EA Ingin Ciptakan “Battlefield Universe” dengan Beberapa Proyek yang Saling Terhubung Satu Sama Lain

Peluncuran Battlefield 2042 baru-baru ini diwarnai oleh banyak problem. Namun hal itu tidak mencegah EA memiliki rencana besar untuknya. Bagaimanapun juga, Battlefield sudah menjadi salah satu franchise andalan EA semenjak mereka mengakuisisi DICE di tahun 2006.

Berdasarkan laporan dari GameSpot, EA tengah sibuk menyiapkan rencana untuk menciptakan sebuah “Battlefield universe“. Rencana spesifiknya seperti apa masih belum diketahui, tapi yang pasti bakal melibatkan lebih dari satu proyek dari berbagai studio sekaligus, dan yang semuanya saling terhubung satu sama lain.

Guna mengeksekusi wacana tersebut, EA pun menunjuk Vince Zampella, co-founder sekaligus CEO Respawn Entertainment (studio yang membuat Titanfall dan Apex Legends), untuk mengawasi pengembangan franchise Battlefield secara umum. Ripple Effect, studio yang bertanggung jawab atas mode Portal di Battlefield 2042, kabarnya juga bakal mengerjakan sebuah “experience baru” di universe Battlefield 2042.

Tidak cukup sampai di situ saja, EA juga tengah menyiapkan sebuah studio baru di kota Seattle yang akan dikepalai oleh Marcus Lehto, co-creator franchise Halo sekaligus pencipta karakter Master Chief. Lehto bergabung dengan EA pada bulan Oktober lalu setelah sempat menjalankan studionya sendiri, V1 Interactive, selama sekitar lima tahun.

Studio baru yang belum bernama ini kabarnya bakal berkolaborasi dengan DICE dan Ripple Effect untuk memperluas narasi dan pengembangan karakter di seri Battlefield. Apakah ini berarti ke depannya Battlefield 2042 bakal kedatangan single-player campaign? Mungkin saja, tapi tidak menutup kemungkinan juga Lehto dan timnya bakal mengerjakan game Battlefield baru.

Asumsinya, sosok seberpengalaman Lehto tidak mungkin cuma dipercaya mengembangkan konten pelengkap semata. Byron Beede, eks veteran Activision yang belum lama ini direkrut oleh EA, mengatakan bahwa apa yang dikerjakan studio baru di bawah kepemimpinan Lehto itu bakal menjadi fondasi atas semua hal yang berhubungan dengan narasi di universe Battlefield.

Dalam kesempatan yang sama, general manager DICE, Oskar Gabrielson, memutuskan untuk hengkang, dan posisinya kini digantikan oleh mantan studio director Ubisoft Annecy, Rebecka Coutaz. Sepintas ini mungkin terdengar sebagai buntut dari banyaknya permasalahan yang dialami Battlefield 2042, tapi kalau memang demikian, semestinya bakal ada jeda sebelum EA menunjuk penggantinya.

Battlefield 2042 boleh memberikan impresi awal yang buruk, akan tetapi statusnya sebagai sebuah live service game berarti EA dapat terus menyempurnakannya seiring berjalannya waktu. Dan ternyata rencana mereka bukan sebatas membenahi saja, melainkan juga mengembangkan franchise-nya lebih luas lagi.

Sumber: GameSpot.

Pengalaman Hands-on Singkat Battlefield 2042 Open Beta: Makin Asyik dengan Bumbu Hero Shooter

Bayangkan Anda seorang pemain game FPS kompetitif dengan skill medioker. Permainan menempatkan Anda di medan pertempuran berisikan 128 orang, dengan risiko tertembak dari segala arah. Di mana sebaiknya Anda memilih titik spawn?

Oh ya, game yang dimainkan datang dari franchise Battlefield, yang berarti Anda punya opsi untuk spawn langsung di dalam kendaraan yang dikendalikan oleh rekan satu tim. Buat saya yang tidak pernah jago bermain FPS sejak zaman warnet masih dipenuhi pemain Counter-Strike, itu terdengar seperti opsi yang paling ideal.

Jadilah saya memilih sebuah helikopter yang tengah mengudara sebagai titik spawn. Namun satu detik setelah mengklik tombol “Deploy”, helikopter tersebut meledak tertembak rudal, dan saya pun langsung kembali ke menu deployment. Well, rupanya tidak ada tempat yang aman buat saya di game ini.

Medan perang penuh brutalitas

Pada tanggal 4 Oktober 2021 kemarin, saya berkesempatan menjajal versi beta dari Battlefield 2042 bersama para jurnalis dan streamer dari berbagai negara. Saya memang sama sekali tidak bisa digolongkan sebagai pemain Battlefield veteran, tapi setidaknya saya cukup familier dengan seri game ini sejak pertama memainkan Battlefield: Bad Company 2 di tahun 2010, terlepas dari tidak adanya peningkatan skill yang saya alami.

Waktu bermain yang saya habiskan selama sesi open beta memang terbilang singkat, hanya sekitar tiga jam, tapi paling tidak sudah bisa memberikan gambaran mengenai gameplay Battlefield 2042 secara umum. Selama sesi tersebut, saya menjalani sekitar tujuh match, semuanya di mode Conquest dengan map Orbital.

DICE bilang Orbital merupakan map berukuran sedang, tapi pada praktiknya map ini cukup masif untuk dibagi menjadi lima sektor yang berbeda, dan masing-masing sektor pun bisa memiliki lebih dari satu titik kontrol. Medan seluas ini esensial mengingat mode Conquest di Battlefield 2042 mendukung hingga 128 pemain, seperti yang saya bilang di awal tadi.

DICE mendesain mode Conquest agar pemain bisa merasakan tempo permainan yang bervariasi. Di map Orbital yang saya coba, kalau menginginkan tempo yang cepat dan intensif, Anda bisa memilih untuk spawn di area sekitaran Launch Platform di bagian atas. Sebaliknya, kalau ingin lebih santai, Anda bisa spawn di area sekitaran Cryogenic Plant (titik C).

Selama bermain, saya sebenarnya bisa saja menetap di satu sektor dan mengaktifkan posisi defensif, tapi tentu saya juga penasaran untuk mengeksplorasi pulau tropis ini secara keseluruhan. Sayang kenyataannya tidak sesimpel yang saya bayangkan.

Saat menjelajahi area Assembly Building (titik B), saya menemukan ada dua elevator untuk naik ke puncak bangunan tinggi tersebut. Sialnya, saat sudah sampai di atas, ternyata sudah ada sniper dari tim lawan yang menunggu. Satu tembakan ke kepala, dan saya pun lagi-lagi harus kembali ke menu deployment.

Lalu saat memutari area Launch Platform guna mengamati detail pada pesawat ulang alik (yang bisa lepas landas kalau tidak ada hambatan, dan terlihat luar biasa keren sampai-sampai saya terbelalak dan lupa mengambil screenshot), saya justru dibombardir oleh sebuah helikopter lawan yang datang entah dari mana. Seperti yang saya bilang, area di bagian atas map Orbital memang merupakan bagian yang paling memacu adrenalin, jadi memang saya yang salah kamar.

Map ini punya banyak area tinggi, dan untungnya kita bisa memanfaatkan zipline yang tersebar di beragam titik untuk naik ataupun turun. Terjun dari helikopter menggunakan parasut masih menjadi salah satu opsi, tapi sering kali saya justru jadi sasaran empuk sniper ketika memakai metode ini.

Anda bakal menghabiskan banyak waktu berlari dari satu sektor ke yang lain di map Orbital. Untungnya, pemain punya opsi untuk summon kendaraan. Namun tolong jangan ulangi kesalahan yang saya buat, yakni berdiri persis di titik deployment kendaraan yang saya tentukan sendiri, lalu mati konyol tertimpa mobil jip yang mendarat dengan parasut.

Alternatifnya, pemain juga bisa memanggil sebuah robot anjing dengan persenjataan yang lengkap — ingat, setting game ini adalah di masa depan — dan robot ini cukup membantu saya beberapa kali mengamankan diri dari serbuan lawan.

Kendaraan di Battlefield 2042 juga dapat dipilih langsung melalui menu deployment. Namun kalau tidak berpengalaman mengendalikan helikopter atau pesawat, sebaiknya biarkan pemain lain yang menjadi pilot, sebab kuota dan cooldown kendaraan adalah untuk tim, bukan perorangan.

Battlefield 2042 punya sistem cuaca yang dinamis, dan ini bakal berpengaruh langsung terhadap gameplay. Salah satu contohnya, visibilitas bakal berkurang drastis ketika sedang hujan deras. Map Orbital bahkan juga punya bencana tornado, tapi sayang selama bermain saya tidak sempat melihatnya sama sekali, dan ternyata ini disebabkan oleh peluang terjadinya yang cuma sekitar 10% kalau kata tim DICE.

Seperti biasa ketika memainkan game yang dikembangkan dengan engine Frostbite, saya selalu bingung mana objek yang bisa hancur dan mana yang tidak. Di Battlefield 2042 pun juga demikian. Tembok gudang tempat persembunyian saya dengan mudahnya rontok ditembak tank, sementara sebuah mesin yang menyerupai generator listrik justru berdiri kokoh meski saya tubruk menggunakan mobil lapis baja.

Namun satu hal yang amat saya sayangkan adalah, selama hampir tiga jam bermain, saya lebih sering berjumpa dengan bot ketimbang pemain asli. Jadi dari total 128 pemain, yang bukan AI mungkin hanya sekitar 20 orang. Semoga saja ini tidak menjadi problem saat game-nya dirilis secara resmi pada tanggal 19 November 2021 nanti.

Cara membedakan kawan bot dan pemain asli pun cukup mudah. Selain dari warna namanya, perilaku keduanya jelas berbeda. Yang paling kentara, bot sering kali menghabiskan kelewat banyak waktu menanti di-revive oleh rekannya (ada jeda 30 detik sebelum otomatis dibawa kembali ke menu deployment), sementara pemain asli lebih sering memilih untuk langsung respawn.

Battlefield dengan bumbu hero shooter

Satu perubahan drastis di Battlefield 2042 adalah hilangnya sistem class dari game-game sebelumnya. Semua playable character kini disebut sebagai Specialist, meski masing-masing tetap mempunyai peran tersendiri berkat gadget unik yang dimiliki.

Di versi open beta-nya, ada empat Specialist yang dapat dimainkan: Mackay, Boris, Casper, dan Falck. Masing-masing punya backstory-nya sendiri-sendiri, namun kalau mau disederhanakan, mereka adalah tentara bayaran yang bebas memilih untuk membela Amerika Serikat atau Rusia, dua faksi yang berseteru di Battlefield 2042.

Mackay adalah Specialist dengan peran assaulter. Gadget spesialnya adalah sebuah grapple hook yang bisa ditembakkan untuk berpindah dari satu titik ke yang lain. Kalau Anda pernah memainkan seri game Just Cause, Anda pasti familier dengan mekanisme alat ini.

Saya memang belum sempat mencoba, tapi sepertinya grapple hook ini tidak bisa dipakai untuk melukai musuh. Yang ada malah saya sendiri yang terluka (tewas lebih tepatnya) karena mencoba membidikkan grapple hook ke tiang listrik; bukan karena kesetrum, tapi karena jatuh dari ketinggian akibat tidak ada pijakan.

Boris adalah Specialist yang memegang peran sebagai engineer. Ia bisa menempatkan sebuah turret otomatis, sangat cocok untuk keperluan bertahan karena turret-nya akan menembaki musuh yang berada dalam jangkauannya secara otomatis. Sebaliknya, Casper mengemban tugas recon, dan sangat berguna untuk scouting berkat drone yang dapat dikendalikannya.

Terakhir, Falck berperan sebagai medic, dan menurut saya ia adalah yang paling kurang berguna. Gadget yang dimilikinya adalah sebuah pistol untuk menambah darah teman (healing). Masalahnya, health regen di Battlefield 2042 adalah yang tercepat dari semua game Battlefield sebelum ini. Jadi tanpa kehadiran Falck pun sebenarnya pemain sudah bisa survive sendiri.

Sebagai seseorang yang menyukai role support dan paling mengidolakan Mercy di Overwatch, jujur saya agak kecewa dengan implementasi class medic di Battlefield 2042. Lebih lanjut, semua class sekarang bisa menghidupkan pemain lain (revive), sehingga peran Falck pun jadi kian tidak relevan.

Namun kalau harus memilih, saya lebih memilih Falck versi sekarang ketimbang di versi alpha-nya, yang sangat-sangat overpowered karena bisa revive pemain lain dari kejauhan. Beruntung ini sudah di-nerf oleh DICE.

Keberadaan gadget secara langsung membuat Battlefield 2042 terasa lebih futuristis daripada pendahulu-pendahulunya, tapi tidak sampai kelewat canggih hingga menyerupai seri game Halo atau malah Star Wars: Battlefront. Gadget sepintas juga terkesan seperti special ability di game-game ber-genre hero shooter, cukup untuk menambahkan kesan modern pada franchise yang lebih sering mengusung setting peperangan historis.

Lewat Battlefield 2042, DICE pada dasarnya sudah ikut terbawa arus tren hero shooter, tapi di saat yang sama mereka tetap tidak mangkir terlalu jauh dari akar permainan seri Battlefield itu sendiri.

Selain gadget, tiap Specialist juga punya trait alias skill pasif. Buat Mackay, skill pasifnya adalah kecepatan bergerak yang lebih gesit selagi membidik (aiming down sight atau ADS). Untuk Boris, skill pasifnya adalah turret bakal bekerja lebih efektif jika diposisikan di dekatnya.

Favorit saya adalah trait milik Casper; ia punya sensor untuk mendeteksi apabila ada musuh yang berkeliaran di dekatnya. Lagi-lagi yang paling kurang berguna adalah trait milik Falck, yakni revive dengan posisi darah terisi penuh — kalau class lain yang revive, maka darah hanya terisi separuh. Namun seperti yang saya bilang, Anda cuma perlu menunggu sebentar saja sebelum health regen aktif dan darah kembali terisi penuh di Battlefield 2042.

Sniper rifle untuk jarak dekat, kenapa tidak?

Tidak seperti di game-game Battlefield sebelumnya, Anda tidak perlu memilih class tertentu agar bisa menggunakan jenis senjata tertentu. Semua senjata yang tersedia di Battlefield 2042 bisa digunakan oleh semua Specialist tanpa terkecuali.

Bayangkan betapa menyenangkannya menjadi Mackay yang menggotong sniper rifle dan berpindah dari atap gedung ke atap gedung menggunakan grapple hook-nya, atau betapa anehnya berperan sebagai recon tapi dengan bekal light machine gun (LMG) yang mencolok dan berisik.

Semua itu bebas Anda tentukan sendiri di Battlefield 2042. Bahkan untuk perlengkapan pendukung seperti anti-air missile launcher atau bazooka pun juga tidak terbatas buat Specialist tertentu, dan ini sangat berguna karena Anda bakal berhadapan dengan banyak kendaraan di game ini. Selagi bermain sebagai Falck, saya juga lebih memilih untuk membawa suplai amunisi ketimbang health pack gara-gara mekanisme health regen yang cepat tadi.

Tiap-tiap senjata pun dapat dikustomisasi lebih lanjut. Saya sempat bingung awalnya kenapa kok sniper rifle yang saya gunakan tidak mempunyai scope sama sekali. Ternyata, scope-nya bisa dilepas-pasang dengan mudah via opsi kustomisasi in-game. Cukup tekan dan tahan satu tombol (tombol T di PC), maka bagian-bagian dari senjata (muzzle, sight, grip) bisa kita gonta-ganti sesuai kebutuhan.

Jadi semisal saya sedang membawa sniper rifle dan tanpa sengaja terperangkap di medan pertempuran jarak dekat, saya tinggal ganti scope-nya jadi iron sight standar, dan bedil tersebut pun dapat langsung beradaptasi dengan kondisi saat itu. Dari sniper jarak jauh menjadi sniper jarak dekat, cuma dalam waktu dua detik saja.

Pilihan modifikasi senjata yang bisa dibawa juga dapat diubah sesuai keperluan, tapi sayang ini belum bisa dilakukan semasa open beta. Padahal, saya sudah punya rencana untuk memasangkan scope milik sniper rifle ke pistol healer milik Falck, sehingga saya bisa mengamankan diri di atap gedung selagi tetap menjalankan tugas sebagai support, menembakkan suntikan-suntikan penyembuh luka dari kejauhan.

Tanpa perlu terkejut, feel menembak di Battlefield 2042 terasa sangat memuaskan. Namun entah kenapa, indikator suara yang muncul saat berhasil mencatatkan kill terasa kurang greget. Alhasil, ketika situasi sedang kacau, saya terkadang sampai tidak sadar kalau musuh yang saya tembaki ternyata sudah tewas. Bisa jadi memang saya yang terlalu amatiran.

Tidak perlu PC kelas sultan

Jujur saya agak keder saat melihat persyaratan spesifikasi PC yang dibutuhkan untuk Battlefield 2042. Pasalnya, spesifikasi PC yang saya gunakan lebih dekat dengan persyaratan minimum ketimbang yang direkomendasikan: prosesor AMD Ryzen 5 3500X dan kartu grafis Nvidia GeForce GTX 1660 Super.

Namun ternyata game bisa berjalan dengan cukup mulus. Rata-rata frame per second yang saya dapat ada di kisaran 60-an fps dengan setting grafis High di resolusi 1080p, dan cuma sesekali saja turun ke 40-an fps saat ada banyak ledakan yang terjadi secara bersamaan di sekitar. Loading pun terasa cepat meski PC saya cuma menggunakan SSD SATA.

Saya juga tidak menemukan problem seputar koneksi, dan selama bermain selama nyaris tiga jam, cuma satu kali saja saya sempat tertendang dari server, itu pun ketika match sudah betul-betul rampung dan selagi menunggu dibawa kembali menuju ke lobi. Perlu dicatat, versi game yang saya mainkan selama sesi open beta adalah versi lebih lawas dari yang akan tersedia pada peluncuran resminya bulan depan.

Battlefield 2042 juga mendukung Nvidia Reflex. Namun berhubung saya lebih sering menghabiskan waktu di Red Dead Redemption 2 ketimbang Valorant, saya tidak punya hardware yang kapabel untuk mencobanya. Sebagai game yang tidak punya single-player campaign sama sekali, Battlefield 2042 sudah pasti sangat dioptimalkan untuk skenario kompetitif.

Tentu saja saya tidak bisa berkomentar mengenai performa Battlefield 2042 di console, akan tetapi DICE menjanjikan pengalaman yang kurang lebih sama, setidaknya untuk next-gen console. Kalau butuh gambaran, spesifikasi PC yang saya gunakan bisa dibilang cukup mirip, atau bahkan lebih inferior, dibanding spesifikasi PlayStation 5 dan Xbox Series X.

Yang bedanya bakal cukup lumayan mungkin adalah di current-gen console. Di PlayStation 4 dan Xbox One, mode Conquest bahkan cuma mampu mengakomodasi total 64 orang, alias separuh dari jumlah pemain yang didukung di next-gen console dan PC.

Kabar baiknya, Battlefield 2042 mendukung dual-entitlement dan cross-play progression di semua edisi (Standard, Gold, Ultimate). Jadi bagi yang masih menunggu jatah stok PS5 dan hanya bisa memainkannya di PS4, akan lebih bijak seandainya Anda membeli Battlefield 2042 versi next-gen meski harganya lebih mahal 150 ribu rupiah ketimbang versi current-gen.

Pasalnya, versi next-gen tersebut juga mencakup versi current-gen. Jadi ketika sudah kebagian jatah stok PS5 nanti, Anda tidak perlu membeli game-nya lagi, dan semua progres permainan yang Anda catatkan pun bisa langsung ditransfer. Namun perlu dicatat, ini hanya berlaku untuk edisi digitalnya saja, bukan edisi fisik.

Kesimpulan

Battlefield 2042 berhasil mengingatkan saya pada keasyikan baku tembak di seri game ini. Perang berskala masif antara 64 mercenary melawan 64 mercenary lain terasa brutal sepanjang waktu, tapi akan lebih seru lagi seandainya semua yang terlibat adalah pemain asli, bukan bot.

Sebagai penikmat game single-player, jujur saya agak menyayangkan kenapa Battlefield 2042 tidak punya single-player campaign. Padahal, kalau saya pikir-pikir, beragam set piece atau peristiwa yang terjadi — seperti musibah tornado dan peluncuran roket luar angkasa — bakal terkesan sangat menarik jika diselipkan ke dalam skenario single-player.

Terlepas dari itu, upaya DICE untuk menghadirkan momen-momen epik seperti ini ke dalam sebuah live service game tetap patut diapresiasi. Seiring waktu, Battlefield 2042 pasti bakal kedatangan berbagai map baru, dan jujur saya penasaran momen-momen menegangkan seperti apa yang menunggu di masing-masing lokasi.

Hero baru, eh, maksud saya Specialist baru, pasti juga akan hadir ke depannya, dengan beragam gadget dan trait yang membuat permainan jadi terasa lebih variatif. Begitu pula dengan senjata-senjata baru, yang semuanya dapat dipakai tanpa terbatasi oleh class. Bisa jadi, ini bakal menjadi game Battlefield pertama yang memiliki beragam tips meta.

Oh ya, semua yang saya ceritakan ini sebenarnya baru sebagian kecil dari Battlefield 2042, sebab yang saya coba hanyalah satu mode gameplay dan satu map saja. Beberapa fitur baru, seperti misalnya mode Hazard Zone, bahkan belum EA ungkap sama sekali detailnya.

Bagi yang penasaran mencoba sendiri, Battlefield 2042 versi open beta sudah bisa dimainkan dari tanggal 6-9 Oktober 2021, dengan syarat Anda sudah melakukan pre-order. Buat yang masih ragu untuk keluar uang, Anda bisa mengikuti sesi open beta ini pada tanggal 8 Oktober, jadi Anda setidaknya masih punya waktu satu hari untuk mencicipi game ini lebih awal.

Battlefield Mobile Muncul, Pemain Indonesia Bisa Ikut Uji Coba

Langkah EA untuk menjajaki pasar mobile kelihatannya semakin kuat. Karena, tanpa pengumuman apa-apa versi mobile dari Battlefield tiba-tiba mengemuka di Google Play Store. Indonesia ternyata memang menjadi satu negara yang mendapat akses pada uji coba pertamanya bersama dengan Filipina.

Game mobile ini tetap dikembangkan oleh Industrial Toys dan akan menjadi game free-to-play. Dalam laman game-nya di Play Store, EA menampilkan beberapa screenshot dari game-nya yang cukup memperlihatkan bagaimana penampakan dari Battlefield Mobile nantinya.

Image Credit: EA

Bisa terlihat bahwa Battlefield Mobile nantinya akan memiliki visual yang mirip dengan Battlefield versi PC/konsol namun tentunya dengan berbagai penyerdahaan elemen grafis agar tetap ringan untuk dimainkan di perangkat mobile. Mirip dengan apa yang dilakukan oleh Activision terhadap COD: Mobile.

Battlefield Mobile mengatakan bahwa game-nya masih membawa esensi yang disukai para fans dari game utamanya ke dalam game mobile ini, mulai dari map berukuran besar hingga skala destruktif yang juga masif meskipun untuk game mobile

Image Credit: EA

Dalam beberapa tangkapan layar juga diperlihatkan bahwa kendaraan-kendaraan militer yang ikonik dari seri utamanya seperti tank dan ATV juga dapat dikendarai. Hal ini membuka kemungkinan kendaraan lain juga bisa ikut masuk ke dalam game-nya nanti untuk membuat pertempuran semakin dinamis.

Untuk uji cobanya, pihak Battlefield Mobile hanya akan menyediakan satu map yaitu Grand Bazaar yang telah muncul di Battlefield 3 dan juga satu mode permainan yaitu Conquest yang bisa dicoba. Sama seperti versi utamanya, pemain nantinya akan dapat memilih satu dari empat kelas yang tersedia yaitu assault, recon, support, dan medic.

Image Credit: EA

Developer Industrial Toys memang masih terus mengembangkan Battlefield Mobile karena proyek ini dipimpin langsung oleh Alex Seropian, salah satu pendiri dari Bungie yang terkenal dengan seri Halo-nya. Mirip dengan game-game shooter free-to-play lainnya, game ini akan memiliki berbagai item kosmetik, battle pass, item koleksi, dan juga item unik yang bisa didapatkan oleh para pemain. 

Dari pengumuman awal, Battlefield Mobile menyebut bahwa game-nya akan membutuhkan perangkat minimal dengan OS Android 7.0 atau lebih tinggi, RAM 3GB atau lebih, serta penyimpanan minimal 4GB. Sedangkan beberapa detail lebih lanjut akan diumumkan berdekatan dengan peluncuran game-nya

Battlefield Mobile akan Adakan Soft Launch Tahun ini

Franchise Battlefield mungkin menjadi perhatian utama dari EA untuk tahun ini. Bagaimana tidak, mereka menarik beberapa studio untuk fokus dalam pengembangan Battlefield 2021 yang dirumorkan akan menjadi soft-reboot bagi franchise-nya.

Namun ternyata EA juga memiliki proyek Battlefield lain, yaitu Battlefield Mobile yang diumumkan untuk dirilis pada 2022 mendatang. Meskipun begitu, kelihatannya EA punya target baru yaitu pada musim panas 2021 ini sebagai soft launch dari game tersebut.

Dikutip dari Venturebeat, Chief Studio Officer – Laura Miele mengonfirmasi soft launch dari Battlefield Mobile ini pada live stream GamesBeat Summit 2021.

Ia pun secara gamblang menyatakan bahwa mereka sangat bersemangat untuk membawa soft launch pada akhir musim panas ini. Hal tersebut dilakukan agar lebih banyak pemain yang dapat dijangkau dan merasakan ‘Battlefield experience’.

Ada satu hal yang menarik perhatian adalah Laura juga sempat menyebut tentang ‘komponen premium dari game’. Yang kelihatannya akan mengindikasikan bahwa Battlefield Mobile ini juga akan memiliki komponen premium sama seperti game-game mobile lain pada umumnya.

Mengenai soft launch Battlefield Mobile ini sendiri bukan berarti game-nya akan diluncurkan lebih awal. Namun lebih ke arah uji coba ke kalangan terbatas yang biasanya akan ada dalam bentuk beta test. Sayangnya, Laura tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai soft launch ini.

Namun mengingat akhir musim panas jatuh pada sekitar Agustus-September mendatang, maka besar kemungkinan bahwa EA akan segera memberikan detail lebih lanjut mengenai Battlefield Mobile ini ke depannya.

EA Bakal Buat Battlefield untuk Mobile, Jeff Kaplan Mundur dari Blizzard

Bandai Namco memperkenalkan Tamagotchi Pix pada minggu lalu. Selain itu, EA juga mengungkap rencana mereka untuk mengembangkan versi mobile dari Battlefield. Kabar buruk datang dari Blizzard Entertainment. Director Overwatch, Jeff Kaplan, memutuskan untuk mengundurkan diri.

EA dan Industrial Toys Bakal Buat Battlefield untuk Mobile

Electronic Arts mengumumkan bahwa mereka akan meluncurkan game Battlefield untuk mobile pada 2022. Proses pengembangan game itu akan ditangani oleh studio DICE milik EA bersama dengan Industrial Toys, diakuisisi oleh EA pada 2018. Alasan EA tertarik untuk meluncurkan versi mobile dari Battlefield adalah karena mereka tergiur dengan kesuksesan yang diraih oleh Call of Duty: Mobile. Game buatan Activision itu telah diunduh sebanyak 300 juta kali, lapor VentureBeat.

Keputusan EA untuk membuat mobile game dari Battlefield menunjukkan bahwa platform mobile kini punya peran yang semakin besar bagi publisher game AAA. Sementara untuk EA, keputusan itu menunjukkan keseriusan mereka dalam membuat mobile game. Pada Februari 2021, EA telah membeli Glu Mobile seharga US$2,4 miliar. Beberapa mobile game buatan Glu Mobile adalah Kim Kardashian Hollywood, Dine Dash Adventures, dan Disney Sorcerer’s Arena.

Bandai Namco Perkenalkan Tamagotchi Pix

Minggu lalu, Bandai America meluncurkan Tamagotchi Pix. Pada dasarnya, Pix punya fungsi yang sama seperti Tamagotchi yang diluncurkan pada tahun 1990-an. Keduanya memungkinkan Anda untuk membesarkan dan mengurus binatang peliharaan virtual. Hanya saja, Pix sudah dilengkapi kamera, memungkinkan Anda untuk mengambil foto bersama binatang peliharaan Anda. Selain itu, Pix juga punya layar warna.

Tamagotchi Pix sudah dilengkapi dengan kamera.

Tamagotchi Pix juga dilengkapi dengan explore mode. Mode itu memungkinkan peliharaan dari teman-teman Anda muncul di Tamagotchi Anda. Anda bahkan bisa membuat jadwal temu dan menghubungkan Tamagotchi Anda dengan milik teman melalui Tama Code. Tamagotchi Pix akan mulai dijual pada Juli 2021 seharga US$60, menurut laporan CNN.

Director Overwatch, Jeff Kaplan, Keluar dari Blizzard Entertainment

Director Overwatch, Jeff Kaplan, mengumumkan bahwa dia akan meninggalkan Blizzard Entertainment. Posisi director untuk Overwatch 2 akan diisi oleh Aaron Keller. Sayangnya, Kaplan tidak memberikan penjelasan kenapa dia memutuskan untuk keluar dari Blizzard setelah bekerja di perusahaan itu selama 19 tahun. Dia juga tidak mengungkap rencananya di masa depan.

“Suatu kebanggaan bagi saya karena mendapatkan kesempatan untuk membuat dunia dan karakter bagi audiens dengan antusiasme tinggi,” kata Kaplan, seperti dikutip dari VentureBeat. “Saya ingin menunjukkan apresiasi saya pada semua orang di Blizzard yang telah mendukung game-game saya, tim pengembangan game, dan juga pada para pemain. Saya juga ingin mengucapkan terima kasih pada developer game yang telah menemani saya dalam membuat game.”

Organisasi Esports Australia, ORDER Dapat Investasi Rp59,7 Miliar

Organisasi esports asal Australia, ORDER, baru saja mendapatkan investasi sebesar AU$5,3 juta (sekitar Rp59,7 miliar). Kucuran dana ini didapatkan dari Jason Peterson, Managing Director, CPS Capital dan Gemelli Group Chairman, Harry Karelis. Dengan investasi ini, Karelis juga akan mendapatkan kursi direktur di dewan direksi ORDER. Menurut rilis, investasi kali ini merupakan investasi privat terbesar untuk organisasi esports asal Australia dan Selandia Baru.

Gerard Murphy (kiri) dan Harry Karelis (kanan). | Sumber: Esports Insider

“Kami berhasil mendapatkan investasi senilai AU$5,3 juta. Investasi itu berasal dari para investor yang melihat kesempatan di sektor ini, seperti Jason dan Harry,” kata Gerard Murphy, Chairman, ORDER, menurut laporan Esports Insider. “Mereka tidak hanya menyediakan dana, tapi juga mau berbagi pengalaman tentang cara menumbuhkan bisnis yang masih muda. Dana ini memungkinkan kami untuk masuk ke industri konten dan lifestyle serta terus melanjutkan usaha kami untuk mencari talenta terbaik.”

Esports Fashion Week Bakal Digelar Pada Q3 2021

Esports Fashion Group, perusahaan yang didirikan oleh Warren Fish, Owen Fish, Ali Rezvan, dan Alex Bienert, mengumumkan bahwa mereka akan menggelar acara pertama mereka pada Q3 2021. Acara yang dinamai Esports Fashion Week itu dibuat sebagai wadah para pelaku esports untuk memamerkan koleksi pakaian terbaru mereka. Para pendiri Esports Fashion Group sendiri punya pengalaman di berbagai sektor dan pernah memegang berbagai jabatan di perusahaan-perusahaan besar, seperti Microsoft, Nintendo, dan Verizon.

“Ketika saya ditawarkan kesempatan besar ini, saya tidak bisa menolak,” kata Warren Fish, Co-founder dari Esports Fashion Group, seperti dikutip dari Esports Insider. “Visi grup ini jelas dan saya yakin, mereka akan sukses. Kami telah bekerja keras untuk mengembangkan Esports Fashion Group hingga saat ini. Saya percaya, konsep ini akan menjadi masa depan dari fashion esports.”

Daftar Hardware PC yang Diperlukan Untuk Menjalankan Battlefield V

Berbeda dari sambutan gamer terhadap Battlefield 1, pengungkapan detail Battlefield V diwarnai sejumlah komplain. Penggemar mengeluhkan penggunaan latar belakang sejarah yang mereka rasa ‘kurang akurat’ serta ‘menyayangkan’ fokus developer pada tokoh utama wanita. DICE sendiri tetap berpegang pada keputusan mereka karena ingin membuat Battlefield V lebih beragam dan inklusif.

Mungkin tak semua orang menerima arahan baru DICE dengan lapang dada, namun Battlefield V tetap menjadi salah satu judul besar yang mendapatkan sorotan gamer serta media. Permainan rencananya akan meluncur kurang dari tiga minggu lagi, dan mendekati pelepasannya, Electronic Arts mengungkap daftar kebutuhan hardware yang diperlukan buat menjalankan Battlefield V versi Windows via Reddit. Ini dia:

 

Minimal

  • Sistem operasi: 64-bit Windows 7, Windows 8.1 atau Windows 10 64-bit
  • Prosesor: AMD FX-8350 atau Intel Core i5 6600K
  • Memori RAM: 8GB
  • Kartu grafis: Nvidia GeForce GTX 1050, GeForce GTX 660 2GB, AMD Radeon RX 560, atau Radeon HD 7850 2GB
  • DirectX: 11.0
  • Hard drive: 50GB

 

Rekomendasi

  • Sistem operasi: Windows 10 64-bit
  • Prosesor: AMD Ryzen 3 1300X, Intel Core i7 4790 atau setara
  • Memori RAM: 12GB
  • Kartu grafis: Nvidia GeForce GTX GTX 1060 6GB, AMD Radeon RX 580 8GB
  • DirectX: 11.0
  • Hard drive: 50GB

 

Agar bisa menikmati fitur Nvidia ray tracing

  • Sistem operasi: Windows 10 October 2018 Update 64-bit
  • Prosesor: AMD AMD Ryzen 7 2700 atau Intel Core i7 8700
  • Memori RAM: 16GB
  • Kartu grafis: Nvidia GeForce RTX 2070
  • DirectX: kartu video yang kompatibel dengan DirectX Raytracing
  • Hard drive: 50GB

Satu hal wajib lain yang dibutuhkan untuk bisa menikmati Battlefield V adalah dukungan konektivitas internet konstan, minimal berkecepatan 512KBPS. Jika tidak mau repot-repot menyesuaikan setting grafis dan memastikan komponen PC siap mendukung game, tentu Anda dapat memilih versi PlayStation 4 atau Xbox One-nya.

Namun ada keunggulan lain jika Anda berkenan untuk bermain Battlefield V di PC: EA telah memasukkan game ke daftar judul Origin Access Premier. Itu artinya, para pelanggan dipersilakan memainkannya lebih dulu dari gamer lain. Dan menariknya lagi, versi yang publisher tawarkan di sana merupakan Deluxe Edition berisi bonus konten seperti Firestrom Ranger Set, Paratrooper Gear, Special Assignments serta persenjataan Battlefield 1. Battlefield V Deluxe Edition sendiri dibanderol seharga US$ 110.

Battlefield V dijadwalkan untuk dirilis pada tanggal 20 November 2018 di Windows PC via Origin, Xbox One dan PlayStation 4. EA berjanji untuk tidak menyajikan DLC premium serta loot box. Konten baru akan disuguhkan secara merata dan gratis buat seluruh pemain.

EA Singkap Detail Mengenai Mode Battle Royale Battlefield V

Selama belasan tahun, formula penyajian permainan shooter blockbuster tidak banyak berubah: hidangkan mode single-player untuk memberikan konteks pada narasi jika memungkinkan, lalu gunakan multiplayer dan tambahkan konten-konten pasca rilis untuk memperpanjang usia game. Namun meledaknya kepopuleran battle royale memaksa para developer untuk mengubah kebiasaan mereka.

Saat ini ada dua publisher raksasa yang punya rencana untuk membubuhkan formula last man standing berskala besar itu di game terbaru mereka. Di Call of Duty: Black Ops 4, Activision serta tim Treyarch memberinya nama Blackout dan memadunya bersama mode zombie. Dan melalui trailer baru, EA akhirnya menyingkap detail lebih jauh terkait mode battle royale Battlefield V, yang mereka sebut Firestorm.

Firestorm adalah interpretasi EA DICE terhadap formula battle royale. Di sana, game akan mengadu 16 tim berisi empat pemain, menantang untuk menjadi orang yang paling lama bertahan hidup. Developer menjanjikan peta pertempuran berskala raksasa, dan Anda dipersilakan memanfaatkan segala jenis perlengkapan serta kendaraan perang yang tersedia. Dengan membagi pemain berdasarkan tim, developer mencoba mengedepankan kekompakan antar pemain.

Dan meneruskan tradisi gameplay Battlefield, seluruh bangunan dapat diluluh-lantakkan. Fitur ini membuat pengalaman bermain selalu terasa berbeda meski dilakukan di peta permainan yang sama. Dan menariknya, Anda tidak hanya bisa menghancurkan. Battlefield V mempersilakan kita membangun beragam pertahanan serta menciptakan rute baru via fitur ‘Fortification’.

Nama Firestorm sendiri sepertinya diambil dari lingkaran api yang mengelilingi arena battle royale – ukurannya akan semakin mengecil seiring berkurangnya pemain. Metode yang sama bisa kita temukan di PUBG dan Fortnite.

Multiplayer akan menjadi hidangan utama di Battlefield V, dan salah satu andalan DICE di sana ialah Grand Operation. Mode ini merupakan ekspansi lebih jauh dari Operation di Battlefield 1, mengadu dua tim dalam konflik berskala besar, di mana hasil dari satu pertempuran akan memengaruhi kondisi pemain di babak selanjutnya.

Sebagai rencana jangka panjang, developer sudah menyiapkan Tides of War, yaitu event in-game berisi sejumlah mode permainan berbeda yang dilangsungkan selama beberapa bulan. Di episode pertamanya, Tides of War akan difokuskan pada momen jatuhnya Eropa. DICE berjanji untuk terus memberikannya konten baru, baik lewat update kecil tiap hari atau upgrade besar seminggu sekali.

Battlefield V akan dirilis pada tanggal 20 November 2018 di Windows, Xbox One dan PlayStation 4. Sebelum game meluncur, sesi open beta akan dibuka buat publik pada tanggal 6 September besok dan berlangsung sampai 11 September.

Via Polygon.

Peluncuran Battlefield V Diundur Sebulan

Tiga bulan terakhir di tahun 2018 akan menjadi ajang pertarungan para publisher game raksasa dengan judul-judul andalannya. Di periode itu, kita akan kedatangan sekuel permainan action-adventure bertema Wild West buatan Rockstar, Assasin’s Creed baru yang mengangkat latar belakang kebudayaan Yunani Kuno, hingga penerus kisah petualangan Agen 47.

Di rentang waktu tersebut, dua permainan shooter blockbuster juga dijadwalkan untuk hadir. Mereka adalah Call of Duty: Black Ops 4 dan Battlefield V. Rencananya, game FPS Activision akan meluncur di tanggal 12 Oktober, kemudian disusul oleh kreasi Electronic Arts seminggu setelahnya. Namun sepertinya tim di belakang Battlefield V membutuhkan lebih banyak waktu buat memoles game andalan mereka.

Melalui situs EA, DICE mengabarkan keputusannya mengundur peluncuran Battlefield V dari tanggal 19 Oktober ke 20 November. General manager Oskar Gabrielson menjelaskan waktu selama sebulan itu akan mereka gunakan untuk melakukan sejumlah penyesuaian akhir di aspek gameplay utama serta demi memastikan Tides of War betul-betul tersaji secara optimal.

Tides of War merupakan fitur baru di seri Battlefield, menjanjikan ‘sebuah perjalanan panjang berisi narasi-narasi berbeda’, di mana Anda diuguhkan pengalaman serta tema yang bervariasi, dimulai di masa jatuhnya Eropa. Berlangsung selama beberapa bulan, Tides of War akan diisi oleh Grand Operation (berlangsung dua minggu lebih), Special Assignments serta beragam misi baru.

“Kami percaya bahwa kami sedang menggarap permainan Battlefield terbaik,” kata Gabrielson. “Game ini disiapkan agar bisa menyajikan gamer sebuah perjalanan emosional melalui kembalinya mode single-player War Stories, pengalaman multiplayer esensial, mode battle royale, serta layanan terbaru kami, Tides of War. Fitur ini didesain untuk merangkul komunitas Battlefield dalam waktu lama.”

Menariknya, jadwal uji coba open beta sama sekali tidak diubah. Gerbang akan dibuka buat publik pada tanggal 6 September nanti, dan sesi tes bisa diikuti oleh gamer di Window, PlayStation 4 serta Xbox One. Lalu khusus bagi para pelanggan EA Access, Origin Acess, Origin Access Premier, atau mereka yang sudah pre-order, open beta dapat diakses dua hari lebih cepat.

Butuh waktu sedikit lebih lama untuk menyempurnakan game merupakan alasan yang lumrah. Penundaan jauh lebih baik dibandingkan konten yang mengecewakan. Namun saya merasa strategi ini juga diambil EA buat mengurangi kompetisi di hari pelepasan Battlefield V, sehingga ia tak berhadapan langsung dengan Red Dead Redemption 2, Assassin’s Creed Odyssey, Soulcalibur VI dan judul-judul blockbuster lain.

 

Di Bulan September Nanti, Anda bisa Mencicipi Battlefield V Sebelum Membeli

Dijadwalkan untuk meluncur di kuartal empat 2018, game shooter baru DICE yang mengangkat tema Perang Dunia kedua berjudul Battlefield V akan bersaing dengan nama-nama raksasa semisal Assassin’s Creed Odyssey, Call of Duty: Black Ops 4, Red Dead Redemption 2, hingga Fallout 76. Dan seperti biasa, DICE akan mempersilakan Anda untuk mencoba kreasinya itu sebelum membeli.

Melalui blognya, tim developer mengumumkan rencana untuk menggelar open beta Battlefield V di bulan September nanti. Agenda ini merupakan tes lanjutan setelah sebelumnya EA DICE melangsungkan uji coba closed alpha yang cuma bisa diikuti oleh gamer dari Eropa dan Amerika. Berbeda dari closed alpha, versi open beta permainan ini kabarnya sudah mulai merepresentasikan konten retail-nya.

Open beta Battlefield V akan menyuguhkan sejumlah mode berbeda, di antaranya ada Conquest, Grand Operations dan Tides of War. Sebagaimana tradisi sang developer dalam melaksanakan tes beta, semua mode permainan tersebut mengedepankan pengalaman multiplayer. Mode single-player bertajuk ‘war stories’ baru tersedia saat Battlefield V dirilis.

Saya akan membahas Conquest dulu. Mode ini akan menyuguhkan medan tempur berisi 64 pemain, dan mempersilakan Anda bertanding di dua lokasi berbeda, yakni di Rotterdam dan Arctic Fjord di Norwegia. Conquest menghidangkan gameplay tradisional khas Battlefield, menantang Anda dan kawan-kawan satu tim untuk mempertahankan lokasi-lokasi penting yang tersebar di peta berukuran masif. Di sana, Anda dapat membangun pertahanan (via fitur Fortifications) dan memanggil bala bantuan.

Selanjutnya, Grand Operations juga dapat dicicipi di sana. Di versi beta-nya, Grand Operations disuguhkan selama ‘dua hari’. Hari mewakilkan ronde, dan hasil dari pertempuran di satu match akan memengaruhi kondisi tim dan medan tempur di pertandingan selanjutnya. Mode ini kabarnya mengambil inspirasi dari kejadian bersejarah, misalnya pendaratan para penerjun payung (Airborne) serta aksi penyerbuan (Breakthrough) di peta Arctic Fjord.

Yang ketiga adalah Tides of War. Mode ini punya rentang waktu yang lebih panjang lagi dari Grand Operations: satu sesi merepresentasikan perjalanan naratif selama beberapa bulan. Masing-masing ‘chapter‘ di sana didesain pada sebuah aspek di periode tertentu serta menyajikan gameplay berbeda. Di beta nanti, Tides of War dibagi jadi lima chapter. Jika berhasil menyelesaikannya, Anda akan mendapatkan Dog Tag khusus saat Battlefield V meluncur.

Battlefield V.

Open beta Battlefield V akan dibuka untuk publik pada tanggal 6 September, dan pre-load dapat dilakukan sejak tanggal 3 September. Beta dapat diakses dua hari lebih cepat jika Anda telah melakukan pre-order atau menjadi pelanggan EA Access, Origin Acess atau Origin Access Premier. Versi rampung dari Battlefield V sendiri akan dilepas di PC, Xbox One dan PS4 pada tanggal 19 Oktober.

Uji Coba Closed Alpha Game Battlefield V Digelar Hari Ini

Setelah absen di 2017 karena tim EA DICE mencurahkan perhatiannya pada sekuel Star Wars Battlefront, franchise Battlefield akan hadir lagi di tahun ini melalui Battlefield V. Lewat permainan ketujuh di seri ini (terlepas dari angka lima pada judulnya), DICE kembali mengangkat latar belakang yang diusung permainan Battlefield pertama: Perang Dunia kedua.

Melalui website-nya, belum lama ini DICE mengabarkan rencana mereka untuk melangsungkan uji coba Closed Alpha Battlefield V, yang jatuh pada hari ini, Kamis 28 Juni 2018. Sejak beberapa tahun silam, EA hampir selalu mempersilakan para gamer mencicipi versi beta permainan mereka sebelum membeli. Namun sesuai namanya, sesi Closed Alpha ini mengindikasikan bahwa ada banyak hal yang masih harus developer poles dan hanya bisa diakses secara terbatas.

Alasan EA mengadakan Closed Alpha adalah untuk menguji kemampuan server secara intensif dan mencari tahu hal apa lagi di gameplay yang dapat diperbaiki lewat masukan dari para partisipan. Meskipun pengalaman bermainan Battlefield V versi alpha mungkin akan berbeda dari edisi retail karena kondisinya masih belum rampung, DICE berjanji buat memastikan game tetap stabil dan seimbang.

BFV 2

Lewat Closed Alpha, developer mencoba mencurahkan perhatian mereka pada dua aspek: gameplay dan teknis.

Di segi gameplay, DICE ingin mengeksplorasi keseimbangan peta game, persenjataan dan kendaraan; termasuk pemanfaatan sistem revive sampai menentukan tingkat health serta jumlah amunisi yang ideal. Selanjutnya, mereka juga penasaran bagaimana respons tester terhadap sistem ‘immersion’ dan ‘attrition‘ baru yang developer implementasikan.

BFV 4

BFV 3

Di aspek teknis, Closed Alpha memungkinkan DICE mempelajari karakteristik pemain saat berada di ekosistem live. Selain itu, mereka berencana untuk mengumpulkan data terkait server, konektivitas backend, hingga mengetes fungsi matchmaking.

Sesi tes alpha tertutup ini hanya dapat diikuti oleh gamer di PC. Wilayah aksesnya juga boleh dibilang sangat terbatas, hanya dibuka buat sejumput pemain terpilih yang tinggal negara-negara di benua Eropa dan Amerika. Akses tersebut diberikan lewat kode yang bisa di-redeem di software client Origin.

BFV 1

Battlefield V Closed Alpha digelar hari ini dan akan berlangsung ‘dalam waktu singkat’. EA sudah mengumumkan daftar hardware PC yang dibutuhkan untuk menjalankan permainan. Walaupun daftar ini belum final, kita bisa mengira-ngira PC seperti apa yang dibutuhkan agar versi retail Battlefield V berjalan mulus. Tebakan saya, system requirements ‘resminya’ mungkin akan lebih rendah lagi.