RS The Label, Brand Fashion Lokal dengan Konsep Zerowaste yang Bermimpi Go Global di Era Digital

Setiap bisnis, baik kecil maupun besar, berhak untuk bermimpi. Hanya saja setelah itu tergantung bagaimana usaha mereka dalam meraihnya. Di era digital seperti saat ini, pemanfaatan teknologi tidak akan luput dalam perjalanan setiap bisnis dalam meraih mimpinya. RS The Label adalah salah satu yang membuktikannya.

Riene Subiyanto, owner RS The Label, mengakui bahwa teknologi dan platform digital, seperti media sosial, berperan besar dalam membantu brand-nya melangkah maju mendekati mimpinya. Tertarik mengetahui kisah lengkapnya? Berikut cerita perjalanan RS The Label bersama digitalisasi yang dibagikan oleh Riene.

Mengusung Konsep Zerowaste Sebagai Investasi Masa Depan

RS The Label merupakan salah satu brand fashion lokal yang mengusung konsep zerowaste. Tidak hanya dalam bentuk produk hasil, konsep zerowaste ini juga ia terapkan hingga ke proses pengemasan.

“RS The Label (adalah) brand fashion yang mengusung konsep zerowaste, dimana proses produksi dimulai dari material, cutting, hingga packaging menerapkan prinsip minim limbah atau bahkan tidak meninggalkan limbah kain,” katanya.

Sumber: Instagram @rsthelabel

Konsep zerowaste ini ia terapkan bukan tanpa alasan. Pemikiran tersebut adalah hasil dari analisanya pada industri bisnis fashion yang ia mulai di tahun 2019. Ia melihat begitu banyaknya limbah yang dihasilkan oleh industri ini dan merasa khawatir.

“RSthelabel awalnya hanya brand fashion seperti pada umumnya. Tetapi permasalahan muncul ketika saya menyadari bahwa bisnis ini ikut andil dalam menyumbang limbah terbesar kedua di dunia dan akan berdampak buruk buat kita dan anak cucu kita di masa depan. Maka saya berpikir bagaimana cara saya tetap menjalani passion saya tetapi beriringan dengan compassion. Lalu terciptalah zerowaste fashion,” jelas Riene.

Kemudian, Riene pun senang karena bisnis fashion dengan tema zerowaste ini dapat diterima masyarakat.

Giat Berinovasi Dengan Tetap Konsisten Minim Limbah

Bergerak dengan konsep zerowaste fashion tidak menyurutkan semangat Riene untuk terus berinovasi menghasilkan produk yang unik. Dari komitmennya untuk meminimalisir limbah ini, Riene selalu rutin melakukan riset sebelum meluncurkan inovasi produk.

“Karena ini adalah zerowaste fashion, maka sebelum memproduksi selalu dilakukan riset terlebih dahulu, mulai dari desain apakah desainnya bisa diterapkan ke dalam zerowaste cutting.”

Sumber: Instagram @rsthelabel

Agar tidak keluar dari konsep minim limbah itu sendiri, Riene berusaha untuk selalu memastikan bahwa inovasi produk yang ia buat bisa diproduksi menggunakan pattern, cutting, dan material kain yang ramah lingkungan.

Tak jarang juga inovasinya berasal dari pemanfaatan sisa kain yang kemudian ia buat menjadi ornamen pada produk pakaiannya.

Ternyata, konsep zerowaste tidak membuat Riene kehabisan ide untuk berinovasi. Bahkan, ia juga mulai menggabungkannya dengan konsep classic monochrome bergaya fashion street yang produknya ia launching pada Juli 2022 ini.

“Sedikit cerita tentang produk baru yang InsyaAllah akan dilaunching di bulan Juli 2022. Mengambil konsep classic monochrome dengan cutting zerowaste tetapi bergaya street fashion untuk memperluas target market juga pastinya,” ujarnya..

Kolaborasi Sebagai Langkah untuk Perluas Edukasi

Tidak ada usaha yang berjalan mulus tanpa adanya tantangan atau kesulitan. Selain tantangan dalam riset produk sebelum berinovasi, Riene juga mengakui bahwa kurangnya kesadaran masyarakat tentang dampak limbah kain ini menjadi kesulitan tersendiri bagi RS The label.

Untuk itu, Riene selalu berusaha mengedukasi masyarakat, salah satunya dengan cara berkolaborasi dengan influencer atau aktivis lingkungan.

“Masyarakat cenderung mengabaikan dan selalu berpikir untuk menguntungkan dirinya sendiri. Dibutukan effort yang lebih untuk mengedukasi. Maka dari itu, RS The Label berusaha berkolaborasi dengan para aktivis lingkungan maupun influencer yang peduli lingkungan atau alam.”

Pandemi Menjadi Momen Berinovasi

Momen pandemi adalah momen yang umumnya memiliki pengaruh terhadap keberlangsungan sebuah usaha. Namun, hal fakta tersebut ternyata tidak berlaku untuk RS The Label. Riene bersyukur bahwa pandemi tidak menurunkan aktivitas produksi dan penjualan RS The Label.

Sebaliknya, ia memanfaatkan momen pandemi untuk menciptakan solusi untuk para pekerja WFH saat pandemi dari limbah kain dalam bentuk produk detachable collar.

Sumber: Instagram @rsthelabel

“Pada saat pandemi, RS The Label membuat produk dari limbah kain juga seperti detachable collar atau kerah lepas pasang. Jadi ketika para pekerja khususnya wanita melakukan WFH cukup menambahkan detachable collar pada homedress-nya, jadi pakaian mereka terlihat lebih formal meskipun hanya memakai baju rumahan,” jelas Riene.

Teknologi Berperan Besar dalam Edukasi dan Promosi

Dalam mengembangkan RS The Label, Riene selalu memaksimalkan pemanfaatan teknologi. Kehadiran teknologi, menurutnya, berperan besar dalam pemasaran produk, penjualan, edukasi masyarakat, hingga membantu trend forecasting.

“Kehadiran teknologi digital dalam dunia fashion tidak hanya dalam branding, pemasaran, atau jual beli, tetapi bisa membuat trend forecasting. Jadi selalu berinovasi dan kreatif dalam berbisnis,” katanya.

Menurut Riene, marketplace dan media sosial, terutama WhatsApp dan Instagram, adalah platform digital yang berpengaruh besar dalam perkembangan RS The Label. Kedepannya ia akan memanfaatkan platform digital lainnya, yakni media sosial Twitter.

Perencanaan Matang Dalam Urusan Modal

Ketika berbicara mengenai pinjaman modal untuk menopang bisnis, Riene berkata ia tidak menggunakan pinjaman modal untuk mengembangkan RS The Label. Menurutnya, terlalu banyak resiko yang perlu ia tanggung apabila menggunakan pinjaman. Lalu, ia pun membagikan tips dalam memulai dan mengembangkan usaha dengan modal yang ada.

“Tips dari saya ketika ingin membuat usaha atau mengembangkan usaha sebaiknya direncanakan dan diperhitungkan dengan matang untung ruginya. Jika ada aset selain rumah, sebaiknya aset tersebut yang dijual untuk dijadikan modal meskipun nominalnya tidak sesuai yang diharapkan itu tidak apa-apa. Mulailah dengan perlahan dan bertahap. Tidak perlu terlihat besar tetapi banyak konflik didalamnya.”

Rencana Go Global Di Era Digital

Soal mimpi, Riene memiliki banyak mimpi untuk RS The Label. Salah satu mimpinya yang akan terwujud dalam waktu dekat adalah memiliki toko offline. Toko tersebut nantinya juga akan dilengkapi dengan studio jahit untuk memberi kesempatan kepada konsumen belajar mengenai pembuatan zerowaste fashion.

Selain itu, ia juga memiliki harapan lainnya, yaitu agar RS The Label dapat selalu berkembang, berempati, dan berinovasi. Riene juga ingin RS The Label menjadi brand zerowaste fashion ternama di Indonesia dan go global dengan bantuan digitalisasi.

Sumber: Instagram @rsthelabel

”Saat ini, RS The Label sudah mendistribusikan produknya ke salah satu distrik di Singapore. Pastinya dengan teknologi digital, RS The Label bisa merambah ke negara-negara lain,” ujarnya.

Mempelajari Teknologi Sebagai Solusi Dapatkan Peluang di Era Digital

Semua pencapaian RS The Label tentu tidak diperoleh dengan mudah. Semua adalah hasil dari kemauan Riene untuk mempelajari teknologi. Untuk sesama pelaku UMKM di luar sana, Riene pun berpesan untuk mulai belajar dan terbiasa teknologi guna mendapatkan banyak peluang dan keuntungan.

“Mulai lah belajar. Jangan self-defense dulu sebelum mencoba. Mintalah orang-orang terdekat untuk mengajarkan cara penggunaan teknologi atau bisa mencari informasi melalui halaman pencarian seperti Google,” katanya.

Banyak sekali hal inspiratif dari kisah perjalanan Riene dalam mengembangkan RS The Label.

Meski konsep yang diusung oleh RS The Label masih jarang ditemui di Indonesia, namun hal itu tidak mengurangi tekad Riene untuk terus menciptakan berbagai inovasi produk yang minim limbah, serta menggunakan berbagai sumber yang ada untuk mengedukasi masyarakat.

Riene juga turut mengajak rekan UMKM lainnya untuk meraih banyaknya peluang, seperti yang ia temukan, dengan pemanfaatan teknologi yang maksimal.

Ziptango Ramaikan Pasar Barang “Pre-Loved Brand Fashion” Premium di Indonesia (UPDATED)

Berburu barang second hand fashion premium sebenarnya bukan hal baru di Indonesia, malah sejak dahulu telah tersedia pasarnya sendiri lewat komunitas. Kini ada satu pemain baru yang menawarkan kemudahan bagi pecinta fashion untuk menjual atau membeli produk fashion premium, yang bernama Ziptango. Di tahun pertamanya Ziptango akan fokus untuk meningkatkan awareness masyarakat terhadap layanannya.

Ziptango adalah layanan online marketplace bagi penggemar mode untuk memperdagangkan barang-barang pre-loved (produk bekas pakai atau secondhandfashion premium asli mereka di Indonesia. Layanan ini didirikan oleh Rusian Tejing (Rus), yang kini menjabat sebagai CEO, pada Januari 2016 dengan mengadopsi konsep yang disebutnya reverse consignment.

Model bisnis consignment store pada umumnya berjalan dengan barang pemilik dititipkan ke suatu toko sebelum adanya transaksi sampai barang terjual. Jangka waktunya bisa jadi seminggu, sebulan, atau lebih.

Sedangkan Ziptango dengan reverse consignment-nya menjalankan bisnis dengan barang pemilik dijual secara online tanpa dititipkan ke Ziptango terlebih dahulu. Barang baru ditipkan bila ada transaksi yang terjadi antara penjual dan pembeli untuk diperiksa keaslian dan kondisinya. Jadi, barang akan tetap ada pada pemilik selama barang masih on-sale.

“Penjual baru menyerahkan barang fashion premium yang dijualnya kepada kami jika terjadi transaksi antara penjual dan pembeli,” tegas Rus.

Ziptango dan bisnisnya

Target pasar yang coba dibidik oleh Ziptango adalah kalangan menengah ke atas yang diprediksikan terus meningkat jumlahnya di Indonesia. Berdasarkan data Kompas, jumlah populasi masyarakat dengan penghasilan di atas satu juta dolar diprediksikan meningkat hingga 101.900 di tahun 2025. Sedangkan BCG memprediksikan bahwa di tahun 2020 nanti lebih dari setengah (53%) populasi Indonesia akan menjadi konsumen kelas menengah.

“Kami ingin memberikan brand positioning kepada mereka bahwa memiliki barang [fashion premium] pre-loved itu tidak masalah, yang penting tidak KW [produk palsu yang mendekati kualitas asli],” ujar Rus.

Metode pembayaran yang diterima Ziptango saat ini adalah bank transfer melalui BCA. Dalam waktu dekat ini Ziptango juga belum ada rencana menambah opsi pembayaran melalui e-wallet karena ketertarikan yang belum begitu tinggi di Indonesia. Ziptango sendiri akan mengambil komisi 10 persen dari setiap transaksi yang terjadi dan akan ada cap komisi untuk produk dengan harga tinggi (100 juta ke atas). Tapi, skema cap-nya sendiri saat ini masih dalam pengkajian.

“Untuk sementara ini dalam rangka memperkenalkan Ziptango ke publik, Ziptango memberlakukan promo commission free untuk pemilik barang yang ingin menjual barang melalui marketplace kami,” kata Rus.

Sedangkan untuk menjamin keaslian, Rus menjelaskan bahwa pihak Ziptango akan mengkurasi dan memeriksa produk fashion yang akan dikirim ke pembeli. Paling lama, proses ini akan memakan waktu satu hari dan bila ditemukan kecacatan maka Ziptango akan menginformasikan kepada kedua belah pihak.

Di samping itu, untuk memberikan kemudahan kepada pengguna, Ziptango juga menyediakan layanan VIP Service. Lewat VIP Service, pengguna bisa mendapatkan beberapa fasilitas unggulan, salah satunya adalah layanan fotografi profesional untuk pengguna yang ingin menjual delapan produk sekaligus.

Rus mengatakan, “In the end, kami ingin menjadi seperti Tokopedia [sebagai marketplace], tetapi tidak sepenuhnya seperti itu. Jadi, barang yang dijual akan kami take over, otentikasi keasliannya, dan lain sebagainya sehingga bisa memberikan rasa aman dan nyaman untuk pengguna.”

Aplikasi mobile untuk Android dan fokus Ziptango tahun ini

Screenshot aplikasi Ziptango / Dailysocial
Screenshot aplikasi Ziptango / Dailysocial

Selain melalui desktop, Ziptango juga kini bisa diakses melalui aplikasi mobile untuk platform Android. Peluncuran aplikasi mobile ini dilatarbelakangi oleh keinginan untuk memberikan kemudahan akses kepada pengguna yang menurut Rus cenderung merasa lebih mudah mengakses layanan melalui sebuah aplikasi.

Fitur yang disediakan tidak jauh berbeda dengan yang ada di desktop seperti jual dan beli, mengelola listing, order, feedback, hingga keuangan. Menariknya, tersemat fitur ­in-app chatting dalam aplikasi untuk memudahkan komunikasi antara pembeli dan penjual.

Selain meluncurkan aplikasi mobile, Rus mengungkapkan bahwa fokus utama Ziptango di tahun awalnya ini adalah untuk meningkatkan brand awareness masyarakat. Beberapa upaya yang akan dilakukan adalah melalui event, baik online maupun offline.

“Kami bakal spreading the brand dan bakal ada event offline dan online tertentu tahun ini. Misalnya, kami akan coba membuat pop up store untuk offline event di tempat tertentu. […] Sebenarnya sudah ada big plan tahun ini dalam pipeline kami, tetapi untuk sekarang kami akan fokus pada edukasi pasar dahulu,” ungkap Rus.

Ziptango sendiri saat ini mengklaim memiliki pertumbuhan dengan total inventory senilai lebih dari empat miliar rupiah dan total nilai transaksi ratusan juta. Startup yang didirikan oleh Rus sejak Januari ini masih berada dalam fase bootstrap dengan tujuh anggota tim yang menjalankan operasional Ziptango, termasuk Rus.

Kehadiran Ziptango di Indonesia juga bisa menjadi alternatif marketplace bagi masyarakat untuk mendapatkan produk fashion premium seperti Prada, Chanel, Burberry, Luis Vuitton, dan masih banyak lagi. Sebelumnya, layanan yang serupa Ziptango dan lebih dahulu hadir dengan konsep online consignment store adalah Huntstreet, Le Portier, dan The Brand Buffet.

Update: Mengubah penjelasan mengenai reverse consignment yang diadopsi dan menambah informasi mengenai pertumbuhan dan nilai transaksi Ziptango berdasarkan masukan Rusian Tejing

Application Information Will Show Up Here

Android Wear Kedatangan Watch Face Baru dari Brand-Brand Fashion Ternama

Bulan lalu, kita sudah melihat Tag Heuer dan Fossil meluncurkan smartwatch Android Wear perdananya. Keduanya punya keunggulan sendiri-sendiri, termasuk halnya watch face eksklusif yang membuat banyak pengguna Android Wear lain iri hati.

Untungnya, Android Wear selalu mengedepankan kustomisasi. Belum lama ini, Google merilis sederet watch face baru untuk Android Wear. Ini bukan sekedar watch face biasa, masing-masing berasal dari sembilan nama besar di dunia fashion. Jadi paling tidak rasa iri tersebut bisa sedikit tertutupi.

Android Wear Designer Watch Faces

Kesembilan brand fashion tersebut adalah: Ted Baker, Melissa Joy Manning, Vivienne Tam, Nicole Miller, Y-3, Mango, Zoe Jordan, Harajuku Kawaii! dan ASICS. Watch face baru ini bukan sekedar gambar yang statis, beberapa bahkan juga interaktif, seperti persembahan Vivienne Tam yang bisa bergerak-gerak, atau fitness buddy dari ASICS yang akan terus memotivasi Anda. Ted Baker sendiri punya 10 desain watch face yang berbeda.

Seluruh watch face anyar garapan desainer-desainer kenamaan ini sekarang sudah bisa diunduh secara cuma-cuma dari Google Play. Buat pengguna Android Wear yang memakai iPhone, jangan khawatir; semua watch face ini bakal tersedia lewat aplikasi pendamping Android Wear dalam beberapa hari ke depan.

Sumber: Android Blog.

Stylefeed Adalah ‘Instagram’ Khusus Brand Fashion Lokal

Dalam perkembangannya, Instagram kini tidak cuma berfungsi sebagai layanan berbagai foto saja, tetapi juga sebagai sarana bagi mereka yang ingin berbisnis online. Tidak jarang ada brandbrand baru yang memulai kiprahnya dengan berjualan via Instagram. Continue reading Stylefeed Adalah ‘Instagram’ Khusus Brand Fashion Lokal