Kian Populer, Pengguna Aktif WhatsApp Sentuh 800 Juta Setiap Bulannya

Baru-baru ini CEO WhatsApp, Jan Koum, mem-posting pada pada halaman Facebook miliknya, yang mengklaim bahwa aplikasi WhatsApp telah mencapai 800 juta pengguna aktif setiap bulannya. Dengan demikian, maka pengguna aplikasi tersebut telah mengalami kenaikan sebanyak 33% sejak bulan Agustus 2014 lalu.

Continue reading Kian Populer, Pengguna Aktif WhatsApp Sentuh 800 Juta Setiap Bulannya

Garap Pelaku Bisnis Lokal, Line@ Fokus ke Toko Online, Restoran dan Komunitas

Hanya dalam hitungan hari setelah mengawali debut perdana di pasar global, aplikasi pesan untuk pedagang, Lineat (LINE@) akhirnya menyambangi tanah air. Sasaran pengguna LINE@ sudah sangat jelas, yakni para pelaku bisnis kecil dan menengah yang ingin beralih ke cara digital dalam memasarkan produk atau jasa.

Continue reading Garap Pelaku Bisnis Lokal, Line@ Fokus ke Toko Online, Restoran dan Komunitas

Pengguna Aplikasi Messaging Populer di Indonesia Gemar Berbelanja Online

GlobalWebIndex (GWI) kembali mengeluarkan riset terbarunya mengenai penggunaan aplikasi mobile messaging. Penelitian tersebut mengungkap bahwa telah terjadi peningkatan pengguna aplikasi messaging di Indonesia hingga 45 persen sejak tahun 2013 hingga tahun 2014. Data yang paling menarik bagi para pelaku e-commerce adalah lebih dari 50 persen pengguna tiga besar aplikasi messaging di Indonesia ternyata aktif berbelanja online.

Peningkatan pesat pengguna aplikasi messaging ini disebabkan perubahan pola komunikasi publik secara online. Media sosial masih tetap primadona, tetapi belakangan orang lebih sering menjadi pengguna pasif, dalam artian mereka tetap membuka media sosial tetapi sudah tidak terlalu sering lagi menggunakannya sebagai alat komunikasi, misalnya ngobrol di wall Facebook, berbalas Twitter, dan lain-lain. Komunikasi mulai berpindah ke aplikasimessaging yang sifatnya lebih pribadi.

Menurut hasil penelitian GWI, ada tiga alasan utama mengapa layanan pesan instan berbasis mobile menjadi begitu populer. Pertama menurut 45 persen responden, layanan ini bebas biaya. Di urutan kedua, layanan pesan lebih cepat ketimbang SMS untuk berkomunikasi dengan orang-orang terdekat mereka. Terakhir, layanan ini banyak digunakan kawan-kawan mereka.

“Aplikasi pesan mobile telah menjadi tingkat pertumbuhan yang utama di kalangan generasi muda, karena orang yang menggunakan social networkinglebih pasif menjadikan layanan pesan sebagai cara cepat berkomunikasi,” ujar Head of Trends di GlobalWebIndex Jason Mander.

Data GWI mengatakan bahwa 86 persen pengguna Internet di Indonesia memiliki smartphone. Uniknya 46 persen, atau hampir setengah dari mereka, mengaku merasa lebih nyaman tidak membawa dompet ketimbang tidak membawa ponsel.

Banyak hal yang bisa dilakukan individu di ponselnya, sebagian besar untuk berkomunikasi dengan orang terdekat dan di dunia luar. Meski masih mengaku tetap mengunjungi akun media sosial miliknya, seperti Facebook, Twitter, Google+, Instagram, dan YouTube, kebanyakan dari mereka hanya berperan sebagai pengguna pasif. Tidak mem-posting sesuatu, berkomentar, ataupun melakukan percakapan melalui media sosial yang mereka miliki.

Saat ini orang lebih memilih untuk aktif di layanan pesan mobile. GWI juga mengeluarkan data bahwa pada Q3 2014, sebanyak 78 persen pengguna Internet berselancar melalui perangkat ponsel mereka.

Di Indonesia sendiri, Whatsapp masih menjadi yang paling populer dengan meraup 34 persen dari total pengguna, disusul Facebook Messenger sebanyak 28 persen, WeChat 18 persen, Skype 18 persen, dan Line 16 persen. Menariknya BlackBerry Messenger (BBM) yang dulu populer malah tidak lagi masuk di dalam daftar.

GWI data 3

WeChat adalah aplikasi dengan pertumbuhan pengguna terbesar sepanjang 2013-2014 denngan capaian 895 persen, dikuti WhatsApp 113 persen dan Facebook Messenger sebanyak 112 persen.

WeChat menjadi layanan paling populer dan paling banyak digunakan oleh anak muda usia 16 hingga 24, sedangkan Facebook Messenger paling banyak digunakan dewasa muda usia 25 hingga 34 tahun. WhatsApp sendiri digunakan oleh mayoritas pengguna di rentang usia 35 hingga 44 tahun.

GWI Data 2

Nah, riset ini juga mengukur tingkat keaktifan para pengguna aplikasi messaging untuk melakukan belanja online. Hasilnya, pengguna WeChat adalah yang paling tinggi dan data mengatakan 62 persen pengguna WeChat gemar berbelanja online.

Di posisi dua ada Facebook Messenger yang sekitar 60 persennya mengaku berbelanja online. Di tempat ketiga ada WhatsApp, yang 55% penggunanya adalah pembelanja online.

GWI Data 1

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Hesti Pratiwi. Ada perubahan judul dari artikel asli tanpa mengubah maksud dan diti tulisan. 

Jongla Tantang Hegemoni Layanan Messaging Populer di Indonesia

Platform messaging asal Finlandia Jongla memasuki pasar Indonesia dengan menggandeng XL Axiata (XL) sebagai partner eksklusif. Jongla berharap usahanya ini bisa mendongkrak penggunaan layanan ini menjadi aplikasi tiga besar di segmen messaging di Indonesia per akhir tahun 2015. Saat ini pasar messaging di Indonesia dikuasai oleh BlackBerry Messenger, WhatsApp, dan Line.

Dalam konferensi pers yang diadakan hari ini, kerja sama eksklusif dengan XL akan berlangsung selama satu tahun. XL memberikan dua skema khusus bagi pengguna Jongla. Skema pertama adalah paket data khusus untuk mengakses Jongla. Tersedia paket berlangganan harian (Rp 1000), mingguan (Rp 5000), dan bulanan (Rp 20 ribu) untuk menggunakan Jongla sepuasnya dengan kuota 50 MB per harinya.

Skema berikutnya adalah kemampuan carrier billing untuk in-app purchase di dalam aplikasi, yang baru diterapkan untuk pengguna platform Android. Cara ini memudahkan konsumen Jongla untuk membeli set stiker menggunakan pulsa yang dimilikinya.

CEO Jongla Riku Salminen dalam rilis persnya mengatakan, “Ini adalah langkah besar bagi kami untuk masuk ke pasar Indonesia, pasar yang pengguna Internet-nya tengah berkembang pesar di Asia Tenggara. Kemitraan strategis dengan XL akan mempercepat dan memperbesar proses itu dan menawarkan kesempatan bagi masyarakat Indonesia untuk mengambil keuntungan dari Jongla, layanan pesan instan tak berbayar. Data dan pesan berjalan beriringan, sehingga kemitraaan ini menjadi lengkap dan sempurna.”

Jongla sendiri sudah tersedia secara multiplatform untuk iOS, Android, Windows Phone, dan Firefox OS. Mengutamakan unsur keamanan, Jongla menggunakan teknologi enkripsi TLS yang diklaim setingkat dengan level keamanan sistem perbankan.  Secara umum fungsi dan fiturnya tidak jauh berbeda dengan layanan messaging yang lain. Yang menjadi unggulan adalah set stiker yang interaktif, dengan animasi gerak dan kemampuan suara.

Beberapa hari yang lalu Jongla memperoleh pendanaan €3,4 juta dari sejumlah investor Finlandia untuk memastikan ekspansinya di pasar Asia yang potensial.

Jongla memang belum setenar nama besar lain di segmen ini, meskipun sudah hampir berusia dua tahun. Menolak untuk mengungkapkan berapa jumlah pengguna aktifnya saat ini, petinggi Jongla mengungkapkan 60% penggunanya berada di Asia, dengan jumlah pengguna terbesar berdomisili di Thailand. Yang menarik, meskipun berbasis di Helsinki Direktur Pengembangan Usahanya adalah Henry Pohan Simangunsong yang berkebangsaan Indonesia.

Model bisnis yang ditawarkan oleh Jongla adalah skema in-app purchasepembelian stiker yang diklaim cocok dengan kultur orang Asia. Ke depannya nampaknya Jongla akan mengikuti langkah Line untuk memperluas pasar pembuatan stikernya, termasuk bekerja sama dengan desainer lokal.

Dengan kerja sama ini, Jongla berniat untuk membuka kantornya di Jakarta. Sebelumnya Jongla telah memiliki kantor di Singapura yang melayani kawasan Asia Pasifik.

Senior GM Digital Entertainment XL Revie Sylviana menyebutkan, “Jongla dikenal sebagai layanan pesan yang handal dan cepat yang memungkinkan penggunanya dapat tetap berhubungan dengan orang-orang yang mereka sayangi. Kami terkesan dengan cakupan Jongla yang lintas platform, desain yang menarik, fitur yang berbeda dengan layanan pesan instan lainnya dan pengalaman pengguna yang teroptimalisasi, membuat layanan pesan instan Jongla benar-benar unik. Ini adalah pasangan sempurna bagi XL dan kami berharap ke depannya kerja sama ini akan berkembang.”

Artikel ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Amir Karimuddin. 

RightHere Messenger Tawarkan Layanan Pesan Instan Untuk Komunitas

Dominasi aplikasi pesan instan asal luar negeri nampaknya tidak membuat pengembang lokal pasrah tanpa perlawanan. Setelah sebelumnya hadir LINE dari Jepang, KakaoTalk dari Korea, WeChat dari Tiongkok, dan WhatsApp dari AS, kini hadir RightHere Messenger besutan tim Right Here Media yang berusaha menjembatani brand dan pelanggan.

RightHere Messenger mungkin bukan aplikasi pesan instan pertama buatan lokal. Sebelumnya telah ada beberapa pendahulunya, termasuk Stealth Messenger yang merilis aplikasi mereka di platform Android. Persis seperti Stealth Messenger dan Telegram, RightHere Messenger mengklaim memiliki tingkat keamanan yang lebih baik ketimbang kompetitor lainnya.

Yang unik dari RightHere Messenger adalah menjembatani brand dan pelanggan. Aplikasi ini juga mewadahi berbagai macam komunitas memanfaatkan fitur-fiturnya

Seperti biasa, sebelum menggunakan aplikasi ini pengguna diwajibkan mendaftarkan nomor ponsel untuk verifikasi. Perlu diberi catatan, petunjuk aplikasi yang mengharuskan pengguna untuk tidak memasukkan nomor negara (Indonesia +62) ternyata salah. Saya tetap harus memasukkan angka “0” di depan kemudian dilanjutkan oleh keseluruhan nomor ponsel. Setelah itu masukkan kode verifikasi yang telah dikirim via SMS.

Fitur sosial di aplikasi pesan instan ini memungkinkan sebuah brand meningkatkan tingkat engagement mereka ke pada para pelanggan dengan lebih baik. Berbeda dengan grup chat, RightHere Messenger memiliki channel yang memungkinkan di-subscribe oleh para pelanggannya. Penawaran khusus tentunya dijanjikan bagi mereka yang mengikuti brand tersebut. Mungkin ini menjadi opsi yang baik ketimbang mendapatkan pesan personal berisi promo yang kerap dianggap mengganggu. Sepintas yang ditawarkan mirip dengan yang sudah dihadirkan oleh LINE dan KakaoTalk melalui akun Official Accounts dan Plus Friend.

Setiap pengguna juga dapat membuat sebuah channel. Komunikasi di dalam suatu channel tersebut dapat dimoderasi oleh pembuat channel atau orang-orang tertentu (moderator) yang dipilih oleh pembuat channel. Skema tersebut diberlakukan demi menghindari obrolan yang tidak diinginkan. RightHere Messenger juga bisa memberlakukan channel layaknya group chat di aplikasi pesan instan lainnya.

Sejauh ini, kemudahan kustomisasi yang ditawarkan oleh RightHere Messenger hanya seputar pada wallpaper dan theme saja. Sayangnya, pergantian wallpaper bukanlah suatu fitur yang inovatif. Nyaris semua kompetitor RightHere Messenger telah memiliki opsi tersebut. Untuk theme, RightHere Messenger hanya memiliki dua tema yaitu hitam dan putih.

Saat ini RightHere Messenger telah hadir di platform Android dan iOS.

[Ilustrasi foto: Shutterstock]

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Michael Erlangga. 

Stealth Messenger Ingin Jadi Telegram-nya Kaum Profesional di Indonesia

Meskipun banyak layanan messaging global, seperti BlackBerry Messenger, WhatsApp, atau Line, yang menikmati kepopuleran di Indonesia, bisa dibilang tidak ada platform messaging lokal yang menikmati kesuksesan serupa. Stealth Messenger hadir berupaya menawarkan kenyamanan berkirim pesan yang didukung oleh teknologi keamanan yang tinggi. Beberapa fiturnya mengingatkan kita akan Telegram.

Dibangun oleh Rockliffe Systems yang telah berpengalaman berkecimpung di dunia teknologi email dan messaging, Stealth memberikan pengalaman private secure messenger yang bakal menyulitkan siapapun untuk mengakses percakapan tanpa izin. Stealth dilengkapi dengan fungsi password dan tidak menyimpan pembicaraan di server manapun karena data dienkripsi dan disimpan di perangkat. Menurut situsnya, Stealth mengenkripsi dengan teknologi enkripsi AES/EAX dan menggunakan fungsi derivatif password PBKDF.

Jika kita berusaha membukanya tanpa “kunci” yang tepat, yang terlihat hanyalah deretan kata-kata tak bermakna. Stealth juga memudahkan kita untuk “menghapus” suatu percakapan setelah durasi tertentu menggunakan fitur “burnt”. Saat ini aplikasi tersebut telah tersedia untuk platform Android dan menyusul berikutnya untuk platform iOS.

CEO Rockliffe Systems Indonesia Igusti Manik Sugiyani dalam perbincangannya dengan DailySocial menginginkan Stealth bisa dinikmati masyarakat luas sebagai sumbangsih Indonesia bagi perkembangan teknologi komunikasi. Jika Jepang punya Line, Korea Selatan berbangga dengan Kakao Talk, dan Tiongkok mendukung penggunaan WeChat, siapa tahu Stealth bisa jadi kebanggaan Indonesia. Stealth dibangun oleh tim pengembang yang berbasis di Amerika Serikat dan Indonesia.

Tentu saja Stealth tidak dihadirkan untuk menggantikan platform komunikasi populer tersebut. Stealth cukup digunakan saat penggunanya butuh berkomunikasi secara aman. Manik berharap fitur-fitur keamanan ini bisa menarik perhatian konsumen untuk menggunakannya, terutama jika membicarakan tentang data sensitif.

Meskipun perbandingannya tidak apple-to-apple, Stealth bisa diibaratkan seperti Telegram, yang makin populer sebagai platform messaging alternatif, tapi dengan fitur keamanan paripurna. Baik Telegram maupun Stealth fokus di urusan keamanan dan mampu menghapus suatu berkas yang dibagikan setelah durasi tertentu. Stealth menawarkan fitur keamanan yang lebih luas ketimbang Telegram. Target pasar utama Stealth sendiri adalah kaum profesional secara perorangan, bukan terkait suatu sistem korporasi.

Secara teknologi, menurut saya Stealth cukup mumpuni untuk membantu seorang pengguna menyimpan berbagai data, baik percakapan maupun berkas, secara aman dan bebas gangguan privasi. Yang jadi permasalahan memang apakah orang Indonesia menyukai dan memerlukan fitur seperti ini, apalagi kecenderungannya orang Indonesia kurang peduli dengan privasi. Test case secara langsung bakal menentukan penerimaan Stealth di masyarakat, apakah memang Stealth menawarkan sesuatu yang benar-benar dicari oleh konsumen Indonesia.

[Ilustrasi foto: Shutterstock]

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Amir Karimuddin. 

Google Siapkan Aplikasi Messenger Pesaing WhatsApp?

WhatsApp adalah aplikasi messaging yang populer, terlebih ketika aplikasi messaging yang dibuat oleh Jan Koum dan Bryan Acton ini resmi diakuisisi oleh Facebook pada bulan Februari 2014 lalu, hal ini membuktikan bahwa pengguna pesan instan memiliki potensi besar untuk menjadi mesin uang bagi Facebook.
Continue reading Google Siapkan Aplikasi Messenger Pesaing WhatsApp?

Berbagi Pesan Sambil Nikmati Streaming dengan Aplikasi Smiles Messenger

Geliat aplikasi mobile messaging buatan lokal terus bergulir. Walau saat ini kondisi pasar Indonesia tengah didominasi oleh banyak aplikasi yang berasal dari pemain global, rupanya tak menyurutkan semangat para pengembang lokal untuk mengembangkan aplikasi messenger yang tak hanya menawarkan fungsi berkirim pesan singkat, namun juga sarat dengan fungsi interaktif lainnya.

Kami menemukan salah satu aplikasi messenger yang “mungkin” baru hadir bernama Smiles Messenger. Jika pada beberapa waktu lalu kami sempat membahas Atme yang mengandalkan fitur-fitur komunikasi konvensional untuk menggoda minat pasar, Smiles Messenger punya cara yang unik, yaitu dengan menawarkan fitur streaming.

Secara umum, dari fungsi messaging, Smiles Messenger bisa dikatakan hanya “melanjutkan” saja apa yang telah dilakukan oleh aplikasi semacam Line, KakaoTalk, WeChat, dan bahkan dari beberapa aplikasi lokal yang telah mengadaptasi fitur serupa. Tak ada hal baru yang ditawarkan dari fitur chat, fitur seperti kirim stiker, group chatrooms, dan sebagainya menjadi hal yang mungkin bagi sebagian pengguna bukan menjadi hal yang menarik lagi, di samping fitur-fitur tersebut sudah sangat lekat pada aplikasi yang telah disebutkan tadi. Walau begitu, Smiles Messenger mungkin bisa menggoda minat pasar lewat fungsi streaming-nya.

Entah apa alasan dari Digital Buana sebagai pengembangnya dalam menyematkan fungsi yang bisa dibilang kurang relevan sebagai sebuah aplikasi messenger, namun setidaknya fungsi ini masih cukup menarik untuk disimak. Fitur streaming-nya hadir dalam aplikasi yang terpisah dari aplikasi messaging, walau bisa diakses melalui aplikasi messenger, namun pengguna sebelumnya diharuskan untuk mengunduh aplikasi terpisahnya yang bernama Smiles Multimedia.

Dalam aplikasi ini tersedia beberapa pilihan konten video streaming menarik yang menampilkan berbagai channel mulai dari stasiun tv lokal seperti Antv, TV One, hingga Kompas TV, sampai terdapat pula pilihan video on demand dan live event streaming. Tak hanya itu saja, Smiles Multimedia juga menyediakan paket streaming yang menawarkan ragam konten video mulai dari video musik, hinggachannel animasi kartun.

Paket streaming yang dimaksud merupakan layanan berbayar yang mematok harga mulai dari Rp 5.000 hingga Rp 36.000, bisa diasumsikan layanan ini merupakan salah satu model bisnis yang dijalankan Smiles. Dalam halaman unduh di Google Play Store juga disebutkan, Smiles Messenger akan memiliki Smiles Store yang bakal menjual beberapa item in-app purchase seperti wallpaper, dan berbagai downloadable content lainnya, sayang belum ada keterangan lebih lanjut mengenai fitur ini kapan akan dihadirkan.

Dengan memasang strategi konten yang “kurang umum” bagi sebuah aplikasimessenger, peluang Smiles Messenger mungkin akan lebih cerah pada Smiles Multimedia yang mengandalkan fungsi streaming tadi. Jika dilihat dalam profilnya di Google Play Store, Digital Buana sendiri terlihat lebih berpengalaman dalam menyediakan aplikasi streaming pihak ketiga dari beberapa stasiun tv lokal. Saat ini sudah ada empat produk aplikasi khusus streaming yang sudah bisa diunduh.

Smiles Messenger sepertinya cukup serius untuk bisa hadir di tengah persaingan pasar Indonesia yang kian dinamis. Saat ini aplikasinya telah tersedia di platform Android dan iOS, selain itu menurut keterangan yang disampaikan dalam website resminya, Smiles Messenger juga bakal dihadirkan di berbagai platform lain seperti BlackBerry, Windows Phone, dan bahkan Symbian. Kita nantikan saja perkembangan kedepannya, apakah Smiles Messenger akan sukses menggoda pasar, atau malah mungkin akan tenggelam sebelum bisa muncul ke permukaan.

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Avi Tejo Bhaskoro. Ada perubahan judul dari artikel asli tanpa mengubah makna dan maksud tulisan. 

Bolt, Aplikasi Pesan Foto dan Video dari Instagram Resmi Dirilis Untuk Wilayah Tertentu

Bolt, itu adalah nama dari aplikasi buatan tim yang juga mengembangkan Instagram. Aplikasi ini pada dasarnya adalah aplikasi berbagi pesan lewat foto dan video.

Continue reading Bolt, Aplikasi Pesan Foto dan Video dari Instagram Resmi Dirilis Untuk Wilayah Tertentu

Update Terbaru LINE Mungkinkan Pesan Terhapus Secara Otomatis

Tak ingin kasus kebobolan data terulang kedua kali LINE akhirnya menggulirkan update terbaru yang memungkinkan aplikasi untuk ‘menyembunyikan’ percakapan. Fitur ini dapat diperoleh di aplikasi terbaru LINE baik versi iOS maupun Android.

Continue reading Update Terbaru LINE Mungkinkan Pesan Terhapus Secara Otomatis