Kursi Gaming Spesial Hasil Kolaborasi dengan Lamborghini

Menjadi salah satu brand kursi gaming terbaik di dunia, Secretlab tentunya sering diajak kolaborasi dengan beberapa tim esports seperti Team Liquid dan Astralis. Kali ini, Secretlab mengungkap kolaborasi terbarunya dengan suatu brand besar. Namun, bukan tim esports, Secretlab dikabarkan akan bekerja sama dengan pabrikan mobil sport asal Italia, Lamborghini.

Kolaborasi Secretlab bersama Lamborghini ini akan menghasilkan dua kursi gaming edisi spesial yang disebut-sebut akan datang pada tahun 2022 mendatang. Dua kursi gaming ini bernama “Automobili Lamborghini Pinnacle Edition” dan “Automobili Lamborghini Edition”.

Image Credit: Secretlab

Dari desainnya, kedua kursi gaming ini memiliki bentuk khas dari Secretlab dengan aksen warna kental dari Lamborghini. Keduanya memiliki warna dominan hitam dengan aksen jahitan hijau di Automobili Lamborghini Pinnacle Edition dan aksen jahitan putih di Automobili Lamborghini Edition. Meskipun desainnya serupa, kedua kursi hasil kolaborasi ini memiliki beberapa perbedaan.

Menurut Secretlab, versi Automobili Lamborghini Pinnacle Edition dibuat menggunakan material carbon fiber dan dilapisi kain Alcantara. Sedangkan versi Automobili Lamborghini Edition menggunakan kain suede sebagai pelapisnya. Semua material yang dipakai oleh kedua kursi gaming ini identik dengan jok mobil Lamborghini sungguhan. Jadi, Anda dapat merasakan duduk di jok Lamborghini meskipun tidak memiliki mobilnya.

Image Credit: Secretlab

Namun, Lamborghini bukanlah pabrikan mobil pertama yang terjun ke dunia kursi gaming. Di tahun 2019 lalu, Nissan pernah mengumumkan tiga konsep kursi gaming yang benar-benar diambil dari mobil produksi mereka.

Menariknya, kursi-kursi dari Nissan ini dilengkapi dengan fitur-fitur unik yang tidak terdapat di kursi besutan Secretlab dan Lamborghini seperti USB charging port, climate control, dan banyak lagi. Meskipun begitu, tetap saja kursi dari Lamborghini ini lebih memiliki desain yang menurut saya lebih menarik di mata.

Sayangnya, Secretlab belum mengungkap harga resmi dari kedua kursi gaming hasil kolaborasinya dengan Lamborghini ini. Namun, karena dijual dengan jumlah yang terbatas, kedua kursi hasil kolaborasi ini kemungkinan akan menjadi salah satu kursi gaming termahal di dunia. Jika Anda tertarik dengan kursi gaming edisi spesial ini, Secretlab menyediakan pendaftaran di website resmi mereka.

Featured image credit: Carscoops – Secretlab

Game Adaptasi Film The Matrix Terbaru Bocor, Akan Gunakan Unreal Engine 5

Dengan akan dirilisnya film terbaru dari seri The Matrix pada akhir Desember mendatang, bukan hal yang aneh bila Warner Bros juga membuat game adaptasi dari film tersebut. Namun bila mayoritas game adaptasi dirilis setelah film layar lebar dirilis, game yang satu ini kelihatannya akan dirilis sebelum filmnya keluar.

Menurut bocoran dari seorang pengguna Reddit bernama the_andshrew, dirinya menemukan gambar poster The Matrix Awakens tersebut dari backend website PlayStation Network. Sayangnya tidak ada informasi lain mengenai penjelasan gambar ini selain bahwa game tersebut akan tersedia eksklusif untuk PlayStation 5.

Bocoran tersebut juga diperkuat leaker terpercaya. ShinnaBR menuliskan dalam cuitannya bahwa game tersebut akan menggunakan Unreal Engine 5 dan akan jadi bagian kolaborasi promosi dari filmnya.

Lebih lanjut, Shiina juga percaya bahwa game baru ini akan diluncurkan bersamaan dengan event crossover yang akan dilakukan oleh Fortnite dengan film The Matrix Resurrections. Keberadaan event kolaborasi ini juga telah banyak dirumorkan oleh para fans sebelumnya.

Hingga berita ini diangkat, tidak ada informasi apapun mengenai apa gameplay dari The Matrix Awaken ini. Namun melihat pada tagline “An Unreal Engine 5 Experience”, ada kemungkinan besar game-nya akan lebih condong ke pengalaman visual dengan tema yang mengarahkan ke film terbaru The Matrix: Resurrection.

Meskipun tidak menutup kemungkinan bahwa The Matrix Awakens ini tetap menjadi game penuh — bukan hanya sekadar untuk promosi filmnya saja. Sebelumnya, Warner Bros Entertainment telah mengeluarkan tiga game The Matrix yang berkaitan dengan filmnya, antara lain Enter the Matrix pada 2003, The Matrix: Path of Neo pada 2005, dan yang terakhir adalah game MMO (Massive Multiplayer Online) The Matrix Online pada 2005.

Di samping itu, banyak fans yang meyakini bahwa The Matrix Awakens ini akan diumumkan pada gelaran The Game Awards 2021 yang akan dilaksanakan pada 9 Desember mendatang. Namun sekali lagi, semuanya tadi masih sebatas rumor dan prediksi. Fans kini hanya dapat berharap bahwa game tersebut benar-benar menjadi satu di antara puluhan game yang akan diumumkan pada The Game Awards mendatang.

EA Ingin Ciptakan “Battlefield Universe” dengan Beberapa Proyek yang Saling Terhubung Satu Sama Lain

Peluncuran Battlefield 2042 baru-baru ini diwarnai oleh banyak problem. Namun hal itu tidak mencegah EA memiliki rencana besar untuknya. Bagaimanapun juga, Battlefield sudah menjadi salah satu franchise andalan EA semenjak mereka mengakuisisi DICE di tahun 2006.

Berdasarkan laporan dari GameSpot, EA tengah sibuk menyiapkan rencana untuk menciptakan sebuah “Battlefield universe“. Rencana spesifiknya seperti apa masih belum diketahui, tapi yang pasti bakal melibatkan lebih dari satu proyek dari berbagai studio sekaligus, dan yang semuanya saling terhubung satu sama lain.

Guna mengeksekusi wacana tersebut, EA pun menunjuk Vince Zampella, co-founder sekaligus CEO Respawn Entertainment (studio yang membuat Titanfall dan Apex Legends), untuk mengawasi pengembangan franchise Battlefield secara umum. Ripple Effect, studio yang bertanggung jawab atas mode Portal di Battlefield 2042, kabarnya juga bakal mengerjakan sebuah “experience baru” di universe Battlefield 2042.

Tidak cukup sampai di situ saja, EA juga tengah menyiapkan sebuah studio baru di kota Seattle yang akan dikepalai oleh Marcus Lehto, co-creator franchise Halo sekaligus pencipta karakter Master Chief. Lehto bergabung dengan EA pada bulan Oktober lalu setelah sempat menjalankan studionya sendiri, V1 Interactive, selama sekitar lima tahun.

Studio baru yang belum bernama ini kabarnya bakal berkolaborasi dengan DICE dan Ripple Effect untuk memperluas narasi dan pengembangan karakter di seri Battlefield. Apakah ini berarti ke depannya Battlefield 2042 bakal kedatangan single-player campaign? Mungkin saja, tapi tidak menutup kemungkinan juga Lehto dan timnya bakal mengerjakan game Battlefield baru.

Asumsinya, sosok seberpengalaman Lehto tidak mungkin cuma dipercaya mengembangkan konten pelengkap semata. Byron Beede, eks veteran Activision yang belum lama ini direkrut oleh EA, mengatakan bahwa apa yang dikerjakan studio baru di bawah kepemimpinan Lehto itu bakal menjadi fondasi atas semua hal yang berhubungan dengan narasi di universe Battlefield.

Dalam kesempatan yang sama, general manager DICE, Oskar Gabrielson, memutuskan untuk hengkang, dan posisinya kini digantikan oleh mantan studio director Ubisoft Annecy, Rebecka Coutaz. Sepintas ini mungkin terdengar sebagai buntut dari banyaknya permasalahan yang dialami Battlefield 2042, tapi kalau memang demikian, semestinya bakal ada jeda sebelum EA menunjuk penggantinya.

Battlefield 2042 boleh memberikan impresi awal yang buruk, akan tetapi statusnya sebagai sebuah live service game berarti EA dapat terus menyempurnakannya seiring berjalannya waktu. Dan ternyata rencana mereka bukan sebatas membenahi saja, melainkan juga mengembangkan franchise-nya lebih luas lagi.

Sumber: GameSpot.

Qualcomm dan Razer Dikabarkan Tengah Kembangkan Handheld

Konsol genggam alias handheld kelihatannya masih menjadi tren baru bagi para raksasa elektronik. Termasuk bagi pabrikan perangkat gaming Razer dan pabrikan chip mobile Qualcomm. Kedua perusahaan ini dikabarkan tengah bekerja sama dalam pengembangan konsol genggam baru.

Videocardz.com mengabarkan bahwa mereka menerima kiriman bocoran beberapa slide presentasi milik Qualcomm. Presentasi tersebut kelihatannya diambil dari presentasi untuk produk-produk Qualcomm yang akan dirilis pada 2022 mendatang.

Salah satu yang paling menarik adalah keberadaan chipset Snapdragon G3x. Dalam deskripsinya chipset ini disebut memang didesain khusus untuk konsol genggam. Selain menampilkan beberapa kelebihan performa dan fitur dari chipset-nya, Qualcomm juga memperlihatkan tampilan Developer Kit atau dev-kit yang mereka kembangkan dengan Razer.

Image credit: Videocardz.com

Konsol dev-kit ini tampil cukup masif terutama karena area kontroler di sisi kanan dan kirinya yang cukup luas, serta adanya lengkungan tambahan di bagian atasnya untuk mengakomodir apa yang terlihat seperti kamera depan 1080p. Layarnya cenderung memanjang dengan rasio mirip dengan smartphone.

Dalam presentasinya, selain menggunakan Snapdragon G3x konsol dev-kit ini juga akan menggunakan layar OLED HDR 120hz. Dengan baterai yang cukup masif yaitu 6000 mAh. Selain itu perangkat ini disebut juga dapat digunakan sebagai perangkat game streaming, membuatnya memiliki dukungan terhadap Xbox Game Cloud.

Image credit: Videocardz.com

Dengan semua informasi tersebut, bisa dibilang konsol dev-kit ini merupakan konsol hybrid yang akan menjadi batas baru bagi game mobile sekaligus menjadi konsol gaming AAA via cloud. Sayangnya tidak ada informasi apapun apakah konsol dev-kit ini nantinya juga akan diproduksi secara masal atau tidak.

Namun bila Qualcomm nantinya menghendaki konsol genggam ini akan berfokus pada game mobile next-gen, maka produk ini akan menjadi awal baru untuk game mobile yang akhirnya memiliki sebuah perangkat yang didedikasikan penuh untuk gaming. Karena, hingga sekarang, game mobile masih menggunakan smartphone dan tablet sebagai platform mereka.

Image credit: Videocardz.com

Selain menjelaskan tentang keberadaan konsol genggam, beberapa slide juga menjelaskan tentang chipset khusus untuk mobile mereka yang diberi kode Snapdragon 8 Gen1. Chipset ini disebut akan menawarkan perform 20% lebih kencang dan 30% lebih hemat daya dibanding chipset flagship yang sekarang ada, yaitu SD888.

Kemampuan olah grafis dari chipset terbaru tersebut juga disebut meningkat 20% dan lebih hemat daya 30%. Semua peningkatan tersebut berhasil didapatkan Qualcomm lewat arstitektur baru 4nm.

Bocoran Spesifikasi dan Tanggal Rilis GeForce RTX 3090 Ti, Pemimpin Baru di Dunia GPU?

Meskipun sudah berumur lebih dari satu tahun, NVIDIA GeForce RTX 3090 masih menjadi GPU dengan performa terkuat untuk saat ini. GPU flagship dari NVIDIA ini memiliki VRAM sebesar 24GB GDDR6X dengan memory bandwidth sekitar 936GB/s.

GPU super gaib… (Image Credit: Nvidia)

Menariknya, NVIDIA disebut-sebut akan meluncurkan varian Ti dari GPU monster mereka ini dengan spesifikasi yang lebih buas. Namun, hal ini tidak disampaikan langsung oleh NVIDIA, melainkan masih sekadar rumor-rumor yang beredar di internet.


Menurut Uniko’s Hardware, NVIDIA GeForce RTX 3090 Ti akan mengusung chip memori baru dari Micron berkode “MT61K512M32KPA-21U”. Bagian akhir dari kode chip tersebut mengartikan bahwa RTX 3090 Ti akan memiliki bandwitdh sebesar 21Gbps per modul. Jika dikombinasikan dengan bus 384-bit, GPU monster ini akan memiliki total bandwitdh memory sebesar 1008GB/s. Dengan ini, RTX 3090 Ti merupakan GPU pertama NVIDIA yang menembus angka 1TB/s untuk bandwidth memori.

Image Credit: VideoCardz

Untuk jumlah VRAM, RTX 3090 Ti identik dengan varian non-Ti-nya yang berjumlah 24GB GDDR6X. Bedanya, untuk mencapai jumlah VRAM hingga 24GB, RTX 3090 memerlukan 24 modul sebesar 1GB per modul. Di sisi lain, RTX 3090 Ti mengusung chip 2GB per modul terbaru yang membuatnya hanya menggunakan 12 modul. Hal ini membuat RTX 3090 Ti harusnya lebih ringkas secara fisik. Suhu yang dihasilkan juga diprediksi lebih rendah berkat berkurangnya modul VRAM.

RTX 3090 Ti juga disebut-sebut merupakan GPU GeForce pertama yang bisa memanfaatkan kapasitas penuh dari chip GA102 milik NVIDIA. Chip GA102-350-A1 yang dirumorkan akan disematkan pada RTX 3090 Ti memiliki 10752 CUDA cores (lebih banyak 256 CUDA cores dari RTX 3090).

Control dengan Ray-Tracing (Image Credit: Nvidia – 505 Games)

Dengan spesifikasi tersebut, RTX 3090 Ti dipastikan dapat melibas game-game dengan ray-tracing dalam resolusi 4K dengan mudah. Segi produktivitas seperti 3D rendering, video encoding, machine learning, dan lainnya juga pastinya dapat dibantai oleh si RTX 3090 Ti ini. Namun, RTX 3090 Ti bukanlah GPU yang ramah listrik. GPU monster ini dirumorkan memiliki TDP sebesar 450W yang artinya naik 100W dari varian non-Ti.

Dengan kelangkaan chip yang sedang terjadi, NVIDIA RTX 3090 Ti diperkirakan akan membawa label harga US$2500 atau sekitar Rp36 juta (atau bahkan lebih kalau harga riilnya di Indonesia). NVIDIA GeForce RTX 3090 Ti dirumorkan akan meluncur pada bulan Januari tahun 2022 mendatang. Perlu diingat, semua yang tertulis di sini hanya sebatas rumor yang beredar di internet dan belum ada konfirmasi langsung oleh pihak NVIDIA.

Featured image credit: NVIDIA

Duo Honor 60 Resmi Diperkenalkan, Versi Pro Ditenagai Chipset Snapdragon 778G+

Honor telah mengumumkan smartphone kelas menengah terbarunya, Honor 60 dan Honor 60 Pro. Versi Pro-nya diklaim menjadi perangkat pertama yang ditenagai oleh Snapdragon 778G+, salah satu chipset baru Qualcomm yang dirilis pada bulan Oktober lalu.

SoC ini dibuat pada teknologi proses 6nm dan merupakan pembaruan dari Snapdragon 778G yang masih digunakan pada Honor 60 original dan para pendahulunya (seri Honor 50).

Snapdragon 778G+ membawa peningkatan pada kinerja CPU dan GPU. Dirancang untuk menghadirkan pengalaman bermain game mobile dengan lancar, bersama modem 5G Snapdragon X53, dan AI Engine generasi ke-6.

CPU octa-core Kryo 670 pada Snapdragon 778G+ sekarang berjalan hingga 2,5 GHz, naik dari 2,4 GHz. Sementara, GPU Adreno 642L telah ditingkatkan dan menjanjikan kinerja 20% lebih tinggi.

Dari segi layar, versi Pro-nya sedikit lebih baik. Keduanya sama-sama mengusung panel OLED yang mampu menampilkan 1 miliar warna dan refresh rate tinggi 120 Hz.

Bedanya Honor 60 hadir dengan layar flat 6,67 inci beresolusi 1080×2400 piksel dan mendukung HDR10. Sedangkan, versi Pro membawa layar 6,78 inci dengan tepi kiri dan kanan melengkung pada sudut 58 derajat, beresolusi 1200×2652 piksel, dan mendukung HDR10+.

Beralih ke sektor kamera, versi Pro lagi-lagi sedikit lebih unggul. Bagian belakang tersemat konfigurasi triple camera, dengan kamera utama 108MP, kamera dengan lensa ultrawide 122 derajat 50MP, 2MP sebagai depth sensor, dan kamera depan 50MP. Sedangkan Honor 60 membawa konfigurasi kamera utama 108MP, kamera ultrawide 8MP, 2MP sebagai depth sensor, dan kamera depan 32MP.

Baik kamera belakang dan depannya bisa merekam video 4K 30 fps. Honor juga menekankan kemampuan vlogging dengan fitur berbasis AI yang memungkinkan mendapatkan pengalaman hands-free. Anda dapat melakukan raise hand, flip, slide, dan beberapa kontrol berbasis gerakan lain untuk mengontrol kamera, misalnya beralih antara kamera depan dan belakang atau mengaktifkan mode picture-in-picture.

Duo Honor 60 ini menjalankan Magic UI 5.0 yang berbasis Android 12. Kapasitas baterainya 4.800 mAh dan didukung fitur pengisian cepat 66W yang dapat mengisi daya dari 0-50% dalam waktu 15 menit saja.

Saat ini, Honor 60 dan Honor 60 Pro baru tersedia di pasar Tiongkok dan belum ada informasi terkait ketersediaannya di pasar global. Harga Honor 60 dibanderol mulai dari CNY 2.700 (sekitar Rp6,1 jutaan) untuk varian memori 8/128GB, tersedia juga opsi 8/256GB dan 12/256GB. Sementara, Honor 60 Pro dijual mulai dari CNY 3.700 (Rp8,3 jutaan) untuk varian 8/256GB dan CNY 4.000 (Rp9 jutaan) untuk varian 12/256GB.

Sumber: GSMArena

Valve Pamerkan Packaging dan Prototipe Versi Final Steam Deck

Belum lama ini, Valve mengumumkan bahwa mereka harus menunda peluncuran Steam Deck selama dua bulan akibat krisis chip global yang terus berkelanjutan. Selagi konsumennya bersabar menunggu, Valve kembali memberikan update mengenai konsol genggam calon penantang Nintendo Switch tersebut.

Dikatakan bahwa Valve baru saja merampungkan prototipe final dari Steam Deck, dan bersamanya mereka juga ingin memperlihatkan seperti apa packaging yang bakal diterima konsumen mulai Februari 2022. Seperti yang bisa kita lihat, boks kemasan Steam Deck ini tampak begitu minimalis dan nyaris tanpa branding.

Selain unit konsol Steam Deck itu sendiri, paket penjualannya turut mencakup sebuah adaptor daya untuk charging, kontras dengan tren yang terus bertambah populer di dunia smartphone, dengan semakin banyaknya ponsel yang dijual tanpa charger sama sekali. Valve juga bilang bahwa jenis colokan adaptornya akan disesuaikan dengan region dari masing-masing konsumen, meski sayangnya Indonesia masih belum termasuk salah satunya, setidaknya di tahap pemesanan awalnya ini.

Setiap unit Steam Deck juga akan datang bersama sebuah carrying case, termasuk untuk varian termurahnya. Gambar di bawah adalah carrying case untuk varian 64 GB dan 256 GB, sedangkan varian 512 GB bakal disertai case yang lebih spesial yang masih misterius.

Menurut Valve, prototipe versi final dari Steam Deck ini bakal mereka gunakan untuk sejumlah pengujian tambahan, sekaligus sebagai dev kit yang akan mereka kirim ke kalangan developer. Prototipe final ini mengemas sejumlah penyempurnaan jika dibandingkan dengan versi yang sempat didemonstrasikan ke awak media pada bulan Agustus lalu, akan tetapi Valve tidak merincikan apa saja yang berubah.

Valve juga bilang bahwa akan ada sejumlah perubahan minor pada versi finalnya yang bakal diproduksi secara massal setelah ini. Dengan kata lain, prototipe terakhirnya ini pun masih belum 100% merepresentasikan versi ritel yang bakal diterima konsumen nantinya.

Dengan segala daya tariknya, Steam Deck berpotensi menjadi salah satu gadget terpanas tahun depan. Valve sendiri tampaknya cukup pandai membangun momentum; update singkat mengenai packaging dan prototipe versi final ini jelas dimaksudkan untuk semakin menumbuhkan hype yang sudah tergolong besar, namun di saat yang sama juga membantu membangun image Valve sebagai perusahaan yang transparan.

November kemarin, Valve juga sempat membahas Steam Deck dari sudut pandang teknis secara merinci melalui sebuah live stream.

Sumber: PC Gamer dan Valve.

Valve Buat Investasi Besar pada Headset VR, Swarovski Keluarkan Perhiasan Bertema Halo

Industri game memang masih tengah disibukkan dengan topik metaverse yang akhir-akhir ini semakin populer. Salah satu perusahaan yang diam-diam memberikan perhatian terhadap topik ini ternyata adalah Valve.

Meskipun tidak pernah secara terbuka mengelu-elukan masalah metaverse, namun Valve ternyata telah membuat investasi besar terhadap headset dan game VR. Hal tersebut terungkap bahkan jauh sebelum istilah metaverse meledak seperti sekarang.

Image credit: Sancta Maria College

Dikutip dari Roadtovr, co-founder Valve Gabe Newell ternyata sempat berbicara masalah tersebut pada diskusi publik saat berada di New Zealand sekitar bulan Mei 2021 lalu. Pria yang akrab disapa Gaben tersebut mengutarakan pandangannya mengenai masa depan gaming dan teknologi.

Gaben berpikir bahwa transisi menuju Brain-Computer Interface atau BCI akan menjadi sangat diruptif nantinya. Dan Gaben melihat hal tersebut sangat berharga. Karena itu, mereka tetap memberikan investasi besar pada headset dan game baru pada kategori tersebut (Virtual Reality dan Augmented Reality).

Namun Gaben juga mewanti-wanti bahwa dirinya tetap mengawasi akan seperti apa perkembangan metaverse ini nantinya. Mengingat Valve juga telah cukup lama memasuki ranah virtual reality, namun belum juga menunjukkan peningkatan minat yang signifikan dari para gamer.

Swarovski rilis perhiasan kristal berbentuk helm Master Chief dan Energy Sword

Image Credit: Xbox

Video game dan perhiasan mungkin bukan kombinasi yang umum terdengar, namun Swarovski sepertinya ingin menggebrak hal tersebut dengan koleksi perhiasan kristal baru mereka yang bertema Halo.

Kerja sama antara Swarovski dan Xbox tersebut merupakan bagian dari peringatan 20 tahun keberadaan franchise Halo. Sekaligus menandai perilisan game terbaru serinya, yaitu Halo Infinite yang akan segera dirilis.

Dalam koleksi terbatas tersebut, hanya akan ada 117 buah (yang merupakan referensi kepada nama asli Master Chief, yaitu John-117). Setiap paketnya akan berisikan dua buah perhiasan dengan bentuk helm Master Chief yang ikonik dan juga senjata melee khas Halo yaitu Energy Sword.

Setiap paket perhiasan ini disebut bernilai lebih dari $2.000 atau sekitar Rp28 juta. Dan 117 buah perhiasaan tersebut tidak akan dapat dibeli, melainkan hanya bisa didapatkan dengan mengikuti event giveaway yang diadakan.