Google Sempurnakan Integrasi Assistant pada Smartwatch Wear OS

Konferensi developer Google I/O baru akan dimulai tanggal 8 Mei nanti, akan tetapi Google tampaknya sudah tidak sabar mengumumkan pembaruan untuk lini smartwatch Wear OS, atau yang dulunya dikenal dengan nama Android Wear. Pembaruan ini berkaitan dengan integrasi Google Assistant pada perangkat.

Fitur yang pertama adalah yang Google sebut dengan istilah smart suggestion, di mana Assistant dapat memberikan sederet anjuran pertanyaan atau respon yang sesuai dengan konteks instruksi pertama dari pengguna. Semisal Anda menanyakan kondisi cuaca, yang akan ditampilkan pastinya adalah informasi cuaca pada saat itu, akan tetapi pengguna juga bisa memunculkan deretan opsi untuk melihat informasi cuaca di malam hari, keesokan hari maupun di akhir pekan nanti.

Jawaban dari Google Assistant di smartwatch Wear OS kini juga dapat disampaikan secara lisan. Memang terkesan sepele, akan tetapi mendengarkan respon Google Assistant terkadang bisa terasa lebih masuk akal ketimbang membaca responnya di layar mungil milik perangkat.

Google Assistant Actions Wear OS

Terakhir, Google Assistant di smartwatch Wear OS kini telah mendukung fitur Actions seperti pada perangkat macam Google Home. Sejak fitur Actions diluncurkan beberapa bulan lalu, Google dengan bangga bilang bahwa sudah ada lebih dari satu juta Actions, alias hal yang bisa dilakukan bersama Google Assistant, yang tersedia.

Dukungan atas fitur Actions ini sejatinya krusial apabila kita ingin Google Assistant bisa tersambung dengan layanan maupun perangkat lain, dan sekarang Assistant di smartwatch pun juga sudah kebagian jatah. Bicara soal sambungannya dengan perangkat lain, Google mengungkapkan bahwa sejauh ini sudah ada lebih dari 5.000 perangkat smart home dari beragam kategori yang dapat Assistant ajak berkomunikasi.

Sumber: Google.

Gc Connect, Smartwatch Mewah Bergaya Analog dan Segala Kegunaannya

Memasuki dunia smartwatch, sebuah jam tangan bukan hanya sekedar aksesori pendukung penampilan seseorang. Namun telah menjadi pendamping smartphone untuk memudahkan segala aktivitas penggunanya.

Bila sebelumnya pembuat jam tangan pintar didominasi oleh perusahaan teknologi, kini sudah banyak produsen jam tangan mewah yang ikut membuat jam tangan berbasis Wear OS by Google. Satu diantaranya Gc Watches – brand jam tangan terkemuka asal Swiss.

gc-connect-smartwatch-mewah-bergaya-analog-dan-segala-kegunannya

Gc Watches baru-baru ini telah meluncurkan smartwatch perdana mereka yang berbasis Android Wear 2.0 yakni seri Gc Connect ke pasar Indonesia. Tak seperti kebanyakan smartwatch lain yang tampil simpel dan minimalis, Gc Connect tetap konsisten menyuguhkan desain klasik ala jam tangan analog yang mewah dan glamor.

Uniknya mereka mengeluarkan desain berbeda untuk pria maupun wanita, serta bisa disesuaikan dengan berbagai gaya personal lewat strap dan dial atau tampilan jam.

“Ukuran layarnya sama, namun untuk pria memiliki area bezel yang lebih besar dengan diameter 44mm, sedangkan untuk wanita ialah 41mm. Selain itu, kami menyediakan warna dan material strap yang yang beragam, mulai dari ceramic, silicon, hingga leather. Cara menggantinya juga mudah, tinggal tekan untuk melepaskan strap dan dorong untuk memasang strap.” Ujar Jordy Dharmawan, product expert PT GAP.

Fungsi Smartwatch Sebagai Pendamping Smartphone

gc-connect-smartwatch-mewah-bergaya-analog-dan-segala-kegunannya-8

Terlepas dari sebuah fashion, kegunaan smartwatch ialah untuk menampilkan berbagai notifikasi dari smartphone yang terhubung. Bahkan Anda tak perlu repot-repot membuka smartphone, karena Anda bisa membalasnya langsung dari smartwatch.

Gc Connect menyediakan beberapa metode untuk membalas pesan, baik itu melalui keyboard virtual dengan ukuran super imut, menggunakan suara, gesture, dan handwriting recognition. Kemudian ada Google Assistant, Anda bisa minta tolong apa saja pakai di Indonesia.

Tentu saja, Anda juga akan mendapat benefit fitur kebugaran, memonitor berbagai aktivitas, dan faktor kesehatan yang terintegrasi dengan Google Fit seperti untuk mengetahui sudah seberapa jauh langkah kaki yang dicapai, menghitung kalori yang terbakar lewat aplikasi, dan sebagainya. Bila kurang, Anda bisa mengunduh beragam aplikasi di Play Store.

Spesifikasi dan Harga Gc Connect

gc-connect-smartwatch-mewah-bergaya-analog-dan-segala-kegunannya-1

Mengenai spesifikasinya, smartwatch mewah dengan desain bulat ini berlayar AMOLED resolusi 390×390 piksel (326 ppi). Di dalamnya ada prosesor Qualcomm Snapdragon Wear 2100 dengan RAM 512MB, memori internal 4GB, konektivitas Bluetooth, dan WiFi.

Gc Connect tak dilengkapi LTE dan daya tahannya di klaim mampu bertahan 24 jam, namun untuk penggunaan aktif hanya bisa bertahan sekitar 5-7 jam. Untungnya proses pengisian mudah, dengan magnetik charging via POGO Pin dan hanya butuh kurang dari satu jam sudah penuh.

Sebagai produsen jam tangan mewah, harga yang ditawarkan Gc Connect memang lamayan tinggi. Gc Connect dibanderol dengan harga mulai Rp6 – Rp8 jutaan, tergantung material strap yang dipilih.

Verdict

gc-connect-smartwatch-mewah-bergaya-analog-dan-segala-kegunannya-2

Menurut saya, teknologi pada smartwatch masih jauh dari kata ‘matang’, fitur-fiturnya yang ditawarkan pun sangat terbatas. Hambatan besar lainnya ialah harganya yang masih terbilang masih sangat mahal. Teknologi dan harga belum bertemu, saat ini konsumen belum memiliki asalan yang kuat untuk memiliki smartwatch.

Kecuali bagi Anda yang menganggap bahwa jam tangan mewah merupakan salah satu aksesori penting dan wajib untuk mendukung penampilan. Maka Gc Connect dengan desain premium dan fungsi pintarnya sangat cocok untuk Anda. Meski mungkin Anda akan mengelukan daya tahan baterai smartwach yang cenderung lemah.

Project OpenWatch Bisa Menjadi Cikal Bakal Sistem Operasi Smartwatch Alternatif Terhadap Wear OS

Kecuali Anda Apple, Samsung atau Fitbit, sulit rasanya mengembangkan sistem operasi sendiri demi menandingi Wear OS (Android Wear) besutan Google. Seperti yang kita tahu, ketiga pabrikan besar itu punya OS smartwatch-nya sendiri-sendiri: watchOS (Apple), Tizen (Samsung), dan FitbitOS (Fitbit).

Namun ketika opsi yang tersedia secara luas (Wear OS) menjadi hambatan atas inovasi Anda, upaya untuk mengembangkan sistem operasi sendiri mau tidak mau harus dilakukan. Itulah yang menjadi motivasi bagi pengembang smartwatch Blocks, yang harus berusaha sendiri karena tidak ada OS yang tersedia yang mendukung konsep modular mereka.

Yang patut diapresiasi, Blocks tidak egois. Belum lama ini mereka meluncurkan Project OpenWatch, sebuah proyek open-source yang bertujuan untuk memudahkan developer lain dalam mengembangkan sistem operasi smartwatch-nya sendiri. Basisnya adalah Android Oreo, namun untuk sekarang baru satu jenis chipset yang didukung, yaitu MediaTek MTK6580M yang digunakan oleh Blocks.

Project OpenWatch

Sejauh ini sudah ada dua developer yang cukup tenar yang mengembangkan OS-nya dengan memanfaatkan Project OpenWatch, yakni pengembang CarbonROM dan LineageOS (penerus CyanogenMod). Sayang keduanya belum berani mengumumkan jadwal perilisannya.

Blocks melihat Project OpenWatch sebagai solusi bagi mereka yang tertarik mengembangkan smartwatch kelas budget, spesifiknya yang berharga kurang dari $100. Bagi konsumen, proyek ini berpeluang melahirkan sejumlah sistem operasi baru sebagai alternatif dari Wear OS.

Pertanyaannya, apakah kita benar-benar butuh OS smartwatch baru? Kalau dalam kasus Blocks, kehadiran OS baru sangat masuk akal mengingat konsep modular yang ditawarkan memang tergolong baru. Semoga saja OS baru yang terlahir nantinya bisa mengatasi problem-problem Wear OS, dan bukan sekadar mengandalkan interface baru yang lebih chic atau fancy.

Sumber: Liliputing dan The Verge.

Smartwatch Perdana Hublot Didedikasikan untuk Piala Dunia 2018

Dalam waktu kurang dari tiga tahun, produsen jam tangan asal Swiss, Tag Heuer, sudah melahirkan tiga smartwatch: Tag Heuer Connected, Connected Modular 45 dan Connected Modular 41. Kendati demikian, tidak ada kata terlambat bagi produsen arloji asal Swiss lain untuk menyusul jejak Tag Heuer.

Di event Baselworld 2018, ‘sepupu’ Tag Heuer yang masih di bawah satu konglomerasi LVMH, Hublot, dengan bangga memperkenalkan smartwatch perdananya. Smartwatch debutan ini bukan sembarangan, melainkan yang dirancang secara spesifik untuk ajang Piala Dunia 2018, di mana semua wasit yang berpartisipasi nantinya akan mengenakan jam tangan pintar tersebut.

Hublot Big Bang Referee 2018 FIFA World Cup Russia

Bernama lengkap Hublot Big Bang Referee 2018 FIFA World Cup Russia, desainnya cukup identik dengan seri Hublot Big Bang lainnya. Casing berdiameter 49 mm-nya terbuat dari bahan titanium, demikian pula bezel yang mengitari layarnya. Secara keseluruhan, perangkat tahan air hingga kedalaman 50 meter.

Layarnya sendiri merupakan touchscreen, dengan panel AMOLED berdiameter 35,4 mm, dan resolusi 400 x 400 pixel (287 ppi). Sejauh ini spesifikasinya terdengar mirip seperti Tag Heuer Connected Modular 45, dan ternyata prosesor yang menenagai keduanya pun juga sama, yakni Intel Atom Z34XX.

Melengkapi spesifikasinya adalah sederet sensor, mulai dari accelerometer, gyroscope sampai GPS. Baterainya diperkirakan punya daya tahan sekitar satu hari dalam satu kali charge.

Hublot Big Bang Referee 2018 FIFA World Cup Russia

Big Bang Referee menjalankan sistem operasi Wear OS (nama baru Android Wear yang diumumkan belum lama ini). Hublot tentunya tidak lupa menyematkan sejumlah fitur eksklusif, salah satunya watch face yang menampilkan 32 bendera negara yang berpartisipasi di Piala Dunia 2018.

Lebih lanjut, Big Bang Referee juga akan mengirim notifikasi setiap 15 menit sebelum pertandingan dimulai, serta menyuguhkan informasi seputar distribusi kartu kuning/merah untuk tim yang bersangkutan. Selama pertandingan, pengguna dapat memantau statistik dan berbagai informasi lainnya, serta menerima notifikasi bertuliskan “GOAL” setiap kali sang kulit bundar mengoyak jaring gawang.

Hublot berencana melepas Big Bang Referee ke pasaran mulai tanggal 1 Mei mendatang, dengan banderol sekitar $5.000. Selain mahal, smartwatch ini juga eksklusif; Hublot hanya akan memproduksi sebanyak 2.018 unit di samping yang disiapkan untuk para wasit.

Sumber: SlashGear dan Hublot.

Android Wear Resmi Punya Nama Baru

Dibanding watchOS (sistem operasi yang dijalankan Apple Watch), menurut saya Android Wear punya nama yang lebih catchy. Kita tahu bahwa itu merupakan sebuah sistem operasi berkat label “Android” (dengan fondasi yang memang sama), sedangkan label “Wear” mengindikasikan konteks spesifiknya di ranah wearable.

Kendati demikian, Google merasa Android Wear belum bisa merefleksikan visi mereka. Google juga bilang bahwa nama ini tidak bisa merepresentasikan para konsumennya, sebab tidak semua pengguna smartwatch Android Wear merupakan pengguna perangkat Android – seperti yang kita tahu, Android Wear sebenarnya juga kompatibel dengan iOS.

Pada kenyataannya, di tahun 2017 kemarin setidaknya satu dari tiga pengguna smartwatch Android Wear adalah pengguna iPhone. Data ini diungkap oleh Google sendiri, dan mereka pun menilai harus ada nama baru yang lebih pas untuk Android Wear.

Wear OS by Google

Pilihannya jatuh pada “Wear OS”, diikuti oleh embel-embel “by Google”. Nama baru ini diumumkan menjelang event Baselworld, di mana kemungkinan besar kita bakal melihat beberapa smartwatch baru yang menjalankan sistem operasi besutan Google tersebut.

Selain namanya, logonya juga berubah, tapi sayangnya sejauh ini Google hanya mau berbagi soal itu saja. Kemungkinan Google bakal membahas lebih detail mengenai versi baru Wear OS pada ajang Google I/O di bulan Mei mendatang. Selagi menunggu, sebaiknya kita membiasakan diri dulu dengan nama barunya yang jadi kurang catchy itu.

Sumber: Google.

Skagen dan Kate Spade Luncurkan Smartwatch Android Wear Perdananya

Skagen meluncurkan smartwatch pertamanya di pertengahan tahun 2016 lalu, akan tetapi perangkat tersebut sejatinya tak lebih dari jam tangan analog yang dibubuhi fitur activity tracking. Tahun ini, produsen arloji asal Denmark yang merupakan anak perusahaan Fossil Group itu sudah siap dengan smartwatch digital perdananya.

Dinamai Skagen Falster, desainnya tampak minimalis sekaligus atraktif, seperti yang sudah menjadi ciri khas produk-produk Skagen selama ini. Meski sepintas terkesan unisex, diameter 42 mm membuatnya lebih ideal di tangan yang besar, sehingga mungkin kaum hawa bakal kurang tertarik dengannya.

Nuansa minimalis terus dibawa sampai ke ranah software. Falster menjalankan sistem operasi Android Wear 2.0, akan tetapi layar sentuh bulatnya juga siap menampilkan sejumlah watch face eksklusif yang tampak bersih sekaligus elegan. Skagen juga bilang bahwa tampilan serba hitam ini bisa membantu menghemat konsumsi baterai, mengindikasikan bahwa layarnya mengemas panel OLED.

Skagen Falster

Performanya ditopang oleh chipset Qualcomm Snapdragon Wear 2100. Sayang fungsi fitness tracking-nya juga terbilang minim, mengingat perangkat sama sekali tak dibekali sensor laju jantung maupun GPS. NFC pun turut absen, yang berarti perangkat tak bisa dimanfaatkan sebagai metode pembayaran elektronik.

Skagen Falster bakal tersedia dalam empat varian desain; dua dengan strap bergaya mesh, dan dua lagi dengan strap berbahan kulit. Harganya dipatok $275 – $295.

Kate Spade Scallop Touchscreen

Kate Spade Scallop Touchscreen

Selain Skagen, brand lain yang juga menyingkap smartwatch digital perdananya adalah Kate Spade, yang sebenarnya juga masih merupakan bagian dari Fossil Group tapi dengan sistem lisensi. Dijuluki Kate Spade Scallop Touchscreen, smartwatch yang satu ini benar-benar menonjolkan aura feminim dan ditargetkan untuk kalangan perempuan.

Namanya sendiri diambil dari motif pada bezel yang mengitari layar sentuh 1,19 incinya. Strap-nya hanya selebar 16 mm, sekali lagi menegaskan kaum hawa sebagai target pasarnya. Sama seperti Skagen Falster di atas, smartwatch ini juga dibekali OS Android Wear 2.0 dan sejumlah watch face eksklusif.

Yang agak unik, watch face ini bisa pengguna kustomisasi sendiri. Caranya juga tidak umum: ketimbang memilih bentuk dan warna dial, angka dan elemen lainnya sendiri, pengguna akan diberi pertanyaan seputar pakaiannya maupun warna-warna dominan pada perhiasaannya, baru setelahnya aplikasi akan meracikkan watch face yang sesuai.

Kate Spade berencana memasarkannya mulai awal Februari nanti. Varian dengan strap kulit dihargai $295, sedangkan varian dengan strap logam dibanderol $325.

Sumber: 1, 2, 3, 4.

Google Singkap Daftar Smartwatch yang Kebagian Jatah Update Oreo

Sejak resmi meluncur pada bulan Agustus lalu, Android Oreo perlahan mulai tersedia di banyak smartphone, mulai dari HTC U11 sampai Huawei Nova 2S, sedangkan Nokia dan Motorola masing-masing juga sudah membeberkan daftar ponsel besutannya yang bakal kebagian update Oreo.

Namun selain di smartphone, Oreo rupanya juga bakal mendapat tempat di smartwatch. Tentu saja yang saya maksud adalah smartwatch Android Wear, dan baru-baru ini Google telah mengungkap daftar perangkat yang akan menerima update Android Oreo tersebut.

Sejauh ini update Android Wear Oreo (8.0) sudah tersedia pada smartwatch berikut:

  • Fossil Q Venture
  • LG Watch Sport
  • Louis Vuitton Tambour
  • Michael Kors Sofie
  • Montblanc Summit
  • Hugo Boss Touch
  • Movado Connect
  • Tommy Hilfiger 24/7 You
  • Guess Connect

Sisanya bakal menyusul, tapi belum bisa dipastikan kapan karena harus mengikuti waktu yang ditentukan oleh masing-masing pabrikan. Berikut daftar lengkapnya:

  • Casio WSD-F20
  • Casio WSD-F10
  • Diesel Full Guard
  • Emporio Armani Connected
  • Fossil Q Control, Q Explorist, Q Founder 2.0, Q Marshal dan Q Wander
  • Huawei Watch 2
  • LG Watch Style
  • Michael Kors Access Bradshaw, Access Dylan dan Access Grayson
  • Misfit Vapor
  • Mobvoi Ticwatch S & E
  • Nixon Mission
  • Polar M600
  • Tag Heuer Connected Modular 45
  • ZTE Quartz

Update Android Wear Oreo (8.0)

Tidak seperti Android Wear 2.0 yang berbasiskan Nougat, Android Wear Oreo sebenarnya tidak membawa pembaruan yang teramat signifikan meskipun versinya lompat jauh (enam angka). Fitur barunya mencakup opsi untuk mengatur intensitas getaran saat menerima notifikasi, opsi Touch Lock agar layar hanya bisa dinyalakan dengan tombol power dan optimalisasi konsumsi baterai.

Pengguna smartwatch yang tidak kebagian jatah, seperti Asus ZenWatch 3, LG Watch R, Huawei Watch generasi pertama dan Moto 360/Sport generasi kedua, pastinya bakal merasa sedikit kecewa. Kendati demikian, setidaknya mereka tidak melewatkan terlalu banyak hal baru.

Sumber: Engadget.

Update Android Wear Versi 2.6 Hadirkan Sederet Fitur Baru yang Sangat Bermanfaat

Lini smartphone Google Pixel sudah melalui dua generasi, namun hingga kini Google masih belum mempunyai smartwatch-nya sendiri. Apakah ini berarti ketertarikan mereka terhadap ranah smartwatch sudah mulai menurun? Bisa jadi, tapi hal itu tetap tidak menghentikan mereka memperbarui platform Android Wear.

Update terbarunya, versi 2.6, membawa sejumlah fitur yang cukup menarik. Sepintas fitur-fitur ini mungkin terdengar sepele, akan tetapi manfaatnya tergolong cukup signifikan dalam aktivitas pengguna sehari-hari.

Yang pertama terkait notifikasi, di mana ukuran teks yang ditampilkan bakal beradaptasi dengan panjang-pendeknya pesan yang diterima. Kalau pesannya panjang, maka teksnya akan ditampilkan lebih kecil, demikian pula sebaliknya. Menurut Google, perubahan ini setidaknya bisa memunculkan satu baris teks ekstra, yang dampaknya cukup besar di layar semungil milik jam tangan.

Android Wear 2.6

Android Wear 2.6 juga mempermudah pengguna untuk membuka aplikasi terakhir yang digunakan lewat sebuah shortcut pada watch face. Cara kerjanya kurang lebih mirip seperti yang ditawarkan Apple Watch.

Panel Quick Settings, yang dapat dimunculkan dengan mengusap layar ke bawah, kini mengemas indikator konektivitas seluler, Wi-Fi sekaligus Bluetooth. Di samping itu, sebuah indikator baru juga akan muncul ketika pengguna sedang mengunduh aplikasi.

Versi baru ini turut menyempurnakan cara kerja gesture swipe ke samping dan long press. Tujuannya untuk mencegah penutupan notifikasi yang dilakukan tanpa sengaja. Sekali lagi semuanya terkesan sepele, tapi dimaksudkan demi pengalaman menggunakan yang lebih baik.

Untuk meng-update, pengguna tinggal memperbarui aplikasi Android Wear dari Google Play Store.

Sumber: PhoneArena.

Fossil Luncurkan Smartwatch Android Wear Berpenampilan Sporty

Fossil Group adalah salah satu pabrikan smartwatch yang paling produktif. Usai merilis sederet smartwatch digital dan analog berpenampilan elegan dalam dua tahun terakhir, Fossil kini memperkenalkan smartwatch berpenampilan sporty pertamanya, yaitu Q Control.

Desainnya tergolong minimalis, dan sepintas mengingatkan saya akan Misfit Vapor, yang baru saja mulai dipasarkan akhir Oktober lalu. Pada kenyataannya, cukup banyak kemiripan antara Fossil Q Control dan Misfit Vapor, mulai dari fitur sampai sistem operasi Android Wear 2.0 yang dijalankannya.

Fossil Q Control

Hal ini wajar mengingat Fossil sendiri telah mengakuisisi Misfit sejak dua tahun silam. Q Control mengemas case berdiameter 45 mm, dengan ketebalan 14 mm dan strap 20 mm berbahan silikon yang mudah digonta-ganti. Menurut Fossil, desainnya banyak terinspirasi oleh pakaian olahraga dari era 90-an.

Layar sentuhnya dikitari oleh bezel yang juga dilengkapi panel sentuh, sehingga pengguna dapat mengoperasikannya tanpa harus menutupi layar dengan jarinya, sama seperti di Misfit Vapor. Kemiripannya pun terus berlanjut sampai ke sensor laju jantung dan GPS terintegrasi.

Fossil Q Control

Spesifikasinya sendiri meliputi chipset Qualcomm Snapdragon Wear 2100, kapasitas penyimpanan 4 GB dan baterai yang diperkirakan bisa bertahan selama 24 jam penggunaan. Secara keseluruhan, bodi Q Control tahan air sampai kedalaman 50 meter.

Semua fitur Android Wear 2.0 tersedia di sini, termasuk halnya integrasi Google Assistant. Konsumen pada dasarnya bakal mendapat pengalaman yang sama seperti Misfit Vapor, hanya saja dengan sejumlah watch face unik yang Fossil racik khusus untuk Q Control. Perangkat ini sekarang sudah dipasarkan seharga $275.

Sumber: Wareable dan Fossil.

4 Bulan Setelah Dirilis, Verizon Hentikan Produksi Smartwatch Wear24

Bulan Februari 2017 adalah momen penting bagi Verizon. Melihat kesuksesan para raksasa teknologi di ranah wearable, perusahaan telekomunikasi Amerika itu tergoda untuk turut berkecimpung di bidang penyediaan smartwatch. Akhirnya, Wear24 resmi diperkenalkan sebagai perangkat Android Wear 2.0 pertama mereka, dijual secara eksklusif di gerai retail Verizon.

Namun impian Verizon untuk menyaingi produk-produk populer seperti Apple Watch dan Galaxy Gear S tak akan jadi kenyataan. Hanya empat bulan setelah diluncurkan (atau tujuh bulan sejak diperkenalkan), Verizon memutuskan untuk menghentikan produksi smartwatch-nya. Kabar tersebut pertama kali dilaporkan oleh Android Police berdasarkan jawaban singkat Verizon terkait lenyapnya page Wear24 dari website mereka, dan sudah dikonfirmasi secara terpisah oleh The Verge.

Tidak ada lagi informasi terkait produk di laman Wear24. Jika mencoba mengunjunginya sekarang, Anda akan dialihkan ke support page. Yang menariknya ialah, sejauh ini Verizon belum mengumumkan penyetopan produksi Wear24 secara formal. Sang produsen juga belum menjelaskan alasan mereka melakukannya, tapi ada kemungkinan langkah tersebut berkaitan dengan respons konsumen yang kurang antusias.

Verizon Wear24 merupakan smartwatch berpanel bundar, memiliki layar AMOLED 1,4-inci 290ppi, dicantumkan pada tubuh berdiameter 42mm dengan tebal 13,5mm. Serifikasi IP67 memastikan smartwatch ini siap mendukung gaya hidup aktif (anti-air hingga kedalaman 1m selama setengah jam), lalu Wear24 turut dilengkapi RAM sebesar 768MB dan baterai 450mAh yang bisa diisi ulang via metode wireless charging.

Seperti perangkat Android Wear 2.0 lain, Wear24 dibekali Complications (miniatur widget dan shortcut app) serta mempersilakan Anda mengustomsasi watch face. Device juga mendukung Google Fit, terintegrasi ke GPS built-in di dalam, memungkinkan smartphone menghitung jumlah langkah, jarak yang ditempuh, serta pembakaran kalori saat berolahraga. Sayangnya, untuk sebuah produk seharga US$ 300 (plus kontrak selama dua tahun, atau full price di US$ 350), Wear24 belum mempunyai sensor detak jantung.

Absennya sensor detak jantung, ditambah desain yang kurang menarik, wristband berkualitas rendah serta buruknya mutu speaker membuatnya medapatkan kritik dari pengguna dan media. Selain itu, Wear24 mendorong user untuk menggunakan app Verizon Messaging, namun problemnya, kata-kata yang dituliskan di sana secara otomatis diubah jadi tautan ke iklan. Tidak heran jika masalah-masalah ini membuat penjualan jadi lesu.