Parrot Sequoia Ialah Aksesori Drone untuk Bidang Pertanian

Diluncurkannya DJI Agras MG-1 menjelang akhir tahun lalu bisa menjadi pertanda bahwa drone kini memegang peranan penting dalam bidang pertanian. Maka dari itu, tidak mengherankan apabila Parrot ikut ambil bagian lewat penawarannya sendiri. Namun ketimbang meluncurkan satu set drone lengkap untuk kebutuhan agrikultur, Parrot lebih memilih merilis aksesori yang bisa ditambatkan ke drone yang sudah ada di pasaran saat ini.

Aksesori itu datang dalam wujud Parrot Sequoia, yang terdiri dari dua komponen: satu merupakan sensor cahaya matahari yang ditambatkan di bagian atas drone, sedangkan satu lagi merupakan sensor multispektrum yang dipasangkan di gimbal milik drone. Parrot mengklaim aksesori ini kompatibel dengan banyak drone di pasaran saat ini, baik yang bertipe fixed-wing maupun multi-rotor.

Parrot Sequoia

Cara kerjanya melibatkan banyak aspek teknis. Sensor mataharinya akan menangkap cahaya di sekitar yang kemudian akan dikalibrasikan untuk sensor multispektrum-nya. Sensor multispektrum ini dapat merekam gambar dalam spektrum warna yang berbeda: hijau, merah, ujung merah dan mendekati inframerah. Terdapat pula kamera 16 megapixel pemetaan bisa dilakukan dengan sempurna.

Semua data akan disimpan dalam memory sebesar 64 GB, atau kalau masih kurang bisa dengan menancapkan kartu microSD. Akan tetapi data-data ini masih harus diolah lebih lanjut dengan bantuan software macam MicaSense ATLAS, agar bisa memberikan informasi yang spesifik serta saran-saran praktis bagi para pemilik lahan.

Parrot Sequoia

Seperti apa informasi yang bisa diberikan Sequoia? Yang paling gampang, pengguna bisa melihat mana tanaman yang sehat dan yang kurang. Selanjutnya pemupukan dan penyemprotan pestisida bisa dijalankan secara lebih sempurna lagi. Data juga akan menunjukkan area lahan mana yang distribusi airnya kurang, sehingga sistem irigasi bisa direncanakan kembali.

Dibandingkan penawaran DJI, Parrot Sequoia ini jelas akan lebih menarik perhatian para petani yang sebelumnya sudah memanfaatkan drone dalam merawat lahannya masing-masing. Perangkat ini akan dijual dalam bentuk bundle bersama software MicaSense ATLAS (dengan lisensi untuk setahun) seharga $3.500 mulai bulan Maret mendatang.

Sumber: SlashGear dan Gizmag.

DJI Ciptakan Drone Pintar untuk Para Petani

Drone bukan lagi sekedar mainan atau barang hobi. Banyak videografer yang telah membuktikan pengaplikasian drone di bidang profesional. Kini DJI semakin memperkuat bukti tersebut dengan merambah ke bidang pertanian lewat DJI Agras MG-1.

MG-1 sangat berbeda dari drone biasa. Ia juga tak bisa disebut quadcopter karena mengusung 8 rotor. Dirinya pun tak dilengkapi kamera, melainkan alat penyemprot pupuk cair, lengkap dengan tangki berkapasitas 10 liter.

Menurut klaim DJI, kinerja drone anti-air dan anti-korosi ini sangatlah efisien – lebih dari 40 kali lipat lebih efisien ketimbang menyemprot secara manual. Setiap jamnya, MG-1 sanggup menjangkau lahan seluas 4 hektar.

DJI Agras MG-1

MG-1 punya kecepatan maksimum 8 meter per jam. Selagi mengudara, komponen radar microwave akan memindai apa saja yang berada di bawah drone. Dengan demikian, MG-1 dapat mengatur ketinggian secara otomatis berdasarkan jarak optimal antara alat penyemprot dan tanaman. Ia juga bakal menyesuaikan deras tidaknya semprotan berdasarkan kecepatannya mengudara.

Penyemprotan ini bisa dilakukan secara otomatis, semi-otomatis atau manual menggunakan remote control. Hal lain yang cukup menarik adalah, putaran setiap baling-balingnya ikut membantu pergerakan pupuk cair yang disemprotkan ke bawah.

Dari segi fisik, MG-1 tak cuma menarik berkat penggunaan 8 rotor. Ia turut mengemas sistem pendingin yang cerdas, memanfaatkan udara dari luar yang masuk lewat ventilasi di bagian depan bodinya, lalu disalurkan ke masing-masing rotor supaya tidak cepat panas.

DJI turut membekalinya dengan kemampuan mengingat lokasi terakhir penyemprotan. Jadi semisal baterainya akan habis, ia akan kembali secara otomatis untuk di-charge. Setelah terisi penuh, MG-1 akan terbang kembali menuju titik terakhir penyemprotan dilakukan dan melanjutkan tugasnya. Saat sedang tak digunakan, lengan masing-masing rotornya bisa dilipat ke dalam agar mudah dibawa-bawa.

DJI Agras MG-1

Sejauh ini kita bisa melihat bahwa DJI Agras MG-1 bukanlah produk yang ditujukan untuk konsumen secara umum. DJI berencana memasarkannya terlebih dulu di Tiongkok dan Korea, baru setelah itu menyusul ke kawasan lain. Harganya belum diketahui secara pasti, tapi dikabarkan bisa mencapai angka $15.000.

Mengingat Indonesia merupakan negara yang cukup memprioritaskan sektor agrikultur, saya kira DJI juga akan tertarik memasarkan Agras MG-1 di sini sesegera mungkin.

Sumber: SlashGear dan The Verge.

Tim Jepang Sedang Bangun ‘Pabrik Selada’ Otomatis, Produksi 30.000 Bonggol per Hari

Tanpa tanah, hydroponic atau aeroponic memiliki banyak keunggulan dibanding menanam dengan teknik biasa: meminimalisir  hama, memastikan tanaman mendapatkan nutrisi optimal, dan menjaga kebersihannya. Jika hydroponic/aeroponic sudah terdengar cukup canggih, kabarnya perusahaan asal Kyoto akan menerapkan metode next-gen dalam budi daya sayuran. Continue reading Tim Jepang Sedang Bangun ‘Pabrik Selada’ Otomatis, Produksi 30.000 Bonggol per Hari

Mari Bermain Sebagai Petani Bali Dalam Spirits of the Rice Paddy

Sudah lama budaya Bali memukau perhatian dunia. Bali terkenal akan seni tari, drama, pahatan serta keindahan alamnya. Sejak dahulu, penduduk Bali menggunakan sistem irigasi canggih untuk menghidupi lahan persawahan, dipadu prinsip religi serta tanggung jawab sosial. Hal tersebut menginspirasi developer asal Texas dalam meracik sebuah board game unik. Continue reading Mari Bermain Sebagai Petani Bali Dalam Spirits of the Rice Paddy

Dengan Landscape Game, Agate Studio Mengajak Kita Melestarikan Lingkungan

Dibuat sebagai sarana rekreasi interaktif, melalui formula jitu, video game juga bisa menjadi medium pembelajaran menyenangkan. Berpedoman dengan pendekatan ini, ada yang spesial dari permainan terbaru Agate Studio. Karya digital tersebut adalah hasil kolaborasi sang studio asal Bandung itu dengan seorang peneliti sekaligus profesor agrikultur IPB. Continue reading Dengan Landscape Game, Agate Studio Mengajak Kita Melestarikan Lingkungan