Pomona Kini Jadi Layanan Adtech, Fokus Sasar Industri FMCG

Sempat fokus menjadi layanan loyalitas yang membantu toko ritel offline, Pomona resmi mengubah model bisnis mereka menjadi advertising technology (adtech) fokus pada sales conversion yang turut berperan dalam membantu memajukan dan mengembangkan industri Fast Moving Consumer Goods (FMCG) di Indonesia melalui inovasi teknologi.

CEO Pomona Benz Budiman mengungkapkan, keputusan ini sengaja diambil setelah melihat besarnya peluang dan demand dari industri FMCG untuk meningkatkan penjualan dan menjalin relasi dengan konsumen. Jika dulu Pomona menawarkan teknologi scan QR Code dan rewards, kini fitur tersebut tidak lagi tersedia. Mereka kini menghadirkan teknologi baru memanfaatkan teknologi Optical Character Recognition (OCR) dan Machine Learning serta mengimplementasikan Sales Call-to-Action tool pada platform omni-channel Pomona.

“Akhir tahun 2017 lalu kita mulai mengembangkan teknologi baru kemudian awal tahun 2018 mulai kita implementasikan, dua bulan lalu soft launching dan baru hari ini kita resmikan model bisnis baru Pomona,” kata Benz.

Teknologi OCR sendiri merupakan teknologi yang mengotomatisasi proses pembacaan struk menjadi lebih cepat, sedangkan machine learning dapat membantu menganalisa dan memverifikasi keakuratan dari data tersebut.

“Kedua teknologi ini adalah teknologi yang diimplementasikan dalam platform omni-channel Pomona. Omni-channel sendiri merupakan konsep yang diusung Pomona yang menitikberatkan pada pengalaman konsumen dalam berbelanja menggunakan berbagai saluran yang terintegrasi dan dapat memberikan kemudahan serta pengalaman bagi konsumen kapan dan dimanapun,” tambah Benz.

Pomona mengembangkan sendiri teknologi tersebut secara in-house. Memanfaatkan feedback dari mitra brand yang kebanyakan adalah FMCG, misi dari Pomona saat ini adalah ingin membantu brand meningkatkan penjualan.

Pemberian cashback untuk pengguna

Di samping manfaat yang Pomona tawarkan kepada para pelaku industri FMCG, Pomona juga hadir dengan membawa manfaat bagi para konsumen melalui cashback. Cashback bisa didapatkan dari setiap aktivitas belanja yang dilakukan. Hanya dengan mengunggah struk pembelian dari produk yang dibeli di berbagai ritel yang tersebar di seluruh Indonesia, seperti Indomaret, Alfamart, Giant, Hypermart, Hero, Lawson, Lottemart, Circle K, Guardian, Watson, Century. Pomona mencatat hingga kini lebih dari 200 ribu orang telah menggunakan Pomona.

Konsumen bisa mendapatkan keuntungan berupa cashback mulai dari 20% dari harga produk  dan juga dapat diakumulasi dengan promosi lain yang sedang berlangsung,

“Selain cashback dapat dicairkan dengan melakukan transfer ke semua bank, cashback juga bisa ditukarkan dengan pembelian pulsa, langsung dari aplikasi atau mobile browser Pomona,” kata Benz.

Setiap transaksi yang dilakukan dan verifikasi menggunakan platform, Pomona mendapatkan komisi dari mitra brand FMCG dengan jumlah yang berbeda. Cashback untuk setiap produk diberikan langsung dari mitra FMCG, bukan Pomona. Sementara itu data yang dikumpulkan oleh Pomona, bisa dimanfaatkan oleh perusahaan riset pihak ketiga atau mitra FMCG yang ingin melihat consumer behavior.

“Kita sengaja tidak menjual data yang kita miliki, hal tersebut yang membedakan kami dengan layanan lainnya. Semua data dalam bentuk anonymous bisa didapatkan oleh mitra FMCG, namun selebihnya kita berikan kepada mitra third party research company,” kata Benz.

Dengan cara ini Pomona mengklaim bisa membantu pihak FMCG yang saat ini masih kesulitan untuk melakukan engagement dan meningkatkan penjualan. Perusahaan FMCG yang bergabung menjadi mitra Pomona di antaranya adalah Japfa, Sosro, Unilever, Mayora, Wings, dan Nestle.

Kantongi pendanaan Seri A

Awal tahun 2018 ini Pomona menyebutkan telah mendapatkan pendanaan Seri A. Namun demikian Benz enggan menyebutkan siapa investor yang terlibat dalam putaran kali ini dan berapa nilai investasi yang diberikan. Dari dana segar ini, Pomona berencana untuk mengembangkan teknologi, menambah talenta dan melakukan akuisisi pengguna.

Sebelumnya Pomona telah mendapatkan pendanaan awal, dengan jumlah tak disebutkan, dari Frontier Capital, Prasetia Dwidharma, dan sejumlah angel investor strategis.

“Untuk saat ini kita fokus kepada FMCG. Kita percaya FMCG memiliki potensi yang cerah saat ini dan ke depannya,” tutup Benz.

Application Information Will Show Up Here

 

Aplikasi “Point Rewards” Pomona dan Pendekatan O2O untuk “Offline Retailer”

Dunia e-commerce tengah tumbuh dengan seksi di Indonesia dan banyak membantu para pebisnis offline meningkatkan penjualan produknya. Tapi di sisi lain, e-commerce juga memberi dampak signifikan terhadap turunnya arus kunjungan pelanggan di toko-toko offline. Permasalahan ini yang sekarang coba diselesaikan oleh Pomona, aplikasi mobile dengan konsep point reward.

Pomona adalah aplikasi mobile yang memberikan penggunanya kesempatan untuk menangkap hadiah nyata seperti pulsa, voucher, bahkan gawai secara gratis dengan mengumpulkan poin dari toko-toko offline yang dikunjungi. Sederhananya Pomona merupakan aplikasi online yang mencoba membawa trafik untuk offline (konsep O2O) atau bisa diposisikan seperti Pokemon Go untuk pebelanja.

[Baca juga: Berkenalan dengan Aplikasi Diskon Berbasis Lokasi Korting]

CEO dan Co-Founder Pomona Benz Budiman mengatakan, “Anda bisa menyebut kami ‘Pokemon Go for Shopper’. Kalau dengan game tersebut pengguna dapat menangkap monster virtual, dengan Pomona kalian bisa menangkap poin yang bisa ditukarkan dengan berbagai hadiah nyata seperti pulsa, voucher, bahkan gawai secara gratis.”

“Misi utama Pomona adalah membuat pengalaman belanja offline menjadi lebih rewarding, fun, dan personal. Kami memberikan insentif nyata yang bisa didapatkan dengan melakukan aktivitas yang sudah menjadi bagian dari hidup Anda,” lanjutnya.

Latar belakang dimulainya Pomona

Antarmuka aplikasi Pomona / DailySocial
Antarmuka aplikasi Pomona / DailySocial

Pomona mulai dikerjakan oleh Benz dan rekannya Ariawan Suwendi (CTO) pada Desember 2015 dan resmi diluncurkan pada Mei 2016 lalu. Benz sendiri sebelumnya telah membuat aplikasi Gesek, sedangkan Ariawan memiliki pengalaman 10 tahun bekerja di Sillicon Valley. Sid Nandy yang memiliki pengalaman karir di Rocket Internet juga disebutkan Benz akan segera bergabung sebagai CMO.

Benz menjelaskan latar belakangnya memulai Pomona adalah ketika beberapa bulan lalu pihaknya  menyadari bahwa lebih mudah membuat orang membeli ketika mereka ada di toko dibandingkan dengan saat mereka melihat iklan di tempat lain. Tingkat konversinya pun disebut Benz cukup tinggi, mencapai 20-95 persen saat seseorang berada di toko fisik dibandingkan saat melihat iklan online yang hanya mencapai 0,5-3 persen.

[Baca juga: Loyalbox Mengadopsi Strategi “Hyperlocal Marketing”]

Benz mengatakan, “Penemuan ini menggarisbawahi pentingnya ‘lalu lintas kaki’ ke peningkatan penjualan. […] Kami validasi hipotesis ini dengan berbicara ke pemilik toko. Ketika berbicara dengan lebih banyak dari mereka, kami menemukan banyak toko-toko sadar bahwa menarik orang-orang untuk masuk ke toko tidak mudah.

“Jika ‘lalu lintas kaki’ itu penting, mengapa toko tidak memberi hadiah kepada pembeli untuk mengunjungi toko mereka? […] Di sinilah Pomona masuk. Untuk pemilik toko, Pomona adalah platform untuk menarik pembeli, mendatangkan trafik, memberi rewards, dan [seharusnya] meningkatkan angka penjualan. Untuk pengguna, Pomona menjadi aplikasi yang meningkatkan pengalaman belanja dan mendapatkan hadiah secara gratis,” lanjutnya.

Rencana dan target yang ingin dicapai

QR Code Pomona & Partner Merchant / DailySocial
QR Code Pomona & Partner Merchant / DailySocial

Pomona mengklaim saat ini sudah bekerja sama dengan lebih dari 200 toko offline yang berada di Jakarta. Pun operasionalnya masih terbatas di Jakarta, tetapi Benz juga menyebutkan bahwa kota-kota lain sudah ada dalam pipeline mereka.

Melalui 200 toko offline rekanan Pomona inilah pengguna bisa mengumpulkan poin yang nantinya bisa ditukarkan dengan hadiah. Caranya sederhana, auto check-in saat berkunjung ke toko rekanan, QR code check-in di toko rekanan tanpa perlu bertransaksi, dan saat melakukan pembelian. Untuk proses verifikasi pengguna yang benar-benar membeli promo, staf dari toko akan memasukkan kode sandi atau promo untuk verifikasi transaksi yang terjadi.

Benz mengatakan, “Sejak meluncur di bulan Mei 2016, kami mendapatkan 20 ribu total unduhan. Kami berharap bisa mendapatkan lebih dari 50 ribu unduhan pada akhir tahun ini dengan tingkat pengguna aktif mingguan 40 persen. Kami yakin dapat melampaui target ini dengan beberapa rekanan yang akan bergabung seperti Mall Artha Gading pada akhir September.”

“Berpegang pada [keinginan] pengguna Pomona, mereka ingin cara yang lebih mudah untuk mendapatkan poin dan mendapatkan hadiah. Dalam konteks ini, kami berencana untuk meningkatkan rekanan merchant setidaknya [hingga] 500 pedagang,” ujar Benz lebih jauh.

Pekerjaan rumah yang tersisa

Pomona sebenarnya bukan satu-satunya pemain di ranah aplikasi yang ingin membawa peningkatan lalu lintas pengunjung dan penjualan pada toko-toko offline. Sebelumnya sudah ada Loyalbox, Stamps, dan juga Korting yang mencoba untuk mencicipi kuenya. Namun, tidak ada yang benar-benar bisa menunjukkan taringnya di sini.

[Baca juga: Runtuhnya Era Retailer Tradisional]

Konsumen sekarang ini sudah terlanjur nyaman dengan cara yang ditawarkan oleh para pelaku e-commerce yang ada di Indonesia. Apalagi di kota-kota besar seperti Jakarta yang praktis membuat para pebelanja bisa menghindari macet hingga berdesak-desakan hanya untuk mendapatkan sebuah produk.

Meski Pomona mengambil momentum dan positioning yang bagus bersamaan dengan fenomena Pokemon Go, tetapi pekerjaan rumah mereka masih banyak. Selain menambah rekanan merchant, Pomona dan para pelaku di kolam ini harus mampu memberi kampanye, rewards, atau mungkin membuka kanal baru yang benar-benar bisa membuat konsumen mau datang ke toko.

Application Information Will Show Up Here