Bandung Startup Pitching Day 2020 Berhasil Digelar, Diikuti 50 Startup dan 31 Pemodal Ventura

Thegreaterhub SBM ITB, LPIK ITB, Startup Bandung, Startup Grind Bandung, Geek Hunter, dan Block71 Bandung didukung oleh Endeavor dan Coworking Indonesia berkolaborasi menyelenggarakan “Bandung Startup Pitching Day 2020”. Kegiatan tahunan ini diselenggarakan dalam rangka meningkatkan dan menumbuhkan ekosistem startup  di Indonesia. Selain itu juga diharapkan dapat membuka akses/peluang pendanaan bagi startup baru yang potensial bertumbuh, di samping sebagai ajang exposure terkait.

Kegiatan tersebut dilaksanakan secara online pada tanggal 24 Juli 2020. Dari 175 startup yang mendaftarkan diri, terpilih 50 startup terbaik yang memiliki bold idea dengan berbasis teknologi dalam memberikan solusi bagi permasalahan-permasalahan unik Indonesia. Mereka datang dari berbagai kategori, mulai dari fintech, edtech, legaltech, healthtech, dll.

Adapun 50 startup itu adalah:

Ajar Belajar Launcher.id
Akademis.id Lovia
Bagi Kopi Express Mejakita
Bell Society Modular
Bersihin MulaiDisini
Biztrips Muslimlife
Brave Nano Natura
Brodewijk Nasho
CARIMOBIL Neurontech
D’Kapster Pateron
Desamart Philoit
Djalandjalan Pitchplay
eCLIS.id Repla
EcoplastID Sgara
Eduku Shoecasing
Edulens Sinaps
Ekuitas Home Sportigo
eLarvae Surplus Indonesia
Felis The Tutors
Gets id TinggalMasak
Hearo Tresnan
Internusa Capital VirtualPro Basketball
IZIFILL Wegrow
Jawara Bersih Nusantara Wonikah.com
KODI Xplorin

Sementara dari pihak tim penilai hadir perwakilan dari pemodal ventura dari dalam dan luar negeri, yakni:

1982 Ventures Gobi Ventures
AC Ventures Grupara Ventures
Access Ventures Ideosource
Alpha JWC Ventures Indogen Capital
Alpha Momentum Init-6
ANGIN MDI Ventures
ATM Capital Prasetia Dwidharma
Bace Capital Skystar Ventures
BRI Ventures Spiral Ventures
Coffee Ventures STRIVE
Cyber Agent Telkomsel Innovation Center
Discovery Nusantara Capital UMG Idealab
Ficus Venturra Discovery
Finch Capital Vertex Ventures
Global Founders Capital Wavemaker
Go Ventures Dan beberapa angel investor

Beberapa perwakilan dari program akselerator juga turut hadir sebagai tim penilai, di antaranya Oorange, Indigo Incubator, Cubic, Endeavor, Kolaborasi, dan Supernovae.

Di akhir acara pitching dipilih top 5 awards berdasarkan penilaian dewan juri yang hadir. Adapun startup yang berhasil meraih award tersebut adalah Brave (Most innovative), Mejakita (Best Pitch), KODI (Most Impactful), Nano Natura (Most Promising), dan Sgara (Most Marketable).

Thegreaterhub SBM ITB sendiri yang menjadi inisiator acara ini merupakan pengembangan bisnis multi-platform di bawah Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM), Sekolah Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk mahasiswa ITB pada khususnya dan generasi muda Bandung secara umum. Fasilitas yang diberikan dalam bentuk fisik (ruang kerja dan ruang pembuat) dan non-fisik (program inkubasi, percepatan, dan pengembangan keterampilan yang direncanakan). Unit pengembangan bisnis ini sudah berdiri sejak tahun 2016 dan telah menginkubasi 198 startup.

Dalam kegiatannya The Greater Hub SBM ITB berkolaborasi dengan LPIK ITB yang merupakan Lembaga yang didirikan untuk mendorong pemanfaatan hasil-hasil penelitian di Perguruan Tinggi juga bekerja sama dengan komunitas Startup Bandung yang sudah berdiri sejak tahun 2015 dengan anggota lebih dari 100 startup yang berdomisili di Bandung.

Kemudian dengan Startup Grind Bandung sebagai komunitas startup tingkat global di bawah program #GoogleForEntrepreneur yang sudah memiliki cabang di lebih 250 kota yang tersebar di 100 negara, salah satunya di Bandung. Lalu dengan Geek Hunter sebagai startup perekrutan kerja khusus IT terkemuka asal Bandung yang berdiri sejak Juli 2013, dan Block71 Innovation Factory yang turut serta membangun ekosistem bisnis di Bandung.

Disclosure: DailySocial merupakan media partner Bandung Startup Pitching Day 2020

Produsen Sepatu “Pijak Bumi” Manfaatkan Kanal Digital Sampaikan Visi Produk

Identitas merek atau produk bisa dibangun lewat berbagai macam media. Pijak Bumi, merek sepatu lokal dari Bandung mencoba membangun bisnis mereka melalui kanal online, tepatnya di platform Instagram dan situs web. Dari sana mereka mencoba menyuguhkan pelayanan prima sekaligus menyebarluaskan value yang diusung.

Bermula pada 2016, PijakBumi konsisten mengangkat tema sebagai merek sepatu ramah lingkungan. Tak hanya itu, mereka membawa tiga pilar penting dalam bisnisnya, yakni, orisinalitas desain, material ramah lingkungan, dan kearifan kerajinan lokal.

Co-founder Pijak Bumi Vania Audrey kepada DailySocial menceritakan bahwa mereka memanfaatkan Instagram untuk bisa membagikan produk dan cerita kepada khalayak ramai. Kemudian dari sana para pengunjung akan diarahkan menuju situs web untuk melakukan transaksi.

Pada awal kehadirannya, Pijak Bumi justru menarik pelanggan internasional. Tepatnya warga Indonesia yang tinggal di negara seperti Jerman dan Spanyol. Konsumen tertarik karena PijakBumi menawarkan sesuatu yang berbeda dibanding merek sepatu lain dari Indonesia, yakni berbahan natural, tepatnya menggunakan bahan kulit sapi samak nabati, serat kenaf, katun organik, kulit kelapa, dan recycle ban bekas.

Dari sana kemudian Pijak Bumi terus berkembang, hingga pada akhirnya sekarang mereka melayani pelanggan bisnis (B2B) yang ada di Jepang dan Eropa. Sejauh ini Pijak Bumi mengaku memiliki kapasitas produksi 1000 pasang sepatu per bulan.

“Kami memang masih pakai Instagram, tapi kami optimalkan untuk tetap terhubung dengan Teman Melangkah (sebutan pelanggan Pijak Bumi). Kami juga punya website sendiri yang difokuskan untuk penjualan. Jadi nanti kalau ada penawaran kerja sama dari e-commerce lain baru kami pertimbangkan juga,” cerita Vania.

Selain Pijak Bumi, sebenarnya di Indonesia sudah mulai banyak muncul merek indie untuk produk sepatu. Misalnya Brodo, mereka juga memanfaatkan media sosial untuk terhubung dengan pangsa pasarnya.

Kondisi persaingan yang ada, khususnya bila disandingkan dengan merek-merek yang banyak beredar di pasaran, memang membuat para founder produk lokal harus berpikir keras menghadirkan diferensiasi sekaligus nilai plus untuk merek yang dikembangkan. Dan menariknya setiap startup punya cara yang unik.

Fokus pada pengembangan produk

Tahun 2020 mungkin tahun yang cukup berat bagi kebanyakan orang, termasuk juga bisnis dan Pijak Bumi. Ada perubahan rencana atau lebih tepatnya rencana yang disesuaikan ulang yang disebabkan oleh pandemi Covid-19.

Pihak Pijak Bumi, yang saat ini memiliki tim in-house sebanyak 5 orang mengaku mulai fokus pada pengembangan tim dan produk. Dengan adanya kanal B2C dan B2B membuat mereka sebisa mungkin untuk pintar mengatur sumber daya. Sementara itu untuk mendukung bisnis mereka juga menggunakan jasa pihak ketiga, seperti untuk warehousing dan semacamnya.

Berbicara mengenai teknologi digital, pihak Pijak Bumi mengaku tengah berusaha untuk meningkatkan kualitas situs web yang mereka miliki. Seperti dari segi fitur yang bisa membantu lebih banyak pelanggan dalam bertransaksi.

“Di 2020 kami ingin fokus ke produk yang ramah lingkungan dan ergonomis sehingga enak dipakai sehari-hari. Sementara untuk penerapan teknologi digital mungkin kami butuh semacam data scientis yang bisa membantu kami lebih paham membaca data yang ada,” tutup Vania.

Awal tahun ini, Pijak Bumi juga bergabung dengan program akselerator bisnis Gojek Xcelerate Batch 3. Dalam gelombang ini, Gojek merekrut banyak pengusaha dari kalangan pengembang produk ritel. Selain Pijak Bumi, ada beberapa startup lain seperti Callista, Gigel dan sebagainya.

Komitmen Svara Gairahkan Digitalisasi Industri Radio Lokal

Menurut temuan PwC dalam “2018 Media & Entertainment Outlook”, diproyeksikan pendapatan industri media digital secara global akan tembus ke angka $792,3 miliar, naik dari 2017 sebesar $666,9 miliar. Kenaikan dipicu oleh pesatnya perkembangan teknologi yang menyamarkan cara konsumsi media cetak dan digital, video game dan olahraga, internet nirkabel dan kabel, TV berbayar dan OTT, media sosial dan tradisional.

Di sisi lain, fakta ini menjadi tantangan buat perusahaan untuk menyusun kembali strategi mereka dalam menjangkau konsumen, teknologi apa yang tepat dan produksi konten premium dengan cara yang hemat biaya. Salah satu bagian dari industri ini terdapat radio, perusahaan podcast dan layanan streaming yang saling berkompetisi menghadirkan kontennya masing-masing.

Perkembangan radio sendiri di kancah global selama beberapa tahun terakhir cenderung stagnan, beda halnya dengan internet radio yang tumbuh 40% per tahun, menurut laporan dari Nielsen dan Edison Research di 2018. Definisi internet radio tidak hanya radio live streaming saja, juga mencakup musik dan podcast.

Kondisi di atas mendorong Hemat Dwi Nuryanto dan Farid Fadhil Habibi untuk menginisiasi kehadiran Svara sejak 9 September 2017. Mereka tertarik untuk terjun ke industri ini karena peluang bisnisnya yang menggiurkan, target pasarnya tidak hanya di Indonesia tapi internasional.

“Karena industri media sedang mengalami disrupsi, jadi tidak hanya radio di Indonesia saja tapi juga di seluruh dunia. Selain itu, yang membuat kami tertarik adalah radio punya dampak sosial yang besar karena ada kearifan lokal,” ucap Farid selaku Co-Founder & CEO Svara kepada DailySocial.

“Jika radio dapat bertahan dan tumbuh bersama kami, konten lokal, wisdom lokal, budaya lokal, wisata lokal dan musik lokal dapat terangkat,” tambahnya.

Svara terdiri dari dua platform, on-air platform untuk broadcaster automation dan aplikasi Svara untuk pendengar. Mereka dapat menikmati berbagai konten audio dan non audio di aplikasi, di antaranya radio, playlist music, dan podcast.

Fitur lainnya adalah live visual radio, live chat dengan penyiar dan pendengar lain social audio, dan library. Farid mengklaim kehadiran Svara menjadi warna baru dalam pemain digital broadcasting. Pasalnya, jika hanya berbicara soal aplikasi radio streaming saja, sudah banyak pemainnya.

Jika hanya bicara soal podcast saja, sudah ada Inspigo dan SoundCloud, misalnya. Apabila hanya bicara streaming musik ada Spotify sebagai pemimpin pasar globalnya. Di antara semuanya ini tidak ada yang memiliki on-air platform.

“Kami sudah research sejak 2002, salah satu pemain besar di broadcaster automation adalah RCS (Radio Computing Services) dari Amerika Serikat. Baik online platform ataupun on-air platform terintergrasi satu sama lain, yang kami sebut dengan Svara.”

Pencapaian dan rencana Svara

Farid menjelaskan perusahaan punya delapan model bisnis, ada yang B2B dan B2C. Empat di antaranya sudah jalan, sisanya masih dalam proses pengembangan. Tapi dia enggan mendetailkan cara perusahaan memonetisasi.

Disebutkan pengguna dapat mendengarkan lebih dari 100 radio siaran AM/FM, lebih dari 10 radio komunitas percontohan seperti radio kampus/sekolah, dan radio toko. “Ada ribuan radio di seluruh dunia dapat didengarkan melalui Svara. Kami memiliki lebih dari 250 ribu pengguna.”

Di samping itu, perusahaan bekerja sama dengan PRSSNI (Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia) dengan anggota 585 radio, Lembaga Manajemen Kolektif (WAMI – Wahana Musik Indonesia) untuk lisensi musik, Telkomsel untuk bebas kuota internet, LPIK ITB, dan IDX Incubator.

Mengingat ruang bisnis yang masih sangat besar, perusahaan berencana untuk terus mengembangkan Svara. Pada tahun ini ditargetkan ada 250 radio lokal yang masuk dalam aplikasi dan menggaet hingga 1 juta pengguna. “Aplikasi Svara dapat segera digunakan untuk Smart Speaker, Connected Car, Smart Watch, hingga Smart TV.”

Untuk mencapai target tersebut, perusahaan mengumumkan perolehan pendanaan pra seri A dengan nominal dirahasiakan dari UMG Idealab, kemarin (6/1). Kendati dirahasiakan, diklaim valuasi Svara hampir sentuh angka $10 juta (Rp140 miliar).

Farid menjelaskan, selain pengembangan produk, dana segar akan dipakai untuk memperkuat tim produk dan pemasaran, memperluas kerja sama strategis dengan pihak lain dan mengedukasi para pemain radio untuk melakukan transformasi digital.

“Kami sangat yakin Svara akan menjadi next unicorn di Indonesia. Kami persembahkan untuk Indonesia, khususnya untuk membantu industri kreatif, yaitu radio, musik, dan podcast untuk tetap bertahan dan tumbuh di era disrupsi ini,” tutupnya.

Sebelum peroleh dana segar, Svara telah beberapa kali menerima dana hibah dari penghargaan nasional dan internasional. Di antaranya, Swiss Innovation Challenge 2017 (hibah $5.000) dan Government Research Grant on Blockchain in Music 2017 (hibah $30 ribu).

Application Information Will Show Up Here

Clodeo Tawarkan Platform Omni-Channel, Tahun Ini Fokus Selesaikan Integrasi dengan Marketplace

Maraknya bisnis jual-beli online dilihat sebagai peluang oleh Clodeo. Dengan masih banyaknya penjual online yang mengelola pesanan secara konvensional, Clodeo menghadirkan solusi berbasis aplikasi untuk memudahkan pencatatan dan manajemen produk. Mereka juga tengah dalam proses integrasi untuk sediakan solusi omni-channel, menghubungkan lapak penjual ke berbagai platform cara terpadu.

Saat ini, layanan startup asal Bandung ini menawarkan fitur untuk mengelola berbagai aktivitas seperti mengatur pesanan, mencatat pembelian barang, mengelola produk, mencetak label pengiriman, hingga pengecekan biaya pengiriman dari berbagai macam jasa ekspedisi di Indonesia.

Solusi Clodeo dari awal dikembangkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah  aktivitas jual beli online yang dihadapi oleh penjual online, terutama mereka yang masih menggunakan sistem manual seperti Excel atau buku untuk mencatat kegiatan bisnisnya.

“Fitur unggulan Clodeo di antaranya adalah fitur akuntansi, pengelolaan order, cash on delivery (COD) , integrasi dengan  WooCommerce dan Shopify, inventori, dan tersedianya versi aplikasi mobile yang bisa diunduh di App Store maupun Google Play,” ujar Co-founder Clodeo Reynaldi.

Untuk bisa menggunakan layanan dari Clodeo, pengguna bisa mendaftarkan diri dan memilih paket berlangganan, ada yang gratis ada juga yang berbayar. Masing-masing memiliki keunggulan fiturnya masing-masing.

Clodeo mulai beroperasi pada tahun 2018, mereka menjalankan operasionalnya berbekal pendanaan tahap awal yang didapat dari salah satu angel investor asal Singapura. Saat ini mereka sudah menjalin kerja sama dengan SiCepat untuk metode pengiriman COD, yang hingga saat ini sudah melayani 27 ribu paket diantarkan.

Perjalanan Clodeo saat ini bisa dibilang baru, masih ada beberapa fitur yang tengah diupayakan, salah satunya integrasi dengan marketplace untuk menjadi solusi omni-channel. Reynaldi sendiri mengaku, mereka tahun ini tengah menyempurnakan integrasi dengan beberapa marketplace yang ada di Indonesia sambil terus memperkenalkan Clodeo ke khalayak ramai.

Clodeo
Integrasi yang ditawarkan aplikasi Clodeo

“Pada sisi produk, saat ini Clodeo sedang fokus untuk menambahkan fitur integerasi dengan marketplace yang ada di Indonesia. Selain itu pada sisi marketing fokus Clodeo sedang berusaha untuk mengajak influencer bekerja sama sebagai pelaku digital marketing untuk membantu memasarkan aplikasi Clodeo,” terang Reynaldi.

Di segmen omni-channel Clodeo bukanlah yang pertama, ada beberapa layanan yang sudah lebih dulu hadir, salah satunya adalah Jubelio. Sakoo, iSeller, dan lainnya.

Application Information Will Show Up Here

Bukalapak Resmikan Kantor R&D dan Luncurkan BukaBike di Bandung

Bertujuan untuk merekrut talenta berkualitas serta mengembangkan produk dengan baik, Bukalapak meresmikan kantor Research & Development di Bandung Jawa Barat. Gedung yang menampung tenaga engineer Bukalapak ini nantinya bertanggung jawab untuk menghadirkan inovasi sekaligus mengakomodir keperluan pengembangan produk Bukalapak di platform.

Menurut Co-Founder dan President Bukalapak Fajrin Rasyid, dipilihnya kota Bandung sebagai pusat R&D Bukalapak berangkat dari banyaknya talenta berkualitas di Bandung yang berasal dari mahasiswa di universitas sekitar. Juga adanya permintaan dari karyawan Bukalapak untuk bekerja di Bandung.

“Untuk investasi sendiri tidak terlalu banyak yang kita gelontorkan untuk kantor riset dan pengembangan Bukalapak di Bandung ini. Karena yang kita lakukan hanya merenovasi gedung serta melengkapi fasilitas kepada pegawai,” kata Fajrin.

Saat ini Bukalapak telah memiliki sekitar 650 tenaga engineer yang bertugas untuk mengembangkan teknologi seperti AI, IoT dan lainnya. Masing-masing-masing tim bekerja secara dedicated untuk mengembangkan produk hingga menghadirkan inovasi untuk kepentingan Bukalapak. 

Proses ini diklaim oleh Bukalapak, mampu meningkatkan kreativitas para engineer untuk bekerja dan mempercepat proses , validasi hingga peluncuran produk. Selain tenaga engineer di Bandung, Bukalapak juga memiliki tenaga engineer profesional di Jakarta, Yogyakarta, Medan, dan Surabaya. 

Meluncurkan BukaBike

Dalam kesempatan tersebut Bukalapak juga turut meluncurkan fitur BukaBike khusus untuk kawasan kampus ITB Bandung. Fitur penyewaan sepeda dengan memanfaatkan teknologi QR Code ini, nantinya bisa dinikmati dengan memanfaatkan aplikasi Bukalapak. Selain QR Code, BukaBike juga dilengkapi dngan smart lock, solar panel dan GPS.

“Saat ini BukaBike masih tersedia di Bandung saja, terutama di kawasan kampus ITB secara gratis. Rencananya layanan ini juga bisa dinikmati di kota-kota lainnya,” kata Fajrin.

Untuk memastikan teknologi yang diterapkan di BukaBike berjalan dengan baik, Bukalapak membangun sistem tersebut secara in-house. Kemudahan serta fleksibilitas yang ditawarkan oleh BukaBike juga memungkinkan Bukalapak untuk melakukan scale up produk untuk memfasilitasi pabrik hingga perkantoran untuk kemudian memanfaatkan layanan BukaBike kedepannya. Fitur BukaBike dapat diakses melalui aplikasi Bukalapak.

Turut hadir dalam acara tersebut adalah Gubernur Provinsi Jawa Barat Ridwan Kamil yang menyambut baik hadirnya fitur BukaBike dan pusat riset serta pengembangan Bukalapak di Bandung. Jawa Barat sendiri saat ini fokus sebagai provinsi pariwisata dan digital. 

“Saya menyambut baik kehadiran R&D di Bandung. Teknologi saat ini sudah tidak bisa ditahan lagi perkembangannya. Selama Bukalapak bisa membantu pemerintah Jawa Barat mengadopsi teknologi, saya akan mendukung upaya yang dilakukan oleh layanan e-commerce seperti Bukalapak,” kata Ridwan.

Application Information Will Show Up Here

Layanan “Ebike Sharing” Migo Siap Ekspansi ke Bandung dan Semarang

Layanan ebike sharing Migo segera perluas jangkauannya ke lokasi baru setelah sebelumnya resmi hadir di Jakarta. Kota yang diperkirakan bakal disambangi selanjutnya adalah Bandung dan Semarang. Tak hanya itu Migo juga melirik pasar luar negeri, yakni ke kota Bangkok. Migo pertama kali hadir di Surabaya sejak Agustus 2017.

“Setelah cukup kuat di Jakarta, rencana kami berikutnya adalah memperluas cakupan ke kota lainnya seperti Bandung dan Semarang,” terang Chairman & Co-Founder Migo Howard Yu, Rabu (5/12).

Untuk memperkuat bisnisnya di Jakarta, Migo menyiapkan 90 station dengan 500 unit ebike (sepeda elektrik). Lokasinya mayoritas ada di bagian selatan dan pusat kota Jakarta.

Pada akhir tahun ini ditargetkan pertumbuhannya bisa mencapai 300 station dengan 2000 unit ebike. Sementara untuk target tahun depan, setidaknya untuk paruh pertama bisa menembus 5000 ribu unit ebike.

Yu mengatakan, banyaknya persediaan ebike Migo dilakukan untuk menyambut tingginya permintaan dari masyarakat. Hal ini turut dianggap sebagai tantangan yang dihadapi Migo. Orang Jakarta dilihat lebih terbuka terhadap teknologi baru dan mau mencobanya.

Beda halnya ketika Migo hadir di Surabaya, isu yang perlu diselesaikan adalah mengenai edukasi ebike kepada masyarakat. Yu melihat masyarakat Surabaya cukup “konservatif” terhadap inovasi baru, sehingga butuh proses edukasi yang lebih ekstra.

Ini berdampak pada suplai unit ebike di Surabaya, meski sudah setahun beroperasi, sampai saat ini baru ada 1000 unit saja. Seluruh sepeda tersebar di 200 station dan diklaim saat ini memiliki 12 ribu konsumen aktif di Surabaya.

Ebike Migo didesain tidak memiliki polusi karena menggunakan daya baterai yang dapat diisi ulang. Ebike dapat dipakai secara terus menerus antara 6 sampai 8 jam dengan kecepatan 40 km per jam berjarak tempuh antara 40 km sampai 60 km.

“Karena ini adalah sepeda, makanya kecepatan hanya sampai 40 km. Sebab kalau di atas itu bukan tergolong sebagai sepeda lagi, tapi sebagai motor. Terlebih kami sangat mengutamakan safety riding.”

Mengutamakan keamanan pengendara

Untuk mitigasi risiko dari segala kemungkinan yang bisa terjadi, Migo hanya menggunakan akses QR untuk mengoperasikan ebike. Itupun hanya bisa digunakan oleh penyewa ebike. Apabila penyewa ingin mengunci sementara waktu, cukup dengan memindai kode QR saja.

“Semua sistem ebike tidak ada yang manual, semua harus pakai kode QR. Tujuannya agar aman dan tidak disalahgunakan.”

Agar dapat menikmati Migo, pengguna cukup mengunduh aplikasi dan melakukan registrasi dengan menggunakan nomor handphone dan KTP yang berlaku. Migo tidak bisa digunakan untuk pengguna yang berusia di bawah 17 tahun.

Setelah berhasil mendaftar, pengguna cukup mencari Migo station terdekat dan menekan tombol “pesan”. Tiba di station, pengguna hanya perlu memindai kode QR ebike sesuai dengan kode yang tertera di aplikasi. Setiap penyewaan ebike, telah dilengkapi dengan helm untuk keselamatan pengendara.

Saat ingin mengembalikan ebike, pengguna hanya perlu mencari station terdekat dan menekan tombol “pengembalian.” Nanti akan tertera biaya yang harus dibayarkan pengguna setelah pengembalian diterima. Pembayaran bisa dengan tunai atau non tunai lewat e-wallet Migo. Biaya yang harus dikeluarkan saat menyewa satu unit Migo adalah 3 ribu Rupiah per 30 menit.

Buka peluang kemitraan

Yu menambahkan, Migo menerapkan konsep kemitraan untuk penempatan fasilitas ebike. Pihak yang ingin bergabung menjadi mitra hanya dipersyaratkan menyediakan area kosong seluas 10 meter persegi untuk menampung sekitar 10-20 sepeda per station.

Di samping itu, mitra perlu menyiapkan smartphone dan satu orang untuk menjaga station setiap harinya mulai dari pukul 6.00 sampai 21.30. Disebutkan tidak ada biaya keanggotaan yang dikenakan kepada mitra yang ingin bergabung. Ada pembagian komisi yang bisa didapat para mitra setiap harinya.

Station akan menjadi tempat untuk pemeliharaan ebike, termasuk melakukan isi ulang daya secara rutin.

Yo mengaku untuk investasi satu unit ebike pihaknya harus merogoh kocek sekitar Rp5 juta sampai Rp6 juta. Proses pembuatan ebike dilakukan di Jakarta, hanya saja komponen diambil dari Tiongkok.

Application Information Will Show Up Here

BLOCK71 Akan Hadirkan “Kopi Chat” di Bandung, Bahas Seputar Model Bisnis Startup

BLOCK71 Jakarta akan menyelenggarakan acara bertajuk “Kopi Chat” di Kota Bandung pada tanggal 12 April 2018 mendatang. Acara ini diadakan untuk menambah pengetahuan kepada ekosistem startup di kota tersebut. Inisiatif BLOCK71 dilakukan lantaran pemerintah Bandung begitu bersemangat menjadikan wilayahnya sebagai “Silicon Valley-nya Indonesia”. Acara diskusi rutin diharapkan dapat menguatkan pemahaman tentang startup itu sendiri.

Untuk Kopi Chat pertama, BLOCK71 akan mengundang CEO Tinker.id Ajie Santika dan CEO Ruangreka Panji Prabowo. Kedua pemateri tersebut akan membahas materi dengan tema “How to choose the best business model“. Setidaknya ada enam fokus area yang akan dijelaskan, yakni seputar model bisnis, tipe-tipe model bisnis dan cara untuk memilih model bisnis yang benar, waktu yang tepat untuk memilih model bisnis, akibat dan konsekuensi dari pemilihan model bisnis tertentu.

“Dari hasil diskusi kami dengan komunitas startup di Bandung, banyak yang menyampaikan bahwa mereka berharap ada lebih banyak acara startup berkualitas dan juga akses ke investor. Kami menampung masukan itu dan telah mengeksekusi apa yang bisa kami lakukan,” ujar Merrya Nawati, Community Manager BLOCK71 Jakarta.

Merrya menambahkan, sebagai ecosystem builder bagi startup, BLOCK71 berupaya untuk mengadakan acara rutin dengan tujuan untuk menyajikan konten dan kesempatan networking bagi pelaku startup Bandung. Salah satu caranya adalah dengan mengundang para speaker berpengalaman dan investor untuk datang dan bertemu langsung dengan startup Bandung.

Untuk detail pelaksanaannya, acara akan dilaksanakan di Eduplex Bandung, dimulai pukul 18.00 – 21.00 WIB. Di akhir acara, para peserta juga akan mendapatkan kesempatan untuk pitching di depan pembicara mengenai startup mereka. Hal ini dilakukan untuk memberikan kesempatan pertukaran ide dan penyelesaian masalah yang dihadapi startup, serta sebagai sarana latihan untuk melakukan pitching di depan investor.

Peminat acara ini dapat mengunjungi tautan berikut untuk informasi dan pendataran: http://bit.ly/kopichatbusinessmodel.


Disclosure: DailySocial adalah media partner untuk acara Kopi Chat Bandung

Arkavidia 4.0 ITB Akan Fokus Bahas Perkembangan Startup

Arkavidia akan diadakan untuk kali keempat oleh Himpunan Mahasiswa Informatika Institut Teknologi Bandung (HMIF ITB). Arkavidia 4.0 merupakan sebuah festival IT yang akan diselenggarakan pada tanggal 9-10 Februari 2018. Tujuan utama dari acara ini adalah untuk mengajak masyarakat lebih mengenal dunia IT, khususnya startup yang sekarang ini sedang memasuki masa keemasannya. Selain itu, Arkavidia juga difokuskan untuk mengembangkan softskill serta potensi inovasi dari mahasiswa. Untuk memenuhi tujuan tersebut, maka Arkavidia menyelenggarakan 4 acara, yaitu pre-event, lomba, seminar, dan expo.

Di pre-event Arkavidia 4.0 akan diselenggarakan “Global Game Jam”, yakni sebuah workshop membuat game secara berkelompok dalam waktu 2×24 jam. Acara ini berlangsung pada tanggal 26-28 Januari 2018. Untuk mengadakan acara ini, Arkavidia bekerja sama dengan GameDev Bandung dan Agate Studio. Acara ini diikuti oleh berbagai kalangan, baik mahasiswa ataupun sekelompok orang yang sudah mahir dalam game development. Pada acara ini, peserta juga mendapat ilmu dari pembicara yang merupakan developer game berpengalaman.

Acara lomba diselenggarakan pada tanggal 9 dan 10 Februari 2018. Lomba yang dimulai pada tanggal 9 Februari 2018 adalah Hackavidia, yaitu perlombaan sprint dimana developer akan bersaing untuk menciptakan terobosan baru yang dilakukan secara kontinu dalam 24 jam. Hackavidia terbuka untuk umum. Selain Hackavidia, terdapat lomba Capture The Flag, Competitive Programming, dan Technovation yang diadakan pada tanggal 10 Februari 2018 dan terbuka untuk mahasiswa se-Indonesia.

Capture The Flag adalah kompetisi yang bertema keamanan informasi. Peserta akan diminta untuk menguji keamanan dari sebuah sistem dengan cara mengumpulkan flag tersembunyi dari soal-soal yang diberikan. Competitive Programming merupakan lomba pemrograman yang bertujuan untuk menguji kemampuan berpikir logis dan komputasional. Peserta dituntut untuk menggunakan algoritma atau struktur data yang tepat untuk menyelesaikan setiap persoalan. Technovation adalah kompetisi pengembangan ide perangkat lunak yang bertujuan agar pesertanya memiliki wadah untuk menuangkan ide-ide kreatif yang dapat diimplementasikan secara riil dan dapat mendukung perkembangan IT dan startup di Indonesia agar Indonesia menjadi lebih mandiri.

Seminar yang akan diselenggarakan pada tanggal 10 Februari terbagi menjadi 2, yaitu Startup 101 Stage dan Technolgy Stage. Pada seminar kali ini, Arkavidia mengundang banyak tokoh yang berperan penting dalam perkembangan startup di Indonesia. Untuk Startup 101 Stage, tokoh-tokoh yang diundang adalah Rama Mamuaya (CEO DailySocial), Aaron Mashano (Chairman at Leaders of Tomorrow Group Ltd), Chrisna Aditya (CTO E-Fishery), Yoel Sumitro (Uber UX Senior Researcher), dan Tushar Bhatia (Head of Growth, Bukalapak). Sedangkan, untuk Technology Stage tokoh-tokoh yang diundang adalah On Lee (CTO GDP Venture), Adi Purwanto Sujarwadi (Go-Life Product Management Lead), Andri Yadi (CEO Dycodex), Budi Rahardjo (Dosen ITB, Founder and CTO Indo CSC), dan Aditya Dwiperdana (Co-founder, Agate Studio).

Expo yang diselenggarakan oleh Arkavidia adalah pameran startup dan wahana interaktif yang terkait dengan bidang informatika dan teknologi informasi. Acara ini terbagi menjadi 3 bagian exhibition, yaitu startup, wahana, dan sponsor. Di sini, pengunjung dapat mengenal secara langsung para penggiat digital startup beserta produknya, serta bermain dengan wahana-wahana teknologi terkini yang menarik dan mengasyikkan.

Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi situs resminya melalui tautan: https://arkavidia.id.

Disclosure: DailySocial merupakan media partner Arkavidia 4.0 ITB

DStour #36: Mengunjungi Coworking Space “Lokasi” yang Memiliki Desain Minimalis

Terletak di Bandung Jawa Barat, coworking space Lokasi memiliki desain minimalis, namun ruangan yang luas dan sarat dengan nuansa alami. Dilengkapi dengan kafe dan restoran, menjadikan Lokasi coworking space yang menarik dan ideal untuk bekerja, terutama bagi entrepreneur di kawasan Bandung dan sekitarnya. Simak liputan DScussion bersama Event & Community Manager Lokasi Erdy Suryadarma.

Mengundang.co Hadirkan Layanan Digital Pembuatan Undangan Pernikahan

Besarnya peluang bisnis pernikahan di Indonesia kemudian dicoba untuk dimanfaatkan oleh Mohamad Havid, Founder sekaligus CEO dari platform pembuatan undangan pernikahan secara digital, Mengundang.co. Situs yang telah diluncurkan sejak tahun 2016 ini masih dalam versi beta, namun sudah bisa diakses oleh vendor dan calon pengantin (bride) untuk memanfaatkan layanan digital pembuatan undangan.

“Ide awal sebenarnya sudah lama saya miliki sejak lama, namun fokus untuk promosi dan akuisisi klien hingga pengguna baru tahun 2017 ini kami lancarkan secara agresif,” kata Havid kepada DailySocial.

Kesuksesan Bridestory sebagai marketplace wedding vendor lokal merupakan inspirasi dari Havid untuk kemudian meluncurkan Mengundang.co. Meskipun memiliki sistem dan layanan yang berbeda, namun pasar yang ditargetkan adalah sama dan hal tersebut merupakan keuntungan lebih dari Mengundang.co.

“Untuk ke depannya Mengundang.co juga membuka kesempatan untuk Bridestory dan layanan serupa lainnya untuk bekerja sama dengan Mengundang.co, tentunya dengan menyasar klien dan target pengguna yang sama,” kata Havid.

Saat ini Mengundang.co masih mendapatkan konsultasi dalam hal teknologi dan digital dari Dengansenanghati, bisnis yang dijalankan juga masih menggunakan modal sendiri atau bootstrap. Meskipun berpusat di Bandung, namun Mengundang.co menargetkan Jakarta sebagai pasar setelah kota Bandung tentunya.

“Jumlah pengguna dan vendor Mengundang.co saat ini masih sedikit namun kami harapkan tahun 2017 ini akan semakin meningkat sesuai dengan rencana dari kami untuk lebih agresif melancarkan promosi,” ujar Havid.

Mengikuti bootcamp Festival #Ambisiku Tri

Untuk mematangkan ide dan produk yang ada, Havid saat ini masih mengikuti program bootcamp Festival #Ambisiku yang diadakan oleh operator telekomunikasi Tri. Sejak bulan November 2016 lalu, Havid secara intensif mendapatkan mentoring dan berkesempatan berkenalan dengan angel investor serta network dari Tri untuk memaksimalkan produk Mengundang.co.

“Mengundang.co cukup beruntung masuk sebagai salah satu peserta dari Festival #Ambisiku Tri, diharapkan dengan mengikuti kegiatan ini bisa memperkenalkan Mengundang.co lebih luas lagi sekaligus berkenalan dengan investor yang tepat,” kata Havid.

Selain promosi dan akuisisi vendor lebih banyak, Mengundang.co nantinya juga akan menghadirkan tools atau layanan digital lainnya yang bisa dimanfaatkan oleh vendor pernikahan, seperti wedding photographer, dekorasi pelaminan dan lainnya untuk mempromosikan masing-masing jasa yang ditawarkan. Dengan pilihan harga hemat hingga premium, diharapkan Mengundang.co bisa menjadi platform mandiri untuk penyedia jasa pernikahan di Bandung dan Jakarta.

“Meskipun masih dalam versi Beta namun situs Mengundang.co sudah banyak dikunjungi oleh pengguna dan vendor, melihat besarnya peluang yang ada kami cukup optimis Mengundang.co memiliki peluang yang cukup menjanjikan,” tutup Havid.