Tahun Ini Layanan E-Commerce Perkakasku Fokus untuk Pasar B2B dan B2G

Perkakasku sudah mulai berbisnis sejak tahun 2007. Berawal dari sebuah toko perkakas di daerah Bandung, Perkakasku menjelma menjadi sebuah situs e-commerce yang melayani pembelian secara online. Kini di tahun 2018 Perkakasku mencoba lebih fokus untuk segmen business to business (B2B) dan business to goverment (B2G). Perkakasku menjalankan kegiatan operasionalnya di Bandung, mulai dari stock gudang, proses pengiriman, hingga quality control.

“Semua pengiriman barang dilakukan dari Bandung. Kami mempunyai stok di gudang sendiri di Bandung, sehingga untuk memproses pesanan kami juga lakukan di tempat yang sama. Mulai dari menerima pesanan, QC (quality control) produk, proses pengemasan yang dilakukan oleh tim packing, QC pengemasan,” terang Promotions and Partnership Staff Perkakasku Raisha Khairunnisa.

Perkakasku mencoba terus konsisten menjalankan bisnis mereka dengan tetap menawarkan perkakas-perkakas yang dibutuhkan dengan kategori bervariatif, mulai dari power tools, hand tools, sparepart tools, engine, cleaning tools, home appliances, hingga kitchen appliances. 

Perkakasku juga menyediakan layanan purna jual, berbagai pemilihan kurir ekspedisi untuk pengiriman, metode pembayaran yang lengkap dan stok di gudang pribadi sehingga memudahkan untuk kontrol kualitas dan pengirman.

Mengenai fitur, selain fitur standar e-commerce Perkakasku menyediakan fitur rekomendasi sehingga memudahkan pengunjung saat mencari aksesoris atau sparepart yang kompatibel dengan produk yang dibuka. Perkakasku juga menyediakan blog yang berisikan review-review berbagai produk yang ada.

Raisha lebih jauh menjelaskan, di tahun 2018 Perkakasku mencoba lebih fokus pada sektor B2B dan B2G. Untuk B2B Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan mempermudah permohonan quotation di sistem Perkakasku dan terhubung langsung dengan pihak sales.

Sementara untuk B2G Perkakasku sangat fokus pada pemeliharaan toko mereka yang terdaftar di e-catalogue LKPP dengan terus melengkapi produk dan ketersediaan stok.

“Strategi kami untuk B2B, kami memiliki sales khusus untuk menjemput bola ke berabgai perusahaan khususnya di wilayah Bandung dan sekitarnya. Selain itu juga kami berusaha terus untuk melengkapi varian produk perkakas karena permintaan dari perusahaan-perusahaan sangatlah beragam,” tutupnya Raisha.

Bagaimana Industri Tekstil dan Manufaktur Mengadopsi Teknologi Digital

Dalam acara ITMF (International Textile Manufacturers Federation) Annual Conference 2017, yang berlangsung di Bali akhir pekan lalu, para pakar dan pelaku industri tekstil dan manufaktur meramaikan kegiatan tersebut untuk berbagi informasi, pengalaman dan kegiatan terkini seputar industri tekstil dan manufaktur secara global.

Hal menarik di acara tersebut adalah ajakan dan inisiatif untuk membawa industri tekstil dan manufaktur menuju Go Digital.

“Dibandingkan dengan industri yang lain, tekstil dan manufaktur terbilang paling ketinggalan. Masih banyak pemilik usaha yang menjalankan bisnis dengan cara konvensional,” kata Edwin Keh dari HKRITA.

Luasnya aspek pendukung untuk menghasilkan sebuah produk garmen dan tekstil, merupakan salah satu kendala mengapa selama ini manufaktur masih enggan untuk mengadopsi teknologi. Masih betah dengan lingkungan yang sama secara rutin merupakan alasan masih rendahnya awareness penerapan teknologi di kalangan tersebut.

Menurut Edwin sudah waktunya para manufaktur untuk merubah mindset yang ada. Jangan hanya melihat perkembangan teknologi yang terjadi di industri lainnya, sudah waktunya industri tekstil untuk menjadi bagian perkembangan teknologi.

Strategi Amazon “mengganggu” industri

Kehadiran Amazon di Amerika Serikat sudah menggantikan mesin pencari Google untuk pencarian informasi fesyen, produk, dan material tekstil. Teknologi dan layanan digital juga sudah menggantikan cara konvensional orang untuk melakukan transaksi. Tidak lagi mengunjungi toko fisik, namun sudah terbiasa melakukan pembelian secara online.

“Saat ini kalangan millennial sudah mendominasi pembelian secara online dan enggan untuk datang secara langsung untuk membeli ke toko fisik. Banyaknya tawaran dan kemudahan saat ini juga sudah memberikan alternatif baru kepada mereka untuk meminjam baju dan tidak harus membeli,” kata Edward Gribbin dari Alvanon.

Strategi Amazon pun tidak hanya sebatas sebagai penyedia lengkap produk fesyen berkualitas dan terkini. Saat ini Amazon diklaim sudah memiliki private label yang terbilang sukses, meskipun di masa awal sempat mengalami kesulitan untuk membaca consumer behavior.

Penerapan tepat omni channel

Meskipun saat ini tercatat 88% penggiat ritel, toko pakaian, dan layanan e-commerce mengklaim telah menerapkan skema omni channel, namun faktanya hanya sekitar 20% yang benar-benar telah menerapkan kegiatan tersebut.

Menurut Jorge Martin dari Euromonitor, masih banyak pelaku usaha yang kurang mengerti dengan baik apa itu omni channel dan bagaimana cara kerjanya. Bukan hanya memiliki toko dan cabang yang banyak, namun omni channel lebih kepada integrasi.

“Idealnya omni channel itu adalah informasi yang didapatkan secara online juga offline, itu adalah penerapan omni channel yang tepat.”

Peranan software mendukung bisnis

Salah satu manfaat yang bisa diperoleh dari teknologi adalah kemampuan untuk melihat data dan memprediksi behavior pengguna memanfaatkan software hingga big data. CEO 88Spares Hartmut Molzahn menyebutkan sudah saatnya perusahaan tekstil dan manufaktur memiliki jajaran C-Level yang mengerti dan memiliki visi dan misi yang baik terkait penerapan teknologi.

“Untuk itu harus dimulai dari organisasi di perusahaan. Jangan hanya menggunakan teknologi untuk pendukung saja (IT Support), namun manfaatkan teknologi untuk mengamati, mencari tahu dan melakukan prediksi untuk kemajuan perusahaan.”

Ke depannya diharapkan industri tekstil dan manufaktur secara global bisa dengan cepat mengejar ketinggalan, terkait adopsi teknologi, dan bisa melakukan perubahan yang signifikan saat memanfaatkannya.

Fokus 88Spares Menjadi Layanan “Niche” Procurement B2B Tekstil dan Garmen

Setelah soft launching pada bulan April 2017 lalu, layanan e-commerce B2B industri tekstil dan garmen 88Spares saat ini sudah masuk dalam versi Beta dan siap diresmikan pada kuartal pertama tahun 2018 mendatang. Mereka masih fokus akuisisi lebih banyak vendor yang pada umumnya adalah pemilik usaha mesin, bahan, hingga material pendukung industri tekstil di Indonesia.

Kepada media, CEO 88Spares Hartmut Molzahn dalam gelaran acara ITMF Annual Conference 2017 mengungkapkan saat ini 88Spares sudah memiliki sekitar 700 vendor yang masuk dalam proses penyeleksian dari berbagai layanan terkait. Menyadari besarnya industri garmen dan tekstil saat ini secara global, 88Spares hanya ingin fokus kepada layanan “niche” terlebih dahulu. Nantinya jika sudah mulai berkembang akan dibuka kategori lainnya.

“Saat ini masih banyak pemilik usaha keluarga yang belum mengadopsi teknologi dan masih menggunakan cara-cara paling dasar dan konvensional untuk menjalankan bisnis. Dengan platform yang kami miliki kami ingin membantu pemilik bisnis mulai menggunakan teknologi,” kata Hartmut.

Mengklaim memiliki layanan hingga teknologi berbeda dengan layanan procurement B2B serupa, seperti Bizzy dan Mbiz, layanan produk tekstil dan garmen yang dihadirkan 88Spares saat ini masih cukup langka dan belum ada startup lokal yang memberikan layanan tersebut.

“Tidak hanya dari sisi teknologi, tapi pendekatan dan rencana scale up kami ke depan sangat berbeda. Harapannya 88Spares bisa menjadi yang terdepan dalam hal penyediaan kebutuhan industri garmen dan tekstil secara global,” kata CMO 88Spares Rosari Soendjoto.

Menjembatani pembeli dan vendor

Fokus kepada pemilik usaha dan vendor di Indonesia, saat ini sebagian besar vendor yang terdaftar di 88Spares merupakan pemilik bisnis asal Indonesia. Besarnya potensi industri garmen dan tekstil, membuat tim 88Spares ingin membantu pemilik bisnis di Indonesia yang selama ini masih menjalankan bisnis dengan cara lama mulai memanfaatkan teknologi untuk mendorong pertumbuhan.

88Spares memiliki visi dan misi mempermudah proses procurement di industri tersebut, sekaligus membantu pemerintah menciptakan ekonomi yang lebih baik.

“Tujuan kami adalah ingin menjadi yang terbaik dalam industri “niche” dan empower SME untuk memanfaatkan teknologi lebih optimal,” kata Rosari.

Sebagai pihak yang bakal menjembatani kebutuhan para pembeli dan para vendor secara langsung, 88Spares bakal “mengganggu” proses yang selama ini tergolong panjang dan berliku. Menyadari tantangan yang ada, 88Spares berkomitmen terus membantu pembeli dan pemilik bisnis mendapatkan produk yang diinginkan dengan harga yang terjangkau.

“Selama berkarier di industri tekstil dan garmen, saya kerap menemukan case di mana pembeli kesulitan untuk menemukan garmen atau bahan yang mereka butuhkan, padahal saat ini banyak sekali vendor di Indonesia yang bisa meng-cater kebutuhan tersebut,” kata Hartmut.

Terkait strategi monetisasi yang bakal dilancarkan, 88Spares akan mendapatkan komisi dari setiap transaksi yang sukses. Jumlahnya bervariasi tergantung kontrak dan berapa banyak produk yang dibeli buyer.

“Untuk scale up sendiri sebenarnya bukan prioritas kami. Dengan banyaknya faktor pendukung yang ada di industri garmen dan tekstil, semua kebutuhan bisa kami jadikan potensi untuk mengembangkan bisnis ke depannya,” kata Hartmut.

Rencana fundraising dan menjadi platform digital terdepan

Masih fokus kepada pengembangan bisnis dan terus melakukan kurasi vendor yang terbaik untuk dipromosikan secara global, 88Spares saat ini belum memiliki rencana untuk melakukan fundraising. Meskipun demikian, untuk mengembangkan teknologi dan merekrut tim, 88Spares membuka kesempatan ke investor yang tepat untuk urusan pendanaan segar.

“Selama ini kami cukup mampu menjalankan bisnis secara bootstrapping. Namun demikian untuk mengembangkan bisnis lebih baik lagi, fundraising akan masuk dalam rencana kami selanjutnya,” kata Rosari.

Rencana Pengembangan dan Pembaruan Bizzy di Kuartal Ketiga 2017

Layanan procurement dan e-commerce B2B Bizzy, kini tengah berbenah dan menyiapkan roadmap di bawah kepemimpinan CEO Andrew Mawikere. Resmi menjabat sebagai CEO Bizzy bulan Mei 2017 lalu pasca akuisisi terhadap “Alpha” dengan nilai yang tidak disebutkan, Andrew bakal melakukan revamping dan pengembangan pricing engine, pusat merchant, dan segera meluncurkan Bizzy Select marketplace.

Di sisi lain, Peter Goldsworthy, President Bizzy dan CEO sebelumnya, telah mundur dari posisinya per Juli lalu dan kini menjabat Partner Maloekoe Ventures. Karena Maloekoe Ventures masih merupakan investor Bizzy, Peter kini menjadi wakil VC tersebut di board Bizzy.

“Bagi Bizzy, peluncuran layanan tersebut adalah penting untuk memaksimalkan solusi sekaligus menambah keuntungan kepada pengguna, vendor dan stakeholder. Pembaruan ini kami percaya akan memperkaya investasi Bizzy untuk kegiatan edukasi kepada pelanggan, vendor dan stakeholder agar bisa mulai mengadopsi platform kami. Revamp ini dijadwalkan akan selesai dan live bulan Agustus ini,” kata Andrew.

Pasca mendapatkan pendanaan Seri A, di bawah kepemimpinan Andrew, misi Bizzy adalah menerapkan ekonomi yang transparan dan mendukung ekosistem inklusi bisnis digital secara efisien.

Latar belakang pendidikan keuangan yang dimiliki Andrew, termasuk pengalamannya menjadi Co-Founder Mbiz, disebut cocok mendukung arah pengembangan Bizzy yang sekarang dalam tahap scale up.

Memperluas kerja sama dan kolaborasi

Memasuki kuartal ketiga di tahun 2017, salah satu rencana yang bakal dilancarkan Bizzy adalah memperluas kerja sama dan kemitraan strategis dengan industri yang beragam, perusahaan besar hingga kecil, maupun letak geografis.

“Tujuan perluasan kerja sama strategis tersebut agar bisa mengembangkan dan melakukan eksekusi kegiatan operasional. Kami juga akan mulai fokus untuk melakukan scale up dan memperluas jaringan vendor lokal di luar Jadetabek,” kata Andrew.

Saat ini Bizzy telah memiliki katalog produk sebanyak 19 kategori utama dari lebih 5100 sub-kategori, dengan mengedepankan cross-docking fulfillment model agar bisa memaksimalkan waktu, Bizzy juga terus melakukan kolaborasi dengan mitra logistik dan vendor lokal di seluruh Indonesia.

“Dengan melanjutkan inovasi dan digital platform yang inklusif untuk ekosistem B2B, diharapkan bisa membuat Bizzy tetap tampil relevan,” tutup Andrew.

Masuki Usia Keempat, Ralali Fokus Bantu Kembangkan Bisnis UMKM

Tahun ini, tepatnya 24 Juli silam Ralali genap berusia empat tahun. Ralali yang memiliki konsep bisnis marketplace penyedia kebutuhan bisnis di Indonesia mulai berdiri tahun 2013. Seiring dengan berjalannya waktu Ralali yang mulanya hanya menyediakan barang maintenance, repairs, dan operasional (MRO) kini telah memiliki lebih dari 12 kategori dengan ribuan suppliers. Ralali mengklaim kesuksesan layanannya dengan nilai transaksi yang terus meningkat, mencapai 900% dalam dua tahun terakhir.

Di umurnya yang keempat, perusahaan masih mencoba terus berjalan dengan visinya dalam menjadi jembatan yang memudahkan hubungan penjual dan pembeli di sektor Business-to-Business (B2B). Tahun ini Ralali disebut akan fokus pada pemberian kemudahan bagi para pemilik UMKM dalam menjalankan bisnisnya, hal ini dilakukan dengan mengembangkan tiga pilar bisnis online yakni marketplace, finansial dan logistik.

“Di usia keempat ini Ralali.com tetap berpegang pada komitmen awal, yakni menjadi solusi bisnis di Indonesia. Dengan adanya Ralali.com sebagai B2B marketplace, diharapkan dapat mempermudah masyarakat Indonesia yang ingin memulai atau menjalankan bisnisnya sehingga nantinya ikut mengembangkan perekonomian Indonesia,” ungkap Joseph Aditya, CEO dan Founder Ralali.

Joseph menambahkan yang menjadi tujuan bisnis Ralali adalah membuat Sahabat Ralali (pembeli di Ralali) memiliki akses terhadap dukungan bisnis yang mendukung. Selain ketersediaan barang Ralali juga berkomitmen untuk terus berinovasi dalam hal pembiayaan, pendanaan dan solusi pembayaran. Selain itu Ralali juga akan bekerja sama dengan perusahaan logistik seperti SAP Express untuk lebih memudahkan dan mempercepat pengiriman barang.

Secara terpisah, Public Relations Executive Ralali Marseka Citra kepada DailySocial menceritakan tren permintaan barang-barang kebutuhan bisnis ikut berkembang seiring dengan pertumbuhan markeplace secara umum. Pihak Ralali juga melihat adanya perubahan atau transformasi yang semula pemesanan barang secara konvensional ke bentuk digital. Di sanalah Ralali coba memenuhi kebutuhan dengan mengandalkan efisiensi di sektor, saluran dan pembiayaan.

Ralali disebut telah bekerja sama dengan banyak supplier, baik dari dalam maupun luar negeri. Dengan berbagai macam kategori yang kini disediakan, Ralali bisa menjangkau segmen yang lebih luas. Menurut data internal, jika pada tahun lalu kategori transaksi masih didominasi Machinery and Industrial Parts dengan persentase transaksi mencapai 55% dari total transaksi, kini kategori-kategori seperti Computer & Communication, Food & Beverages, dan Beauty, Sports & Textile terus meningkat.

Selain penambahan kategori, Ralali juga menawarkan fitur RFQ (Request for Quotation). Sebuah fitur yang memungkinkan pembeli di Ralali dapat memasukan permintaan barang apapun yang diinginkan meski belum tahu supplier mana yang bisa memenuhi. Di sisi lain, penjual juga bisa memberikan penawaran untuk permintaan tersebut.

“RFQ ada karena kami melihat kebutuhan bisnis setiap orang berbeda dan penjual pun dapat melakukan penawaran yang sesuai dengan bidangnya. Lewat RFQ kami dapat memenuhi kebutuhan barang-barang yang unik seperti elevator speedometer dan gunting beton. Fitur Hubungi Penjual juga ada apabila Sahabat Ralali sudah tahu di mana supplier yang tepat dan berencana memesan barang custom made,” terang Joseph.

Ralali memang rajin merangkul banyak pengusaha lokal atau UMKM. Perusahaan mengelola portal Tribes.id, sebuah kanal yang sengaja dibangun untuk membantu mengembangkan UMKM di Indonesia.

“Teknologi memengaruhi semua bidang dalam kehidupan dan menjadi kunci perkembangan bisnis saat ini. Ralali.com memiliki pemain-pemain terbaik di bidangnya dalam hal pengembangan teknologi. Dengan dukungan tim yang baik dan mengedepankan teknologi, Ralali optimis untuk dapat menjadi B2B (Business to Business) online marketplace yang terbesar dan terpercaya,” tutup Marsela.

Application Information Will Show Up Here

Bizzy Akuisisi “Alpha”, Andrew Mawikere Jadi CEO Baru

Layanan procurement dan e-commerce B2B Bizzy mengumumkan akuisisi terhadap “Alpha” dengan nilai yang tidak disebutkan dan mengangkat Founder dan CEO Alpha Andrew Mawikere sebagai CEO Bizzy yang baru. Andrew sebelumnya dikenal sebagai Co-Founder dan ex-CEO Mbiz, lini e-commerce B2B Matahari Group yang notabene adalah kompetitor Bizzy. Peter Goldsworthy, CEO Bizzy sebelumnya, bakal mengemban tugas sebagai President.

Nama Alpha bisa dibilang tidak dikenal di khalayak umum, tetapi pihak Bizzy mengungkapkan Alpha memiliki kekuatan di sektor marketplace B2B, khususnya berpengalaman di bahan baku, spare part, dan direct material. Akuisisi terhadap Alpha diharapkan mendorong Bizzy untuk memiliki layanan lengkap di sektor B2B.

“SMDV, Maloekoe Venture, dan Ardent Capital sebagai investor Bizzy percaya bahwa B2B e-Procurement yang komplit (direct dan indirect material) akan segera menjadi the next big thing di Indonesia setelah e-Commerce dan Fintech,” jelas Managing Partner SMDV Roderick Purwana.

Sebelumnya Bizzy telah merekrut Norman Sasono dan Hermawan Sutanto di jajaran C-level yang memiliki latar belakang teknis kuat untuk mendukung usaha Bizzy mengembangkan bisnis ke pengembangan sistem yang bisa custom tailored untuk kebutuhan korporasi.

Andrew dalam penyataannya mengungkapkan:

“Bizzy memiliki teknologi dan platform kelas enterprise yang paling inovatif di industri dan memiliki modal talenta-talenta yang unggul yang akan membantu adopsi B2B e-Procurement di Indonesia, baik untuk direct dan indirect material, lebih cepat lagi.”

 

Marketplace B2B 88spares Resmi Meluncur, Sasar Pegiat Tekstil dan Garmen

Dengan semangat ingin mempermudah transaksi jual beli suku cadang mesin dan kebutuhan industri khususnya yang bergerak di industri tekstil dan garmen, 88spares hadir meramaikan pasar e-commerce B2B di Indonesia.

88spares secara resmi didirikan pada akhir tahun lalu oleh Hartmut Molzahn selaku Co-Founder dan CEO. Dia melihat Indonesia adalah negara strategis untuk meluncurkan bisnis marketplace khusus industri tekstil dan garmen.

Molzahn mengutip data Kementerian Perindustrian yang menyebutkan kontribusi Indonesia dari tekstil dan produk tekstil (TPT) sebesar 2% untuk pasokan global. TPT memberi kontribusi 6,65% dari PDB Indonesia di 2016.

“Kami sangat antusias untuk memberikan nilai lebih dan menyusun standar baru bagi e-commerce B2B di Indonesia melalui 88spares. Sebagai permulaan, kami akan terus membangun fitur terkait yang dibutuhkan, seperti product support, payments, shipping, dan pricing,” kata Molzahn.

Untuk model bisnisnya, 88spares bekerja sama dengan para penyuplai yang bertindak sebagai merchant dalam pengadaan produk. Merchant menyediakan produk yang dapat langsung diakses oleh calon pembeli. Nantinya setiap transaksi yang berhasil, pihak 88spares akan menerima komisi.

“Untuk memenuhi kebutuhan industri, procurement-nya itu panjang sekali, harus ke sana ke mari. Ambil contoh, setiap pengusaha yang ingin membeli satu jenis tinta atau spare part untuk jarum tenun, mereka tidak perlu mengeceknya satu per satu ke setiap vendor. Tinggal masukan barang yang mereka butuhkan, langung bisa diproses,” terang CMO 88spares Rosari Soendjoto saat dihubungi DailySocial.

Dia menambahkan, “Pengguna dapat secara mudah memotong biaya pengeluaran mereka dengan membeli dan menjual suku cadang mesin tekstil di 88spares. Dalam platform kami dilengkapi dengan smart features untuk membantu mengoptimalisasi produktivitas pengguna. Dengan demikian, manufaktur tekstil dapat memperluas pasar ekspor mereka.”

Rosari mengklaim 88spares telah menampung sekitar 720 merchant dengan total 1.800 SKU di dalam platformnya yang berkomitmen akan berjualan. Targetnya dalam setahun ke depan, pihaknya dapat menjaring kurang lebih 15 ribu SKU dalam platform 88spares.

“Dengan target 15 ribu SKU, akan membuat kami jadi cukup optimis menjadikan 88spares sebagai marketplace yang menyediakan perlengkapan industri TPT terlengkap.”

Saat ini, situs 88spares masih berupa versi alpha. Rencananya, pada akhir Juli 2017 mendatang pengguna sudah bisa menggunakan versi beta.

Selain Molzahn dan Rosari, 88spares juga digawangi Uung Bhuwono (CTO) dan Leo Grunstein (Co-Founder). Jumlah talenta yang dimiliki 88spares saat ini mencapai 18 orang. Mendanai operasional bisnis, 88spares masih menggunakan kocek sendiri (bootstrap).

Kiat Ralali Perkuat Pangsa Pasar di Segmen B2B Tanah Air

Hampir tiga tahun berdiri, layanan e-commerce B2B Ralali mengumumkan pencapaian bisnis yang positif baik dari nilai transaksi, pembeli, dan repeat buyer rate. Agar bisnis semakin mulus, Ralali memiliki sejumlah kiat yang akan dilakukan perusahaan sepanjang tahun ini, seperti menambah produk consumer goods, khususnya produk kecantikan dan alat kesehatan, serta merangkul pengusaha lokal lewat jaringan komunitas Tribes.id di berbagai kota besar.

Dari segi pencapaian bisnis di tahun lalu, pihak Ralali mengungkapkan nilai transaksi naik 21 kali dibandingkan awal 2015 dan jumlah pembeli naik lebih dari 78 kali. Perusahaan juga mendapat kepercayaan dari ribuan pembeli aktif yang secara berkala melakukan transaksi di Ralali, sehingga repeat buyer rate naik lebih dari 40%. Sayangnya, Ralali enggan membeberkan angka lebih detilnya.

“Seiring dengan sosialisasi yang kami lakukan seperti pameran, edukasi di lingkungan pendidikan, dan pendekatan dengan komunitas binsis lokal, jadi salah satu faktor yang memicu pertumbuhan bisnis di Ralali. Kami sangat berterima kasih atas kerja sama yang baik dengan rekan pembeli maupun penjual,” terang Co-Founder & CEO Ralali Joseph Aditya kepada DailySocial.

Selain itu, menurut Joseph, ada faktor internal dan ekternal yang turut mendorong pertumbuhan bisnis perusahaan. Dari internal, Ralali terus melakukan evaluasi terhadap performa platform dan terus mendengarkan kebutuhan dari pengguna, baik penjual maupun pembeli.

Berangkat dari situ, muncul beberapa kerja sama dan fitur baru di Ralali. Salah satunya post buying request. Fitur ini diklaim mendapat tanggapan yang cukup baik dari pengguna. Cara kerjanya calon pembeli dapat menginformasikan apabila produk yang mereka maksud tidak ada di website. Setelah itu tim akan berusaha mencari produk yang dimaksud lewat kolega Ralali yang ada di seluruh Indonesia dan Tiongkok.

Sementara dari eksternal, Ralali melihat demand market untuk beralih dari proses pengadaan tradisional menuju berbasis teknologi sangat tinggi. “Dan pencapaian kami di tahun lalu tidak bisa lepas dari kepercayaan yang diberikan merchant/seller kami.”

Adapun produk yang menjadi favorit pengguna, masih dalam kategori Maintenance, Repair & Operation (MRO), industrial supplies, dan consumer goods. Tahun ini, perusahaan akan menambah produk kecantikan dan alat kesehatan dalam katalognya.

Fokus bantu pengusaha lewat kanal Tribes

Tahun ini Ralali akan terus fokus membantu pengusaha lokal lewat komunitas bisnis yang dibangun perusahaan yaitu kanal Tribes.id untuk pengembangan bisnis UKM di Indonesia.

Menurut Joseph, saat ini komunitas Tribes sudah masuk ke tiga kota besar dan rencananya tahun ini akan merambah ke 15 kota besar lainnya di Indonesia. Pihaknya yakin setiap pengusaha membutuhkan partner bisnis yang tepat dan hal tersebut nantinya dapat ditemui di komunitas bisnis Tribes.

“Apabila mereka mendapatkan kesuksesan dan pertumbuhan yang cukup baik, tentunya juga berimbas pada pertumbuhan Ralali ke depannya.”

Strategi tersebut sekaligus menjadi jawaban Ralali dalam menghadapi persaingan bisnis B2B e-commerce yang bakal semakin menantang. Kompetitor Ralali di segmen ini antara lain Bizzy, MBiz, dan Bhinneka Bisnis.

“Aspek positifnya, market size dari B2B e-commerce sangat besar, sehingga tahun ini kami tetap fokus ke pelanggan, menambah calon perusahaan dan UKM baru sebagai pengguna platform Ralali dengan memperkenalkan digital B2B e-commerce sebagai model bisnis baru di Indonesia,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here

Bizzy Luncurkan Portal Manajemen “Corporate Travel” Bizzy Travel

Untuk memudahkan perusahaan melakukan monitor dan persetujuan terhadap kegiatan pemesanan hotel saat melakukan perjalanan bisnis karyawan, layanan “Everything for the business” Bizzy hari ini meluncurkan portal manajemen corporate travel. Menargetkan kalangan korporasi di Indonesia Bizzy Travel ini diharapkan bisa menjadi portal terlengkap yang bisa dimanfaatkan untuk mengatur dan memonitor semua kegiatan pemilihan hingga pemesanan hotel domestik untuk korporasi.

“Bizzy berusaha untuk menghadirkan layanan yang memudahkan berbagai macam produk terkini khusus untuk layanan bisnis bagi segmen UKM dan korporasi, dengan sistem terpadu Bizzy Travel merupakan portal manajemen corporate travel pertama di Indonesia,” kata Chief Innovation Officer Bizzy Norman Sasono kepada DailySocial.

Saat ini Bizzy Travel bisa diakses melalui Business Select yang terdapat di situs Bizzy, layanan yang secara khusus di ciptakan untuk korporasi ini sebelumya menyediakan kebutuhan procurement perusahaan. Perusahaan yang telah terdaftar dalam layanan Business Select bisa secara langsung menggunakan Bizzy Travel.

“Kami melihat saat ini masih banyak korporasi yang kesulitan membuat itinerary yang lengkap sekaligus transparan untuk proses pemesanan hingga pembayaran hotel urusan bisnis, dengan Bizzy Travel semua bisa di koordinasikan dengan mudah,” kata Norman.

Bermitra dengan partner khusus

Untuk memastikan korporasi mendapatkan penawaran hotel yang sesuai dengan budget dan peraturan masing-masing perusahaan, Bizzy Travel tidak melakukan kemitraan dengan layanan OTA (Online Travel Agent) seperti Traveloka, Agoda, Expedia dan lainnya. Bizzy Travel memiliki beberapa mitra yang bisa dipastikan sesuai dengan kriteria yang dientukan oleh korporasi.

“Tentunya masing-masing perusahaan memiliki peraturan khusus yang hanya mengijinkan hotel tertentu untuk tempat menginap mereka saat melakukan perjalanan bisnis, di sinilah fungsi dari Bizzy Travel yang sebelumnya telah melakukan proses kurasi untuk hotel yang ideal,” kata Norman.

Untuk saat ini Bizzy Travel yang masuk dalam layanan Business Select masih bisa diakses di desktop, sedangkan untuk aplikasi mobile dan keperluan monitor belum ada rencana ke depannya untuk diluncurkan.

“Bizzy Travel sudah live dan bisa diakses oleh semua pengguna yang terdaftar, untuk saat ini kami memberikan penawaran gratis bagi pelanggan program pembelian Bizzy Select,” kata Norman.

Office Sukamart “Rebranding” Jadi Monotaro

Beberapa waktu lalu, Office Sukamart mengumumkan penutupan lini bisnis individual dan Brand Sukamart per 27 Juni 2016 terkait beralihnya kepemilikan saham utama dari PT Sumisho E-Commerce Indonesia kepada MonotaRo. Alhasil, dengan kepemilikan mayoritas ini membuat Office Sukamart harus melakukan perubahan status hukum perusahaan menjadi PT Monotaro Indonesia dengan branding baru Monotaro.

Perubahan ini efektif mulai berlaku mulai sejak 11 Oktober 2016. Kemudian, mulai 1 November 2016 seluruh korespondensi dan dokumen terkait PO, invoice, delivery memorandum, tax invoice akan dibuat atas nama PT baru.

“Hingga tanggal itu tiba, beberapa korespondensi dan dokumentasi yang dibuat adalah hasil kombinasi antara PT yang lama dengan yang baru. Mohon perlakukan kedua PT ini sebagai perusahaan yang sama,” terang Taketo Kokubo, Presiden Direktur Monotaro, dalam keterangan resmi yang diterima DailySocial.

Lokasi kantor operasional dan gudang tetap sama yakni di Summitmas II Building Jakarta dan Kawasan PT SGL Indonesia Cikarang Selatan.

Perubahan persentase kepemilikan membuat Monotaro menjadi perusahaan joint venture antara MonotaRO Co., Ltd. dan Sumitomo Corporation Group. MonotaRo terdaftar di Tokyo Stock Exchange dan telah menjalankan bisnis e-commerce di Jepang dan Korea Selatan.

Spesialisasi MonotaRo adalah produk Maintenance, Repair, dan Operation (MRO). Pihak MonotaRo mengklaim telah melayani lebih dari 2 juta pelanggan dalam merasakan kemudahan akses platform dalam membeli barang dengan situs yang user friendly.

Tampilan baru situs Office Sukamart menjadi Monotaro
Tampilan baru situs Office Sukamart menjadi Monotaro

Sebelumnya Christopher Campbell, General Manager Sukamart, menjelaskan pasca beralihnya kepemilikan saham utama, ada beberapa perubahan yang terjadi di internal perusahaan. Salah satunya, makin banyaknya variasi produk untuk kebutuhan kantor dan industri yang bisa ditawarkan untuk segmen korporasi sebagai konsumen utama Monotaro saat ini. Kini Monotaro bisa menjual produk MRO, pantry, stationery dan kebutuhan kantor lainnya.

Dia yakin, dengan berada di bawah naungan MonotaRo, perusahaan akan dapat lebih agresif dari sebelumnya. Hal ini dapat didukung dari database yang sudah dibangun oleh Sukamart sejak 2012.

Segmen MRO menjadi niche bisnis baru yang mulai disentuh pemain e-commerce di Tanah Air. Yang terbaru adalah KlikMRO yang meresmikan versi betanya pada bulan September 2016. KlikMRO adalah e-commerce khusus untuk melayani kebutuhan MRO di berbagai jenis industri. Perusahaan ini adalah anak usaha e-commerce dari Kawan Lama Grup.

Rata-rata layanan e-commerce B2B yang fokus melayani konsumen korporasi menyediakan produk untuk kantor seperti alat tulis dan kantor (ATK), peralatan IT, elektronik, dan jasa. Beberapa di antaranya adalah Mbiz (milik Grup Lippo), Bizzy (Ardent Capital), dan Bhinneka Bisnis.

“Kami telah menjalankan bisnis e-commerce di Indonesia selama 3,5 tahun. Dalam masa itu, banyak poin yang bisa kami pelajari untuk kemajuan misalnya dari operasi harian dan konsumen kami, serta bagaimana menjalankan siklus plan-do-check-adjust (PDCA) dengan benar. Hal ini tentunya jadi salah satu faktor penting untuk pertumbuhan jangka panjang,” kata Campbell.