Karakteristik Big Data dalam Mendukung Bisnis

Teknologi big data mengumpulkan banyak data set tiap harinya untuk bisa diolah demi menghasilkan sebuah wawasan yang lebih baik. Set data tersebut bisa saja beraturan, bisa saja tidak. Big data bisa menghasilkan sebuah analisis untuk menunjukkan tren, hubungan atau pola dari kebiasaan-kebiasaan yang dipelajari dari data-data yang ada. Hal ini lah yang kemudian coba dioptimalkan oleh bisnis untuk bisa lebih jauh memahami pasar, pelanggan dan berbagai peluang.

Big data pada dasarnya memiliki beberapa karakteristik seperti halnya kemampuan menampung data set dengan ukuran yang besar. Kemampuan menampung jumlah data set dalam jumlah besar ini cukup berguna untuk menampung data dari berbagai channel, seperti transaksi, media sosial, dan sumber-sumber lain.

Pengumpulan data ini juga didukung oleh karakteristik big data lainnya yakni kecepatan yang tinggi. Karakteristik yang satu ini sangat menunjang karakteristik lainnya. Dengan aliran data yang cepat big data bisa lebih banyak lagi menampung data lebih banyak lagi. Karakteristik ini sangat membantu. Terlebih untuk data-data yang bersifat real time.

Karakteristik lainnya dari big data adalah mampu menampung kompleksitas. Karakteristik ini mampu mengakomodir data yang berasal dari banyak sumber yang kemungkinan memiliki hubungan satu sama lain.

Salah satu perangkat lunak database yang sering dihubungkan dengan big data adalah NoSQL. NoSQL disebutkan mendukung pengelolaan database dengan skema yang dinamis. NoSQL juga dikenal sebagai perangkat lunak database yang fleksibel, terukur, dan bisa dengan mudah disesuaikan sesuai dengan kebutuhan.

NoSQL juga disebut-sebut sebagai salah satu perangkat lunak database yang bisa mengoptimalkan sistem real time. Hal ini disebabkan oleh NoSQL yang memang dirancang untuk mampu mengakomodir pekerjaan atau sistem dengan kebutuhan akses data yang cepat.

Penggunaan teknologi big data secara umum sedikit banyak telah memberikan dampak dalam dunia bisnis. Big data juga telah mengubah perilaku bisnis dalam mengkonsumsi data, memanfaatkan banyak sumber data, dan mengolahnya lebih baik lagi untuk mendapatkan wawasan yang nyata.

Big data adalah sebuah peluang. Bisnis yang sudah melihat bagaimana memberikan dampak harusnya tidak ragu untuk menempatkan investasi di sektor big data, terlebih untuk perangkat lunak dan infrastrukturnya.

Disclosure: DailySocial bekerja sama dengan Bigdata-madesimple.com untuk seri penulisan artikel tentang big data.

Belajar dari Mundurnya Para Petinggi Startup di Indonesia

Kabar keluarnya Ken Dean Lawadinata mungkin masih menyisakan pertanyaan besar di benak kita, mengapa petinggi startup yang merasakan berdarah-darahnya membangun sebuah startup dari nol justru mundur ketika perusahaan yang dirintisnya mulai tumbuh besar? Pertanyaan yang sama barangkali juga menggelayuti pikiran kita ketika Alamanda Shantika memutuskan meninggalkan Go-Jek yang ikut dirintisnya sejak awal hingga memiliki jutaan user seperti sekarang ini. Terakhir, kita dikejutkan dengan kabar mundurnya Michaelangelo Moran yang juga co-founder dari Go-Jek.

Meskipun belum diketahui alasan mengapa Mikey, begitu ia disapa, memutuskan mundur dari Go-Jek, tetapi beberapa pihak menyebut Mikey yang juga berprofesi sebagai DJ akan memulai bisnis propertinya di Bali. Sama seperti Mikey, Ken Dean mundur dari Kaskus karena melirik bisnis lain. Sementara, Alamanda memiliki alasan yang sedikit berbeda. Sebab setelah mundur dari Go-Jek, Ala masih berkecimpung di dunia IT lewat Kibar dan Gerakan 1000 Startup yang dipeloporinya.

Sepintas, mundurnya beberapa nama beken dari perusahaan yang dipandang “wow” di kalangan pelaku bisnis startup membuat kita berpikir, apakah memang pilihan mundur sesuai untuk kondisi sekarang ini?

Seperti yang kita tahu, saat ini startup Indonesia mengalami dualisme yang cukup membuat galau. Di satu sisi, pertumbuhan bisnis startup sedang gencar-gencarnya diikuti semangat ratusan bahkan ribuan orang yang memiliki cita-cita untuk membangun startup. Namun, di sisi lain kita tidak menutup mata bahwa geliat startup yang telah berjalan justru mengalami musim “paceklik”. Terlihat beberapa waktu lalu ketika startup fashion e-commerce besar di Indonesia seperti SaleStock dan BerryBenka ramai-ramai melakukan layoff terhadap ratusan karyawannya. Meski tidak semata-mata karena keuangan, tetapi layoff yang dilakukan oleh suatu perusahaan pastilah menandai adanya permasalahan di dalamnya.

Startup dan mimpi-mimpi kabur anak muda Indonesia

Masih terekam jelas di ingatan saya ketika kali pertama mengenal startup, satu hal yang langsung terlintas di pikiran saya adalah soal masa depan yang berubah. Startup mengubah banyak hal dalam kehidupan kita. Dan istimewanya, hal-hal yang berubah adalah salah satu dari sekian banyak hal yang kita tidak senangi; jam kerja yang kaku, otoritas atasan, tempat kerja bersekat, dan lain-lain.

Ekosistem di startup bagaimanapun mengubah hal tersebut. Dan itu adalah salah satu yang membuat banyak orang, terutama di kalangan anak muda, yang menaruh banyak sekali mimpi. Entah menjadi founder atau bekerja di startup, paling tidak mereka memiliki harapan dan cita-cita bahwa melalui startup, banyak hal yang bisa berubah dan bisa diubah. Maka tidak salah ketika startup mulai populer, antusiasme anak muda yang ingin terjun di sana juga semakin tinggi.

Hanya saja satu hal yang luput dari pemahaman kita adalah tidak segala hal diciptakan dengan instan. Tidak ada yang serba mudah, termasuk ketika memutuskan untuk bergabung di startup.

Sembilan puluh persen startup di dunia ini mengalami kegagalan. Seharusnya hal itu yang pertama wajib kita ketahui. Dengan demikian, setidaknya kita sadar bahwa mengambil langkah untuk terjun di startup berarti siap dengan segala kemungkinan, termasuk kemungkinan untuk gagal, dipecat, dan segala macam. Walaupun memang tidak bisa dipungkiri, kemungkinan besar sukses ataupun gagal, ada banyak hal yang bisa dipelajari selama proses tersebut.

Mundurnya mereka bukan karena menyerah

Banyak orang berpikir bahwa bekerja di startup yang serba tidak pasti adalah salah satu alasan mengapa banyak orang memilih angkat kaki. Kita pun boleh curiga barangkali baik Ala, Mikey, maupun Ken Dean sudah cukup “lelah” dengan startupnya. Namun, saya pribadi memiliki pandangan yang lain.

Satu hal yang bisa dijadikan pelajaran adalah seberapapun hasilnya, pada akhirnya, lakukan yang terbaik. Jika kita sebagai anak muda mundur dari startup dengan alasan lelah dengan ketidakpastian, saya rasa jangan pernah menyamakan kita dengan mereka bertiga. Ketiga pentolan startup tersebut mundur setelah mereka melakukan banyak hal dan membuktikan bahwa apa yang mereka lakukan sudah cukup berguna. Ken Dean mundur dari Kaskus setelah startup tersebut melejit dengan kepopuleran yang tinggi. Tak jauh beda, Mikey dan Ala mundur ketika Go-Jek sudah menjadi “unicorn” dengan valuasi yang fantastis. Ala sendiri justru menganggap mundurnya dia dari Go-Jek justru akan membawa banyak manfaat, sebab ilmu yang dulunya hanya diketahui Go-Jek, kini bisa ia ajarkan kepada seluruh orang di Indonesia.

Jadi, jika kamu anak muda yang masih menaruh mimpi pada masa depan startup yang lebih baik, saya rasa tidak perlu khawatir. Fokus kita saat ini adalah melakukan yang terbaik, pada apapun yang kita bisa. Fokus untuk berkarya, berimprovisasi, dan membangun sesuatu yang berguna. Sebab jika orang-orang muda seperti kita sudah “lelah” sebelum jadi apa-apa, mau bagaimana masa depan bangsa? Pikir sekali lagi. *ehm, berat ya.

Logo LabanaID

Memahami Pelanggan untuk Menjaga Loyalitas Melalui Pendekatan Data

Industri ritel mengalami banyak perubahan di era digital. Salah satu di antaranya adalah loyalitas pelanggan. Jika dulu loyalitas banyak dijaga dan dipertahankan dengan cara-cara lama seperti diskon dan kupon, di era sekarang dua cara itu harus lebih disempurnakan dan dilengkapi data-data.

Loyalitas ini menjadi bagian penting dalam industri ritel. Seperti peran fanbase pada sebuah musik atau artis-artis lain, loyalitas pelanggan ini memegang peran penting untuk turut menyumbang pendapatan dan pertumbuhan. Program-program seperti diskon dan kupon harus mulai berevolusi untuk tetap relevan dengan pelanggan. Untuk itu bagian penting dari menjaga loyalitas pelanggan adalah memahami kebutuhan pelanggan. Data.

Sangat penting untuk mengetahui dengan pasti data pelanggan, secara menyeluruh. Membangun loyalitas pelanggan membutuhkan peningkatan pengalaman pengguna yang lebih baik. Itu artinya butuh memahami, butuh mengenal lebih jauh dan butuh data. Salah satu pengalaman pengguna yang ditingkatkan di era sekarang adalah personalisasi. Brand dan hampir semua industri memanfaatkan personalisasi pelanggan sebagai salah satu cara baru memperlakukan pelanggan. Berbeda dan dengan harapan bisa lebih baik.

Personalisasi sering dijadikan menjadi acuan untuk menawarkan produk kepada pelanggan. Bagi industri ritel salah satu cara paling mudah untuk bisa meningkatkan loyalitas pelanggan adalah masuk ke dalam dunia online, menghadirkan layanan e-commerce. Ini menjadi langkah utama sebelum memahami dan menggali lebih jauh mengenai pelanggan.

Menggali data-data pelanggan ini bisa datang dari banyak sumber, misalnya e-mail, riwayat pembelian, media sosial, nomor telepon, dan lain sebaiknya. Selain itu data-data pelanggan ini juga bisa didapatkan dari sumber-sumber pihak ketiga. Biasanya untuk yang satu ini bersifat umum. Misalnya dari survei atau analisis yang sedang ramai di media sosial secara keseluruhan.

Kepekaan industri ritel terhadap perubahan kebutuhan pelanggan menjadi penting. Sama pentingnya dengan kepekaan terhadap kebutuhan teknologi untuk membangun sistemnya. Pengusaha ritel yang bisa membaca perubahan dan bisa menyesuaikannya lah yang bisa menuai hasilnya. Menyesuaikan arus tren pelanggan untuk tetap menjaga loyalitas mereka.

Disclosure: DailySocial bekerja sama dengan Bigdata-madesimple.com untuk seri penulisan artikel tentang big data.

Mengenal Elastisitas Cloud Computing untuk Startup

Sulit untuk dibantah bahwa perkembangan ragam inovasi bisnis startup yang ada saat ini semakin berwarna dan membawa manfaat bagi hidup banyak orang. Tak pelak, kemajuan ini membutuhkan sokongan teknologi yang mumpuni, mengingat akselerasi bisnis startup memiliki dinamika cukup tinggi. Salah satu alternatif yang dinilai mampu menjadi solusi andal adalah pemanfaatan teknologi cloud computing di lini startup. Banyak ragam keuntungan yang ditawarkan melalui layanan tersebut.

Salah satu keuntungan yang ditawarkan dari sifat cloud computing ialah elastisitas, sebuah kemampuan yang dapat dipertimbangkan oleh perusahaan startup di tengah perjalanan bisnisnya yang masih sering mengalami pasang-surut. Elastistas kerap dikaitkan dengan pengaturan daya dari sistem cloud (dalam hal ini stack/instace server) dalam scaling-up atau scaling-out, tanpa perlu mengganggu operasional sebuah sistem secara keseluruhan.

Laju bisnis startup yang identik naik-turun tentu membutuhkan kemampuan elastisitas dalam teknologi server sebagai fondasinya. Kadang sumber daya yang dibutuhkan tinggi, saat harus menghadapi traksi pengunjung yang besar, namun tak jarang juga harus menyesuaikan dengan angka kunjungan yang terbatas. Dengan elastisitas cloud, startup bisa lebih mudah mengelola sumber daya yang dimiliki, entah itu untuk menambahkan atau mengurangi, sesuai dengan kebutuhannya. Dampak yang akan dirasakan pasca proses scaling pun akan terasa minim dan bahkan bisa jadi tidak akan terasa dampaknya sama sekali terhadap layanan yang sedang hidup.

Pilihan perusahaan startup yang jatuh kepada layanan cloud computing memang seringkali didasari oleh bahasan tentang anggaran. Startup tentu mencari layanan hemat dengan efek bisnis hebat, termasuk dalam soal elastisitas cloud tadi.

Sebuah fitur dari produk Alibaba Cloud yang menggambarkan elastisitas penggunaan cloud. / Alibaba Cloud
Sebuah fitur dari produk Alibaba Cloud yang menggambarkan elastisitas penggunaan cloud. / Alibaba Cloud

Layanan hemat harus dipilih tanpa melupakan fitur komputasi cloud yang baik juga di sisi lain. Seperti yang dibahas sejak awal, bahwa variasi bisnis startup semakin berwarna sekarang. Karenanya, variasi dari CPU, memory, disk drive, dan bandwidth yang mumpuni juga diperlukan untuk kebutuhan-kebutuhan spesifik dari tiap-tiap startup. Semisal, untuk aspek bandwidth dan memori, cloud yang disewa startup sebaiknya mempunyai kapabilitas dalam upgrading secara cepat tanpa perlu mengalami down time sedikit pun.

Melihat kehadiran teknologi seperti ini, para pemilik startup seharusnya mulai sadar bahwa mereka tidak perlu lagi menyiapkan dana yang bengkak di awal penyewaan cloud computing. Sifat elastis dari produk cloud computing memungkinkan para wirausahawan teknologi untuk menggunakan anggaran sesuai kebutuhan, agar stabilitas operasional bisnis tetap terjaga dan berimbang.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial hasil kerja sama DailySocial dengan Alibaba Cloud.

Sasaran Empuk Bagi Bisnis Startup di Instagram

Popularitas Instagram sekarang sudah lebih dari perihal gambar-gambar artsy atau video pendek yang menarik perhatian kaum millennials. Bersama kemajuan industri yang berpaku pada kreativitas, kultur, dan teknologi, Instagram hadir sebagai solusi pelaku industri dalam berbisnis, termasuk di level startup.

Kekuatan platform jejaring media visual dan sosial yang telah diakuisisi Facebook ini ada pada konten yang terlihat berwarna, serupa logo terkini mereka, dan hal ini  dapat diserap keuntungannya oleh para pelaku startup.

Pasar Instagram bisa ‘memakan’ konten-konten yang dilayangkan oleh brand sebenarnya. Hanya, mereka baru akan dengan senang hati melakukan itu bila konten dari bisnis startup Anda tidak sekadar jualan produk. Mengemas konten dengan nilai-nilai humanis adalah apa yang Anda perlu lakukan agar konten Instagram bisa terkait dengan para konsumen. Sederhananya, jangan sampai Anda cuma menampilkan gambar produk. Suguhkan juga foto bagaimana produk Anda bekerja bagi para konsumen.

Di sanalah kekuatan Instagram. Platform ini dapat mengkonversi konten bermuatan jualan menjadi terlihat lebih ringan di mata, sehingga audiens tidak segan untuk menekan tombol hati di bawah konten Anda.

Pembahasan ini lalu akan berujung pada sebuah pertanyaan: “Siapakah audiens tersebut?”

Anda perlu melakukan targeting di Instagram. Keunikan produk yang Anda miliki bisa menjadi nilai jual besar dan akan menarik perhatian kalangan yang spesifik di pasar. Secara garis besar, ada dua kelompok yang dapat Anda sasar: konsumen dan karyawan.

Konsumen tidak mungkin tidak menjadi sasaran Anda. Tidak mungkin Anda membuat gambar yang menarik dengan paduan warna yang apik dan ditambah jahitan kata-kata di dalam caption, bila tidak ditujukan untuk mereka? Entah itu yang prospektif maupun loyal, tawarkan karakter konten yang kuat untuk menceritakan produk Anda.

Di lain sisi, karyawan juga masuk ke dalam target pemasaran Anda di Instagram. Sadari bahwa, meski mereka berada di tubuh perusahaan, karyawan senang bila melihat tempat mereka bekerja memiliki konten yang seru. Mereka rela membagi-bagikan cerita seru kantor keren mereka dengan regram. Ditambah lagi, bila Anda fokus pada visualisasi situasi keseruan perusahaan, bisa jadi tidak akan sulit bagi Anda ke depannya untuk mencari karyawan yang tertarik pada perusahaan Anda.

Semua cara targeting itu perlu dibarengi dengan content planning yang terstruktur. Konsistensi brand voice milik startup Anda akan menjadi gaung yang besar di Instagram. Jangan ulangi kesalahan banyak brand baru di luar sana, yakni dengan menghantam timeline audiens secara bertubi-tubi lewat foto-foto mereka. Jaga saja konsistensi konten Anda, salah satunya dengan scheduling yang memanfaatkan free tool seperti ombaQ.


Disclosure: Artikel ini adalah advertorial hasil kerja sama dengan ombaQ.

Setahun Go-Life, Siap Melepas Label Beta

Wan Ulfa dan Tito Wandira Dear adalah dua orang dari sekian banyak pelanggan Go-Jek yang sudah pernah menggunakan jasa Go-Massage dan Go-Clean. Ulfa mengatakan dirinya sudah menjadi pelanggan rutin untuk jasa Go-Massage. Bisa dikatakan sudah lebih dari lima kali.

Pada awalnya memang ada keraguan saat pertama kali menggunakannya. Hal ini berhasil ditepis karena penampilan mitra yang bersih dan hasil pekerjaannya diselesaikan secara profesional.

“Saya sudah pakai Go-Massage lebih dari lima kali, namun untuk Go-Clean baru sekali. Sejauh ini performa mereka baik sekali, harganya memang sedikit lebih mahal, tapi worth it kok.”

Hal yang sama diungkapkan Tito. Dia mengatakan Go-Massage terbukti sangat membantu dirinya ketika kelelahan, sehingga membutuhkan terapis pijat yang bisa datang ke rumahnya.

“Terapis datang meminta datang sejam lebih awal dari jadwal booking, justru saya tidak keberatan. Harganya juga sudah fixed, sehingga kita jadi tidak mudah ditipu. Penampilannya juga rapi, bersih dan profesional.”

Setahun Go-Life

Sederhana namun menjadi bagian kehidupan masyarakat menjadi kunci Go-Jek mengembangkan inovasi yang ada. Rutinitas yang banyak dilakukan setiap hari diadopsi dengan mengedepankan teknologi.

Go-Life adalah diversifikasi layanan Go-Jek yang diperkenalkan setahun yang lalu. Awalnya Go-Life berisi Go-Tix, Go-Glam, Go-Clean, dan Go-Massage. Karena dianggap terlalu “berat” ke sektor gaya hidup perempuan, kini Go-Life diperkuat lini Go-Auto yang menyasar kaum laki-laki.

Seperti halnya Go-Ride, Go-Life menggandeng mitra yang dulu bekerja secara independen. Faktor ‘trust’ memegang peranan penting. Go-Glam, Go-Clean dan Go-Massage menerapkan sistem rating atau penilaian langsung dari pengguna sebagai bahan rekomendasi pengguna lainnya.

“Pemberian rating tinggi ini menjadi bukti bahwa lewat seleksi mitra yang ketat, training, re-training, dan performance monitoring membuahkan hasil pelanggan kami puas dengan layanan ketiga layanan lifestyle ini,” kata Co-Founder dan Head of Division Go-Life Dayu Dara Permata.

Setelah setahun beroperasi dalam versi beta, Go-Glam, Go-Massage, Go-Clean diklaim mencatat pertumbuhan double digit setiap bulannya. Menurut Dara, pemberian rating tinggi menjadi indikator bahwa lebih dari 90% pelanggan Go-Jek yang pernah memakai jasa ini merasa puas dengan pelayanannya.

Untuk menjaga kualitas pelayanan mitra Go-Life, ada banyak tahapan seleksi yang harus ditempuh. Persyaratan awalnya, mitra individu atau badan usaha yang ingin bergabung minimal sudah berdiri dan menggeluti bidangnya selama dua tahun. Setelah melewati tahap seleksi harus masuk ke tahap training selama beberapa waktu sebelum akhirnya resmi bergabung.

“Jalan jadi mitra kami memang panjang, tapi ini penting untuk menjaga kualitas Go-Jek tetap prima dan bisa memuaskan pelanggan.”

Jumlah mitra terdaftar hingga kini mencapai 15 ribu yang terdiri dari pihak individu dan badan usaha. Layanan ini sudah tersedia di Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Bali, Medan, dan Semarang.

Apresiasi dari sesama penggiat startup

Kecerdasan Go-Jek mengimplementasikan rutinitas yang cenderung membosankan menjadi gaya hidup yang menyenangkan dalam sebuah aplikasi mobile mendapat apresiasi dari sesama pelaku startup, baik lokal maupun asing.

Dalam kunjungannya ke Jakarta awal tahun 2016 lalu, Co-Founder Twitch dan Partner Y Combinator Justin Kan melihat layanan Go-Massage yang dihadirkan Go-Jek berpotensi menjadi besar untuk ke depannya.

“Di Amerika Serikat mahal sekali untuk mempekerjakan pegawai, sehingga sulit untuk mengembangkan model bisnis seperti Go-Jek yaitu dengan kemitraan. Tidak heran ketika layanan on-demand seperti Go-Jek cukup populer dan disukai oleh publik dan tentunya digunakan setiap harinya,” ungkap Justin.

Kultur bangsa Indonesia yang tidak mudah percaya dengan orang asing/baru dan bisa menjadi penghalang adopsi layanan on-demand seperti ini. Meskipun demikian, jika standarnya sudah teruji, akan semakin banyak yang menggunakan layanan ini.

“Orang-orang Indonesia, dari generasi sebelum-sebelumnya sudah sangat terbiasa dengan layanan on-demand dalam bentuk tradisional, yaitu lewat telepon! Nah, Go-Life memberi solusi ini, bisa mendatangkan service kapanpun dan di mana pun. Tapi bukan berarti semuanya jadi langsung berpindah ke Go-Life karena nggak sedikit juga yang takut ada orang nggak dikenal masuk ke rumah dan juga nggak tau apakah therapist yang datang akan memuaskan atau tidak,” kata Co-Founder dan CEO Female Daily Network Hanifa Ambadar.

Hanifa melanjutkan, “Harusnya akan semakin banyak yang menggunakan service ini karena selain Jakarta semakin macet, beauty industry juga lagi berkembang banget dan perempuan Indonesia semakin ambisius dengan kecantikan. Dan yang harus diperhatikan lagi adalah standarisasi kualitas dari setiap therapist karena di sini core business-nya udah bukan teknologinya lagi tapi layanannya.”

Target dan rencana ke depan Go-Life

Dara mengakui potensi layanan Go-Life ke depannya sangat cerah. Masih banyak jasa lainnya yang bisa dikembangkan oleh Go-Jek. Kendati tidak ingin membeberkan jasa berikutnya yang akan diluncurkan, Dara memastikan dalam dua tahun mendatang Go-Jek akan siap menjadi penyedia jasa on-demand terdepan dengan banyaknya variasi jasa yang bisa digunakan oleh penggunanya.

Lokasinya pun ditargetkan bisa terus merambah ke kota besar lainnya di Indonesia. Menurut Dara, secara potensi ada 30 kota besar yang bisa dimasuki oleh Go-Jek dalam memasarkan layanan gaya hidup ini. Dia ingin merealisasikan visi Go-Jek sebagai pihak yang membantu dalam memberdayakan tenaga kerja sektor jasa informal menjadi lebih baik lagi secara ekonomi.

“Kami akan meluncurkan jasa baru lainnya yang tidak kalah bermanfaat bagi pelanggan dan menciptakan kesejahteraan mitra kami di sektor jasa informal.”

Dalam waktu dekat Go-Jek akan meresmikan ketiga layanan ini menjadi full version. Di tahap pertama bulan ini, Go-Massage akan menjadi yang pertama melepas label beta. Bulan berikutnya adalah giliran Go-Clean dan terakhir Go-Glam.

“Jadi secara berturut-turut mulai bulan Oktober hingga akhir tahun, ketiga layanan lifestyle ini akan resmi berbentuk full version. Perbedaannya dalam pengisian data akan lebih terintegrasi dan otomatis, tidak perlu mengetik manual. Kemudahannya akan mirip saat pelanggan memesan jasa Go-Jek atau Go-Car,” kata Dara.


Marsya Nabila berkontribusi dalam pembuatan artikel ini

Application Information Will Show Up Here

Peran Penting Teknologi dalam Industri Kesehatan

Teknologi kesehatan mulai banyak didiskusikan. Terutama untuk penerapan teknologi big data dan analisisnya. Teknologi big data dan analisis membuat sektor kesehatan memasuki tahapan baru, secara signifikan penerapan teknologi ini mengubah model baru perawatan pasien yang berpegang pada data pasien, tepatnya berfokus pada pasien. Hal ini menjadi hal baru, sekaligus membawa tantangan dalam industri kesahatan, utamanya dalam berbagi dan pengelolaan data.

Klinik, tempat praktek, hingga rumah sakit mulai menggunakan teknologi untuk membantu pasien untuk mendapatkan pelayanan prima. Contoh teknologi yang terlibat adalah teknologi sederhana pencatatan digital hingga pengolahan data rekam medis lengkap dengan integrasi dan analisisnya.

Sama halnya dengan bisnis yang mulai menempatkan data sebagai aset penting, data pasien kini memasuki masa-masa krusial. Di era integrasi dan analisis menjadi penting, data pasien posisinya semakin krusial. Terutama untuk masalah kebocoran data atau privasi. Sesuatu yang menjadi hal paling mengancam untuk perkembangan teknologi di sektor kesehatan.

Titik rawan kebocoran tentu ada pada tahap integrasi. Integrasi ini perlu direncanakan dengan baik untuk menghindari data-data bocor. Terlebih jika menggunakan layanan cloud yang berarti harus memperhatikan dan mempertimbangkan layanan cloud yang tepercaya.

Integrasi data pasien menjadi hal penting yang coba dibangun industri kesehatan untuk bisa memastikan bagaimana pasien bisa mendapatkan pelayanan dengan data yang sama di mana pun mereka berobat atau berkonsultasi. Integrasi ini yang coba diperjuangkan tetapi juga harus tetap dalam perhitungan keamanan yang matang.

Di sisi lain, selain memutuskan untuk menempatkan strategi keamanan yang tepat untuk memastikan integrasi dan penggunaan teknologi di bidang kesehatan berjalan sesuai dengan yang diharapkan adalah dengan menempatkan orang-orang IT berkualitas yang paham, atau setidaknya mengenal industri kesehatan.

Para pegawai IT ini setidaknya bisa membantu proses pengelolaan teknologi seperti penyimpanan berbasis cloud, manajemen database, analisis sistem, data science, dan informasi kesehatan. Selain itu pegawai administrasi juga harus dilatih agar terampil dalam membaca, memahami data, dan mempresentasikan dari hasil analisis kepada dokter atau tenaga medis yang membutuhkan. Sebuah revolusi yang diharapkan mampu mengubah tatanan industri kesehatan ke arah yang lebih baik.


Disclosure: DailySocial bekerja sama dengan Bigdata-madesimple.com untuk seri penulisan artikel tentang big data.

Indonesia E-commerce Landscape: 6 Poin Utama dari Pertarungan Online di Indonesia

Untuk ‘memenangkan’ sebuah pasar, publikasi online akan berkata define your brand‘, tentukan keunggulan kompetitif brand Anda, pastikan produk Anda cocok dengan pasar, bangun database pelanggan, dan/atau pasarkan ke seluruh dunia. Dan meskipun bisnis Anda harus melakukan semua strategi ini, langkah pertama yang harus dilakukan setiap perusahaan, lama atau baru, adalah mengidentifikasi pemain kunci yang sudah ada di lapangan.

Asia Tenggara telah menjadi hotspot untuk saturasi berkat pertumbuhan yang fantastis – sektor online diperkirakan akan mencapai lebih dari $87 miliar pada tahun 2025 dan banyak pemain global seperti Alibaba and Amazon berebut untuk mendapatkan bagian dari kue ecommerce.

Namun yang pendatang baru sering abaikan atau terlambat mencari tahu ketika memasuki wilayah ini adalah sifat fragmentasinya. Setiap negara memiliki satu set keunggulan dan tantangan yang berbeda.

Bagi setiap pemain yang ingin merebut pangsa pasar Asia Tenggara, kunci untuk membuka potensi ini adalah pengetahuan lokal. Beberapa pemain berbeda hadir di beberapa segmen pasar dan beberapa mendominasi segmen niche tertentu, berharap untuk memecahkan masalah atau menangkap kesempatan yang belum dimanfaatkan, akan tetapi tantangan ecommerce berbeda-beda di setiap perbatasan.

The ECOMScape Series oleh ecommerceIQ bertujuan untuk memberikan Anda gambaran lengkap dari ekosistem ecommerce di masing-masing negara Asia Tenggara dari bisnis yang berjualan, ke spesialis yang menyediakan solusi online untuk mereka, terus hingga ke konsumen akhir. Kami berharap ini akan membantu Anda menavigasi ruang yang sangat kompetitif ini. Mari kita mulai dengan pasar terbesar dan paling menjanjikan di kawasan ini, Indonesia.

Indonesia Ecommerce Landscape: 6 Poin Kunci yang Bisa Diambil dari Kondisi Pasar yang Sedang Berlangsung

Negara ini sedang berada di jalur untuk menjadi salah satu pasar terbesar di Asia dengan potensi untuk menguasai 52% dari seluruh nilai ecommerce di Asia Tenggara pada tahun 2025.

Meskipun valuasi ecommerce yang sebesar $46 miliar menjadikannya pusat perhatian investor dan perusahaan asing dan menarik mereka untuk berdatangan, pemain lokal tidak terintimidasi oleh kehadiran pemain global. Apa lagi yang bisa kita lihat dari ekosistem ecommerce di Indonesia?

1. Pemain lokal mendominasi pasar, terutama di sektor niche

Perusahaan yang dikelola oleh orang Indonesia terlihat bermunculan di setiap sektor ecommerce di Indonesia, terutama C2C, Lifestyle & Travel dan niche yang lebih kecil yang jatuh di bawah kategori ‘Others’. Ini termasuk marketplace seperti Cipika, Qlapa, dan KuKa yang menjual produk lokal dan buatan tangan, serta Limakilo, marketplace yang ditargetkan untuk memfasilitasi petani lokal.

Kategori 'Others' di bawah sektor B2C diisi oleh pemain niche
Kategori ‘Others’ di bawah sektor B2C diisi oleh pemain niche

Beberapa perusahaan lokal seperti  Shoot Your Dream dan AkuLaku juga memahami titik lemah sistem pembayaran di pasar ini dan kemudian memungkinkan pelanggan untuk membeli produk menggunakan angsuran di situs mereka tanpa kartu kredit.

Menargetkan segmen konsumen yang lebih kecil untuk pemain lokal adalah salah satu cara untuk memberdayakan UKM lokal untuk merambah ranah online. Hal ini juga berarti kompetisi yang lebih sedikit karena pemain asing dan besar biasanya akan mencoba bersaing untuk mendapatkan pengguna yang lebih ‘mainstream’ seperti Lazada, Elevenia dan MatahariMall.

Salah satu alasan keberhasilan perusahaan yang dimiliki oleh orang Indonesia adalah karena keakraban mereka dengan tren dan perilaku lokal. Perusahaan-perusahaan ini, seperti Bukalapak, menyesuaikan kampanye marketing untuk mencocokkan dengan preferensi budaya dan mengidentifikasi lebih baik dengan pelanggan.

Kampanye video viral Bukalapak untuk Hari Belanja Online 12-12 tahun lalu, memperlihatkan CEO mereka menciptakan inisiatif marketing buatan rumah dan beranggaran kecil sambil 'meminta maaf' pada eksekutif di mana-mana karena mengganggu dan menurunkan produktivitas karyawan mereka dengan diskon besar yang ditawarkan mereka.
Kampanye video viral Bukalapak untuk Hari Belanja Online 12-12 tahun lalu, memperlihatkan CEO mereka menciptakan inisiatif marketing buatan rumah dan beranggaran kecil sambil ‘meminta maaf’ pada eksekutif di mana-mana karena mengganggu dan menurunkan produktivitas karyawan mereka dengan diskon besar yang ditawarkan mereka.

Di antara 20 situs top di Indonesia yang diambil dari SimilarWeb di bawah kategori ‘Shopping‘ ini, lebih dari setengahnya adalah perusahaan asli Indonesia.

3

Bahkan OLX and iProperty, yang memiliki keuntungan dari sumber daya yang luas dan berada di posisi teratas dari niche mereka seperti yang bisa dilihat di  bagian ‘Classifieds’ dulunya adalah perusahaan lokal yang diakuisisi oleh pemain regional.

2. Brand.com dan munculnya omni-channel

Model ecommerce yang paling populer di Indonesia saat ini adalah marketplace seperti Tokopedia dan Lazada. Bahkan di sektor vertikal seperti Fashion & Apparels, Electronics & Gadgets dan produk Local & Handcrafted, pilihan yang dominan masih marketplace.

Model ini populer karena mengakomodasi tumbuhnya minat UKM dan brand yang ingin membawa bisnis mereka secara online namun kekurangan modal atau tidak mau mengambil risiko melompat online dengan kedua kaki.

4

Namun, dengan semakin dewasanya industri dan brand yang menyadari pentingnya memiliki saluran online, lebih banyak yang kemudian mengadopsi strategi brand.com untuk menjangkau pelanggan secara langsung.

Adidas, HP and Kiehl’s  ini adalah beberapa nama-nama brand besar di bidang mereka masing-masing yang mengakui potensi online. Tidak hanya sebatas brand, peritel offline juga ikut loncat ke kereta ecommerce.

MatahariMall and MAPEmall hanya dua contoh dari peritel dengan modal besar yang baru saja bergabung dengan ruang online dan hal inipun terbayar. MAP, perusahaan induk dari MAPEmall, mengumumkan pertumbuhan laba 78% y.o.y pada bulan Agustus dan menyatakan usaha online mereka sebagai salah satu pendorongnya.

Dengan semakin banyaknya konsumer yang menuntut kenyamanan berbelanja di mana saja dan kapan saja, sangatlah penting bagi para peritel untuk melengkapi jaringan offline mereka dengan strategi online untuk menciptakan pengalaman omni-channel.

3. Sektor B2B perlahan-lahan mendapatkan momentum

B2C bukan satu-satunya sektor yang telah melihat peningkatan adopsi strategi online. Peritel industrial terbesar di Indonesia, Kawan Lama, adalah salah satu pemain awal yang membuat lompatan ke ecommerce di sektor ini.

Perusahaan ini meluncurkan situs shoppable yang memenuhi kedua pelanggan B2B dan B2C mereka, setelah melihat trafik yang tinggi dari konsumen yang mengunjungi katalognya, menunjukkan perubahan perilaku pelanggan. Peritel besar lainnya yang mengikuti strategi ini adalah Electronic City.

5

Namun, meskipun adanya dorongan untuk B2B ecommerce di Indonesia dengan pembentukan Indonetwork, sebuah direktori online dan pasar bagi UKM yang melayani B2B dan B2C, pemain di sektor ini masih sangat langka. Bizzy dan Mbiz adalah satu-satunya marketplace B2B signifikan yang diluncurkan setahun belakangan.

6

4. Riset pasar sangat dibutuhkan

Karena masih barunya kehadiran ecommerce di Asia Tenggara, hanya ada segelintir sumber daya yang ada untuk membantu bisnis membuat keputusan. Bahkan perusahaan riset termuka seperti Nielsen mengalami kesulitan memperoleh data pasar cukup untuk membuat laporan yang komprehensif.

7

Kurangnya pengetahuan dan wawasan mempengaruhi pertumbuhan ecommerce karena eksekutif dipaksa untuk membuat keputusan strategis berdasarkan insting mereka sehingga mengakibatkan para brand konservatif menjadi ragu untuk going online.

ecommerceIQ bertujuan untuk menjembatani kesenjangan pengetahuan di Asia Tenggara dengan menyediakan riset pasar untuk eksekutif dalam bentuk puncak, laporan, wawasan dan data.

5. Hadirnya lebih banyak pilihan pembayaran untuk menjangkau populasi unbanked

Dengan lebih dari separuh penduduk di Indonesia masih tidak memiliki rekening bank dan penetrasi kartu kredit yang hanya 1.4%, pembayaran menjadi salah satu hambatan terbesar untuk pertumbuhan ecommerce di negara ini.

Perusahaan telko di Indonesia adalah salah satu kontributor kunci yang membantu membangun ekosistem ecommerce dengan meluncurkan mobile wallet versi mereka sendiri, metode pembayaran yang populer. Hal ini tidak mengherankan, mengingat bahwa setiap perusahaan telko memiliki website ecommerce mereka sendiri.

Salah satu Payment Gateway yang populer adalah Adyen, sebuah sistem pembayaran unicorn yang digunakan oleh Uber dan yang terbaru, Grab dan aCommerce. Payment Gateway ini menawarkan pilihan secara offline dan online yang dipercaya oleh pengguna lokal, seperti transfer via ATM.

6. Diversifikasi jasa pengiriman

Infrastruktur sering diakui sebagai salah satu hambatan utama bagi ecommerce di kawasan ini, terutama Indonesia di mana kurangnya transportasi umum, rumitnya kondisi geografis kepulauan dan kurang berkembangnya jalanan menimbulkan masalah serius.

Aplikasi pemesanan kendaraan pun memperluas penawaran mereka sampai ke layanan kurir untuk memenuhi permintaan yang terus berkembang. Gojek, misalnya, sebuah startup transportasi tradisional telah menjadi metode pengiriman pilihan yang dipilih oleh para pedagang C2C dan pembelinya karena menawarkan jasa pengiriman di hari yang sama dan memiliki sistem pelacakan dengan harga yang terjangkau.

8

Kategori pemain third-party logistic (3PL) atau logistik pihak ketiga juga sangat jenuh di Indonesia. Brand disediakan begitu banyak pilihan sehingga menjadi tugas yang memakan waktu untuk menemukan satu yang sesuai dengan kebutuhan bisnis dan konsumen mereka. Teknologi multi-shipping dari aCommerce atau Alibaba ‘Cainiao’ bertujuan untuk menghemat waktu dengan menggabungkan pilihan terbaik berdasarkan harga dan tujuan.

Potensi ecommerce di Indonesia telah menggoda banyak pemain, baik asing maupun lokal, untuk memasuki pasar ini. Namun, masih jauh perjalanannya sebelum pemenang yang jelas muncul dari medan perang ini.


Disclosure: Tulisan ini diterjemahkan oleh Rara Kinasih. Artikel aslinya bisa diakses di sini.

Artikel ini adalah hasil kerja sama DailySocial dan eCommerceIQ.

Gunakan Strategi Bisnis Ini Agar Startup Berkembang Lebih Cepat

Satu hal yang seringkali tidak ada habisnya dibahas di manajemen internal startup adalah seputar anggaran. Bukan dalam operasional harian saja, isu ini lebih lanjut menjadi buah bibir pimpinan startup saat mereka ingin membawa usaha rintisannya menaiki anak tangga perkembangan bisnis yang lebih tinggi lagi. Dengan kenyataan demikian, tak heran bila beberapa startup memilih untuk gentar dan berujung gulung tikar terlindas persaingan bisnis yang makin ketat.

Anda dan bisnis startup yang didirikan tidak perlu mengalami hal yang sama jika sudah memahami strateginya. Budgeting memang sering menjadi isu, tapi Anda perlu menyikapinya sebagai tantangan sekaligus peluang. Menjadi tantangan karena memang secara alamiah persoalan budgeting pasti akan dialami startup. Sedangkan, hal tersebut juga menjadi peluang karena, untungnya Anda hidup dan tumbuh bersama kemajuan teknologi yang ngebut.

Beragam pendekatan berbasis teknologi dapat Anda ambil untuk melebarkan sayap perusahaan startup. Ini bukan berarti Anda perlu membeli sebuah sistem baru yang mahal. Seperti yang disebutkan sebelumnya, teknologi membuka peluang Anda dalam ekspansi usaha startup, dan sudah waktunya Anda memanfaatkan tech-based services yang berbiaya miring dan bahkan gratis.

Berikut ini beberapa strategi digital sederhana yang dapat diadopsi dalam perusahaan rintisan yang sedang dibangun:

Selami ranah mobile

Banyak waktu, uang dan tenaga yang mungkin telah Anda kerahkan untuk membuat website yang “menjual” di mata konsumen dan investor. Upaya Anda ini akan berbuah nihil tanpa UI/UX yang mobile-friendly.

Tatanan UI/UX mobile-friendly akan memudahkan konsumen dan calon investor prospektif tersebut untuk berinteraksi dengan perusahaan Anda tanpa harus terus menerus bertemu tatap muka menerima penjelasan atau presentasi. Melalui layar smartphone atau tablet, mereka bisa memahami apa yang ditawarkan startup Anda.

Untuk mendukung kemampuan website dalam berinteraksi secara responsif, perlu digunakan teknologi penyokong yang andal. Untuk efisiensi dan efektivitas, Anda bisa menggunakan layanan cloud computing. Pilihlah cloud dengan Server Load Balancer untuk website perusahaan startup Anda, agar performanya maksimal dan terhindar dari traffic spikes.

Gunakan layanan cloud computing yang tepat

Seperti yang telah disinggung sedikit di poin nomor satu, inilah saatnya Anda perlu memanfaatkan teknologi cloud computing dan membesarkan perusahaan startup Anda dengan solusi-solusi berbasis cloud.

Solusi seperti Content Delivery Network dapat membantu Anda mendapatkan keunggulan dalam penyampaian pengalaman pengguna yang maksimal, sehingga Anda bisa menarik pengunjung lebih banyak lagi dan akhirnya mereka memutuskan untuk menggunakan produk atau jasa dari startup Anda.

Bergaul di media sosial

Keberadaan startup yang Anda kelola di media sosial sangatlah penting. Media sosial kini sudah menjadi ladang bisnis dan alternatif untuk promosi. Terlebih, ini bukanlah kanal marketing yang akan merogoh kocek Anda dalam-dalam, jika Anda punya strategi produk yang baik. Di media sosial, Anda bisa mencuri perhatian para calon investor dan konsumen-konsumen yang bahkan tak pernah Anda bayangkan sebelumnya.

Startup yang sedang berada dalam fase pertumbuhan bisnis memang perlu memutar otak, khususnya soal efisiensi terkait dengan pengeluaran. Namun bukan berarti Anda harus mengorbankan pemanfaatan teknologi. Dengan strategi bisnis yang tepat, startup Anda akan melesat dengan cepat.

Disclosure: Artikel ini didukung oleh Alibaba Cloud, penyedia layanan cloud computing dari Alibaba.

Memperlakukan Data sebagai Aset Perusahaan

Naluri mengamankan barang berharga jelas dimiliki oleh setiap individu. Tak terkecuali barang berharga dalam bisnis. Setiap bisnis pasti punya cara masing-masing untuk mengamankan setiap aset yang dimilikinya. Seiring berkembangnya teknologi, banyak bisnis atau perusahaan yang menempatkan data sebagai aset. Untuk itu jelas banyak bisnis atau perusahaan yang berusaha mengamankan data mereka. Data memang sudah semestinya dijadikan bisnis sebagai aset penting dalam perusahaan.

Data menjadi penting ketika analisis data menjadi salah satu sandaran ketika hendak menentukan sebuah keputusan strategis. Investasi bisnis untuk mengumpulkan data dan mengolah data seperti menghadirkan perangkat lunak CRM (Customer Relationship Management) dan lain sebagainya tidak akan terbayar jika data tidak dikelola dengan baik. Dalam hal ini kaitannya dengan keamanan dan kualitas data.

Untuk keamanan jelas menjadi tindakan wajib. Perusahaan harusnya tidak membiarkan aset berharganya tidak terlindungi. Terlebih data merupakan sebuah aset yang begitu rentan terhadap kebocoran. Entah itu kebocoran dari dalam sistem maupun dari luar sistem. Dari manusia yang lalai atau pun dari aturan yang tidak sesuai.

Selain menjaga keamanan memperlakukan data sebagai aset penting juga termasuk menjaga kualitas data. Hal-hal seperti mengurangi duplikasi, memvalidasi dan membersihkan data menggunakan tools untuk meningkatkan kualitas data penting adanya. Hal-hal tersebut bisa dilakukan untuk merapikan data. Setelah semua selesai pengelolaan data dapat dilakukan dengan data yang berkualitas. Menjaga kualitas data memang bukan pekerjaan instan, butuh tahapan, butuh proses.

Biasanya untuk bisnis ada tiga jenis teknik untuk memelihara kualitas data. Yang pertama adalah menjaga kualitas integrasi antara aplikasi atau sistem sehingga tidak terjadi banyak polusi data. Yang kedua adalah menggunakan perangkat business automation yang bisa menghemat keterlibatan manusia dan yang terakhir adalah ongoing validasi. Sebuah proses untuk peningkatan kualitas dan perbaikan data untuk mencegah penumpukan data-data yang salah atau yang tidak terpakai.

Disclosure: DailySocial bekerja sama dengan Bigdata-madesimple.com untuk seri penulisan artikel tentang big data.