Setelah Doku, Halodoc Terus Perluas Kemitraan Dompet Digital

Startup teknologi kesehatan Halodoc terus menambah kemitraan untuk pengembangan dompet digital. Setelah menggandeng Doku, Halodoc segera menggandeng Go-Pay yang diusung Go-Jek.

Kepada DailySocial, CEO Halodoc Jonathan Sudharta mengungkapkan, kerja sama dalam hal pilihan pembayaran dengan Doku ini, sebelumnya sudah masuk dalam rencana Halodoc dan hanya masalah waktu yang tepat saja diumumkannya.

Pengguna Halodoc yang ingin melakukan pembayaran melalui Halodoc Wallet, selain menggunakan ATM Bersama, kartu kredit, dan internet banking, bisa memanfaatkan fasilitas top up menggunakan akun Doku.

Tentang rencana Halodoc menggandeng Go-Pay untuk pilihan pembayaran, Jonathan menyebutkan kemitraan tersebut tinggal menunggu waktu yang tepat.

“Saat ini kami dari Halodoc lagi tunggu waktu saja. Soal Go-Pay hanya karena ada masalah teknis saja,” kata Jonathan.

Go-Jek adalah salah satu investor Halodoc. Kemitraan ini diperluas dengan ketersediaan menu Go-Med di antarmuka Go-Jek yang akan mendorong konsumen untuk mengunduh aplikasi Halodoc.

Halodoc Hemat Store

Saat ini Halodoc tengah gencar mempromosikan Halodoc Hemat Store. Melalui program ini, pengguna bisa mendapatkan obat umum dengan harga khusus. Seperti biasa, pengantaran obat dilakukan secara gratis melalui mitra pengemudi Go-Jek.

“Program Halodoc Hemat Store, membuat harga obat di Halodoc mungkin yang paling terjangkau saat ini,” kata Jonathan.

Kemitraan dengan rumah sakit dan perusahaan asuransi juga menjadi prioritas Halodoc dan diharapkan dalam waktu dekat jumlahnya akan terus bertambah.

“Ke depannya akan ditambah lagi kemitraan dengan rumah sakit lainnya. Semua layanan tersebut dihadirkan oleh Halodoc untuk memenuhi kebutuhan pengguna seputar layanan kesehatan secara personal,” tutup Jonathan.

Application Information Will Show Up Here

Go-Med dan Ketergantungan dengan Layanan On-Demand

Sekitar dua hari yang lalu, sebuah akun Twitter populer yang membahas soal startup, @startupwati, “membocorkan” dokumen tentang kerja sama Go-Jek dan Apotik Antar untuk mengembangkan fitur Go-Med dalam aplikasi Go-Jek. Go-Med bakal membantu konsumen membeli obat tanpa perlu pergi apotek, seperti halnya fitur Go-Mart untuk minimarket dan pasar swalayan. Sejauh ini kami belum mendapat konfirmasi, baik dari pihak Go-Jek maupun Apotik Antar, meskipun domain Go-Med.co.id sendiri sudah dimiliki Go-Jek. Kehadiran Go-Med bakal mengukuhkan posisi Go-Jek sebagai layanan on-demand yang memudahkan hidup.

Ide Go-Med sebenarnya sudah diaplikasikan dalam layanan Apotik Antar versi baru yang tersedia sejak awal tahun dan juga diintegrasikan dalam satu payung HaloDoc. Saya pribadi sudah beberapa kali mencobanya. Konsumen meminta Apotik Antar untuk membelikan obat tertentu, pihak Apotik Antar mencarikan ketersediaan obat, dan nanti diantar menggunakan armada Go-Jek. Kemitraan ini lancar karena Go-Jek sendiri adalah salah satu investor di perusahaan pengembang Apotik Antar dan HaloDoc.

Mengembangkan Go-Med di dalam aplikasi Go-Jek berarti meningkatkan exposure fitur ini ke konsumen yang lebih luas. Go-Jek sendiri di platform Android kini sudah diunduh lebih dari 10 juta kali.

Ada dua isu yang menjadi pusat perhatian jika Go-Med benar-benar diluncurkan. Pertama adalah bagaimana streamline prosedur pencarian obat dari tim Apotik Antar ke tim dan mitra pengemudi Go-Jek. Di Apotik Antar, pencarian obat dilakukan oleh tim internal karena ketersediaan suatu obat sangat bervariasi antara satu apotek dan apotek yang lain. Hal ini berbeda dengan Go-Mart yang praktis barang dagangannya lebih seragam dan lebih umum.

Masyarakat tidak biasanya menunggu lama dan waktu tunggu saat mencari ketersediaan sebuah obat di apotek terdekat harus benar-benar diminimalisir.

Hal kedua adalah soal obat dengan resep dokter dan jenis obat-obat yang tidak dijual bebas. Memang benar bahwa dalam syarat dan ketentuannya mereka tidak mengakomodasi hal ini, tapi di lapangan siapa berani bertanggung jawab? Kedua hal menjadi titik krusial kesuksesan Go-Med yang harus siap mengakomodasi jenis dan jumlah konsumen yang lebih beragam.

Kehadiran Go-Med dan Go-Auto, yang terakhir baru saja diluncurkan, menunjukkan besarnya pasar on-demand di sektor apa saja di Indonesia. Masyarakat semakin terbiasa dimanja dengan kemudahan datangnya barang-barang yang diinginkan tanpa perlu susah payah mencari penyedianya dan bisnis segala lini harus siap jemput bola.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

HaloDoc Resmi Diluncurkan, Dekatkan Akses Kesehatan Bagi Masyarakat

Layanan kesehatan berbasis aplikasi HaloDoc resmi diluncurkan. Dikembangkan oleh MHealth Tech yang mendapat dukungan investasi dari Mensa Group, Global Digital Niaga (Blibli), Go-Jek, dan sebuah pendanaan kesehatan (health fund) dari sejumlah investor, HaloDoc hadir ingin mendekatkan dan mensimplikasi akses kesehatan bagi masyarakat.

Melalui HaloDoc, konsumen bisa melakukan konsultasi medis menggunakan fitur video call (teleconsultation), pembelian obat melalui Apotik Antar yang lebih dulu hadir, dan pemeriksaan lab secara on-demand. Meskipun demikian, HaloDoc tidak akan menggantikan pusat-pusat kesehatan yang sudah ada karena konsultasi dengan dokter di HaloDoc tidak boleh menghasilkan diagnosis dan pemberian resep.

Selain tiga fitur utama tersebut, HaloDoc juga memiliki Directory yang memuat informasi dokter dan pusat kesehatan di Indonesia. Mereka juga sedang mengembangkan fitur Appointment untuk memudahkan follow up pasca konsultasi dalam bentuk perjanjian bertemu dengan dokter terkait. Aplikasi HaloDoc sudah tersedia di platform iOS dan Android.

Menurut CEO MHealth Tech Jonathan Sudharta, sebelum membangun HaloDoc pihaknya sudah memiliki layanan jejaring sosial dokter LinkDokter yang memiliki lebih dari 16 ribu dokter di basisdatanya dan layanan apotik on-demand Apotik Antar selama lebih dari 2 tahun.

Cuma ada 3 dokter per 10 ribu orang di Indonesia
Cuma ada 3 dokter per 10 ribu orang di Indonesia

Fakta bahwa hanya sedikit jumlah dokter untuk mengurusi seluruh rakyat Indonesia, hanya 3 dokter per 10 ribu orang, membuat MHealth Tech memutar otak untuk menjembatani kesenjangan ini.

Jonathan mengatakan, “Mimpi kami adalah membuat suatu ekosistem kesehatan berorientasi konsumen lengkap, seperti konsep layanan kesehatan terpadu yang sangat menjunjung tinggi keamanan dan keselamatan pasien sampai kepada pelayanan terpadu. Hal ini sudah menjadi kebutuhan dalam waktu deekat. bukan lagi hanya tren.”

HaloDoc bisa dibilang merupakan wajah yang menghubungkan semua layanan ini. Melalui HaloDoc, konsumen (pasien) bisa berkonsultasi langsung dengan dokter dengan fitur video call dengan tarif yang ditentukan oleh dokternya sendiri. Tarifnya bervariasi, bahkan ada dokter yang menggratiskan layanannya di sini demi pengabdian. HaloDoc hanya akan mengambil sedikit komisi dari layanan ini.

Untuk membuktikan kehandalan layanan ini, pihak HaloDoc sudah mencoba layanan konsultasi jarak jauh, dalam bentuk kegiatan sosial di Citereup dan Cilincing. Dalam sehari, masing-masing dapat ditangani 350 dan 282 pasien yang menyampaikan keluhannya menggunakan teknologi video call.

Untuk memastikan bahwa layanan ini didukung oleh dokter yang sesuai standar, semua dokter yang tergabung di HaloDoc sudah memiliki STR (Surat Tanda Registrasi) dan SIP (Surat Izin Praktik) dari Konsili Kedokteran Indonesia (KKI).

PB IDI mendukung kehadiran aplikasi kesehatan seperti HaloDoc
PB IDI mendukung kehadiran aplikasi kesehatan seperti HaloDoc

Ketua terpilih PB IDI dr Daeng Mohammad Faqih, dalam sambutannya, mengatakan, “Kami sadar para dokter saat ini perlu berkembang selaras dengan teknologi tinggi agar dapat membantu masyarakat lebih luas lagi. Harapan IDI, aplikasi semacam HaloDoc dan ekosistemnya akan semakin besar membentuk satu pelayanan dalam jaringan online terpadu yang semakin lengkap.”

Untuk ke depannya, HaloDoc sedang dalam proses bekerja sama dengan sejumlah pihak asuransi dan berharap bisa bekerja sama dengan BPJS Kesehatan untuk mempermudah biaya akses layanan kesehatan ke semua lapisan masyarakat.

Saat ini faktor jaringan internet berkecepatan tinggi, yang dibutuhkan untuk melakukan video call, masih menjadi permasalahan, dan mereka berharap ketersediaan jaringan LTE, seperti dijanjikan pemerintah melalui Menkominfo Rudiantara yang hadir saat peluncurannya, bisa menjadi salah satu solusi.

Di industri teknologi kesehatan Indonesia sendiri, HaloDoc bukanlah yang pertama menjadi jembatan antara dokter dan pasien. Ada bejibun layanan yang arahnya ke sana. Meskipun demikian, menurut pengamatan kami, sejauh ini baru HaloDoc yang memberikan layanan konsultasi secara langsung melalui video call dan integrasi layanan dengan apotek dan lab untuk benar-benar memenuhi lingkaran kebutuhan masyarakat.

Application Information Will Show Up Here

Lewat Aplikasi Mobile Android, Apotik Antar Lebih Agresif Jadi Layanan Apotek On-Demand

Apotik Antar, startup yang mengkhususkan diri dalam layanan pesan antar obat-obatan yang tersedia di apotek umum secara online, belum lama ini telah meluncurkan aplikasi mobile untuk perangkat Android. Dengan menggandeng Go-Jek, Apotik Antar menjanjikan jasa pengiriman obat yang dibutuhkan dalam waktu satu jam. Meski saat ini baru tersedia untuk kawasan Jakarta, di akhir tahun ini Apotik Antar berharap bisa menjangkau seluruh Indonesa.

Sekitar dua tahun lalu, layanan digital yang mengkhususkan diri untuk memberikan pelayanan di bidang kesehatan mulai menjamur. Apotik Antar adalah salah satu dari sekian banyak layanan yang muncul waktu itu. Bedanya, bila kebanyakan layanan merupakan media untuk bantu berkonsultasi dengan dokter, Apotik Antar lebih memilih untuk memberikan jasa pesan antar obat secara online.

Setelah dua tahun beroperasi, Apotik Antar meluncurkan aplikasi mobile yang dapat terpasang pada perangkat Android. Tak salah rasanya bila sekarang Apotik Antar mulai fokus ke mobile, mengingat tren yang berkembang saat ini sudah mulai bergeser dari desktop ke mobile. Rencananya, aplikasi mobile untuk perangat iOS juga akan diluncurkan secara resmi bulan Februari ini.

Menurut penelusuran kami, aplikasi lain yang menyediakan jasa serupa di Google Play adalah Apotekmart.

Melalui aplikasi tersebut, Apotik Antar juga menjanjikan pengiriman yang lebih cepat, khususnya untuk kawasan Jakarta yang masih menjadi fokus utama aplikasi. Ini tak lepas dari kerja sama yang terjalin dengan pihak Go-Jek untuk pengiriman obat.

Cara kerja aplikasi mobile Apotikantar / Apotikantar

CEO Apotik Antar Jonathan Sudharta mengungkapkan, “Kami punya situs yang telah beroperasi untuk beberapa waktu, tetapi sekarang kami [mulai] fokus pada aplikasi. Aplikasi iOS kami akan meluncur ke pasaran di awal Februari.”

“Aplikasi [Android] saat ini hanya untuk Jakarta, tetapi tiap bulan kami akan menambahkan kota baru dan berharap di akhir tahun nanti bisa menjangkau seluruh negeri. Situs kami sendiri sudah bisa melayani seluruh negeri, tetapi mungkin tidak memiliki preposisi yang sama dalam pengiriman di bawah satu jam seperti ApotikAntar di Jakarta,” lanjut Jonathan menambahkan.

Tampilan aplikasi Apotik Antar sendiri sangat sederhana dan mudah dipahami. Ada empat layanan yang ditawarkan melalui aplikasi mobile ApotikAntar, yaitu Obat Tanpa Resep Dokter, Obat Dengan Resep Dokter, Alat Kesehatan, dan Consumer Products. Khusus untuk layanan Obat Dengan Resep Dokter, pengguna wajib melampirkan foto resep yang dimilikinya.

Soal pembayaran, meski saat ini masih menggunakan metode COD, mereka berencana melayani pembayaran dengan kartu kredit setelah kemitraan dengan payment gateway berhasil dibangun.

Apotik Antar sendiri mengklaim telah memiliki 14.000 farmasi yang bergabung dalam jaringannya. Di akhir tahun 2016 nanti, Apotik Antar ingin bisa menambah 1000 lagi farmasi yang bergabung dengan jaringannya.