Anak Usaha M Cash Hadirkan Layanan “Bike Sharing” GOWES di Jakarta

Anak usaha M Cash hari ini menyelenggarakan uji coba layanan bike sharing “GOWES” di kawasan Monas Jakarta. Konsepnya layanan tersebut mirip dengan platform yang sudah ada seperti oBike, Ofo dll.

PT Surya Teknologi Perkasa (STP) sebagai perusahaan penggagas inisiatif ini bekerja sama langsung dengan Pemprov DKI Jakarta melalui Unit Pengelolaan Smart City. Dalam debut awalnya, sebanyak 100 unit sepeda GOWES telah tersedia di kawasan Monas.

“Kami gembira dengan dilaksanakannya uji coba ini yang menandai langkah awal diterapkannya sistem bike sharing di Jakarta. Kami mengharapkan sepeda dapat menjadi opsi transportasi jarak pendek bagi masyarakat mengingat dampak positif yang dihasilkan seperti bebas polusi udara serta biaya yang terjangkau,” ujar Iwan Suryaputra selaku Direktur Utama STP.

Sebelumnya, GOWES telah hadir di Bintaro Jaya dan di beberapa lokasi di Bali. GOWES bike sharing platform merupakan salah satu pengembangan lanjutan STP setelah sukses menginisiasi Tracking Device & Digital Indonesia Map. Implementasi teknologi tersebut memungkinkan pengguna tidak harus mengembalikan sepeda yang digunakan ke titik tertentu, tapi di mana saja di area operasional GOWES.

Dengan Tracking Device & Digital Indonesia Map pada sepeda, tim GOWES dapat melacak lokasi sepeda dan kemudian akan melakukan collecting sepeda yang telah selesai digunakan oleh pelanggan.

Masyarakat yang ingin menggunakan sepeda GOWES dapat mengunduh aplikasi GOWES melalui Google Play Store dan App Store. Top up credit dapat dilakukan melalui kios digital M Cash.

Terkait layanan bike sharing, pemain regional oBike sebelumnya juga mengumumkan akan mulai memperluas jaringan operasional di Jakarta, setelah debut di Bandung. Namun tampaknya rencana tersebut belum berhasil terealisasi, pasca goncangan bisnis yang terjadi di lini internal – layanan oBike di Singapura tutup.

Application Information Will Show Up Here

Telkomsel dan Universitas Indonesia Hadirkan “Bike Sharing” Berteknologi NB-IoT

Telkomsel dan Universitas Indonesia mengumumkan kolaborasi pengembangan uji coba bike sharing berteknologi NarrowBand (NB)-Internet of Things (IoT). Dalam implementasinya, Telkomsel menggandeng startup bike sharing Banopolis dan Huawei sebagai penyedia infrastruktur jaringan dan teknologi.

Bagi Telkomsel, kolaborasi ini masih bersifat Corporate Social Responsibility (CSR), belum menjadi ranah bisnis baru. Dibutuhkan masukan dari para pengguna sebelum Telkomsel menyeriusi lebih jauh.

“Setelah uji coba, baru nanti dibawa ke daerah lain. Kami masih butuh learning process untuk mendapatkan feedback apa saja yang perlu diperbaiki sebelum nantinya diperluas,” terang Direktur Utama Telkomsel Ririek Adriansyah, Rabu (14/3).

NB-IoT adalah teknologi telekomunikasi terbaru yang dirancang secara khusus agar komunikasi antar mesin semakin masif dengan cakupan jaringan yang lebih luas, dapat dilakukan secara efisien, dan penggunaan daya pada perangkat pengguna yang lebih hemat.

Teknologi radio yang dipakai dalam NB-IoT merupakan salah satu jenis teknologi jaringan Low Power Wide Area (LPWA), memungkinkan perangkat beroperasi hingga bertahun-tahun tanpa pengisian daya ulang baterai. Diklaim teknologi ini akan sangat hemat biaya operasional, plus mampu menghasilkan kapasitas koneksi yang masif untuk solusi dan aplikasi berbasis IoT.

Lebih lanjut Ririek menjelaskan, uji coba bike sharing ini merupakan bagian pengembangan teknologi NB-IoT yang dilakukan perusahaan untuk melengkapi teknologi IoT yang telah diimplementasikan sebelumnya. Beberapa inovasi IoT yang sudah diluncurkan adalah FleetSight dan Connectivity Control Center.

Rektor UI Muhammad Anis menambahkan bike sharing adalah salah satu layanan kampus untuk para mahasiswa yang sudah hadir sejak 2010. Namun, operasionalnya masih dilakukan secara manual.

Mahasiswa harus menunjukkan kartu mahasiswa kepada petugas yang berjaga di pool untuk bisa menikmati ke tempat yang ingin dituju. Layanan ini dinilai belum sepenuhnya menganut konsep bike sharing lantaran mahasiswa memegang kunci sepeda sehingga utilitasnya belum maksimal.

“Spekun [sepeda kuning] adalah bagian dari pelayanan kami kepada mahasiswa. Di mana bike sharing-nya kalau sepedanya dikunci seharian? Kita tidak mau itu terjadi, makanya mau memanfaatkan teknologi agar konsep ini bisa berjalan penuh,” ucap Anis.

Kendali sepeda lewat aplikasi

Dengan inovasi terbaru ini, sepeda UI bakal menerapkan teknologi bike sharing generasi 4+ yang merevolusi sistem generasi sebelumnya.

Dengan konsep ini, peminjaman berbasis aplikasi “Spekun” didampingi penyediaan tiang atau dock parkir berbasis radio-frequency identification (RFID) sehingga sepeda hanya bisa diparkir di dock parkir tersebut.

Penggunaan aplikasi akan memudahkan pengguna melacak ketersediaan sepeda yang ada di dock terdekat pengguna. Tersedia pula perangkat smartlock yang dibenamkan di sepeda. Sistem ini kompatibel dengan konektivitas NB-IoT yang memungkinkan seluruh sepeda berkomunikasi dengan server operator sepeda secara efisien.

Ketika pengguna sampai di dock, mereka cukup memindai QR code di bagian keranjang depan sepeda lewat aplikasi. Setelah itu smartlock akan terbuka secara otomatis dan sepeda siap dikendarai. Sesampai di tujuan, pengguna cukup mendekatkan dan mendorong sepeda ke tiang dan smartlock akan terkunci secara otomatis. Pengguna hanya bisa menggunakan layanan ini selama 30 menit. Apabila melebihi ketentuan akan berlaku denda.

Di tahap uji coba ini, UI menggunakan teknologi radio akses NB-IoT yang sepenuhnya memenuhi standar 3GPP dan beroperasi di frekuensi 900 MHz. Untuk tahap awal, Telkomsel mengimplementasikan solusi bike sharing di tiga stasiun sepeda yang terletak di Stasiun UI, Stasiun Pondok Cina, dan Perpustakaan UI.

Sepeda yang disediakan di tahap awal ini sebanyak 20 unit dan 40 tiang dock parkir. Rencananya, secara bertahap proyek ini akan menambah 200 unit sepeda sampai akhirnya memiliki 800 sepeda berteknologi NB-IoT di awal tahun depan.

“Dalam riset yang sudah UI lakukan, idealnya kita butuh 840 unit sepeda. Kami susun rencana strategis, secara bertahap akan menambah. Diharapkan kalau evaluasinya baik, pada akhir tahun ini atau awal 2019 jumlahnya sudah bisa 800 unit sepeda,” pungkas Anis.

Setelah Bandung, Layanan Bike-Sharing oBike akan Hadir di Bali dan Jakarta

Layanan bike-sharing oBike belum lama ini memulai layanannya di Bandung. Di fase awal ini, sebanyak 650 sepeda oBike akan didistribusikan melalui beberapa hotel untuk bisa dinikmati penggunanya. Ke depan, lokasinya akan diperbanyak, menyasar sekolah, tempat ibadah, dan taman-taman di Kota Bandung. Berpusat di Singapura, oBike disebutkan sudah tersedia di 13 negara.

Dungkapkan tim oBike Indonesia kepada DailySocial, Bandung menjadi awal ekspansi oBike di Indonesia. Ditargetkan dalam waktu dekat oBike akan hadir juga di Bali dan Jakarta. Mereka menjelaskan mengapa Bandung yang pertama, karena pihak Dishub di Kota Bandung cukup responsif untuk menjalankan insiatif ini, terlebih sebelumnya pemerintah setempat juga sudah memiliki inisiatif sama berjuluk Boseh (Bike on the Street Everybody Happy).

Untuk menggunakan layanan bike-sharing ini, pengguna cukup memasang aplikasi oBike dan mengisi saldo untuk transaksi. Selanjutnya melalui aplikasi tersebut pengguna dapat membuka kunci sepeda untuk digunakan. Untuk tarifnya sendiri saat ini didasarkan waktu penggunaan, yakni Rp4.000 per 30 menit. Seusai menggunakan, pengguna dapat memarkirkan kembali sepeda di tempat terdekat yang sudah disediakan.

Sepeda oBike telah dilengkapi dengan GPS, sehingga setiap aktivitas yang dilakukan dengan sepda akan terekam. Ini juga untuk mencegah terjadinya pencurian yang mungkin saja terjadi dalam penggunaan sepeda. oBike sendiri sudah beroperasi di 12 negara, khususnya negara maju, termasuk di Singapura, Inggris, Jerman, hingga Belanda.

Terkait dengan budaya bike-sharing yang masih cukup baru di Indonesia pihak oBike menanggapi dengan cukup optimis. Menurut pemaparan tim oBike, sejauh ini respons yang diterima dari masyarakat cukup baik. Pihaknya juga mengaku tengah bekerja keras untuk menjalin kerja sama dengan mitra lokal untuk memperkenalkan oBike secara luas. Turut disadari bahwa ini bukan pekerjaan mudah, karena sepeda tidak teralu populer di sini, orang lebih suka berkendara dengan sepeda motor sebagai moda transportasi utama.

Application Information Will Show Up Here

Banopolis Ingin Penuhi Jalanan Bandung dengan Sepeda

Konsep penyewaan sepeda (bike sharing) modern ini sudah jamak kita jumpai di berbagai kota besar dunia. Di Indonesia, konsep bike sharing rata-rata terbatas di dalam kampus dan itu tidak bersifat berbayar. Banopolis mencoba menawarkan konsep bike sharing berbayar di kota Bandung dengan harapan membantu pemerintah mengurangi kepadatan lalu lintas.

Sistem bike sharing Banopolis, yang disebut Boseh, merupakan bentuk kerja sama Banopolis dan PT LEN Industri yang ditunjuk pemerintah kota Bandung untuk merealisasikan impian besar ini. Tentunya kita semua tahu bahwa Walikota Bandung saat ini, Ridwan Kamil, gemar bepergian dengan sepedanya. Jika sudah beroperasi, sistem ini menjadi yang pertama di Indonesia.

Cikal bakal Banopolis dimulai tahun 2012 ketika sejumlah anak muda merintis ide serupa dengan modal dana CSR dan bantuan Ikatan Alumni ITB. Sistem pendaftaran, sistem peminjaman, dan shelter masih bersifat manual.

Anugerah Nurrewa yang sempat terlibat kegiatan ini berusaha mendalami teknologi ini dengan mengambil topik transportasi non-motorized sebagai bahan studi pascasarjananya. Ia kemudian merintis Banopolis yang disebut memanfaatkan teknologi IoT, GIS, dan NFC.

Sistem ini akan diluncurkan awal 2017 dengan menghadirkan 30 stasiun/shelter dan 270 unit sepeda. Kepada DailySocial, disebutkan sistem pembayaran yang dikembangkan berupa smartcard berbasis NFC sebagai awalan. Berikutnya mereka berharap untuk bermitra dengan perbankan untuk memperluas kemudahan pembayaran.

Pihak Banopolis menyebutkan awal pendanaannya tidak sama dengan kebanyakan startup teknologi lainnya. Banopolis sendiri didanai dari hasil penerimaan mereka sebagai firma konsultan, sementara proyek bike sharing ini didanai pemerintah kota Bandung melalui APBD.

Saat ini proyek Boseh disebutkan sudah memasuki tahap produksi dan konstruksi stasiunnya sudah bisa dilihat di beberapa lokasi, misalnya perempatan antara Cihampelas dan Pasteur.

Tentu saja realisasi Boseh harus diapresiasi. Yang lebih penting adalah bagaimana pengurusan layanan ini agar tetap sasaran dan berkesinambungan, karena banyak “solusi transportasi umum” di Indonesia yang ternyata tak bertahan lama. Simak perkembangan Boseh dan kegiatan Banopolis di halaman Facebook-nya.