Komunal Kantongi Dana Seri A 30 Miliar Rupiah Dipimpin East Ventures

Komunal selaku startup fintech penyedia layanan ‘neo bank’ untuk BPR mengumumkan perolehan pendanaan seri A sebesar $2,1 juta (sekitar 30 miliar Rupiah). Putaran ini dipimpin oleh East Ventures dengan partisipasi dari Skystar Capital, keduanya merupakan investor awal Komunal. Dana segar akan dimanfaatkan untuk mengakselerasi inklusi finansial dengan memperkuat produk teranyar mereka “DepositoBPR“.

DepositoBPR adalah produk tabungan deposito dengan bunga tertinggi dijamin pemerintah yang dapat dibuka melalui BPR di daerah mana pun. Di sisi lain, BPR tetap bisa menerima deposit dari seluruh Indonesia tanpa harus mengeluarkan biaya yang besar untuk membuka cabang dan kegiatan pemasaran.

Indonesia memiliki kurang lebih 1.500 BPR yang tersebar di seluruh Indonesia. Cakupan bisnisnya juga terbatas karena mereka hanya diperbolehkan menyalurkan kredit di provinsi masing-masing. Namun, mereka diperbolehkan untuk menerima deposit dari berbagai daerah dengan jaminan bunga hingga 2,5% lebih tinggi dari bunga komersial dari pemerintah.

Kendati begitu, kontribusi BPR terhadap total deposan di Indonesia baru mencapai 1,5% karena sebagian besar BPR terletak di daerah pinggiran kota. Mereka juga belum terdigitalisasi, sehingga produk mereka tidak dikenal dan tidak dapat diakses oleh deposan perkotaan.

Melalui DepositoBPR, BPR tetap dapat menerima setoran tanpa memperdulikan batasan geografi dan bisa mengalokasikan biaya operasional yang lebih rendah untuk jasa Komunal, dengan menggunakan platform DepositoBPR.

Saat ini DepositoBPR telah mendapatkan lisensi sebagai funding agent (agen pendanaan) dari OJK di bawah regulasi IKD. Funding agent bertugas untuk menyediakan platform yang bisa menghubungkan deposan dan peminjam dengan institusi finansial, terutama dengan BPR, menawarkan produk pendanaan yang menarik.

Co-Founder Komunal Hendry Lieviant mengatakan, di masa pandemi ini masih terjadi ironi, bank komersial memiliki likuiditas tinggi dengan penawaran bunga yang rendah, sementara BPR kesulitan menerima deposit hanya karena 95% dari deposan Indonesia tinggal di area perkotaan.

“Kami berharap platform ini bisa menjembatani masalah tersebut. Kami sangat menghargai segala bentuk dukungan dan saran yang telah OJK dan Asosiasi BPR berikan, untuk mengasah produk pertama di kategori ini,” ucap dia dalam keterangan resmi, Selasa (21/9).

Dia melanjutkan, salah satu tantangan utama dalam mengembangkan DepositoBPR adalah membakukan dan mengoptimalkan proses-proses BPR yang saat ini masih terpecah-belah, sehingga diperlukan peningkatan agar pengalaman deposan meningkat jadi lebih baik. Dicontohkan, misalnya mengganti tanda tangan basah menjadi digital, e-KYC melalui video call, dan yang paling penting mengubah bilyet fisik menjadi e-bilyet. “Semua ini belum pernah dilakukan dalam sejarah BPR.”

Berkaitan dengan itu, pada akhir tahun ini Komunal akan meluncurkan e-bilyet deposito BPR pertama di Indonesia. Sebelumnya, BPR di Bali harus mengirimkan bilyet fisik ke deposan yang berlokasi di Jakarta, begitu pun sebaliknya saat deposan ingin menarik depositnya. Akibatnya biaya logistik harus ditanggung oleh konsumen.

“Melalui e-bilyet, masalah ini bisa teratasi dan visi Komunal untuk membuat produk yang dapat diakses secara nasional bisa tercapai,” tambah Co-Founder Komunal Kendrick Winoto.

Hingga kini, Komunal telah bermitra dengan 60 BPR di Jawa dan Bali. Produk DepositoBPR telah dirilis versi beta pada bulan lalu. Komunal menargetkan ingin melipatgandakan market share BPR dengan menawarkan bunga yang lebih tinggi dan memberikan layanan transaksi yang lebih mulus kepada nasabah lama dan baru.

Selain DepositoBPR, perusahaan juga menyalurkan pinjaman untuk UKM hingga saat ini sebesar $50 juta (sekitar 713 miliar Rupiah) untuk ratusan UKM di Indonesia. Angka tersebut naik dua kali lipat dibandingkan periode yang sama di tahun lalu. Dengan melihat pencapaian tersebut, perusahaan akan meningkatkan pemberian pinjaman sebesar $150 juta (sekitar 2,1 triliun Rupiah) hingga 2022 mendatang.

Pada masa pandemi ini, perusahaan mengklaim telah memperkuat arus kas perusahaan dengan burn rate rendah berkat bisnis pinjamannya yang telah meraih keuntungan baru-baru ini.

Co-Founder dan Managing Partners East Ventures Willson Cuaca menambahkan, sering sekali mendengar banyak startup yang memberi solusi kepada konsumen yang tidak memiliki rekening bank dan tidak mendapatkan layanan yang baik, maupun kepada usaha kecil dan mikro yang tidak memiliki kredit. Namun, belum ada yang memberikan solusi kepada BPR.

“Komunal memperkenalkan sebuah konsep baru, yaitu “neo-rural bank” untuk mengembangkan bank kecil dengan kapabilitas yang canggih. Kami berharap langkah ini dapat mengakselerasi inklusi finansial secara masif dan mendalam untuk seluruh daerah di Indonesia,” tutupnya.

Digitalisasi BPR

Solusi DepositoBPR merupakan langkah revolusioner dalam mendigitalkan BPR. Selain Komunal, ada ALAMI yang mengakuisisi BPR Syariah yang kini sudah di-rebrand dengan nama Hijra. Ambisinya pun sama, ALAMI ingin mendigitalisasi BPR ke level lebih jauh.

Di level perbankan komersial, ada Bank Permata yang berkolaborasi dengan Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) DKI Jaya untuk menghadirkan teknologi API untuk melayani nasabah BPR secara online. Aktivitas perbankan yang disediakan meliputi transfer dana, bill-payment, top up, inquiry, reconciliation, dan lainnya.

Secara industri, OJK telah mendorong BPR untuk kolaborasi dengan menyusun kolaborasi dengan berbagi pihak, misalnya kerja sama channeling antara BPR dengan startup fintech.

OJK telah memberikan lampu hijau bagi BPR dan fintech lending dalam melakukan kerja sama melalui dua skema, yakni channeling dan referral. Hal tersebut tertuang dalam Buku Panduan Kerja Sama BPR dan Fintech Lending yang telah diterbitkan pada Maret 2021 lalu.

Selanjutnya, dengan menginisiasi pengembangan BPR e-Cash bekerja sama dengan Finnet Indonesia. BPR e-Cash adalah semacam uang elektronik berbasis mobile yang nantinya dapat digunakan untuk beragam transaksi seperti pembayaran QR, isi pulsa, kirim uang, dan lain-lain.

Startup “Lending Aggregator” PinjemDoku Rilis Platform E-Loan Application

Startup fintech lending aggregator PinjemDoku merilis platform B2B e-loan aplication untuk mempermudah layanan kepada calon debitur. Untuk langkah awal, Bank Perkreditan Rakyat BPR Dana Berkah Lestari (BPR DBL) menjadi perusahaan pertama yang menggunakan platform tersebut.

Pemanfaatan aplikasi, diharapkan akan membantu BPR DPL memberikan pelayanan yang lebih kepada calon debitur, terutama dalam hal kecepatan proses persetujuan kredit. Juga, menekan ongkos pemasaran BPR jadi ebih efisien.

Jenis kredit yang disasar dalam PinjemDoku adalah kredit konsumer, misalnya KPR, KTA, dan KKB yang membutuhkan jaminan BPKB, sertifikat, surat tagihan, atau polis asuransi/anuitas.

BPR DBL saat ini beroperasi di wilayah Depok, Tangerang, Bogor, Bekasi dan Jakarta Selatan.

Adapun model bisnisnya, pemasar BPR DBL menggunakan aplikasi PinjemDoku untuk melakukan pengajuan pinjaman. Pengajuan secara real time akan diterima tim kredit support yang akan segera melakukan proses BI checking.

Calon debitur yang tidak masuk ke dalam daftar hitam perbankan dapat langsung dikunjungi oleh tim survey, menggunakan aplikasi untuk merekam data survei. Hasil survei akan segera terkirim ke kantor pusat untuk dilakukan analisa oleh analis kredit.

Dengan bantuan sistem scoring yang ada, maka analis kredit dapat segera memberikan rekomendasi kepada komite kredit terkait kelayakan calon debitur memperoleh kredit.

“BPR itu umumnya memiliki keterbatasan modal makanya kurang memiliki kapabilitas ketika ingin menggunakan teknologi digital. Dengan PinjemDoku, meski proses pengajuannya sudah digital, namun verifikasinya masih manual karena membutuhkan tanda tangan basah,” kata Chief Marketing Officer PinjemDoku Gembong Prakoso kepada DailySocial.

Platform e-loan application ini juga telah terintegrasi dengan sistem di asuransi jiwa dan umum untuk memulai proses persetujuan aplikasi. Dalam hal ini, perusahaan yang ditunjuk adalah Asuransi Reliance Life dan Asuransi Bintang.

Sistem akan secara otomatis melakukan kategori risiko kesehatan calon debitur. Apabila memiliki risiko kesehatan yang rendah, mereka akan disetujui oleh pihak asuransi. Jika komite kredit di BPR menyetujui pengajuan, maka sertifikat asuransi akan terbit.

Di sisi lain, jika sistem PinjemDoku mengategorikan calon debitur memiliki risiko kesehatan yang tinggi, maka sistem akan menerbitkan surat pengantar medis. Surat tersebut harus dibawa ke provider rumah sakit yang telah bekerja sama dengan asuransi.

“Dengan adanya sistem terintegrasi ini, BPR dapat menekan ongkos pemasaran hingga 30%. Mereka pun bisa bersaing secara sehat dengan perbankan lainnya.”

Gembong menerangkan pihaknya berkomitmen akan menambah BPR lainnya untuk bergabung sebagai mitra. Hal ini seiring visi perusahaan yang ingin mendigitalkan perekonomian rakyat.

“BPR DBL merupakan piloting untuk rencana PinjemDoku melakukan kerja sama strategis dengan seluruh BPR di seluruh Indonesia, sebagai langkah nyata misi kami yang ini mendigitalkan perekonomian rakyat,” pungkas Gembong.