Polar Luncurkan Kaus Pintar yang Dapat Memonitor Laju Jantung

Memasuki tahun 2017, Polar semakin menguatkan posisinya sebagai pionir portable heart-rate monitor. Di hadapan pengunjung CES, mereka memperkenalkan Polar Team Pro Shirt, sebuah kaus dengan kemampuan fitness tracking yang komprehensif.

Wujud fisik kaus tanpa lengan ini sangat menarik. Pasalnya, ia hampir tidak ada bedanya dengan kaus biasa, padahal di dalamnya telah tertanam sensor laju jantung dua titik yang terjamin akurasinya karena diadaptasikan dari chest strap buatan Polar sendiri.

Entah bagaimana caranya, Polar berhasil menanamkan sensor tersebut langsung dalam kain. Alhasil, Polar Team Pro Shirt jelas lebih nyaman dikenakan oleh para atlet profesional saat sedang berlatih ketimbang harus mengikatkan chest strap di dadanya.

Kerah belakang Polar Team Pro Shirt bisa diselipi sensor tambahan untuk memonitor gerakan / Polar
Kerah belakang Polar Team Pro Shirt bisa diselipi sensor tambahan untuk memonitor gerakan / Polar

Selain memonitor laju jantung, kaus ini juga dapat memonitor data lain seperti kecepatan, jarak tempuh dan akselerasi dengan bantuan unit sensor kecil yang dapat diselipkan ke kerah belakang. Semua data yang dikumpulkan kemudian dapat dievaluasi melalui aplikasi pendamping Polar, menjadikannya ideal dalam rutinitas tim olahraga beserta pelatihnya.

Polar sendiri sebenarnya bukan yang pertama menerapkan konsep pakaian pintar semacam ini. Sebelumnya, Ralph Lauren sudah lebih dulu memasarkan kaus PoloTech. Kendati demikian, Polar Team Pro Shirt secara teknis lebih pantas dikategorikan sebagai kaus pintar karena sensornya tersematkan di dalam kain.

Polar rencananya akan memasarkan Team Pro Shirt mulai bulan Maret mendatang. Harganya belum ditentukan, dan ukuran yang tersedia hanya S sampai XL, namun Polar berjanji akan menyediakan ukuran yang lebih bervariasi mulai bulan Mei.

Sumber: VentureBeat dan Polar.

Athos Ialah Fitness Tracker Dalam Wujud Baju Pintar

Tersedia dalam berbagai model tak berarti activity tracker yang ada sekarang sudah ideal. Dua aspek tetap jadi fokus para produsen: memastikan device-nya nyaman dan meramunya agar bisa melacak aktivitas tubuh lebih presisi. Tapi tak cuma memenuhi dua kriteria tersebut, kreasi dua inventor dari University of Waterloo juga menawarkan kemampuan monitor paling akurat.

Dhananja Jayalath dan Christopher Wiebe memperkenalkan satu set pakaian pintar Athos sebagai alternatif lebih terjangkau dari menyewa pelatih pribadi. Konsepnya tak jauh berbeda dari fitness tracker lain: device menyimpan rangkaian sensor yang berfungsi untuk melacak aktivitas otot-otot di tubuh saat Anda sedang berolahraga, lalu data tersebut akan dihidangkan secara sederhana via aplikasi mobile.

Pakaian pintar Athos terdiri dari dua bagian, yaitu kaos dan celana pendek, tersedia untuk pria serta wanita. Baju tersebut didesain agar pas di tubuh, lentur, memanfaatkan bahan terkompresi yang nyaman, mudah menyerap keringat, dan mampu melindungi penggunanya dari radiasi berbahaya sinar matahari (UPF 50). Pakian juga dirancang tahan lama meskipun sering digunakan.

Komponen sensor Athos juga dibuat agar tidak mengganggu kegiatan latihan Anda dan terintegrasi mulus ke dalam pakaian. Jumlahnya cukup banyak, ada 12 sensor EMG (electromyograph, untuk menakar listrik yang dihasilkan oleh otot) dan dua sensor detak jantung di bagian kaos, dan delapan sensor EMG serta empat sensor heart rate di celana.

Informasi disajikan real-time lewat interface Live View di aplikasi. Di sana Anda bisa melihat otot-otot (misalnya deltoid, pectoral, atau bicep) yang sedang bekerja. Kian intens maka warnanya jadi semakin memerah. Kemudian Anda juga dapat mengetahui detak jantung serta estimasi waktu latihan. Athos diklaim membaca data biometrik secara lengkap, sanggup mendeteksi intensitas dan keseimbangan otot.

Teknik electromyography merupakan jantung dari kapabilitas Athos karena level keakuratannya yang tinggi, dan menurut developer, sampai sekarang teknologi ini masih ‘eksklusif’ dimanfaatkan di ranah medis dan belum tersedia secara umum buat pengguna biasa. Maka dari itu, Anda harus memaklumi jika tim penciptanya menjajakan Athos di harga cukup tinggi.

Saat ini, pilihan model Athos masih belum banyak. Satu set pakaian pintar untuk pria, terdiri dari kaos dan celana, ditawarkan di harga hampir US$ 700. Sedangkan legging buat wanita dibanderol US$ 350.

Karena belum dapat menekan harganya, sang produsen baru fokus pada penyediaan baju pintar buat atlet profesional dari tingkat SMA sampai Olimpiade. Tim Athos juga mengungkap rencana untuk memperbanyak varian produk.

Sumber: Live Athos.

Ilmuwan Buat Kain Pintar yang Bisa Ubah Gerakan dan Cahaya Jadi Tenaga

Perbedaan antara tekstil elektronik dan perangkat wearable terletak pada integrasi elemen elektronik. ‘E-textile‘ juga tidak harus dikenakan, meski perusahaan seperti CuteCircuit memang mengusung konsep ini untuk menggarap HugShirt, baju unik yang memungkinkan Anda merasakan sentuhan dari jauh. Lalu mereka juga sempat membuat pakaian ber-LED milik Katy Perry.

Tapi selain fungsi-fungsi khusus, apakah kain pintar dapat membawa manfaat bagi konsumen umum? Bisa, menurut tim ilmuwan Georgia Institute of Technology. Diungkap di Science Advances, para inventor berhasil menciptakan tekstil yang dapat mengumpulkan tenaga dari matahari dan gerakan pengguna, kemudian semua energi tersebut disimpan dalam serat kain. Proses pengerjaannya sudah pasti tidak mudah, mereka membutuhkan waktu 11 tahun buat menggarapnya.

Smart fabric 1

Salah satu tantangan terbesar pembuatan kain pintar ini adalah menciptakan material yang fleksibel agar bisa ditenun menjadi baju, jaket, atau kain lain. Selanjutnya, peneliti Georgia Tech harus mencari solusi penyimpanan energi tanpa membebani pengguna dengan unit baterai.

Pakar nanotechnology Georgia Tech Zhong Lin Wang dan timnya mengatasi kendala-kendala tersebut dengan menciptakan tekstil triple-thread – menyimpan tiga lapis bahan: menggunakan sel surya sensitif untuk menyerap sinar, ada lapisan nanogenerator triboelectric buat memanen listrik statis yang tercipta akibat gerakan, serta terdapat unit supercapacitor untuk menyimpan tenaga dalam bentuk electrochemical. Semuanya dibentuk menyerupai serat.

Smart fabric 2

Pakaian akan bekerja layaknya panel surya saat dikenakan di bawah matahari, lalu ketika hari mulai mendung atau Anda berada di dalam ruang tertutup, maka nanogenerator-lah yang bekerja mengubah gerakan jadi tenaga. Anda tidak perlu melakukan gerakan-gerakan dramatis karena serat kain cukup efektif dalam mengumpulkan energi dari aktivitas normal.

Untuk sekarang, Georgia Tech sukses menciptakan kain selebar 225-sentimeter persegi, memiliki kelenturan ‘jerami yang ditenun’, dan mereka berharap bisa membuatnya lebih fleksibel lagi. Salah satu alternatifnya ialah menyulam material itu ke bahan kain katun.

Smart fabric 3

Penemuan unik ini tentu bisa memberikan banyak manfaat. Selain berguna mengising ulang perangkat bergerak atau wearable, kain pintar juga dapat dimanfaatkan oleh perancang busana untuk menciptakan baju-baju interaktif, misalnya gaun berlampu LED. Selain itu, tidak menutup kemungkinan desainer memproduksi baju dengan layar fleksibel, misalnya untuk memperlihatkan info kesehatan tubuh layaknya wearable device.

Sebelum Anda terlalu bersemangat, masih ada banyak hal yang harus dipikirkan oleh Georgia Tech: memastikan baterai bisa bertahan lama serta meningkatkan durabilitas kain.

Via LA Times.

Biometric Smartwear dari OMsignal Adalah Baju Pintar Inovatif untuk Berolahraga

“Seumur hidup, kita selalu mengenakan pakaian. Baju adalah medium wearable yang paling alami,” itulah penjelasan yang diberikan sang CEO dan co-founder OMsignal, Stephane Marceau. Argumen ini memang sulit dibantah, karena baju bisa dimanfaatkan sebagai medium pengumpul data yang paling lengkap dan menyeluruh dibandingkan perangkat wearable jenis lain. Continue reading Biometric Smartwear dari OMsignal Adalah Baju Pintar Inovatif untuk Berolahraga