Konferensi “Open Infra Day” Rekatkan Kolaborasi Komunitas dan Industri dalam Pengembangan Teknologi Sumber Terbuka

Seiring perkembangannya, perangkat keras/lunak berbasis sumber terbuka (open source) makin diminati oleh berbagai kalangan, termasuk korporasi. Pemanfaatannya sudah menyebar di berbagai lini, termasuk pada tingkatan infrastruktur — teknologi yang dimanfaatkan sering disebut dengan istilah “Open Source Infrastructure Software/Hardware” (Open Infra).

Kategori produk Open Infra sudah sangat beragam, mulai dari IaaS Cloud, Hypervision, Open Compute, Container, Storage Cluster, hingga Open Networking. Pengembangannya dilakukan secara terbuka oleh komunitas dan telah terbukti mumpuni untuk dijadikan fondasi operasional layanan TI.

Agar pengembangannya terus berlanjut, komunitas membutuhkan dukungan dan kontribusi dari industri. Sehingga sinergi mutualisme sangat berarti untuk diwujudkan. Hal tersebut yang turut diyakini Biznet Gio Cloud, sehingga menginisiasi konferensi bertajuk “Indonesia Open Infra Day”, mempertemukan kontributor open source dan berbagai pelaku industri.

Acara yang berlangsung pada 2 November 2019 di Surabaya tersebut menghadirkan berbagai diskusi membahas berbagai opsi kolaborasi yang dapat dilakukan komunitas dan industri. Selain itu dihadirkan juga sesi keynote speech hingga workshop, untuk memberikan pengetahuan baru bagi para peserta yang hadir.

Tema-tema krusial terkait dengan pemanfaatan teknologi yang makin masif di Indonesia juga dihadirkan. Sebut saja soal kedaulatan data yang disampaikan oleh CEO Biznet Gio Cloud Dondy Bappedyanto. Beragam pemateri dari sektor-sektor bisnis unggulan juga didatangkan, seperti EVP Digital Center of Excellence BRI Kaspar Situmorang yang menyampaikan tema pemanfaatan Open Infra untuk layanan keuangan mikro.

Menjadi konferensi Open Infra pertama di Indonesia, acara ini diharapkan meningkatkan kolaborasi antar pihak-pihak yang berkepentingan terhadap pengembangan dan pemanfaatan infrastruktur teknologi berbasis open source.

Disclosure: DailySocial merupakan media partner konferensi Open Infra Day

Biznet Gio Hadirkan Platform Cloud untuk Pengembang Aplikasi “NEO Cloud”

Biznet Gio Nusantara meresmikan peluncuran NEO Cloud, platform komputasi awan berbasis open source di Indonesia. Platform ini menyasar pengembang aplikasi yang bekerja di segmen UKM, startup, hingga korporasi sebagai pengguna.

Sasaran pengguna ini cukup berbeda dengan pengguna Biznet Cloud selama ini yang berasal dari kalangan enterprise.

CEO Biznet Gio Dondy Bappedyanto menuturkan perusahaan meluncurkan platform komputasi awan baru karena banyak persepsi di pasar yang menganggap pemain cloud lokal masih tradisional dan layanannya hanya sekadar server saja. Lalu mereka dianggap tidak fleksibel dan hanya menyediakan metode penagihan per bulan.

Masyarakat juga menganggap pemain cloud lokal tidak bisa diandalkan, terlihat dari pemrosesannya yang lama dan rentan terkena gangguan. Isu terakhir adalah tidak terbuka karena hanya bisa diakses dan diatur dalam satu portal.

“Kita mau buat era baru, NEO Cloud itu kita buat secure by default. Kita tidak berikan akses password untuk masuk ke mesin, melainkan username dan sertifikat kunci. Jadi mesin tidak bisa diakses oleh siapapun yang tidak punya kunci,” terangnya, Rabu (1/11).

NEO Cloud dibangun dengan mengadopsi teknologi open source dari OpenStack dan diklaim sebagai layanan pertama yang menawarkan Multiple Availability Zone dan Multiple Region.

Multiple Regions NEO Cloud dibangun di dua pusat data yang dimiliki Biznet Data Center yang berlokasi di Technovillage (Cimanggis) dan Midplaza (Jakarta). Masing-masing region terdapat tiga Availabilty Zone. Jika terjadi kerusakan dalam salah satu Availability Zone, maka file akan langsung dialihkan ke Availability Zone lainnya.

Fitur dan layanan yang dihadirkan NEO Cloud di antaranya Virtual Compute, Flex Storage, Networks, dan Domain. Virtual Compute adalah layanan utama NEO Cloud, yang merupakan Infrastructure-as-a-Service (IaaS) memberikan kemudahan untuk mengatur kebutuhan skala komputasinya, mulai dari 1-32 core vCPU dengan RAM hingga 64 GB.

Sementara, Flex Storage diperuntukkan untuk penyimpanan dana, mencakup layanan Block Storage dan Object Storage. Block Storage terdiri dari Standard Performance yang memberikan performa kecepatan hingga 10 ribu IOPS dan High Performance dengan kecepatan dari 30 ribu IOPS sampai 10 ribu IOPS.

Untuk Object Storage, NEO Cloud menjamin kompatibilitas dengan standar industri S3 dari Amazon Web Service.

Adapun desain UI/UX dari layanan dibuat ringkas dan nyaman, memudahkan pengguna merancang, menjelajah, dan membangun berbagai topologi infrastruktur dalam waktu singkat.

“Kami ingin membawa nuansa baru bagi industri komputasi awan di Indonesia. Selama ini penyedia layanan komputasi awan lokal kerap dipandang sebelah mata karena fitur yang ditawarkan dianggap masih kalah dengan pemain dari luar negeri.”

Selain diklaim sebagai layanan yang ramah untuk para pengembang aplikasi, NEO Cloud juga dianggap ramah untuk industri fintech. Pasalnya, data center Biznet telah mengantongi sertifikasi standar keamanan informasi Payment Card Industry Data Security Standard (PCI DSS).

Industri keuangan di Indonesia cukup ketat. Untuk data center-nya tidak boleh sembarangan, karena harus berlokasi di dalam negeri dan mengantongi sertifikat tersebut.

“Dia [NEO Cloud] itu developer friendly dan fintech friendly. Sebagian besar pemain data center di Indonesia itu tidak developer friendly karena banyak aspek yang kosong. PCI DSS itu agak sulit untuk diperoleh pemain startup fintech, lantaran perlu waktu satu tahun untuk mengurus. Kalau sudah ada yang pegang PCI DSS akan sangat membantu developer fintech,” terang CEO JAS Kapital Indonesia Izak Jenie.

NEO Cloud telah meluncur dalam bentuk beta sejak 1 Oktober 2017 dan telah diuji coba ke lebih dari 1000 pengembang aplikasi. Rencananya, layanan ini akan resmi meluncur secara komersil pada 10 November 2017 mendatang.

Biznet Kucurkan Investasi Bangun Infrastruktur Telekomunikasi Hingga $100 Juta Tahun Ini

Perusahaan penyedia layanan internet Biznet mengungkapkan kucuran dana investasi yang bakal digelontorkan tahun ini sebesar US$100 juta untuk pembangunan jaringan fiber optic hingga 25 ribu km, dibandingkan posisi tahun lalu mencapai 18 ribu km. Angka invesstasi bisa dibilang meningkat dibandingkan kucuran investasi yang dilakukan perusahaan pada 2015, diklaim sebesar US$70 juta.

Dari target tersebut, Biznet mengaku telah merampungkan sebagian proyek pembangunan dengan penambahan 2 ribu km. Dengan demikian, Biznet telah memiliki jaringan hingga 20 km mencakup di lebih dari 100 kota di Jawa, Bali, Sumatera, dan Batam.

“Kami kucurkan investasi untuk pembangunan fiber optic sekitar US$100 juta. Kami bentuk jaringan yang berbentuk ring, mendekati jaringan yang sudah kami bangun sebelumnya agar tidak ada degradasi layanan. Ditargetkan pada akhir tahun ini bisa capai 25 ribu km, tahun lalu sebesar 18 ribu km,” ucap Brand Manager Biznet Gitanissa Laprina, Kamis (8/6).

Peta jalur pembangunan fiber optic Biznet sepanjang 2017 / DailySocial
Peta jalur pembangunan fiber optic Biznet sepanjang 2017 / DailySocial

Adapun saat ini, Biznet masih memproses pembangunan jalur backbone yang dilakukan dalam beberapa jalur seperti: Jalur Semarang-Kudus-Purwodadi-Bojonegoro-Gresik-Surabaya, Jalur Purwokerto-Kebumen-Purworejo-Yogyakarta, dan Jalur Kepanjen-Lumajang.

Gitanissa juga menargetkan adanya penambahan pengguna, diharapkan bisa mencapai 450 ribu pengguna sampai akhir tahun ini dari posisi saat ini sekitar 400 ribu pengguna home pass.

Target Biznet Gio Cloud

Dalam kesempatan yang sama juga hadir pihak dari salah satu anak usaha Biznet yakni Biznet Gio Cloud, perusahaan patungan dengan Internet Initiative Japan Inc (IJC). CEO Biznet Gio Dondy Bappedyanto mengungkapkan saat ini pihaknya banyak melakukan inisiatif bisnis baru dalam rangka memperbesar layanannya, di antaranya menambah tiga lokasi server

Satu lokasi yang bakal segera diresmikan berada di MidPlaza, Jakarta pada September 2017. Dua lokasi lainnya masih dalam tahap diskusi. Sementara ini, Biznet Gio Cloud baru memiliki satu lokasi yang ada di Technovillage, Cimanggis.

“Kami rencanakan server Biznet Gio bakal berada di seluruh Biznet Pop yang tersebar di seluruh Indonesia. Untuk sementara ini, kami targetkan total akhir server yang kami miliki berjumlah empat,” ucap Dondy.

VP Sales and Marketing Biznet Gio Cornelius Hertadi menambahkan keberadaan tambahan server menjadi selling point Biznet Gio Cloud dalam menjamin keberlangsungan layanan terus berjalan. Sesuai dengan visi perusahaan yang ingin menjadi layanan cloud computing yang dapat diandalkan dan aman.

“Dengan adanya dua lokasi server, ada redundant jaminan tidak akan terputus. Ketika terjadi kejadian yang tidak menguntungkan konsumen, mereka bisa langung otomatis backup dan server tetap langsung nyala.”

Hal lainnya yang sedang disiapkan Biznet Gio Cloud adalah penyiapan ISO 27001 untuk standar keamanan informasi, melengkapi sertifikasi yang sudah dipegang perusahaan yakni Payment Card Industri Data Security Standard (PCI DSS). Kehadiran tambahan sertifikasi ini akan mengukuhkan tingkat percaya diri perusahaan dalam menggaet konsumen.

“PCI DSS dan ISO 27001 itu adalah dua sertifikasi standar yang umumnya dimiliki perusahaan cloud computing di luar negeri. Di Indonesia sendiri, baru kami yang memiliki PCI DSS, sertifikasi ini sangat berguna untuk menggaet perusahaan fintech. Lima di antaranya sudah memakai layanan kami karena mereka memerlukan penyimpanan data finansial yang penting.”

Perusahaan juga berencana untuk meluncurkan produk baru untuk menjangkau konsumen dari kalangan UKM menengah ke bawah pada September 2017 mendatang. Selama dua tahun berdiri, Biznet Gio Cloud baru menjangkau UKM skala menengah ke atas. Jumlahnya diperkirakan sekitar 300 perusahaan.