Mata Uang Arab Saudi: Sejarah, Ciri Khas, dan Pecahan Mata Uangnya

Mata uang resmi Arab Saudi adalah Riyal Saudi (kode ISO: SAR). Riyal Saudi diperkenalkan pada tahun 1925 setelah berdirinya Kerajaan Arab Saudi. Mata uang ini digunakan di seluruh wilayah negara tersebut dan merupakan salah satu mata uang yang paling stabil di Timur Tengah.

Riyal Saudi umumnya tersedia dalam kertas dengan denominasi pecahan seperti 1, 5, 10, 20, 50, 100 riyal. Selain itu, ada juga koin dengan nilai nominal seperti halala (subunit dari riyal) dan pecahan-pecahan kecil lainnya yang jarang digunakan.

Penting untuk dicatat bahwa kurs pertukaran mata uang dapat bervariasi seiring waktu dan fluktuasi pasar internasional. Jika Anda ingin mendapatkan informasi terkini tentang nilai tukar Riyal Saudi terhadap mata uang lainnya, disarankan untuk memeriksa sumber-sumber keuangan atau bank yang handal.

Sejarah Mata Uang Arab Saudi

Sejarah mata uang Arab Saudi dimulai pada awal abad ke-20, ketika wilayah itu masih dikuasai oleh Dinasti Al-Saud. Sebelumnya, sebagian besar wilayah tersebut menggunakan berbagai macam mata uang yang beredar di Timur Tengah seperti riyal Ottoman dan dinar Mesir.

Pada tahun 1925, Kerajaan Hijaz dan Najd (yang kemudian menjadi Kerajaan Arab Saudi) mengeluarkan mata uang pertama mereka yang bernama Riyal Hijaz-Najd. Mata uang ini terdiri dari koin-koin logam dengan denominasi yang bervariasi.

Pada tahun 1932, setelah penyatuan wilayah-wilayah Arabia di bawah pemerintahan Raja Abdulaziz Al Saud, Kerajaan Arab Saudi didirikan. Pada saat itu juga, nama mata uang diganti menjadi Riyal Saudi Arabia atau lebih dikenal sebagai Riyal Saudi (SAR). Mata uang ini memiliki nilai tetap terhadap emas selama beberapa dekade.

Namun pada tahun 1986, pemerintah Arab Saudi memutuskan untuk melepas kaitannya dengan standar emas dan mulai menerapkan sistem nilai tukar mengambang bebas untuk Riyal Saudi. Hal ini dilakukan sebagai respons terhadap perubahan dalam pasar internasional serta upaya meningkatkan fleksibilitas ekonomi negara tersebut.

Riyal Saudi saat ini terdiri dari pecahan-pecahan kertas dan koin logam dengan denomonasi yang berbeda-beda. Nilai tukar riyal saudi ditentukan oleh pasar valuta asing internasional dalam hubungannya dengan mata uang lainnya.

Selama beberapa dekade terakhir, Arab Saudi telah mengambil langkah-langkah untuk memodernisasi sistem keuangan mereka dan meningkatkan transparansi dalam operasi perbankan. Pemerintah juga telah meluncurkan inisiatif digitalisasi dan penggunaan pembayaran elektronik guna mendukung perkembangan ekonomi negara tersebut.

Ciri Khas Mata Uang Arab Saudi

Mata uang Arab Saudi, yaitu riyal Saudi (SAR), memiliki beberapa keunikan dibandingkan dengan mata uang negara lain. Berikut adalah beberapa di antaranya:

  1. Hubungan dengan Islam: Riyal Saudi memiliki hubungan erat dengan agama Islam karena Arab Saudi merupakan pusat spiritual bagi umat Muslim di seluruh dunia. Pada pecahan kertas dan logamnya, seringkali terdapat gambar atau tulisan yang menggambarkan tempat-tempat suci dalam Islam seperti Masjidil Haram dan Ka’bah.
  1. Stabilitas Nilai Tukar: Mata uang riyal Saudi dikenal sebagai salah satu mata uang yang stabil secara internasional. Hal ini disebabkan oleh kuatnya ekonomi Arab Saudi serta cadangan minyak yang melimpah, sehingga nilai tukarnya cenderung tetap dan tidak fluktuatif.
  1. Keterbatasan Penggunaan: Meskipun riyal Saudi dapat digunakan untuk transaksi internal di Arab Saudi, penggunaannya terbatas di luar negeri. Umumnya sulit menemukan tempat penukaran mata uang asing yang menerima riyal Saud saat bepergian ke negara-negara lain.
  1. Keberlakuan Hukum Syariah: Dalam sistem perbankan dan keuangan Arab Saudi, prinsip-prinsip syariah berlaku secara ketat dalam operasi bank-bank dan lembaga keuangan di negara tersebut. Oleh karena itu, semua transaksi menggunakan mata uang riyal Saud harus mematuhi aturan-aturan syariah.
  1. Ukuran Fisik Uang Kertas: Salah satu keunikan lain dari riyal Saudi adalah ukuran fisiknya. Pecahan uang kertas riyal Saudi memiliki dimensi yang lebih besar dibandingkan dengan mata uang negara lain, seperti dolar Amerika Serikat atau euro.

Meskipun ada beberapa keunikan dalam mata uang Arab Saudi, penting untuk diingat bahwa karakteristik dan nilai sebuah mata uang dapat berubah seiring waktu tergantung pada faktor-faktor ekonomi dan politik.

Pecahan Mata Uang Arab Saudi

Mata uang resmi Arab Saudi adalah Riyal Saudi (kode ISO: SAR). Satuan pecahan mata uang Riyal Saudi terdiri dari:

1 Riyal = 100 Halalah

Berikut ini adalah beberapa pecahan yang umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari di Arab Saudi:

– Koin: 5 halalah, 10 halalah, 25 halalah, dan 50 halalah.

– Uang kertas: 1 riyal, 5 riyal, 10 riyal, 20 riyal, 50 riyal, dan seratus riyal.

Pecahan-pcahan tersebut digunakan untuk melakukan pembayaran dalam transaksi jual beli maupun kegiatan lainnya di negara Arab Saudi.

Demikianlah penjelasan mengenai mata uang arab saudi yang dapat kami berikan. Semoga informasi ini bisa bermanfaat!

Pemerintah Arab Saudi Siap Berinvestasi ke Startup Indonesia

Pemerintah Arab Saudi melalui Kementerian Komunikasi dan Informasi Teknologi setempat bersama Yayasan Nexticorn menjalin kemitraan sinergis untuk mendanai startup unicorn dan soonicorn (centaur) di Indonesia. Ini adalah kerja sama business-to-government (B2G) yang ditandai melalui penandatanganan nota kesepahaman untuk membentuk dana patungan (joint fund). 

Penandatanganan note kesepahaman ini dilakukan oleh Ketua Yayasan Nexticorn Rudiantara dan perwakilan dari Center of Digital Entrepreneurship Kementerian Komunikasi dan Informasi Teknologi Arab Saudi di Nusa Dua, Bali (2/9). 

Sebagai informasi, startup unicorn dan soonicorn masing-masing dikategorikan sebagai startup dengan valuasi mencapai $1 miliar dan mendekati $1 miliar. Saat ini, Indonesia sudah memiliki 14 unicorn. 

Adapun, komitmen investasi ini bertujuan untuk mendorong startup unicorn dan soonicorn mengembangkan pasarnya, tak hanya di Indonesia, tetapi ke Timur Tengah melalui dukungan dari Arab Saudi.

“Kita nantinya akan punya perusahaan [startup] multinasional, tapi di bidang digital. New economy adalah melalui digital. Salah satunya J&T Express yang kini sudah ada di Arab Saudi,” ujar Ketua Yayasan Nexticorn Rudiantara ditemui usai MoU.

Adapun, Yayasan Nexticorn akan berperan sebagai organizer dalam kegiatan investasi ini. Sementara, modal akan tetap berasal dari pemodal ventura (VC). Ia menolak merincikan nilai investasi yang digelontorkan, tetapi angkanya berkisar ratusan juta dolar dengan porsi masing-masing 50:50. 

“Ratusan juta dolar pasti. Kita lihat nanti, soonicorn atau nexticorn karena nexticorn tidak [akan] berhenti funding-nya. Sebelum ini, kami berjanji ini harus konkret. Untuk realisasi investasi, tadinya mereka minta cepat, dalam satu tahun modalnya sudah masuk. Jadi, tahun depan sudah investasi ke startup,” ungkapnya.

Vertikal investasi

Ada lima vertikal yang akan menjadi fokus investasi antara lain umrah, logistik, pendidikan, keuangan, dan kesehatan. Komitmen investasi ini dapat dimanfaatkan sebagai launchpad bagi startup unicorn di Indonesia untuk masuk ke Timur Tengah.

Dalam paparannya, Menteri Komunikasi dan Informasi Teknologi Arab Saudi Abdullah bin Amer Alswaha menilai potensi digitalisasi pada sektor logistik sangat besar. Ia meyakini Indonesia dapat menjadi global hub mengingat sebanyak 20%-30% PDB Indonesia berasal dari logistik.

Indonesia punya generasi perempuan dan anak muda hebat yang dapat menyelesaikan tantangan di sektor ini. Ia mencontohkan bagaimana posisi Arab Saudi berdekatan dengan Laut Merah yang menjadi lokasi di mana 10% dari kegiatan perdagangan global terjadi. “As you perfect the South East Asia global hub for logistics, that’s a parallel that we could work together,” tuturnya.

Lebih lanjut, pendanaan tersebut nantinya tak hanya ditujukan untuk pasar Indonesia, tetapi juga Arab Saudi sebagai hub untuk Timur Tengah dan Afrika Utara (Middle East and North Africa/MENA). Menurutnya, pasar Arab Saudi sangat terbuka dalam mengikuti tren dari inklusi keuangan, healthcare, hingga edtech.

“Kami ingin mengeksplorasi dan melihat bagaimana kami dapat melihat kesuksesan ini di Timur Tengah. Maksudnya begini, Indonesia punya 14 unicorn, sedangkan Timur Tengah dengan total populasi 400 juta, baru punya enam unicorn, mengagetkan bukan. Tapi ini menunjukkan potensi kami,” paparnya.

Pihaknya menekankan untuk memanfaatkan keahlian dan pengalaman dalam mengembangkan inovasi bersama. Menurutnya, kemitraan ini menjadi kesempatan sekaligus tantangan untuk melakukan reskilling dan upskilling.

Karakteristik Gamers di Arab Saudi: Penggemar Puzzle, Shooter, dan Strategi

Dalam 10 tahun terakhir, kualitas mobile game menjadi semakin baik. Selain grafik yang semakin bagus, gameplay dari mobile game pun menjadi semakin kompleks. Skena mobile esports pun semakin berkembang. Dua hal ini membuat industri mobile game terus tumbuh. Di beberapa kawasan atau negara, mobile game bahkan menjadi pendorong utama pertumbuhan industri game. Salah satu negara yang industri mobile game-nya tengah tumbuh pesat adalah Arab Saudi.

Industri Game di Arab Saudi

Pada 2021, total pemasukan industri game di Arab Saudi mencapai US$946 juta. Di negara tersebut, mobile game memberikan kontribusi paling besar pada keseluruhan pemasukan industri game, sama seperti yang terjadi di Asia Tenggara dan Amerika Latin. Pemasukan dari industri mobile game di Arab Saudi mencapai US$520 juta atau sekitar 55% dari total pemasukan industri game di negara tersebut. Alasan mengapa mobile game sangat populer di Arab Saudi adalah karena rendahnya entry barrier dari mobile game.

Jika dibandingkan dengan PC gaming atau konsol, smartphone memiliki harga yang lebih terjangkau. Tak hanya itu, kebanyakan mobile game juga bisa dimainkan secara gratis. Dengan begitu, semua orang yang memiliki smartphone bisa bermain mobile game tanpa harus mengeluarkan uang lagi. Penetrasi smartphone di Arab Saudi juga cukup tinggi, mencapai 58%. Mengingat populasi Arab Saudi mencapai 35,4 juta orang, hal itu berarti, jumlah pengguna smartphone di sana adalah sekitar 20,5 juta orang.

Kebanyakan mobile game yang populer di Arab Saudi menggunakan model bisnis free-to-play. Meskipun begitu, lebih dari setengah gamers di Arab Saudi rela mengeluarkan uang demi game yang mereka mainkan. Berdasarkan data dari Newzoo, sekitar 17% dari gamers di Arab Saudi merupakan minor spenders alias orang-orang yang menghabiskan sedikit uang di game. Sementara itu, 34% gamers di Arab Saudi adalah average spenders dan 8% lainnya merupakan big spenders. Hal itu berarti, sekitar 60% dari keseluruhan gamers di Arab Saudi merupakan spender.

Item dalam game yang biasa dibeli oleh gamers di Arab Saudi. | Sumber: Newzoo

Kebanyakan gamers di Arab Saudi menghabiskan uangnya untuk membeli mata uang dalam game. Hal ini tidak aneh, mengingat kebanyakan game free-to-play memang punya mata uang sendiri untuk membli item dalam game. Contohnya, V-Bucks di Fortnite atau Unknown Cash (UC) di PUBG Mobile. Sekitar 34% gamers di Arab Saudi membeli mata uang dalam game. Sementara itu, sebanyak 33% mobile gamers Arab Saudi lebih memilih untuk menghabiskan uangnya untuk mendapatkan playable character dan 31% lainnya memilih untuk membeli content passes.

Content passes juga sering disebut dengan nama battle passes. Model monetisasi ini adalah model yang cukup baru di industri game. Pada dasarnya, battle pass merupakan sistem berlangganan musiman yang memungkinkan pemain untuk mendapatkan sejumlah item dalam game setelah mereka menyelesaikan sejumlah tantantagan.

Selain mata uang dalam game dan battle pass, dua hal lain yang biasanya dibeli oleh mobile gamers Arab Saudi adalah item powerups dan time-savers. Sesuai namanya, item powerup membuat karakter pemain menjadi lebih kuat. Dan item time-savers akan mengurangi — atau bahkan menghilangkan sama sekali — waktu tunggu dalam game. Misalnya, dalam game RTS, seperti Clash of Clans. Pada dasarnya, item powerups dan time-savers berfungsi untuk membuat pengalaman bermain menjadi terasa lebih menyenangkan. Hanya saja, game pay-to-win juga menyebabkan masalah tersendiri.

Demografi Gamers di Arab Saudi

Di Arab Saudi, sebagian orang percaya, kebanyakan gamers merupakan laki-laki muda. Namun, data dari Newzoo mematahkan mitos tersebut. Berdasarkan survei yang mereka lakukan pada 1.195 mobile gamers di rentang umur 10-50 tahun, diketahui bahwa 42% responden merupakan perempuan. Sementara 45% responden masuk dalam kategori umur 21-35 tahun. Memang, dugaan bahwa kebanyakan gamers adalah laki-laki muda tidak hanya ada di Arab Saudi, tapi juga di negara-negara lain. Meskipun begitu, sekarang, telah terbukti bahwa gamers perempuan juga tidak selangka unicorn.

Demografi mobile gamers di Arab Saudi. | Sumber: Newzoo

Demografi mobile gamers di Arab Saudi yang beragam membuat negara itu menjadi target pasar bagi perusahaan-perusahaan di berbagai sektor. Memang, saat ini, semakin banyak perusahaan yang menjajaki industri game dan esports demi bisa memenangkan hati para gamers dan penonton esports. Melihat jumlah gamers Arab Saudi yang menunjukkan tren naik, hal ini adalah kabar baik bagi pelaku industri mobile game dan pengiklan di sana.

Di Arab Saudi, puzzle merupakan genre favorit dari para mobile gamers. Sebanyak 31% responden mengungkap, puzzle adalah jenis game kesukaan mereka. Menariknya, walau genre puzzle yang identik dengan game kasual menjadi genre favorit di kalangan gamers Arab Saudi, tiga genre terpopuler lainnya merupakan genre dari game-game kompetitif, seperti shooter, strategi, dan battle royale.

Empat genre terpopuler di Arab Saudi. | Sumber: Newzoo

Mengingat puzzle merupakan genre favorit dari mobile gamers di Arab Saudi, tidak heran jika lebih dari sepertiga responden survei Newzoo mengatakan bahwa memecahkan puzzle adalah aspek dari sebuah game yang paling mereka sukai. Hal lain yang menjadi daya tarik dari sebuah game adalah art style yang digunakan oleh sang developer. Tema dunia dari sebuah game juga bisa menjadi daya tarik bagi para mobile gamers di Arab Saudi. Fantasi merupakan tema dunia favorit, diikuti oleh science-fiction.

Sumber header: Irish Times

Pemasukan Industri Game di Arab Saudi Tembus US$1 Miliar

Industri game terus tumbuh. Pada 2020, total pemasukan industri game diperkirakan hampir mencapai US$160 miliar. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan industri game adalah pandemi virus corona. Asia Tenggara merupakan salah satu pasar game yang masih berpotensi untuk tumbuh. Begitu juga dengan Timur Tengah dan Afrika.

Untuk kawasan Timur Tengah dan Afrika, Arab Saudi menjadi salah satu negara utama yang mendorong pertumbuhan pasar gaming. Pada 2019, populasi di Arab Saudi mencapai 34,27 juta orang. Jika dibandingkan dengan populasi Indonesia — yang mencapai lebih dari 270 juta orang — populasi Arab Saudi memang jauh lebih sedikit. Meskipun begitu, banyak gamer di Arab Saudi yang tidak segan untuk mengeluarkan uang saat bermain game. Berikut data lengkapnya.

 

75% Warga Perkotaan di Arab Saudi Bermain Game

Banyak warga Arab Saudi yang mengisi waktu luangnya dengan bermain game. Faktanya, sekitar 75% dari total masyarakat perkotaan bermain game. Dari 34 juta warga Arab Saudi, sekitar 21,1 juta orang merupakan gamer.

Meksipun industri game masih sering diidentikkan sebagai dunia pria, para perempuan di Arab Saudi juga aktif bermain game. Buktinya, 72% perempuan di Arab Saudi bermain mobile game. Sebagai perbandingan, persentase laki-laki yang bermain mobile gamer adalah 73%, hanya 1% lebih tinggi dari populasi gamer perempuan. Satu hal yang harus diingat, jumlah gamer perempuan yang bermain di PC dan konsol lebih sedikit dari para pemain mobile game, seperti yang bisa Anda lihat pada grafik di bawah.

Persentase pemain game di mobile, PC, dan konsol berdasarkan gender. | Sumber: Newzoo
Persentase pemain game di mobile, PC, dan konsol berdasarkan gender. | Sumber: Newzoo

Para mobile gamer di Arab Saudi menghabiskan cukup banyak waktunya untuk bermain. Berdasarkan data dari Newzoo, hampir 25% dari netizen Arab Saudi bermain mobile game dalam 5 hari setiap minggu. Hanya saja, angka ini turun drastis di kalangan gamer konsol atau PC. Di Arab Saudi, persentase gamer PC dan konsol yang bermain pada 5 hari dalam seminggu tidak mencapai 10%. .

 

Genre Favorit Gamer Arab Saudi

Di Indonesia, genre favorit para mobile gamer adalah strategi, diikuti oleh MOBA dan action/adventure. Sementara tiga genre favorit gamer PC di Indonesia adalah MOBA, strategi, dan shooter. Jika dibandingkan dengan gamer Indonesia, gamer Arab Saudi punya preferensi genre game yang jauh berbeda. Para gamer Arab Saudi senang untuk bermain game kasual. Genre game favorit mereka adalah puzzle. Sekitar 39% netizen di Arab Saudi mengungkap, mereka senang bermain game puzzle di mobile. Memang, kebanyakan gamer di sana mengaku bahwa puzzle solving merupakan bagian favorit mereka saat bermain game.

Sementara itu, game olahraga menjadi genre favorit gamer Arab Saudi kedua setelah puzzle. Sebanyak 34% netizen Arab Saudi memainkan game dengan genre olahraga. Melihat betapa populernya game olahraga di Arab Saudi, tidak aneh jika FIFA menjadi franchise game paling populer dari negara tersebut. Genre game favorit ketiga di Arab Saudi adalah racing, dengan jumlah pemain mencapai 31% dari populasi online di Arab Saudi. Adventure menjadi genre game favorit keempat. Jumlah pemain dari game adventure di Arab Saudi diperkirakan mencapai 29% dari total populasi online.

Alasan para gamer di Arab Saudi bermain game. | Sumber: Newzoo
Alasan para gamer di Arab Saudi bermain game. | Sumber: Newzoo

Dalam laporan tentang kebiasaan spending para gamer Arab Saudi, Newzoo juga membahas tentang alasan para gamer bermain game. Sebagian besar gamer mengaku alasan mereka bermain game adalah untuk mengisi waktu luang. Hal ini menjelaskan mengapa kebanyakan gamer di Arab Saudi senang bermain game kasual yang tidak membutuhkan waktu lama atau komitmen.

Selain itu, para gamer di Arab Saudi juga bermain game untuk bersosialisasi atau melarikan diri dari realita. Selama pandemi, memang banyak orang yang memilih untuk bermain game sebagai pelarian diri dari realita. Karena itulah, pada tahun lalu, Animal Crossing: New Horizons sempat sangat populer. Game juga menjadi tempat yang aman bagi orang-orang untuk berkumpul bersama teman dan keluarga tanpa harus khawatir akan physical distancing. Terakhir, keinginan untuk menang atau berkompetisi menjadi alasan terakhir mengapa para gamer di Arab Saudi senang untuk bermain game.

 

Bisnis Industri Game di Arab Saudi

Tiongkok merupakan negara dengan pasar gaming terbesar, diikuti oleh Amerika Serikat dan Jepang. Tiongkok dan Amerika Serikat diuntungkan oleh populasi mereka yang besar. Jumlah penduduk Tiongkok mencapai hampir 1,4 miliar orang, sementara AS 328 juta orang. Jika dibandingkan dengan dua negara itu, populasi Arab Saudi memang jauh lebih kecil, hanya mencapai 34 juta orang. Namun, hal itu bukan berarti pemasukan industri game di negara juga kecil.

Pada 2020, total pemasukan industri game di Arab Saudi mencapai US$1 miliar, naik 41,1% dari 2019. Sebagai perbandingan, total pemasukan industri game Indonesia menembus US$1,1 miliar pada 2018. Ketika itu, jumlah penduduk Indonesia mencapai 267 juta orang. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun jumlah gamer di Arab Saudi tak terlalu banyak, kebanyakan gamer di sana rela mengeluarkan uang demi bermain game.

Pengelompokan netizen Arab Saudi ke tiga golongan spender. | Sumber: Newzoo
Pengelompokan netizen Arab Saudi ke tiga golongan spender. | Sumber: Newzoo

Newzoo membagi para gamer yang menghabiskan uang dalam game ke dalam tiga kategori: minor spender, average spender, dan big spender. Sekitar 12% netizen Saudi Arabia masuk dalam kategori big spender saat bermain mobile game, sementara 31% merupakan average spender. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan kawasan Eropa, yang pasar gaming-nya dianggap telah matang. Di Eropa, jumlah average spender adalah 12% dari total netizen sementara jumlah big spender hanya mencapai 4%.

Kebanyakan big spenders di Arab Saudi merupakan gamer konsol. Sebagian besar para gamer konsol juga merupakan spender. Newzoo memperkirakan, tren ini muncul karena di ada banyak game free-to-play di mobile dan PC. Padahal, mendorong para pemain gratis untuk mengeluarkan uang bukanlah hal mudah, khususnya para mobile gamer. Meskipun begitu, mobile game tetap memberikan kontribusi terbesar pada total pemasukan industri game di Arab Saudi. Alasannya adalah karena jumlah mobile gamer tetap lebih banyak dari gamer PC atau konsol. Memang, seperti Indonesia, Arab Saudi juga merupakan negara mobile-first.

Menurut Statista, pemasukan di industri mobile game di Arab Saudi akan mencapai US$344 juta pada 2021. Angka ini diduga masih akan tumbuh dengan tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata (CAGR) sebesar 10,3%. Hal itu berarti, pada 2025, pasar mobile game di Arab Saudi diduga akan bernilai US$509 juta.

Sumber: Newzoo

BLAST Umumkan Kerja Sama Dengan NEOM untuk Mengembangkan Esports di Arab Saudi

Organisasi esports asal Denmark, BLAST mengumumkan kerja samanya dengan pemerintah Arab Saudi dalam pengembangan proyek NEOM. NEOM ada sebuah kota yang dirancangkan sebagai pusat aktivitas ekonomi dan turisme yang baru bagi Arab Saudi.

Dengan membawa ambisi untuk menjadi kota yang canggih dan futuristik, proyek NEOM diharapkan bisa menarik banyak investor dan kegiatan perdagangan lainnya secara internasional.Tahap pertama pembangunan NEOM diperkirakan akan selesai di tahun 2025 mendatang.

Sebagaimana esports telah berkembang sejauh ini, di masa depan esports terus diproyeksikan sebagai salah satu industri yang bisa tumbuh sebesar industri olahraga tradisional dan entertainment. Sejalan dengan visi dan ambisi proyek NEOM menjadi international hub, maka elemen esports akan turut diimplementasikan ke dalam rencana tata kota. Salah satu bagian dari rencana pengembangan proyek NEOM adalah pembangunan stadion esports yang secara khusus didesain mendukung seluruh kegiatan dan operasi esports.

Jan Paterson, Managing Director dari NEOM Sport, menyatakan “NEOM menargetkan diri menjadi global hub untuk kegiatan olahraga (dan esports) yang bisa menyatukan banyak orang serta mendukung gaya hidup aktif yang seimbang dan inovatif.”

Tidak dapat dipungkiri secara global esports sudah berkembang dengan pesat dan cepat. Dengan rencana pembangunan NEOM esports academy, diharapkan bisa menyiapkan generasi baru di Arab Saudi yang bisa mengembangkan esports lebih jauh lagi di masa depan.

Sedikit lebih jauh, BLAST adalah organisasi esports yang berdiri sejak 2016 dan bermarkas di Kopenhagen. BLAST berperan sebagai organizer yang menaungi 2 gelaran turnamen esports baru-baru ini berjalan yaitu BLAST Premier dan BLAST Bounty Hunter. BLAST dan pemerintah Arab Saudi berencana mempersiapakan esports academy yang akan menunjang ekosistem esports di Arab Saudi.

Dalam sebuah pernyataan, CEO BLAST, Robbie Douek membagikan pandangannya terkait kerja sama dengn proyek NEOM, “kerja sama ini adalah kesepakatan yang bersejarah bagi BLAST dan menjadi titik pencapaian dari perkembangan kami di industri esports saat ini.”

BLAST x NEOM | via: BLAST
BLAST x NEOM | via: BLAST

Sebagai tambahan catatan, sebelumnya BLAST sudah pernah mendapatkan pendanaan dan cukup berpengalaman dalam menangani turnamen esports berskala besar sekalipun dengan tantangan di masa pandemi. Dengan bergabungnya BLAST ke dalam proyek NEOM akan menandakan bahwa esports menjadi sesuatu yang diperhitungkan dalam rencana pembangunan sebuah kota sejak awal.

Akhirnya hanya waktulah yang bisa menjawab apakah ambisi bersama NEOM akan sepenuhnya terwujud, sekalipun ada kontroversi yang mengiringi proyek NEOM.