JBL L75ms Suguhkan Pengalaman Audio Modern dalam Kemasan Bernuansa Retro

Speaker adalah kategori produk teknologi yang cukup istimewa. Di saat kategori lain seperti smartphone atau laptop harus mengandalkan desain yang modern, speaker bebas mengadopsi rancangan lawas. Namun agar bisa relevan di tahun 2021, tentu saja nuansa retro tersebut harus dibarengi dengan sejumlah elemen modern.

Kira-kira begitulah prinsip dasar yang JBL tawarkan melalui lini speaker Classic Series-nya. Anggota terbaru di lineup tersebut adalah JBL L75ms. Bentuknya yang agak melengkung di depan dan datar di belakang mengingatkan saya pada JBL Paragon, speaker raksasa yang JBL produksi sejak tahun 1957 sampai 1983.

Perpaduan rangka kayu berwarna walnut dan busa hitam bermotif kotak-kotak sebagai grille semakin memperkuat kesan kunonya. Namun jangan pernah tertipu dengan penampilan luarnya, sebab jeroannya mencakup komponen-komponen yang sudah sesuai dengan ekspektasi kita terhadap sebuah perangkat audio modern.

Yang paling utama tentu adalah konektivitas nirkabel, baik Wi-Fi maupun Bluetooth, demikian pula dukungan terhadap protokol Chromecast sekaligus AirPlay 2. Streaming langsung menggunakan kabel Ethernet juga dimungkinkan, dan JBL telah membekalinya dengan DAC andal yang mampu mengolah audio dalam format hi-res — sampai 32-bit/192kHz.

Alternatifnya, perangkat turut dibekali input analog 3,5 mm maupun input phono (MM) untuk digunakan bersama turntable. Kalau perlu, JBL L75ms juga dapat diperlakukan sebagai soundbar berkat kehadiran port HDMI ARC, yang berarti ia hanya membutuhkan satu sambungan kabel saja ke TV.

Buka busa hitamnya, maka pengguna bakal menjumpai lima unit driver dengan konfigurasi sebagai berikut: midrange driver 4 inci, sepasang woofer 5,25 inci, dan sepasang tweeter 1 inci. Respon frekuensinya berada di rentang 45 Hz – 25.000 Hz, sedangkan total daya yang dihasilkan amplifier-nya mencapai angka 350 watt.

JBL L75ms mendapat namanya dari umur perusahaan JBL itu sendiri, yang tahun ini menginjak usia 75 tahun. Speaker ini rencananya akan dijual dalam beberapa bulan mendatang seharga $1.500.

Sumber: What Hi-Fi.

Diciptakan untuk Era WFH, Logitech Zone True Wireless Datang dengan Sertifikasi Zoom, Teams, dan Google Meet

Lewat sederet webcam yang dijualnya, Logitech pada dasarnya ingin kita semua selalu tampil prima selama masa WFH. Sekarang, Logitech rupanya juga ingin kita tidak terlihat seperti sedang bekerja di sebuah call center lewat TWS baru bernama Logitech Zone True Wireless.

Apa yang membedakan Zone dari seabrek TWS lain di pasaran dalam konteks video conferencing? Jawabannya adalah sertifikasi resmi dari tiga platform video conference yang paling banyak digunakan saat ini: Zoom, Microsoft Teams, dan Google Meet. Dengan kata lain, Zone mampu memenuhi berbagai standar kualitas yang ditetapkan oleh masing-masing platform.

Bisa kita asumsikan salah satu standarnya berkaitan dengan kinerja mikrofon, dan di sini Logitech telah membekali Zone dengan tiga buah mikrofon noise cancelling di setiap earpiece-nya untuk menangkap suara pengguna secara jelas, bahkan di lingkungan yang berisik. Tentu saja Logitech juga tidak lupa membekalinya dengan tombol khusus untuk mute.

Sebagai perangkat yang diciptakan untuk mendampingi penggunanya bekerja, Zone turut dilengkapi fitur active noise cancellation (ANC) untuk memblokir suara-suara yang mengganggu di sekitar. Sebaliknya, fitur transparency mode juga tersedia sehingga, ketika dibutuhkan, pengguna dapat mendengarkan suara-suara di sekitarnya tanpa perlu melepas perangkat dari telinga.

Zone mengandalkan driver berdiameter 12 mm untuk menghasilkan suara. Untuk koneksinya, pengguna dapat memilih antara Bluetooth 5.0 atau wireless via dongle USB. Kalau mau, Anda juga bisa menyambungkan Zone ke dua perangkat sekaligus (smartphone via Bluetooth, laptop via dongle USB) supaya bisa menggunakannya secara bergantian di kedua perangkat.

Dari segi estetika, Zone mengadopsi bahasa desain yang minimalis sekaligus modern, dengan pilihan warna hitam atau pink. Bodinya secara keseluruhan tahan air dengan sertifikasi IP68. Charging case-nya pun juga tidak keberatan berbasah-basahan meski hanya dibekali sertifikasi IP54.

Dalam sekali pengisian, Zone bisa bertahan hingga 6 jam waktu bicara atau 9 jam waktu mendengar dengan ANC menyala. Kalau ANC-nya dimatikan, waktu bicaranya naik menjadi 6,5 jam, sedangkan waktu mendengarnya menjadi 12 jam. Charging case-nya punya daya yang cukup untuk mengisi perangkat sebanyak 2,5 kali, dan ia sendiri dapat diisi ulang menggunakan kabel USB-C ataupun Qi wireless charger.

Logitech Zone Wired Earbuds / Logitech

Di Amerika Serikat, Logitech Zone True Wireless kabarnya akan dijual dengan harga $299. Bagi yang memerlukan alternatif yang lebih terjangkau, Logitech juga bakal menghadirkan Zone Wired Earbuds dengan banderol $99.

Sesuai namanya, Zone Wired masih sepenuhnya mengandalkan kabel, tapi colokannya dapat diganti-ganti sesuai kebutuhan antara 3,5 mm, USB-A, ataupun USB-C. Lagi-lagi yang jadi bahan jualan utama di sini adalah mikrofon noise-cancelling dengan sertifikasi dari tiga platform video conference itu tadi.

Sumber: What Hi-Fi dan Logitech.

Cuma $20, TWS JLab Go Air Pop Unggulkan Fitur yang Lengkap dan Baterai yang Awet

Sejak pertama kali didirikan di tahun 2005, JLab sudah dikenal sebagai produsen earphone dengan harga terjangkau. Lalu ketika era TWS tiba, JLab pun memutuskan untuk menerapkan formula yang sama di segmen tersebut. Hasilnya, tahun lalu konsumen disuguhi TWS seharga $29 bernama JLab Go Air.

Apakah $29 adalah batas terendah yang mampu dicapai oleh brand asal Amerika Serikat tersebut? Tentu tidak, dan itu mereka buktikan lewat TWS terbarunya, JLab Go Air Pop. Harganya? $20 saja. Namun yang lebih mengejutkan adalah bagaimana JLab justru dapat menyempurnakan sejumlah aspek selagi semakin menekan harga jualnya lebih jauh lagi.

Dari aspek fisik misalnya, Go Air Pop memiliki dimensi 15 persen lebih ringkas dan bobot 40 persen lebih ringan ketimbang Go Air. Di saat yang sama, Go Air Pop tetap mengusung sertifikasi ketahanan air IPX4 yang sama, dan daya tahan baterainya justru lebih awet meskipun ukurannya lebih mungil.

Dalam sekali charge, Go Air Pop diklaim mampu beroperasi selama 8 jam nonstop. Charging case-nya dapat mengisi ulang perangkat sebanyak tiga kali, memberikan total daya tahan baterai hingga sekitar 32 jam. Case milik Go Air Pop ini juga memiliki kabel USB terintegrasi seperti milik Go Air, akan tetapi bagian atasnya sudah dilengkapi penutup.

Harga jual serendah itu juga tidak mencegah JLab menyematkan kontrol sentuh pada Go Air Pop. Ini mengesankan mengingat Skullcandy Dime yang dihargai $25 saja tidak punya kontrol sentuh. Di Go Air Pop, kontrol sentuhnya dapat dipakai untuk play/pause, mengatur volume, menerima panggilan telepon, memanggil asisten virtual di smartphone, maupun memilih satu dari tiga preset equalizer yang tersedia.

Di balik masing-masing earpiece-nya bernaung driver dengan diameter 6 mm, sedangkan konektivitasnya mengandalkan Bluetooth versi 5.1. Fitur Dual Connect memungkinkan kedua earpiece-nya untuk digunakan secara terpisah maupun bersamaan.

JLab Go Air Pop rencananya bakal dipasarkan mulai akhir Agustus mendatang, tapi sejauh ini belum ada informasi kapan ia bakal masuk ke pasar tanah air. Selain warna hitam, tersedia pula warna lilac, merah, abu-abu, dan teal.

Sumber: Engadget.

Unik, Klipsch T5 II True Wireless ANC Dapat Dikendalikan dengan Gestur Kepala

Sekitar dua setengah tahun setelah memulai debutnya di ranah true wireless stereo, Klipsch akhirnya menyingkap TWS pertamanya yang dibekali teknologi active noise cancellation alias ANC. Dinamai Klipsch T5 II True Wireless ANC, penampilan fisiknya nyaris menyerupai T5 II biasa yang dirilis setahun lalu.

Cara kerja fitur ANC-nya cukup standar, yakni dengan melibatkan sepasang mikrofon pada masing-masing earpiece untuk menangkap sekaligus memblokir sebanyak mungkin suara di sekitar pengguna. Juga sudah menjadi standar di kalangan TWS premium adalah kehadiran fitur transparency mode yang punya cara kerja bertolak belakang dengan ANC.

Namun Klipsch tentu tidak akan puas dengan itu saja, apalagi mengingat TWS ini mereka luncurkan bersamaan dengan perayaan ulang tahunnya yang ke-75. Selain ANC, Klipsch turut mengintegrasikan teknologi optimasi audio Dirac HD Sound demi semakin menyempurnakan kualitas suara yang dihasilkannya. Kebetulan juga dynamic driver yang tertanam di T5 II ANC sedikit lebih besar diameternya di angka 5,8 mm.

Juga unik pada TWS ini adalah integrasi teknologi AI besutan Bragi, salah satu pelopor kategori TWS yang sejak tahun 2019 memutuskan untuk berfokus di bidang software dan AI. Bragi pada dasarnya telah merancang sebuah sistem operasi berfitur lengkap untuk TWS, dan Klipsch merupakan salah satu pabrikan pertama yang melisensikan teknologinya.

Salah satu fitur yang paling menarik adalah Bragi Moves, yang memungkinkan pengguna untuk mengendalikan TWS menggunakan gestur kepala, semisal mengangguk untuk menerima panggilan telepon, atau menggeleng untuk menolak panggilan telepon sekaligus untuk lompat ke track berikutnya.

Selanjutnya, ada fitur bernama Sidekicks yang dapat bekerja sesuai konteks, seperti misalnya mengaktifkan fitur transparency mode secara otomatis setiap kali panggilan telepon berlangsung. Namanya sistem operasi, fitur-fiturnya bisa terus ditambah lagi ke depannya melalui update demi update.

Terkait baterainya, Klipsch mengklaim daya tahan hingga 5 jam per charge, atau sampai 7 jam kalau ANC-nya dimatikan. Charging case-nya sendiri mampu mengisi ulang perangkat sebanyak dua kali, yang berarti total daya tahan baterai yang didapat adalah 15 jam dengan ANC, atau 21 jam tanpa ANC. Selain via kabel USB-C, charging case-nya juga dapat diisi ulang menggunakan wireless charger.

Di Amerika Serikat, Klipsch T5 II True Wireless ANC saat ini sudah dipasarkan dengan harga $299. Pilihan warna yang tersedia ada tiga: copper, gunmetal, dan silver. Alternatifnya, konsumen juga bisa menggaet edisi khusus McLaren yang dihargai $349.

Selisih harga $50 ini bukan sebatas ongkos untuk membubuhkan logo McLaren saja, melainkan juga untuk menebus sejumlah fitur ekstra, macam material serat karbon asli dan dukungan teknologi wireless charging NuCurrent. Dibandingkan teknologi Qi wireless charging biasa, NuCurrent diklaim mampu mengisi ulang perangkat dua kali lebih cepat.

Sumber: What Hi-Fi dan Klipsch.

Bukan Sembarang TWS, Nuratrue Mampu Beradaptasi dengan Karakteristik Telinga Penggunanya

Setiap manusia memiliki indra pendengaran dengan karakteristik yang berbeda. Apa yang terdengar enak di telinga Anda belum tentu enak di telinga saya. Anda mungkin bisa mendengarkan banyak detail menggunakan headphone A, tapi di telinga saya detail tersebut bisa jadi sama sekali tidak keluar. Singkat cerita, menciptakan headphone atau earphone yang sempurna untuk semua orang itu hampir mustahil.

Tantangan inilah yang berusaha dijegal oleh Nura, startup asal Australia yang memulai kiprahnya di bidang audio pada tahun 2016. Mereka baru saja meluncurkan Nuratrue, sebuah TWS yang dilengkapi teknologi sound profiling untuk beradaptasi dengan karakteristik pendengaran masing-masing penggunanya.

Nuratrue merupakan produk ketiga Nura setelah Nuraphone dan Nuraloop, dan di sini Nura kembali mengunggulkan teknologi yang membuat produknya berbeda ketimbang produk lain di pasaran. Jadi pada saat pertama kali mengenakan Nuratrue, perangkat akan lebih dulu mempelajari karakteristik telinga kita demi menciptakan profil suara yang tepat.

Caranya adalah dengan memutar suara dari berbagai frekuensi, lalu mendeteksi ‘pantulan suara’ lirih yang kembali. Dalam dunia medis, pantulan suara ini dikenal dengan istilah otoacustic emission (OAE), dan pemeriksaan OAE rupanya cukup sering dilakukan di rumah sakit pada bayi yang baru lahir sebagai tindakan awal untuk mendeteksi adanya gangguan pendengaran atau tidak.

Usai menangkap gelombang suara OAE tersebut, Nuratrue kemudian akan mengolah informasi yang terkandung di dalamnya dan meraciknya menjadi profil suara yang terpersonalisasi. Prosesnya kurang lebih memakan waktu sekitar 60 detik, dan setelahnya profil tersebut dapat diaktifkan atau dinonaktifkan kapan saja melalui aplikasi pendamping Nura di smartphone.

Selebihnya, Nuratrue menawarkan fitur-fitur yang kerap kita jumpai pada TWS premium. Salah satunya adalah active noise cancellation (ANC), lengkap bersama transparency mode sehingga pengguna bisa mendengarkan suara di sekitarnya ketika diperlukan tanpa perlu melepas perangkat dari telinga.

Dari sisi desain, Nuratrue kelihatan cukup generik. Sisi luar masing-masing earpiece-nya dilengkapi panel sentuh kapasitif, dan secara keseluruhan fisiknya tahan cipratan air dengan sertifikasi IPX4. Di angka 7,4 gram per earpiece, bobotnya tergolong ringan jika melihat dimensinya yang agak bongsor.

Nuratrue menggunakan konektivitas Bluetooth 5.0. Dalam sekali pengecasan, baterainya diklaim cukup untuk pemakaian selama 6 jam nonstop. Charging case-nya di sisi lain bisa mengisi ulang perangkat sampai tiga kali untuk memberikan total daya tahan hingga 24 jam.

Nuratrue saat ini sudah bisa dibeli langsung dari situs Nura seharga $200. Di rentang harga ini mungkin kita bisa menemukan TWS lain dengan desain yang lebih baik maupun kinerja ANC yang lebih efektif, akan tetapi teknologi sound profiling Nuratrue semestinya dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi yang mengutamakan kualitas suara.

Sumber: TechCrunch dan Nura.

Beoplay EQ Ialah TWS Berteknologi ANC Pertama dari Bang & Olufsen

Bang & Olufsen tidaklah asing dengan teknologi active noise cancellation (ANC). Mereka juga sudah sangat familier dengan kategori TWS selama beberapa tahun. Kendati demikian, B&O rupanya belum pernah mengombinasikan kedua hal tersebut.

Perangkat bernama Beoplay EQ berikut ini adalah TWS berteknologi ANC pertama besutan B&O. Dalam menjalani debutnya di kategori ini, B&O tampaknya ingin tampil all-out. Ini dibuktikan lewat penggunaan sebuah chip khusus yang sepenuhnya didedikasikan untuk mewujudkan fitur ANC pada Beoplay EQ, kurang lebih sama seperti teknik yang diterapkan TWS unggulan Sony.

ANC yang Beoplay EQ hadirkan juga bersifat adaptif. Artinya, seberapa agresif perangkat memblokir suara luar bakal disesuaikan secara otomatis berdasarkan kondisi di sekitar. Fitur transparency mode yang punya cara kerja berkebalikan dari ANC pun turut tersedia. Secara total, Beoplay EQ mengemas enam buah mikrofon (tiga di kiri, tiga di kanan), dan semuanya punya peran dalam merealisasikan fitur ANC sekaligus transparency mode ini.

Perihal kualitas suara, Beoplay EQ mengandalkan driver baru berjenis electro-dynamic yang memiliki diameter 6,88 mm. Perangkat dibekali konektivitas Bluetooth 5.2, lengkap beserta dukungan codec aptX Adaptive. Karakter suara yang dihasilkannya bisa disesuaikan dengan selera pengguna masing-masing melalui sebuah aplikasi pendamping.

Semua itu dikemas dalam desain premium dengan bobot tidak lebih dari 8 gram per earpiece. Sisi luarnya terbuat dari bahan aluminium, serta mendukung kontrol sentuh demi memudahkan pengoperasian. Bahkan charging case-nya pun juga dibentuk dari material aluminium. Sertifikasi IP54 memastikan perangkat dapat tetap bekerja secara normal meski pengguna tengah diguyur hujan.

Dalam sekali pengisian, Beoplay EQ diyakini mampu beroperasi selama 6,5 jam nonstop, atau sampai 7,5 jam kalau fitur ANC-nya dimatikan. Bila dikombinasikan dengan charging case-nya, total daya tahan baterainya berada di kisaran 20 jam. Selain via kabel USB-C, case-nya ini juga dapat diisi ulang menggunakan Qi wireless charger.

Seperti yang sudah bisa kita tebak dari B&O, harga Beoplay EQ jauh dari kata murah: $399. Perangkat rencananya akan dipasarkan mulai tanggal 19 Agustus mendatang. Di samping warna hitam, B&O juga menyediakan pilihan warna agak keemasan.

Sumber: Engadget.

Nothing Ear (1) Adalah TWS Premium Seharga $99 dari Mantan Bos OnePlus

Nothing, perusahaan anyar yang didirikan oleh mantan bos OnePlus, Carl Pei, baru saja meluncurkan produk perdananya, yakni sebuah TWS premium bernama Nothing Ear (1). Perangkat ini rencananya bakal dipasarkan mulai 17 Agustus mendatang dengan banderol $99.

Harga tersebut termasuk cukup terjangkau jika melihat fitur-fitur yang ditawarkan. Apa yang biasa kita jumpai di TWS premium juga hadir di sini, mulai dari active noise cancellation (ANC) dan ambient mode, kendali gesture yang customizable, sertifikasi ketahanan air IPX4, sampai charging case yang dapat diisi ulang secara wireless.

Secara estetika, Ear (1) juga bakal tampil mencolok di antara banyak TWS lain berkat desain tangkainya yang transparan, yang memungkinkan pengguna untuk melihat sebagian jeroannya. Indikator kiri dan kanannya diwakili oleh lingkaran dengan warna yang berbeda; merah untuk sebelah kanan, dan putih untuk sebelah kiri.

Masing-masing earpiece-nya ditenagai oleh driver berdiameter 11,6 mm yang telah di-tune oleh produsen synthesizer asal Swedia, Teenage Engineering. Fun fact, meski lahir di Tiongkok, Carl Pei sebenarnya merupakan seseorang berkebangsaan Swedia. Selain berkontribusi terhadap hardware, Teenage Engineering juga disebut punya peranan dalam optimasi software Ear (1).

Meski mengusung driver yang cukup besar, Ear (1) masih termasuk ringan dengan bobot tiap earpiece cuma 4,7 gram. Perangkat mengandalkan konektivitas Bluetooth 5.2, lengkap dengan dukungan teknologi Google Fast Pair. Fitur in-ear detection juga tersedia, sehingga audio akan otomatis dihentikan ketika perangkat dilepas dari telinga, lalu kembali diputar ketika perangkat dikenakan.

Urusan baterai, Ear (1) diklaim mampu beroperasi selama 5,7 jam nonstop, atau total 34 jam jika disandingkan bersama charging case-nya, tapi ini dalam posisi ANC-nya dimatikan. Kalau dinyalakan, maka daya tahan baterainya turun menjadi 4 jam, atau 24 jam bersama case-nya.

Nothing Ear (1) kabarnya akan dijual di 45 negara, dan semestinya Indonesia termasuk salah satunya kalau melihat daftar negara yang tercantum dalam country selector di situs Nothing. Sebelum pemasaran resminya dimulai, Nothing bakal lebih dulu membuka penjualan secara terbatas di situsnya pada tanggal 31 Juli 2021.

Entah kebetulan atau tidak, OnePlus baru-baru ini juga meluncurkan TWS premium yang dibekali ANC bernama OnePlus Buds Pro.

Sumber: The Verge dan PR Newswire.

Unik, Trio TWS Baru LG Dibekali Fitur untuk Berbisik Selagi Menelepon

Lini TWS LG Tone Free selalu menawarkan fitur ekstra yang membuatnya tampil menonjol di tengah-tengah segudang TWS lain yang ada di pasaran. Hal ini juga berlaku untuk trio TWS terbarunya berikut ini: Tone Free FP5, FP8, dan FP9.

Ketiganya sama-sama menawarkan fitur Whispering Mode, yang bakal sangat membantu ketika pengguna sedang tidak bisa berbicara keras-keras selagi menelepon, semisal di dalam perpustakaan. Cukup dengan mendekatkan earphone sebelah kanan ke mulut, maka pengguna bisa langsung berbisik dan lawan bicaranya dipastikan tetap mampu mendengar dengan jelas.

Trio Tone Free FP ini dibekali enam buah mikrofon secara total (tiga di kiri, tiga di kanan). LG pun tidak lupa menyematkan fitur active noise cancellation (ANC) pada ketiganya, sehingga perangkat tetap ideal digunakan di lokasi-lokasi yang ramai. Fitur berbisik tadi tentunya juga bakal sangat berguna di keramaian, seperti misalnya di dalam bus atau MRT.

Fitur Headphone Spatial Processing dan 3D Sound Stage turut dihadirkan untuk menyambut tren spatial audio sekaligus menyuguhkan pengalaman mendengarkan yang lebih immersive kepada pengguna. Terkait kualitas suaranya, LG mengklaim tiga TWS barunya ini mampu menghasilkan bass yang lebih bertenaga tanpa mengorbankan clarity berkat penggunaan driver dan diaphragm yang telah disempurnakan.

LG Tone Free FP9 / LG

Secara desain, trio Tone Free FP hadir mengusung rancangan baru yang lebih sleek berkat tangkai yang lebih pendek 4,4 milimeter ketimbang milik model sebelumnya, serta yang tahan cipratan air dengan sertifikasi IPX4. Untuk FP8 dan FP9, keduanya hadir bersama charging case spesial yang dibekali teknologi anti-bakteri seperti sebelum-sebelumnya, dengan kemampuan membunuh hingga 99,9% bakteri yang bersarang di bagian speaker mesh-nya.

Khusus FP9, charging case-nya malah lebih istimewa lagi karena mampu merangkap peran sebagai sebuah adaptor wireless. Menggunakan kabel USB-C ke AUX, case-nya ini dapat disambungkan ke berbagai macam perangkat, mulai dari game console sampai sistem hiburan dalam kabin pesawat, dan setelahnya FP9 pun menerima sinyal audio dari perangkat tersebut secara wireless.

Perihal baterai, FP8 dan FP9 diklaim bisa tahan sampai 10 jam pemakaian, atau sampai 24 jam jika dipadukan bersama charging case-nya. FP5 di sisi lain menjanjikan daya tahan hingga 8 jam, atau total 22 jam bersama case-nya. Khusus FP8, charging case-nya dapat diisi ulang menggunakan Qi wireless charger.

Ketiga TWS baru ini kabarnya bakal dipasarkan mulai bulan ini juga di beberapa negara. Sayang LG belum punya informasi harganya sama sekali.

Sumber: The Verge dan LG.

OnePlus Buds Pro Dirilis, Unggulkan ANC dan Dolby Atmos di Harga $150

Bersamaan dengan peluncuran OnePlus Nord 2, OnePlus turut menyingkap TWS baru bernama OnePlus Buds Pro. Seperti yang bisa kita lihat dari nama sekaligus wujudnya, perangkat ini dirancang untuk menjadi alternatif terhadap AirPods Pro.

Satu fitur yang paling membedakan OnePlus Buds Pro dari OnePlus Buds adalah active noise cancellation alias ANC. Memanfaatkan tiga mikrofon di tiap unitnya, Buds Pro dapat mengeliminasi suara di sekitar dalam tiga pilihan intensitas, dari yang paling rendah (25 dB) sampai yang paling tinggi (40 dB). Alternatifnya, pengguna juga bisa mengaktifkan mode Smart yang memungkinkan Buds Pro untuk mengatur sendiri tingkatan noise cancelling-nya.

Terkait performa audionya, Buds Pro mengandalkan sepasang driver berdiameter 11 mm yang mendukung teknologi Dolby Atmos (spatial audio). Pengguna juga dapat memanfaatkan fitur kalibrasi di aplikasi pendamping Buds Pro untuk menyesuaikan karakter suaranya dengan selera masing-masing.

Konektivitasnya sudah mengandalkan generasi yang terbaru, yakni Bluetooth 5.2, dan OnePlus tidak lupa menyematkan mode khusus gaming yang akan menekan latensi sampai serendah 94 milidetik ketika diaktifkan. Dukungan codec LHDC pun juga tersedia, yang berarti streaming via Bluetooth dapat dilakukan dengan bitrate maksimum 900 kbps demi kualitas suara yang lebih baik.

 

Dari segi desain, Buds Pro memang kelihatan sangat mirip seperti AirPods Pro, akan tetapi separuh tangkainya yang berlapis krom tentu bisa memberikan kesan uniknya tersendiri. Pilihan warnanya sendiri ada dua: Matte Black dan Glossy White, masing-masing dengan finish yang berbeda sesuai namanya. Perangkat diklaim tahan air dengan sertifikasi IP55, sedangkan charging case-nya dengan sertifikasi IPX4.

Baterai juga menjadi daya tarik lain OnePlus Buds Pro. Dalam sekali pengisian, Buds Pro dapat beroperasi selama 5 jam nonstop dengan ANC aktif, atau sampai 7 jam jika ANC-nya dimatikan. Kalau digabungkan dengan charging case-nya, total daya tahan baterainya adalah 28 jam (dengan ANC), atau 38 jam (tanpa ANC). Case-nya bisa diisi ulang menggunakan kabel USB-C ataupun Qi wireless charger.

Rencananya, OnePlus Buds Pro bakal dijual mulai bulan Agustus 2021. Di Amerika Serikat, harganya dipatok $150, atau kurang lebih sekitar 2,2 jutaan rupiah.

Sumber: The Verge dan OnePlus.

Louis Vuitton Luncurkan Speaker Bluetooth Mewah dengan Wujud Mirip Gasing dari Era Cyberpunk

Apa jadinya ketika brand fashion sekelas Louis Vuitton mendesain sebuah speaker Bluetooth? Well, jujur saya tidak bisa memikirkan kata lain di samping “mahal”, terutama setelah melihat produk-produk lain yang pernah LV luncurkan di ranah teknologi, macam smartwatch seharga $2.500 atau TWS seharga $1.000.

Speaker ini pun tentu juga demikian. Dinamai Louis Vuitton Horizon Light Up Speaker, perangkat ini sekarang telah dijual seharga $2.890, atau sekitar 42 juta rupiah. Apa yang membuatnya begitu mahal? Salah satunya alasannya tentu adalah keberadaan logo LV, belum lagi emblem bertuliskan “LOUIS VUITTON” yang bisa menyala pada cincin bagian tengahnya.

Yang sedikit melegakan adalah fakta bahwa produk ini bukanlah versi super-premium dari produk yang sebelumnya sudah tersedia di pasaran, yang harganya langsung melambung tinggi hanya setelah dibubuhi logo LV. Dari segi desain, speaker ini setidaknya cukup orisinal. Sepintas bentuknya langsung mengingatkan saya pada sebuah gasing, tapi terkadang juga tampak seperti sebuah UFO.

Pada kenyataannya, desainnya banyak terinspirasi oleh produk lain LV, yakni Toupie Bag. Di sekujur grille-nya, LV tak lupa menyematkan emboss logo LV dan motif bunga monogram dari bahan kulit. Lalu pada bagian atasnya, terdapat 23 LED yang akan menyala warna-warni, lagi-lagi dengan motif monogram. Speaker ini tercatat memiliki diameter 18 cm, tinggi 14 cm, dan berat 1 kg.

Kinerja audionya sendiri disokong oleh woofer 3 inci dan sepasang tweeter berdiameter 0,75 inci yang menerima asupan daya dari dua unit amplifier berdaya 30 W. Selain Bluetooth 5.1, perangkat juga dibekali konektivitas Wi-Fi sekaligus kompatibel dengan AirPlay 2. LV pun tidak lupa menanamkan tiga buah mikrofon sehingga perangkat juga bisa digunakan untuk menerima panggilan telepon.

Dalam sekali charge via USB-C, speaker ini dapat beroperasi selama 15 jam pemakaian. Paket penjualannya mencakup sebuah unit docking, adaptor universal, dua kabel USB-C (1 meter dan 3 meter), strap kulit, dan sebuah travel pouch. Speaker ini sekarang sudah bisa dibeli melalui online store LV.

Sumber: Engadget.