BOOM Esports Umumkan Roster CS:GO Brazil, Akuisisi ex-INTZ.

Khalayak esports Indonesia sempat dihebohkan ketika beberapa waktu yang lalu ESL mengumumkan mengumumkan 24 tim yang terkonfirmasi bertanding di ESL Pro League Season 11. Penyebab kehebohan tersebut adalah karena ada nama BOOM Esports bersanding bersama organisasi esports kenamaan di skena CS:GO barat, seperti NAVI, G2 Esports, Virtus pro, ENCE, dan lain sebagainya.

Spekulasi melebar ketika itu, mengatakan bahwa BOOM Esports mengikuti ESL Pro League Season 11 dengan memainkan roster ex-INTZ. Pada akhirnya benar saja, lewat sebuah pengumuman, BOOM Esports mengkonfirmasi bahwa mereka mengikuti ESL Pro League Season 11 dengan membawa roster ex-INTZ.

Saya tidak akan pernah kenal atau menonton pertandingan esports jika tidak ada Counter Strike dan DOTA 2. Saya selalu bermimpi untuk mempunyai tim yang bertanding di turnamen major CS:GO dan DOTA 2.” ucap Gary Ongko Putera CEO dan founder BOOM Esports, mengutip dari laman resmi BOOM Esports.

“Kami melihat berbagai peluang untuk mencari pemain terbaik di seluruh dunia. Setelah melakukan negosiasi, saya melihat roster ex-INTZ adalah pilihan terbaik kami sebagai tim. Mereka memiliki kesamaan visi, yaitu untuk menjadi legenda. Lewat dukungan yang kami berikan, kami akan mewujudkan mimpi mereka dan BOOM untuk menjadi tim CS:GO terbaik di dunia” Gary menceritakan.

Dengan ini, berikut roster BOOM Esports untuk ESL Pro League Season 11.

  • Gustavo Knittel (yel)
  • Ricardo Prass (boltz)
  • Bruno Martinelli (shz)
  • Marcelo Cespedes (chelo)
  • João Vasconcellos (felps)
  • COACH – Alessandro Marcucci (Apoka)

Mengutip hltv.org, roster ini sekarang menduduki peringkat 11 dunia dengan sedikit sekali kisah kesuksesannya belakangan ini. Meski demikan roster ini menampilkan boltz, chelo, dan felps yang sudah berman bersama sejak awal zaman masih di dalam tim INTZ. Masih dari hltv, felps kabarnya masih dalam kontrak bersama tim MIBR, yang artinya bisa jadi ia bersama BOOM Esports dalam status pinjaman.

Sumber: hltv.org
Joao Vasconcellos alias Felps. Sumber: hltv.org

Felps, lalu memberikan tanggapan terkait pengumuman tergabungnya dirinya ke dalam BOOM Esports. “Saya ingin bisa bermain bersama rekan lama saya lagi. Saya berpikir bahwa bersama mereka, dan bersama organisasi yang baik, maka hal ini akan menjadi awal baru bagi karir saya.” ucap Felps.

Sang pelatih, Apoka, lalu menambahkan. “Kepada para penggemar BOOM Esports di Indonesia, kami akan melakukan yang terbaik untuk mewakili kalian, bendera kalian dan BOOM Esports!

Pertandingan ESL Pro League Season 11 sendiri akan dimulai pada 16 Maret 2020 mendatang. Memperebutkan total hadiah US$750.000 (sekitar Rp10 miliar), pertandingan ini merupakan salah satu yang paling bergengsi di skena kompetitif CS:GO. Akankah BOOM Esports bisa mendapatkan hasil yang diinginkan? Mari kita doakan agar felps dan kawan-kawan bisa mendapatkan hasil yang terbaik bersama BOOM Esports di gelaran ESL Pro League Season 11.

Tendang TNC Predator dan Reality Rift, BOOM Esports Berhasil Lolos ke Starladder Minor 2020

Walaupun gagal di kualifikasi ESL One Los Angeles, BOOM Esports tetap mengamankan slot-nya di kualifikasi Starladder Minor 2020. Perjalanan BOOM Esports nampak berat untuk lolos ke Minor. Pasalnya, mereka harus melawan TNC di babak pertama kualifikasi Starladder Minor 2020. Belum lagi Team IO yang terlihat sangat kuat karena berisikan veteran Dota 2 Chai”Mushi” Yee Fung dan Khoo “Ohaiyo” Chong Xin. Reality Rift yang ada di kualifikasi kali ini juga sedang naik daun setelah berhasil masuk ke DreamLeague Season 13: Leipzig Major. Dua tim tadi menjadikan BOOM Esports tidak dijagokan lolos ke Starladder Minor 2020 kali ini tetapi mereka berhasil mematahkan prediksi banyak orang.

Kemenangan dramatis BOOM Esports melawan TNC Predator

Sumber: Trackdota
Sumber: Trackdota

Game pertama melawan TNC Predator merupakan yang paling alot bagi BOOM Esports. Pasalnya, BOOM Esports mengungguli perolehan net worth sebesar 23 ribu di akhir game. Permainan yang agresif dari kedua tim membuat game ini semakin seru. BOOM Esports memang kewalahan untuk melawan Templar Assassin dari TNC Predator yang memakan back line mereka. Melihat permainan Kunkka dari Rafli “Mikoto” Fathur Rahman yang berhasil mencuri Roshan dari Aegis seperti memberikan harapan bagi BOOM Esports untuk mendapatkan game pertama.

Tetapi Monkey King milik Kim “Gabbi” Villafuerte menjadi mimpi buruk di pertengahan game. BOOM Esports seperti tidak memiliki jawaban untuk Monkey King dengan Black King Bar. Phantom Lancer milik Randy “Dreamocel” Muhammad Sapoetra pun belum siap untuk melawan Monkey King.

Phantom Lancer yang terbawa sampai menit 40 pun sudah menyelesaikan Butterfly dan Heart of Tarassque-nya. Alhasil, sangat sulit bagi TNC Predator untuk membunuhnya. Networth difference sudah mengarah ke BOOM Esports dan sepertinya mereka memiliki kesempatan sangat besar untuk mendapatkan game pertama.

Semakin unggul, BOOM Esports pun berhasil mengamankan dua set barracks milik TNC Predator. Tapi Anda harus ingat akan semangat TNC yang pernah mendapatkan comeback walaupun sudah dalam keadaan Mega Creep. Benar saja, BOOM Esports memaksa peperangan di luar base tanpa memiliki satupun Buyback. Dan benar saja, TNC Predator yang menyadari hal ini langsung mendorong ke arah base BOOM Esports dan menyelesaikan permainan. BOOM Esports harus merelakan game pertama ini.

Sumber: Trackdota
Sumber: Trackdota

Game kedua dimulai dan TNC sangat unggul di awal game. Damage besar dari Timbersaw dan Snapfire milik TNC seperti tidak bisa ditahan oleh BOOM Esports. Berkat keunggulan ini, TNC berhasil mengambil 1 set barrack di atas. Tetapi ketika Troll Warlord milik Dreamocel menyelesaikan Black King Bar-nya, TNC seperti kebingungan untuk melawan BKB Troll Warlord. Semua damage output dari TNC masih mengandalkan magic damage. Maka Troll Warlord seperti tidak terkontrol untuk menghabisi TNC Predator. Kemenangan di setiap peperangan pun memberikan keuntungan besar bagi Silencer milik Mikoto. Stolen intelligence yang ia miliki sudah terlalu banyak sehingga damage dari Glaive of Wisdom-nya pun sangat besar. BOOM Esports nampak snowball di game kedua ini dan berusaha secepat mungkin untuk menyelesaikan game kedua ini. BOOM Esports memenangkan game kedua dan memaksa adanya game ketiga.

Sumber: Trackdota
Sumber: Trackdota

Saya sendiri percaya bahwa BOOM Esports sebenarnya mendominasi TNC di dua game sebelumnya. Dan mereka akan melakukan hal yang sama di game ketiga. Benar saja, TNC membiarkan Mikoto menggunakan Monkey King dan Dreamocel memakai Ember Spirit. Dreamocel selalu menghancurkan back line dari TNC Predator dengan Fire Remnant dan membuyarkan strategi musuh. Sementara Monkey King memberikan sangat banyak damage ke bagian depan TNC Predator. Tidak adanya hero yang memiliki kemampuan tank, membuat TNC Predator semakin terpuruk. Dominasi BOOM Esports terus berlanjut sampai akhirnya mereka bisa menghancurkan ancient milik TNC Predator dan memastikan kursi mereka di partai final upper bracket kualifikasi Starladder Minor 2020.

Reality Rift pembasmi raksasa Asia Tenggara

Sumber: Trackdota
Sumber: Trackdota

Team IO yang dikalahkan Reality Rift dan TNC harus gugur paling awal di kualifikasi ini. Kekalahan Reality Rift atas BOOM Esports di final upper bracket, memaksa mereka untuk melawan TNC Predator di final lower bracket. Tak disangka, Reality Rift berhasil mengalahkan TNC Predator dengan skor 2-1. Menurut saya, potensi kemenangan BOOM Esports lebih besar ketika melawan Reality Rift dibanding TNC Predator. Mengingat TNC Predator kali ini adalah pemegang peringkat satu perolehan poin DPC.

BOOM Esports pun berhadapan dengan Reality Rift di partai final best of 5 kualifikasi Asia Tenggara untuk Starladder Minor 2020. Game pertama berjalan lancar bagi BOOM Esports yang berhasil menyelesaikannya pada menit 33. Reality Rift seharusnya berhati-hati dengan Centaur milik Saieful “Fbz” Ilham dan Monkey King Dreamocel pada pertandingan selanjutnya. Andrew “Drew” Halim dan timnya seperti sangat respect terhadap Tiny milik Brizio “Hyde” Adi Putra. Pasalnya, Tiny selalu terkena ban di setiap pertandingan.

Sumber: Trackdota
Sumber: Trackdota

Game kedua, Reality Rift berusaha meniru hero pick milik TNC Predator saat melawan BOOM Esports. Kombinasi Puck dan Timbersaw sangat menjanjikan untuk menang di awal game. Tetapi, last pick dari BOOM Esports adalah Outworld Devourer. Pick yang membahayakan bagi Reality Rift. Seberapapun tebalnya armor milik Timbersaw, ia tidak akan bisa menahan damage dari Arcane Orb milik Outworld Devourer. Reality Rift terlalu berfokus untuk melawan Phantom Lancer saat pick and ban dan melupakan 1 hero yang belum diambil oleh BOOM Esports. Troll Warlord milik Drew pun tidak bisa berkutik, karena selalu terkena kiting oleh Astral Imprisonment. Dengan waktu yang hampir sama, BOOM Esports menyelesaikan game kedua di menit 34.

Sumber: Trackdota
Sumber: Trackdota

Melihat dua game sebelumnya, para penonton seperti sudah memperkirakan bahwa pertandingan ini akan berakhir di 3-0 untuk kemenangan BOOM Esports. Tetapi Reality Rift masih belum menyerah. Winter Wyvern milik Ravdan “Hustla” Narmandakh sukses menyulitkan BOOM Esports setiap peperangan besar. Winter’s Curse selalu dilemparkan menuju Silencer milik Mikoto. Maka tidak ada yang bisa mematahkan kombo dari Reality Rift ketika peperangan berlangsung dan Mikoto selalu terambil di awal. Benar saja, Reality Rift tidak akan membiarkan BOOM Esports menang mudah di best of five ini dan memaksa adanya game 4.

Sumber: Trackdota
Sumber: Trackdota

Pada game 4, BOOM Esports berhasil memenangkan mid lane dan safe lane. Razor milik Mikoto tidak bisa dilawan oleh Templar Assassin. Selalu diusir dengan Static Link memaksa Templar Assassin untuk berpindah ke jungle. Lifestealer Dreamocel pun tidak mengalami masalah laning phase melawan Centaur. Inisiasi Ring of Blood dari Fbz juga sangat cepat membuat Winter Wyvern Hustla tidak sempat bertindak apapun untuk menyelamatkan temannya. Keunggulan yang dimiliki BOOM Esports menjadi snowball dan BOOM Esports berhasil memenangkan pertandingan dengan skor 3-1.

Dengan ini, BOOM Esports berhasil lolos ke Starladder Minor 2020 sebagai wakil Asia Tenggara. Kali ini, dipastikan ada pemain Dota 2 Indonesia pada event Major dan Minor selanjutnya.

Valve Umumkan Tanggal The International 2020 Stockholm

Tanggal pasti acara The International 2020 yang akan diadakan di Stockholm telah diumumkan. Sama seperti The International tahun-tahun sebelumnya, The International 2020 akan dilangsungkan pada pertengahan bulan Agustus. Tepatnya di tanggal 18 sampai 23 Agustus 2020. Dengan diumumkannya tanggal pasti The International, lengkap sudah susunan tanggal gelaran Dota Pro Circuit sepanjang musim 2019/2020.

Sumber: Facebook Wykrhm Reddy
Sumber: Facebook Wykrhm Reddy

Susunan Turnamen Dota 2 Pro Circuit 2019/2020

  • November 7-10,2019. Dota Summit 11. 660 DPC Points
  • November 16-24, 2019. MDL Chengdu Major. 15.000 DPC Points
  • Januari 9-12, 2020. WePlay! Bukavel Minor 2020. 660 DPC Points
  • Januari 18-26, 2020. DreamLeague Leipzig Major. 15.000 DPC Points
  • Maret 3-7, 2020. Minor Event. 660 DPC Points
  • Maret 15-22,2020. ESL One Los Angeles 2020. 15.000 DPC Points
  • April 22-26, 2020. Minor Event. 660 DPC Points
  • May 2-10, 2020. Major Event. 15.000 DPC Points
  • Juni 19-13, 2020. Minor Event. 660 DPC Points
  • Juni 20-28, 2020. ONE Esports Singapore Major. 15.000 DPC Points

The International adalah penghujung rangkaian acara Dota Pro Circuit. Setiap tahun, para tim professional beradu di turnamen Major dan Minor untuk mengumpulkan sebanyak-banyaknya poin DPC. Pasalnya, hanya 12 tim yang memiliki poin DPC terbanyak yang berhak mengamankan slot ke The international.

Sumber: Kincir.com
Sumber: Kincir.com

Jalur lain yang dapat ditempuh oleh tim professional untuk mengikuti The International adalah melalui kualifikasi regional. Valve membagi kualifikasinya ke enam region, Amerika Utara, Amerika Selatan, Asia Tenggara, Eropa, Tiongkok, dan CISMasing-masing region hanya mendapatkan 1 tempat untuk melaju ke The International. Kualifikasi regional ini tidak kalah seru dibandingkan event Major dan Minor. Bagi penggemar Dota 2 di Indonesia, kualifikasi regional ini memang ditunggu-tunggu. Pasalnya, akan ada banyak tim Dota 2 asal Indonesia yang akan bertanding di kualifikasi regional Asia Tenggara.

Tim Dota 2 Indonesia di Kualifikasi The International

Sudah banyak tim Dota 2 asal Indonesia yang berjuang di kualifikasi regional Asia Tenggara untuk masuk ke The International. Hanya segelintir tim Indonesia yang berhasil mencapai babak main event kualifikasi tersebut. Sejak tahun 2014, hanya ada total 3 tim asal Indonesia yang berhasil melaju ke main event Southeast Asia Qualifier. Rex Regum Qeon pada tahun 2014 berhasil melaju ke babak main event. Waktu itu Rex Regum Qeon masih berisikan Albert “DonXwaN” Dick Ludong, Farand “KoaLa” Kowara, Jeffry “Gehenna” Martin Suhendra, Azam “NFR” Aljabar Nafari, Muhammad “bubu” Damar. Tetapi Rex Regum Qeon harus puas di peringkat ke-8 dari grup dan gagal melaju ke The International 2014.

Pada tahun 2018, BOOM Esports mewakili Indonesia di main event kualifikasi Asia Tenggara untuk The International 2018. BOOM Esports saat itu diperkuat oleh Saieful “Fbz” Ilham, Randy Muhammad “Dreamocel” Sapoetra, Dolly “SaintDeLucaz” Van Pello, Tri “Jhocam” Kuncoro, dan Alfi “Khezcute” Nelphyana. Di tahun Tersebut, ada pemain Indonesia yang lain. Muhammad “inYourdreaM” Rizky dan Kenny “Xepher” Deo bermain bersama TNC Tigers yang berisikan pemain yang berasal dari banyak negara.

Sumber: Twitter @dotasltv
Sumber: Hybrid.co.id

Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, tahun 2019 ada dua tim Dota 2 asal Indonesia yang bermain di main event Southeast Asia qualifier untuk The International 2019. Ada BOOM Esports yang sedikit berganti roster, yaitu berisikan Dreamocel, Rafli Fathur “Mikoto” Rahman, Fbz, Jhocam dan Khezcute. EVOS Esports juga melaju ke babak ini dengan pemain inYourdreaM, Usep “Facehugger” Satiawan, Adit “Aville” Rosenda, Indra Vlaicu Utama dan Matthew Whitemon Filemon.

Memang sampai saat ini, masih belum ada tim atau perwakilan pemain dari Indonesia yang berhasil melaju ke The International. Tetapi kita memiliki beberapa pemain asal Indonesia yang sedang bersinar di kancah internasional. Dan memiliki kesempatan untuk melaju ke The International tahun 2020.

Kenny “Xepher” Deo pemain asal Indonesia yang sekarang membela tim Geek Fam asal Malaysia terbilang cukup sukses berkarir di luar sana. Geek Fam Dota 2 berhasil melaju ke turnamen Minor Dota Summit 11 dan mencapai posisi ke-5 di turnamen tersebut.

Andrew "Drew" Halim | Sumber: Facebook Reality Rift Dota 2
Andrew “Drew” Halim | Sumber: Facebook Reality Rift Dota 2

Andrew “Drew” Halim yang sempat membela EVOS Esports berhasil masuk ke turnamen Major DreamLeague Leipzig Major bersama tim yang ia bela yaitu Reality Rift melalui jalur kualifikasi Asia Tenggara. Drew sempat membuat geger komunitas Dota 2 di Indonesia karena permainannya ketika bermain di tim Reality Rift. Pasalnya, Drew belum memiliki track record pertandingan profesional yang panjang. Namun demikian, hal ini merupakan angin segar untuk komunitas Dota 2 Indonesia melihat pemain baru untuk mereka bela nanti.

Menurut saya, masih sangat banyak kesempatan bagi tim atau pemain asal Indonesia untuk melaju ke The International 2020. Selain masih panjangnya musim Dota Pro Circuit 2019/2020, masih panjang juga waktu yang bisa dipakai oleh mereka guna mengasah kemampuan untuk bersiap menghadapi turnamen-turnamen yang akan datang.

Bagaimana Memanfaatkan Statistik Esports Demi Kemenangan?

Di era digital, semakin banyak perusahaan yang menggunakan data untuk menekan biaya operasional atau untuk meningkatkan keuntungan perusahaan. Di dunia olahraga, atlet atau tim profesional biasanya memiliki analis yang berfungsi untuk menganalisa data pemain atau tim untuk meningkatkan performa mereka. Tugas lain analis adalah menganalisa data atlet atau tim musuh untuk mengantisipasi mereka. General Manager Oakland Atletics, Billy Beane dipercaya sebagai orang pertama yang memprioritaskan penggunaan data dan statistik dalam sebuah tim olahraga. Di tennis, data biasanya digunakan untuk mengetahui kebiasaan arah serve seorang pemain. Sementara dalam basket, data bisa digunakan untuk mengetahui ketangguhan pertahanan sebuah tim.

Pada awalnya, data tidak digunakan di statistik esports. Namun, ketika muncul game-game yang kaya data seperti StarCraft 2 dan Dota 2, organisasi esports juga mulai mempekerjakan staf analisis. Semakin besarnya industri esports berarti, perusahaan-perusahaan teknologi besar — seperti IBM, Microsoft, dan SAP — menjadi tertarik untuk bekerja sama dengan organisasi esports. Perusahaan teknologi tersebut biasanya menawarkan untuk membuat software analisa bagi organisasi esports. Tak hanya itu, mereka ini juga menyediakan software analisa untuk kebutuhan broadcast.

Untuk menganalisa data para atlet olahraga tradisional, data yang dikumpulkan harus didigitalkan terlebih dulu sebelum diolah. Proses digitalisasi biasanya memakan waktu yang cukup lama. Untungnya, data dalam esports sudah ada dalam bentuk digital, sehingga data ini tak perlu didigitalisasi lagi. Hanya saja, data yang bisa Anda dapatkan dari game esports bisa sangat banyak. Masalah lain dalam menggunakan data di esports adalah akses ke data sebuah game biasanya tergantung pada kemurahan hati publisher.

Sumber: Esports One via The Esports Observer
Sumber: Esports One via The Esports Observer

Game publisher dan API (application programming interface) yang publisher sediakan akan selalu menjadi sumber data utama,” kata Matthew Gunnin, CEO Esports One, perusahaan pembuat software untuk membuat statistik menggunakan computer vision dan machine learning. Data tersebut akan akan digunakan dalam siaran langsung. Pada awal perusahaan didirikan, dia mengatakan, Esports One mengumpulkan data secara manual dan menggantungkan diri pada API dari sebuah game. “Sekarang, kita sangat memanfaatkan computer vision untuk mengumpulkan data, tapi setiap game berbeda-beda, tergantung pada game dan support yang ada.”

Data apa yang dikumpulkan dan bagaimana data digunakan?

Dalam statistik esports, data yang bisa didapatkan dari setiap game berbeda-beda. Penggunaannya juga tak selalu sama. Dalam game shooter, cara pemain memosisikan diri adalah salah satu bagian penting yang harus diperhatikan, karena posisi memengaruhi jarak pemain ke musuh dan waktu reaksi yang mereka butuhkan untuk bereaksi. Ini mendorong Tobi dan SteelSeries untuk menyediakan solusi yang memungkinkan pemain yang masih ingin mengasah kemampuan mereka untuk membandingkan gerakan mata mereka dengan gerakan mata para profesional.

Selain itu, data juga bisa digunakan untuk memperkirakan kombinasi yang akan digunakan oleh musuh. Misalnya, esports scene Dota 2 tidak memiliki liga. Sebagai gantinya, ada beberapa turnamen besar yang diadakan setiap tahunnya. Karena itu, biasanya, para tim profesional Dota 2 lebih ingin tahu tentang kebiasaan tim lawan. Untungnya, Valve, publisher Dota 2 biasanya cukup terbuka untuk berbagi data untuk proyek open source. Mereka bahkan membiarkan pihak ketiga mengakses data dari video replay pertandingan.

Sumber: Steam Community
Sumber: Steam Community

“Sekarang, kami memiliki data dari sekitar 65 ribu pertandingan dari pertandingan yang telah berlalu,” kata Melvin S. Metzger, Esports Developer, SAP HANA, menurut lapora The Esports Observer. Dia mengatakan SAP HANA dapat menganalisa pertandingan profesional dari Dota 2. Mereka akan membandingkan data dari pertandingan lama dengan data dari pertandingan yang tengah berlangsung atau yang akan datang. Ketika membandingkan data pemain dengan pemain lain, data yang digunakan tergantung pada permintaan.

Ketersediaan data di esports memungkinkan perusahaan untuk membuat AI yang dapat membantu pelaku esports untuk berlatih. Selain itu, AI juga bisa digunakan untuk beberapa hal lain. telah ada sejumlah perusahaan yang menawarkan AI untuk mengasah kemampuan pemain, seperti OpenAI. Meskipun begitu, penggunaan AI untuk membantu pemain berlatih adalah hal yang masih sangat baru. Tingkat efisiensinya pun belum diketahui. Meskipun begitu, perusahaan teknologi tetap mau menjalin kerja sama dengan organisasi esports. Biasanya, alasan perusahaan teknologi mau bekerja sama dengan organisasi esports adalah untuk mendekatkan diri dengan fans esports. Misalnya, Microsoft bekerja sama dengan Cloud9. Terlepas dari apakah kolaborasi keduanya sukses atau tidak, fans esports akan mengingat Microsoft sebagai perusahaan yang menjadi rekan dari Cloud9.

Gunnin menjelaskan, “Dari perspektif kami, bagaimana data akan digunakan di masa depan adalah tentang bagaimana kami akan mengaitkan status para pemain dengan apa yang terjadi saat game berlangsung. Kami tahu bagaimana cara para pemain pro bermain, dan saat melihat gameplay Anda, kami akan menyimpan dan menandai kejadian dalam game sebagai perbandingan.”

Seberapa penting analisa untuk tim esports?

Di Indonesia, BOOM Esports merupakan salah satu organisasi yang memiliki tim Dota 2 terkuat. Ketika berkunjung ke kantor Hybrid, CEO dan pendiri BOOM Esports, Gary Ongko menjelaskan alasannya mengapa mereka berkeras untuk bertahan di esports PC walau mobile esports tengah booming di Indonesia. Selain itu, dia juga menjelaskan pentingnya keberadaan psikolog dan analis bagi sebuah tim esports. Gary mengatakan, peran analis cukup penting dalam esports. Tim-tim papan atas biasanya memiliki taktik yang mereka gunakan. Namun, para pemainnya juga biasanya memiliki kebiasaan buruk yang bisa dieksploitasi.

“Misalnya, pada detik ke sekian, pemain selalu melihat ke kanan, memeriksa keadaan di belakang. Kita bisa mengeksplotasi hal ini,” ujar Gary. Menurutnya, detail kecil seperti inilah yang akan menentukan kemenangan jika dua tim yang sama-sama jago bertemu. Dan kebiasaan seperti ini bisa diketahui dengan statistik. Saat ini, BOOM masih melakukan analisa secara manual. Itu artinya, analis memasukkan data ke spreadsheet dan mengolahnya sendiri. Meskipun begitu, dia sadar bahwa telah ada perusahaan yang menawarkan software analisa yang bisa melakukan tugas analis secara otomatis. Menurutnya, analis esports tak harus pernah menjadi pemain profesional. Begitu juga dengan para pelatih. “Selama ide mereka memang bagus, kenapa nggak?”

Sumber: Dokumentasi Hybrid
CEO dan pendiri BOOM Esports, Gary Ongko. | Sumber: Dokumentasi Hybrid

Gary memiliki kesempatan untuk mengambil kuliah S2 hingga Amerika Serikat. Sambil tertawa, dia mengaku bahwa tidak banyak ilmu dari perkuliahan yang dia masih gunakan sampai sekarang. Namun, menurutnya, kuliah tetap penting karena itu akan mengajarkan Anda untuk disiplin dan berpikir kritis. Satu ilmu yang masih digunakan sampai sekarang adalah statistik, yang masih melibatkan pengolahan data. Dia bercerita, statistik tidak hanya digunakan untuk analisa permainan tim, tapi juga aspek lain dalam mengatur organisasi esports. Misalnya untuk melihat perkembangan performa pemain atau bahkan pertumbuhan media sosial tim atau pemain profesional. Ketika BOOM mencoba hal baru, dengan bantuan data, mereka bisa mengetahui apakah hal itu efektif atau tidak. “Kalau di Dota 2, statistik bisa digunakan untuk melihat persentase hero yang di-pick dari musuh. Sementara kalau PUBG Mobile dan Free Fire, kita bisa melihat lokasi pemain turun, timing rotasi,” ungkapnya.

Sayangnya, sepertinya, analisa data di Indonesia mungkin belum akan jadi mainstream dalam beberapa tahun ke depan. Muasalnya, game esports yang laris di Indonesia adalah game mobile yang punya keterbatasan soal API — dibandingkan game PC. Game-game yang laris di Indonesia juga rilisan publisher ataupun besutan developer Tiongkok yang mungkin lebih tertutup soal transparansi data. Ditambah lagi, masih banyak pelaku industri esports di Indonesia yang belum menyadari pentingnya digitalisasi data di esports.

Studi kasus: Liquid dan SAP HANA

Pada April 2018, SAP mengumumkan kerja samanya dengan Team Liquid, khususnya divisi Dota 2 mereka. Melalui kerja sama ini, SAP akan mengembangkan tool untuk menganalisa data yang dikumpulkan dari game untuk meningkatkan performa para pemain dan mencari talenta baru. Namun, data ini dikumpulkan dari roster Team Liquid yang lama, yang telah keluar dari organisasi tersebut dan membentuk tim baru bernama Nigma.

Setelah satu tahun, SAP akhirnya berhasil menciptakan tool yang memang bisa digunakan oleh para profesional. Software ini dibuat oleh dua ahli full-stack development yang juga memiliki pemahaman tentang data science. Salah satu fungsi dari software ini adalah untuk membantu Team Liquid dalam fase drafting, yaitu proses pemilihan hero ketika mereka juga bisa melarang sejumlah karakter untuk digunakan oleh musuh. Di sini, tim profesional berusaha untuk mengumpulkan data sebanyak mungkin dan mempertimbangkan sinergi antar karakter.

Proses drafting. | Sumber: ESL via The Esports Observer
Proses drafting. | Sumber: ESL via The Esports Observer

“Salah satu tantangan yang kami hadapi adalah tidak ada data komprehensif yang bisa kami dapatkan melalui data yang bisa diakses semua orang,” kata Milan Cerny, Properti Owner and Innovation Lead for Esports, SAP. “Tentu saja, kami juga mempertimbangkan aspek dalam game. Seperti heat mapping untuk segala kejadian dalam game, baik pergerakan hero maupun penggunaan ward.” Tak hanya bekerja sama dengan organisasi esports profesional, SAP juga menggandeng sejumlah penyelenggara turnamen, seperti EPICENTER, DreamHack, dan ESL. Kepada para penyelenggara turnamen, SAP menawarkan data tentang pemilihan hero, persentase kemenangan, dan data lainnya di layar penonton. Mereka juga memberikan insight pada para caster dan analis produksi.

Kesimpulan

Penggunaan data dan AI di ranah esports masih sangat baru. Belum ada bukti definitif apakah penggunaan data akan bisa membantu tim esports untuk menang. Namun, menggunakan data untuk menganalisa performa tim dan memprediksi lawan terbukti bermanfaat di olahraga tradisional. Tidak tertutup kemungkinan, pengumpulan dan pengolahan data akan menjadi senjata bagi organisasi esports papan atas di masa depan.

BOOM Esports Bertahan di DOTA 2 Demi Bawa Indonesia ke Dunia

Esports kini tengah naik daun. Mengingat Indonesia adalah negara mobile first, tak heran jika mobile esports lebih populer daripada esports untuk PC atau konsol. Beberapa tim Indonesia pun terbukti sukses meraih prestasi di tingkat dunia, seperti Bigetron RA yang baru saja memenangkan PUBG Mobile Club Open Global Finals 2019 di Malaysia. Meskipun begitu, BOOM Esports — yang dulu dikenal dengan nama BOOM ID — justru fokus pada tim DOTA 2 mereka.

Pada Selasa, 3 Desember 2019, CEO dan pendiri BOOM Esports, Gary Ongko berkunjung ke kantor Hybrid. Ketika ditanya tentang mengapa BOOM memilih untuk fokus pada esports PC, dia menjawab, “Sejujurnya, saya cukup nasionalis. Waktu buat BOOM, tujuannya adalah untuk menjadi tim nomor satu di dunia. Sayangnya, kalau tidak main di PC, dunia tidak akan peduli. Saya mau mengibarkan bendera kita di luar negeri.” Dia mengatakan, Indonesia adalah negara dengan populasi terbesar ke-4. Dia yakin, dia bisa menemukan lima orang pemain esports yang dapat untuk bersaing di tingkat dunia. “Dari segi fisik, kita mungkin kalah. Tapi, kalau beradu otak, masa iya nggak ada yang bisa lawan juga?”

Tidak ada yang salah dengan rasa nasionalisme. Namun, sekarang, esports telah menjadi bisnis. Secara global, diperkirakan nilai industri esports mencapai US$1,1 miliar. Banyak perusahaan non-endemik yang tertarik untuk menjadi sponsor. Selain itu, juga bermunculan perusahaan yang tertarik untuk menanamkan investasi di esports. Perusahaan venture capital pun juga ikut masuk ke esports. BOOM sendiri telah menjadi perusahaan dengan puluhan karyawan. Soal pendapatan, Gary menyebutkan, saat ini, sebagian besar pendapatan BOOM — dan juga tim esports besar lain di Indonesia — berasal dari sponsorship. Selain itu, mereka juga mendapatkan pemasukan dari hak siar dan penjualan merchandise.

Sumber: Dokumentasi Hybrid
Sumber: Dokumentasi Hybrid

“Kalau di luar negeri, bisa 30 persen media rights, sponsor 60 persen, dan sisanya lain-lain. Kalau di Indonesia, sekitar 80-90 persen dari sponsorship,” kata Gary. “Di Indonesia, prize pool juga tidak terlalu besar. Makanya kita masih main di PC.” Di Indonesia, turnamen dengan prize pool terbesar adalah Mobile Legends Professional League Season 4 dengan hadiah mencapai US$150 ribu. Sebagai perbandingan, turnamen dengan total hadiah terbesar di dunia adalah The International 2019 yang menawarkan lebih dari U$30 juta sebagai hadiah.

Jumlah penonton esports yang terus bertambah membuat banyak perusahaan tertarik untuk menjadi sponsor di dunia esports. Selain organisasi esports, sebuah perusahaan juga bisa menjadi sponsor dari turnamen atau liga esports. Sebagai pemilik organisasi esports, Gary tentu saja merasa menjadi sponsor dari tim esports lebih menguntungkan. “Karena kalau event kan cuma satu kali. Tahun depan belum tentu ada lagi. Dan viewership-nya juga belum tentu sama,” ungkapnya. Sementara dengan menjadi sponsor tim esports, sponsor akan bisa memasang logo atau nama perusahaan di jersey pemain. Tak hanya itu, mereka juga bisa mengadakan kolaborasi untuk membuat konten. Ini juga sudah dilakukan oleh G2 Esports dan Mastercard.

Sumber: Dokumentasi Hybrid
Sumber: Dokumentasi Hybrid

Gary bercerita, saat ini, BOOM memiliki sekitar 70-80 karyawan. Sebagian besar — sekitar 60 orang — adalah pemain profesional. Meskipun begitu, dia mengatakan bahwa organisasi esports tak cukup jika hanya mengejar kemenangan. Dia bercerita, pada dua tahun pertama BOOM didirikan, mereka tak fokus pada media sosial. Dia berpikir, jika BOOM terbukti berprestasi, maka para fans akan datang dengan sendirinya. “Tapi, kenyataannya tidak begitu,” katanya. Dia mengaku, membangun presence di media sosial juga penting. Karena, menurutnya, pada akhirnya para penonton juga ingin tahu tentang cerita di balik kesukesan sebuah tim esports.

Selain tim media sosial, Gary mengatakan, psikolog juga memiliki peran dalam kesuksesan tim. Setelah menyediakan psikolog untuk tim, tim Free Fire dan PUBG Mobile BOOM terbukti menjadi lebih sukses. Dia menyebutkan, banyak pemain esports asal Asia yang berbakat. Hanya saja, mereka punya kecenderungan untuk merasa rendah diri jika bertemu dengan pemain dari Amerika Utara atau Eropa. Psikolog akan membantu para pemain untuk tetap percaya diri pada kemampuan mereka sendiri, tak peduli siapa yang mereka hadapi.

Seputar Hyde Sebagai Stand-In BOOM Esports Untuk DreamLeague Season 13

Pengumuman mengejutkan datang dari kancah kompetitif Dota 2 Indonesia. Jelang kualifikasi SEA untuk DreamLeague Season 13 Major dimulai, BOOM Esports mengumumkan bahwa Muhammad “InYourDream” Rizky akan rehat dari dunia kompetitif Dota untuk sementara waktu. Hal ini jadi mengejutkan karena InYourDream bisa dibilang sebagai salah satu pemain ujung tombak dari tim BOOM Esports.

Lewat sebuah pengumuman yang dilakukan lewat postingan Instagram, dikatakan bahwa Brizio “Hyde” Adi Putra akan menjadi stand-in menggantikan InYourDream selama kualifikasi DreamLeague Season 13 Major. Pengumuman tersebut juga mengatakan, walau rehat, InYourDream akan tetap bersama BOOM Esports.

Pergantian pemain dalam waktu yang cukup sempit ini ternyata tidak terlalu banyak memberi dampak kepada performa BOOM Esports sejauh ini. Dalam kualifikasi dengan format grup, BOOM Esports masih berada di peringkat dua, dengan perolehan 1 menang melawan Sterling Global Dragons, 1 seri melawan Alpha Hashtag, dan 1 kalah melawan Fnatic.

Hyde (kedua dari kiri) saat bermain bersama FBZ dan Mikoto di tim Pandora Esports. Sumber: Pandora Esports
Hyde (kedua dari kiri) saat bermain bersama FBZ dan Mikoto di tim Pandora Esports. Sumber: Pandora Esports

Ini mungkin dikarenakan Hyde tak bisa dibilang sebagai wajah baru di kancah kompetitif Dota. Usut punya usut, Hyde memang sempat bermain bersama FBZ dan Mikoto, saat masih membela tim Pandora Esports dahulu. Bermain sebagai posisi 4, Hyde terbilang tidak terlalu sulit beradaptasi dengan gaya permainan kawan-kawan lainnya.

Membicarakan soal Hyde, saya lalu berbincang dengan ex-Pro Player Dota 2, Farand “Koala” Kowara. Ia memberikan sedikit pandangannya seputar Hyde, baik secara personal ataupun skill sang pemain. “Hyde bisa gue bilang sebagai pemain dengan kemampuan tinggi, tapi masih butuh pengalaman.” ucap Koala. “Tapi kalau soal gaya main, menurut gue tetap butuh waktu agar dia bisa klop dengan tim BOOM Esports. Tapi mengingat ia pernah satu tim dengan FBZ dan Mikoto, harusnya tidak butuh waktu lama bagi Hyde untuk bisa selaras dengan permainan BOOM Esports.” tegasnya.

Farand "Koala" Kowara | Sumber: ggScore
Farand “Koala” Kowara | Sumber: ggScore

Satu yang mungkin membuat Anda bertanya-tanya adalah soal kemampuan mekanik dari sang pemain. Apakah kemampuan Hyde dengan InYourDream bisa dikatakan sebanding? “Kalau dibandingin sih sebetulnya agak sulit, karena role utama kedua pemain yang beda jauh. Tapi seperti yang gue bilang di awal, kemampuan mekanik Hyde cukup tinggi, apalagi mengingat patch baru yang membuat hal apapun bisa terjadi di dalam kompetisi. Gue personal berharap BOOM Esports bisa lolos DreamLeague Season 13 supaya menjadi hadiah tersendiri dari Hyde kepada BOOM Esports.” Koala menjelaskan.

Dengan ini, maka berikut roster BOOM Esports untuk kualifikasi DreamLeague Season 13

  1. Randy ‘Dreamocel’ Sapoetra – Carry
  2. Rafli ‘Mikoto’ Fathur Rahman – Midlaner
  3. Saieful ‘Fbz’ Ilham – Offlaner
  4. Brizio ‘Hyde’ Adi Putra Budiana – Support (stand-in)
  5. Alfi ‘Khezcute’ Nelphyana – Support
  6. Muhammad “InYourDream” Rizky – Inactive

Tantangan berat berad di hadapan BOOM Esports. Mengingat ini adalah kompetisi Major DPC 2019-2020, lawan-lawan mereka tentu bukan merupakan tim sembarangan. Kualifikasi SEA saja mungkin sudah jadi tantangan berat, apalagi jika berhasil tembus sampai baban Main Stage yang artinya Hyde dan BOOM Esports akan berhadapan dengan tim Dota 2 kelas dunia. Semoga saja, Hyde juga siap secara mental, dan bisa memberikan yang terbaik pada gelaran DreamLeague Season 13 ini.

Jelang Final OMEN Challenger Series, BOOM Esports Tambah Waktu Latihan

Babak final OMEN Challenger Series (OCS) akan diadakan di JCC Senayan pada 1-3 November. Di sini, Anda bisa menonton 12 tim Counter-Strike: Global Offensive yang mewakili 11 negara di kawasan Asia Pasifik dan Jepang. Dalam konferensi pers yang diadakan pada Rabu, 30 November 2019, Indonesia Consumer Personal System Category Lead, HP Inc, Hansen Wijaya mengatakan, OCS memang salah satu acara gaming yang HP nantikan. Dia mengaku bangga karena kali ini, Indonesia menjadi tuan rumah dari OCS Season 2. Sebagai tuan rumah, Indonesia mendapatkan dua slot, yang diisi oleh Syntax Esports yang terpilih dari babak kualifikasi nasional dan BOOM Esports, yang mendapatkan undangan langsung.

Agil “Roseau” Baskoro, yang baru direkrut oleh BOOM Esports pada Juli lalu, mengatakan, dua tim yang mereka waspadai adalah Greyhound Gaming, perwakilan Oceania dan juga ALPHA RED dari Thailand. Meskipun begitu, dia mengaku timnya tetap optimistis. “Kami belum pernah bertemu langsung dengan dua itu dalam turnamen LAN,” katanya. Dia mengaku, sejumlah tim yang turut serta dalam OCS memang memiliki pengalaman bertanding di tingkat regional yang lebih banyak. Namun, mereka justru melihat hal ini sebagai kesempatan. “Ini adalah kesempatan bagi kami untuk melawan tim yang sudah lebih berpengalaman.” Terkait soal persiapan BOOM Esports, dia menyebut, mereka menambah waktu latihan mereka untuk mempersiapkan diri menghadapi OCS. “Yang tadinya berlatih empat kali seminggu, jadi lima kali seminggu. Kami juga menambah jam latihan,” ujar Baskoro. Meskipun begitu, tim juga harus menyesuaikan jadwal dengan salah satu anggotanya yang masih bersekolah. Mengingat tim lawan sudah diketahui, dia bercerita, mereka juga memerhatikan strategi musuh untuk mengantisipasi mereka.

Edo | Sumber: Dokumentasi Hybrid
Edo Jonathan Chandra | Sumber: Dokumentasi Hybrid

Pertandingan antara 12 tim CS:GO profesional memang menjadi highlight dari OCS, tapi HP juga mengadakan beberapa kegiatan lain untuk memeriahkan kegiatan tersebut, seperti pertandingan tingkat universitas untuk game Player Unknown’s Battleground (PUBG) Mobile dan Dota 2. Edo Jonathan Chandra, Indonesia Market Development Manager, HP Inc. mengatakan, sebelum ini, mereka telah mengunjungi sejumlah kampus untuk mengadakan workshop terkait esports. Selain pertandingan esports, juga ada kompetisi cosplay. Pada tahun lalu, HP memilih PUBG sebagai game untuk dipertandingkan. Kali ini, mereka memilih untuk mengadu CS:GO. Edo mengatakan, alasan mereka memilih CS:GO adalah karena game First Person Shooter itu dianggap sebagai salah satu game esports tertua. “Game besutan Valve ini merupakan cikal bakal dari esports,” ungkapnya. “Di Indonesia, pemain CS:GO juga banyak.”

Inilah 12 tim yang akan bertanding di OCS.

  1. FrostFire (Malaysia)
  2. LETS QUIT (Tiongkok)
  3. AHQ Esports Club (Taiwan)
  4. LAZE (Singapura)
  5. NASR Esports (India)
  6. Team Absolute (Jepang)
  7. BOOM Esports (Indonesia)
  8. Syntax Esports (Indonesia)
  9. Ikarus (Korea Selatan)
  10. Bren Esports (Filipina)
  11. ALPHA RED (Thailand)
  12. Greyhound (Oceania)

Edo mengatakan bahwa OCS terbuka untuk umum. Penonton bisa datang dan menonton secara cuma-cuma, walau mereka tetap harus membeli tiket Indocomtech 2019, yang dihargai Rp35 ribu per orang untuk hari Jumat, Sabtu, dan Minggu. Jika Anda adalah fans CS:GO, Anda bisa datang ke Hall Cendrawasih di JCC Senayan untuk mendukung Syntax dan BOOM yang mewakili Indonesia.

Sengit Lawan Filipina, BOOM Esports Runner-Up di ESL Clash of Nations Bangkok 2019

Bagi para penggemar esports Indonesia, akhir pekan lalu mungkin akan dikenang sebagai hari jatuhnya babak playoff untuk Mobile Legends: Bang Bang Professional League alias MPL ID Season 4. Tapi sebetulnya ada satu kompetisi yang tak kalah penting yang berlangsung pada hari yang sama, bahkan merupakan turnamen kelas internasional. Turnamen yang dimaksud adalah ESL Clash of Nations Bangkok 2019, yang berlangsung selama tiga hari pada tanggal 25 – 27 Oktober kemarin.

Sebagaimana halnya ESL Clash of Nations yang digelar di Jakarta bulan Maret lalu, ESL Clash of Nations Bangkok 2019 mempertemukan sejumlah tim dari berbagai negara/wilayah. Namun kali ini tidak hanya Asia Tenggara, melainkan juga mencakup beberapa negara lain di sekitarnya. Mereka terdiri dari:

  • BOOM Esports (Indonesia)
  • RRQ.Trust (Thailand)
  • 496 Gaming (Vietnam)
  • Reality Rift (Malaysia/Singapura)
  • Athletico Esports (Australia/Selandia Baru)
  • Team Oracle (Australia/Selandia Baru)
  • Team Adroit (Filipina)
  • Global Esports (India)

Game yang dipertandingkan adalah Dota 2, dan ESL menawarkan hadiah sebesar US$50.000 (sekitar Rp700 juta) dalam turnamen ini. Setiap tim yang maju ke ESL Clash of Nations Bangkok 2019 melalui proses kualifikasi masing-masing tergantung dari negaranya. BOOM Esports, yang mewakili Indonesia, mendapat tiket tanding setelah jadi juara di ajang ESL Indonesia Championship Season 2, bulan September lalu.

Ajang ini merupakan tantangan tersendiri bagi BOOM Esports, sebab di ajang Clash of Nations pertama Indonesia berhasil keluar sebagai juara. Saat itu, EVOS menunjukkan keahlian mereka sebagai tim Arena of Valor terkuat di Asia Tenggara. Tentu BOOM Esports ingin meraih prestasi yang sama, apalagi tim tersebut sudah menjadi juara ESL Indonesia Championship sebanyak dua musim berturut-turut.

ESL Clash of Nations Bangkok 2019 - BOOM Esports 2
Sumber: ESL Indonesia

Aksi inYourdreaM, Mikoto, Fbz, Dreamocel, seta Khezcute berhasil mengantarkan BOOM Esports hingga ke babak Grand Final. Di sana mereka berhadapan dengan wakil Filipina, Team Adroit yang maju ke babak utama lewat jalur play-in (main langsung di tempat). Sayangnya, meski BOOM Esports sempat menunjukkan perlawanan yang sengit, akhirnya mereka terpaksa menyerah kalah dengan skor 2-1.

Meski tidak berhasil menjadi juara pertama, prestasi sebagai runner-up di ajang ESL Clash of Nations Bangkok 2019 tetap merupakan sesuatu yang patut dibanggakan karena mereka melawan tim-tim kuat dari berbagai negara. BOOM Esports pulang membawa hadiah sebesar US$10.000 (sekitar Rp140 juta), dan tekad untuk bertanding lebih baik lagi di ajang kompetisi berikutnya. Anda dapat menonton pertandingan antara BOOM Esports melawan Team Adroit dalam video di bawah.

Selamat kepada BOOM Esports, semoga ke depannya bisa terus berprestasi lagi dan semakin mengharumkan nama Indonesia di kancah esports dunia!

Sumber: BOOM Esports, ESL Indonesia

[VIDEO] Brando Oloan Bicara Soal Perjuangan Divisi Dota 2 BOOM Esports dan Perjalanan Karirnya

Bicara soal kancah Dota 2 di Indonesia, satu nama tim yang paling muncul tentunya adalah BOOM Esports. Menjadi salah satu tim dengan catatan kemenangan beruntun di kancah lokal, perjuangan BOOM Esports kini berlanjut untuk mengejar kancah internasional.

Sejauh ini, mereka sudah berhasil tembus di beberapa kompetisi yang menjadi bagian dari Dota Pro Circuit di Eropa. Walau belum berhasil mendapatkan titel juara, tetapi mereka memberikan permainan terbaiknya dalam kompetisi-kompetisi tingkat internasional seperti OGA Dota PIT Minor 2019, The Bucharest Minor, dan StarLadder ImbaTV Dota 2 Minor Season 1.

Di balik segala perjuangan tersebut, tak hanya sosok pemain saja yang berperan besar, tetapi juga ada sosok Brando Oloan, Manajer Divisi Dota 2 BOOM Esports, yang memiliki perannya tersendiri.

Dalam sesi #HybridTalk kali ini, kami berbincang dengan Brando Oloan. Perbincangan ini membicarakan mulai dari karir Brando ketika masih menjadi seorang pemain esports, perjuangan BOOM Esports, sampai cita-cita seorang Brando yang ingin menjadi penyanyi. Lebih lanjut soal hal tersebut, Anda bisa langsung menonton sesi perbincangan saya dengan Brando, dalam video Hybrid Talk episode ke-13 di bawah ini.

BOOM Cerberus Menangkan Metaco Circuit Cup Season 2

BOOM Cerberus keluar sebagai juara dari Metaco Circuit Cup Season 2. Pertandingan final diadakan di Ligagame Esports Arena pada Sabtu, 19 Oktober 2019. Dalam babak final, BOOM harus bertanding dengan 11 tim lain yang lolos babak kualifikasi. Metaco Circuit Cup menggunakan format terbuka, Itu artinya, semua tim — mulai dari amatir, semi-pro, sampai profesional — dapat ikut serta dalam babak kualifikasi. Dari sekitar 2000 tim yang tertarik, terpilih 192 tim untuk bertanding dalam 4 babak kualifikasi. Dalam setiap babak kualifikasi, ada tiga tim yang lolos untuk bertanding di babak final. Sehingga pada pertandingan final, akan ada 12 tim yang bertanding. Dua belas tim tersebut antara lain BOOM Cerberus, Armored Project Kraken, Team NXL, RRQ Hades, RRQ Poseidon, Onic Olympus, Onic Valhalla, BDRX Oxygen, Bigetron Ult, WAW MXM, The Prime Esports, dan Rone Maximum.

Di babak final, dua belas tim finalis harus bertanding dengan satu sama lain dalam lima ronde. Dalam pertandingan pertama, Bigetron berhasil mendominasi dan mendapatkan Booyah. Sementara BOOM harus puas dengan posisi ke-5. Tim BOOM baru berhasil mendapatkan Booyah pada ronde kedua. Pada ronde ke-3 dan ke-4, performa BOOM kembali turun. Mereka harus puas dengan posisi ke-7 dan poin 100 pada ronde ke-3. Ronde ketiga dimenangkan oleh BDRX Oxygen yang mendapatkan nilai total 360. Pada ronde ke-4, performa BOOM kembali membaik. Walau tidak mendapatkan Booyah, mereka berhasil mendapatkan skor 200. Ronde ke-4 dimenangkan oleh The Prime Esports yang mendapatkan poin 480.

Perolehan nilai Metaco Circuit Cup | Sumber: Dokumentasi Hybrid
Perolehan nilai Metaco Circuit Cup | Sumber: Dokumentasi Hybrid

BOOM berhasil kembali menguasai pertandingan pada ronde ke-5. Mereka mendapatkan Booyah dan mendapatkan skor 500. Dengan total nilai 1380, BOOM Cerberus keluar sebagai juara dari Metaco Circuit Cup Season 2. Posisi kedua diduduki oleh Onic Valhalla dengan nilai 1145 dan posisi ketiga didapatkan oleh Onic Olympus dengan nilai 1075. Menariknya, kedua tim Onic tak pernah sekalipun mendapatkan Booyah. Meskipun begitu, selama lima ronde, kedua tim tersebut berhasil memberikan performa yang stabil, memungkinkan mereka untuk mengumpulkan skor tinggi pada akhir pertandingan.

Saat diwawancara setelah pertandingan, anggota tim BOOM Cerberus mengaku baru merasa percaya diri akan bisa memenangkan turnamen pada ronde terakhir. Mereka merasa, semua tim yang harus mereka hadapi kali ini adalah musuh berat. Karena itu, mereka memutuskan untuk tidak menargetkan tim tertentu selama pertandingan. Sebagai gantinya, mereka akan menyerang semua tim yang mereka temui. Bermain sabar dan disiplin, itu strategi yang mereka gunakan. Meskipun begitu, Mereka bercerita, emosi salah satu anggotanya, Angga “Whynot” Dwi Subadjo sempat meninggi. Untungnya, Deyo “Weezer” Satria Ariga berhasil menenangkan. Pada akhir pertandingan, Whynot bahkan dinobatkan sebagai MVP. Selain Whynot dan Weezer, Mohammad “GunZ” Juliantoro dan Akmar “Mystic“ melengkapi roster BOOM Cerberus.

Saat ditanya soal persiapan menjelang turnamen, GunZ berkata, “Dua minggu, kita latihan rutin. Dari Senin sampai Jumat, dari jam dua siang sampai ponsel lowbat.” Whynot menambahkan, bahwa mereka kembali berlatih pada malam hari. Sebagai bagian dari latihan, dia mengatakan, mereka berusaha untuk mencari tahu tentang kesalahan dan kekurangan dari gameplay mereka. Pada akhirnya, latihan dan kerja keras mereka berbuah manis. Selamat bagi tim BOOM Cerberus, yang berhasil menyabet gelar juara di Metaco Circuit Cup Season 2.

Disclosure: Hybrid adalah media partner Metaco Circuit Cup