Canon PowerShot PICK Adalah Kamera Pintar yang Mengandalkan AI untuk Beroperasi Secara Otomatis

Canon punya kamera baru yang cukup menarik. Bukan yang ditujukan untuk bersaing dengan Sony A1 maupun Fujifilm GFX 100S, melainkan yang berwujud imut-imut dan mengandalkan kecerdasan buatan (AI) untuk beroperasi secara otomatis.

Namanya Canon PowerShot PICK, dan kelebihan utamanya terletak pada kemampuannya mengenali individu demi individu, melacak wajahnya, sebelum akhirnya menentukan momen yang paling pas untuk mengambil foto atau video. Semuanya berlangsung secara otomatis berkat keterlibatan AI.

Tentu Canon bukan yang pertama mengimplementasikan ide seperti ini. Nyatanya, cara kerja PICK ini langsung mengingatkan saya pada Google Clip, kamera pintar yang Google perkenalkan di tahun 2017, dan yang sudah di-discontinue sejak 2019 kemarin.

Agar dapat mengikuti pergerakan subjek, tentu saja PICK bisa berputar (170° searah atau berlawanan jarum jam) maupun miring ke atas atau bawah (110°). Lensanya pun memiliki focal length 19-57mm dengan bukaan maksimum sebesar f/2.8, dan perangkat turut dibekali sistem image stabilization terintegrasi.

Sensor yang digunakan merupakan sensor CMOS 1/2,3 inci dengan resolusi 12 megapixel. Resolusi video tertinggi yang dapat direkam adalah 1080p 60 fps. PICK mengandalkan kartu microSD untuk menyimpan seluruh hasil foto dan videonya.

Dalam kondisi yang ideal, PICK memang dirancang untuk bekerja dengan sendirinya, mengabadikan momen-momen berharga yang terjadi di sekitarnya. Kendati demikian, pengguna tetap bisa mengoperasikannya secara manual, baik dengan menggunakan perintah suara, maupun dengan memakai aplikasi pendampingnya di smartphone. Lewat aplikasi yang sama itu pula pengguna bisa langsung melihat semua hasil tangkapan PICK.

Satu catatan penting terkait PICK adalah, ia harus selalu terhubung ke smartphone agar dapat beroperasi. Jadi ketika proses pairing-nya sudah berhasil, pengguna tinggal menyalakan PICK dan menempatkannya di titik yang diinginkan. Selain di atas meja, ia juga bisa diletakkan di atas tripod.

Secara fisik, PICK dirancang agar tidak terlalu mencuri perhatian. Wujudnya tergolong low-profile, ditambah lagi dimensinya memang cukup mungil, dengan tinggi 90 mm dan berat 170 gram. Satu informasi yang masih misterius adalah seberapa lama baterai rechargeable-nya bisa bertahan dalam sekali pengisian.

PICK bukan untuk semua orang. Pada kenyataannya, Canon memang belum menjual kamera ini secara luas, dan sejauh ini baru menawarkannya ke konsumen di Jepang melalui situs crowdfunding Makuake. Harganya dipatok 40.900 yen, atau kurang lebih setara 5,5 jutaan rupiah.

Sumber: DPReview.

Canon Umumkan Empat Printer Ink Tank PIXMA G Series, Bisa Dirawat Sendiri di Rumah

Perpindahan dadakan tempat bekerja (kantor) dan kegiatan belajar sekolah ke rumah, awalnya memiliki banyak sekali tantangan dan banyak yang tidak siap. Entah karena ruang di rumah terbatas atau hal teknis lain seperti alat kerja yang tidak memadai.

Masuk dalam era bernama adaptasi kebiasaan baru, selain membutuhkan laptop, smartphone, dan koneksi internet yang baik, perangkat lain yang tak kalah penting untuk mendukung aktivitas bekerja, usaha bisnis, dan belajar dari rumah adalah printer. Soal fitur dan harga dapat disesuaikan dengan kebutuhan, yang juga perlu diperhatikan saat membeli printer ialah perawatannya.

Canon melalui pt. Datascrip sebagai authorized distributor-nya di Indonesia, telah mengumumkan generasi terbaru printer PIXMA Ink Efficient G Series, yaitu PIXMA G1020, G2020, G3020 dan G3060. Printer dengan sistem Ink Tank atau tangki tinta isi ulang ini mengusung teknologi terbaru untuk memenuhi kebutuhan cetak dalam jumlah besar, cepat, dan hemat.

Dengan printer PIXMA G Series terbaru ini pengguna tidak perlu repot lagi untuk melakukan perawatan berkala ke service center, karena printer ini memiliki Maintenance Catridge (absorber) yang bisa diganti sendiri oleh pengguna dengan mudah tanpa harus membawa terlebih dahulu ke service center. Kita juga tak perlu khawatir bila ada masalah dengan mesin printer, karena Canon memberikan jaminan garansi bebas biaya service dan penggantian suku cadang selama 3 tahun.

Andryan Pranata - Assistant Marketing Manager of Canon Business Unit pt. Datascrip dan Merry Harun – Director of Canon Business Unit pt. Datascrip
Andryan Pranata – Assistant Marketing Manager of Canon Business Unit pt. Datascrip dan Merry Harun – Director of Canon Business Unit pt. Datascrip

“Kehadiran printer PIXMA Seri G sebelumnya telah mendapat respon yang sangat positif, khususnya untuk mereka yang membutuhkan perangkat printer yang dapat mencetak banyak dengan biaya yang murah. Kini, printer PIXMA Seri G terbaru hadir dengan berbagai peningkatan untuk memberikan kualitas yang lebih baik dan kemudahan dalam melakukan perawatan, cocok untuk para pelaku usaha kecil dan kebutuhan cetak anggota keluarga di rumah,” ujar Merry Harun – Director of Canon Business Unit pt. Datascrip.

Lebih jauh keempat printer ini mendukung produktivitas kerja untuk mencetak ribuan lembar dokumen dengan cepat dan efisien. PIXMA G3020, G2020, dan G1020 dapat mencetak hingga 7.600 halaman dokumen hitam putih dengan kecepatan 9,1 ipm, serta 7.700 halaman dokumen berwarna dengan kecepatan 5,0 ipm.

Peningkatan teknologi tinta yang digunakan memberikan hasil cetak dokumen dan foto dengan kualitas tinggi. Desain botol tinta baru hadir dengan bentuk nozzles unik yang hanya pas di mulut tangki masing-masing warna. Selain untuk menghindari kesalahan saat pengisian tinta, juga membuat pengisian tinta lebih cepat dan anti tumpah. Tangki tinta yang terintegrasi membuat pengguna dapat dengan mudah melihat level tinta yang tersisa.

Keempat printer ini menggunakan Image Processing Tecnology dan Ink Technology pada keempat warnanya untuk menghadirkan hasil cetak berupa teks dan garis yang tajam. Juga bisa mencetak foto borderless ukuran A4 dengan menggunakan kertas foto glossy dan bisa melakukan pencetakan opsional hingga ukuran 216 x 1.200 mm.

Printer All-in-One PIXMA G3020

PIXMA G3020
PIXMA G3020

PIXMA G3020 dirancang untuk kebutuhan print, scan, dan copy, yang cocok digunakan untuk meningkatkan produktivitas di lingkungan rumah, kantor, dan pelaku UKM. Printer ini telah dibekali dengan teknologi Wireless LAN atau Direct Wireless tanpa kabel, sehingga pengguna hanya tinggal menghubungkan smartphone ke printer untuk melakukan pencetakan. Juga dilengkapi dengan panel LCD 2 baris semakin memudahkan pengguna untuk melakukan pengaturan saat mencetak.

Printer All-in-One PIXMA G2020

PIXMA G2020
PIXMA G2020

Sama halnya dengan PIXMA G3020, PIXMA G2020 juga bisa melakukan print, scan, dan copy. G2020 juga memiliki panel LCD 2 baris yang berguna untuk memudahkan pengguna saat pengoperasian, termasuk kemudahan dalam manajemen pengaturan printer.

Printer PIXMA G1020

PIXMA G1020
PIXMA G1020

Berbeda dengan ketiga printer lainnya, printer PIXMA G1020 dirancang khusus sebagai opsi bagi pengguna yang lebih sering melakukan aktivitas cetak saja, seperti pelajar, mahasiswa dan penggunaan untuk kebutuhan di rumah.

Printer All-in-One PIXMA G3060

PIXMA G3060
PIXMA G3060

Mirip dengan PIXMA G3020, Canon juga menghadirkan printer multifungsi PIXMA G3060 sebagai varian di jajaran PIXMA G Series terbaru yang dapat mencetak hingga 7.600 halaman dokumen hitam putih dengan kecepatan cetak 10,8 ipm dan 7.700 halaman dokumen berwarna dengan kecepatan 6,0 ipm.

Printer ini dilengkapi dengan teknologi Wireless LAN/Direct Wireless untuk mencetak atau scan langsung dengan perangkat smartphone, tablet, dan laptop melalui aplikasi Canon PRINT Inkjet/SELPHY hingga 5 device secara bersamaan. Bagi pengguna iPhone juga dapat menggunakan AirPrint, sedangkan pengguna Android dapat mengandalkan plugin Canon Print Service yang tersedia di Play Store.

Canon turut menyematkan teknologi auto power ON/OFF pada keempat printer ini untuk menghemat daya ketika printer sedang tidak digunakan. Printer akan menyala secara otomatis saat perintah cetak dikirim dari PC, smartphone, tablet atau cloud. Harganya sebagai berikut:

PIXMA G1020 _b
PIXMA G1020
  • PIXMA G1020 dengan harga Rp 1.899.000
  • PIXMA G2020 dengan harga Rp 2.249.000
  • PIXMA G3020 dengan harga Rp 2.849.000
  • PIXMA G3060 dengan harga Rp 2.949.000

Harga tinta yang digunakan jajaran printer ini:

  • GI-71 Black Rp. 129.000
  • GI-71 Cyan, Magenta, Yellow @ Rp 104.900 per warna
  • Maintenance Cartridge (Absorber): Rp 110.000

Tokina Umumkan Tiga Lensa Baru untuk Fujifilm, Canon EF, dan Nikon F

Bagi pengguna kamera mirrorless Fujifilm, mereka tidak kekurangan pilihan lensa fix native. Namun opsi mereka bertambah banyak, Tokina telah mengumumkan dua lensa fix terbaru untuk sistem Fujifilm X-mount yaitu atx-m 23mm F1.4 dan atx-m 33mm F1.4.

Tokina atx-m 23mm F1.4 ini berarti menawarkan focal lenght ekuivalen 35mm di full frame, yang ideal untuk foto street dan lanscape. Sementara Tokina atx-m 33mm F1.4 ekuivalen 50mm di full frame, lensa sudut standar ini serbaguna dan cocok digunakan oleh amatir yang baru belajar memotret ataupun para profesional.

Kedua lensa ini memiliki fitur color balance tuning untuk menyesuaikan dengan berbagai mode film simulation khas Fuji. Serta, menawarkan autofocus yang cepat dan tetap senyap berkat penggunaan motor ST-M.

Tokina_II

Lebih lanjut, Tokina atx-m 23mm F1.4 dan atx-m 33mm F1.4 memiliki cincin aperture tanpa klik, nine-blade diaphragms, rentang aperture F1.4 hingga F16, ukuran filter 52mm, panjang 72mm, dan diameter 65mm. Sementara, bobotnya masing-masing 276 gram dan 285 gram.

Tokina juga mengumumkan lensa zoom terbaru untuk kamera DSLR Canon EF dan Nikon F yaitu atx-i 17–35mm F4. Lensa ini terdiri dari 13 elemen dalam 12 grup, dengan rentang aperture F4 hingga F22, jarak fokus minimum 28mm, memiliki rasio makro 1:4.82, dan filter depan berukuran 82mm.

tn1735cam2

Lensa ini memiliki fitur mekanisme One-Touch Focus Clutch dari Tokina, yang memungkinkan beralih antara autofocus dan manual dengan mendorong dan menarik laras lensa. Autofocus-nya sendiri menggunakan sensor Tokina GMR dan motor Silent Drive-Module (SD-M).

Mengenai harga, Tokina atx-m 23mm F1.4 dan atx-m 33mm F1.4 dibanderol masing-masing US$479 (Rp6,7 jutaan) dan US$429 (Rp6 jutaan). Sedangkan, Tokina atx-i 17–35mm F4 dijual US$600 atau sekitar Rp8,5 jutaan.

Sumber: DPreview 1, DPreview 2

Canon EOS M50 Mark II Adalah Kamera Mirrorless Kelas Entry-Level untuk Para Vlogger

Belum lama ini, Canon mengumumkan EOS M50 Mark II. Sesuai namanya, kamera ini menawarkan pembaruan yang iteratif terhadap perangkat bernama sama yang diluncurkan dua tahun lalu. Canon EOS M50 sendiri merupakan kamera mirrorless kelas entry-level yang terbukti cukup mumpuni, terutama buat mereka yang hobi vlogging.

Lalu apa saja yang baru dari EOS M50 Mark II? Sayangnya tidak banyak, dan sepintas terkesan bisa ditawarkan melalui firmware update ketimbang harus membeli kamera baru. Pembaruan yang paling utama adalah kehadiran sistem eye tracking autofocus, baik untuk pengambilan foto maupun video.

Ini cukup krusial mengingat pendahulunya tidak bisa mengaktifkan face detection maupun eye detection dalam perekaman video, sekaligus dalam sejumlah mode pemotretan. Sistem Dual Pixel autofocus yang digunakan sebenarnya masih sama seperti sebelumnya, tapi semestinya fitur eye tracking itu bisa lebih memudahkan pekerjaan.

Yang agak mengecewakan adalah, sistem Dual Pixel AF itu tetap saja tidak bisa dipakai saat merekam video dalam resolusi 4K, dan hanya terbatas untuk perekaman dalam resolusi 1080p saja. Crop factor saat merekam video 4K 24 fps juga tetap tinggi di angka 1,5x, sehingga menyulitkan pengambilan dari sudut pandang yang lebar.

Pembaruan lainnya bisa didapati pada interface layar sentuhnya, yang sekarang dilengkapi tombol record dan self-timer untuk memudahkan sesi vlogging. Kalau perlu menyiarkan secara live, EOS M50 Mark II sekarang juga bisa melakukannya dengan bantuan koneksi milik smartphone, tapi cuma ke platform YouTube saja. Merekam video dalam format vertikal pun sekarang juga dimungkinkan.

Selebihnya, EOS M50 Mark II benar-benar identik dengan pendahulunya, terutama dari segi hardware. Bentuk luarnya tidak berubah, demikian pula jeroannya; perangkat masih ditenagai sensor APS-C 24 megapixel yang sama, lengkap beserta prosesor DIGIC 8 yang sama pula. Canon juga sama sekali tidak mengutak-atik layar sentuh maupun viewfinder elektroniknya.

Jelas sekali kamera ini bukan ditujukan buat mereka yang sudah punya EOS M50 sebelumnya, melainkan yang ingin meng-upgrade perlengkapan vlogging-nya saat ini yang masih mengandalkan smartphone.

Kabar baiknya, harga jual Canon EOS M50 Mark II justru jauh lebih rendah daripada harga pendahulunya saat pertama diluncurkan: $600 body only, atau $700 bersama lensa EF-M 15-45mm. Bundel bersama dua lensa sekaligus (EF-M 15-45mm dan EF-M 55-200mm) juga tersedia seharga $930. Pemasarannya sendiri dijadwalkan berlangsung mulai bulan November mendatang.

Sumber: PetaPixel.

Canon PowerShot Zoom Adalah Kamera Unik dengan Bentuk Seperti Teropong

Menjadi salah satu produsen kamera terbesar di dunia tidak mencegah Canon untuk terus bereksperimen dengan kategori-kategori kamera baru. Salah satu yang terbaru dan cukup unik adalah PowerShot Zoom, yang sepintas kelihatan lebih mirip teropong monokular ketimbang sebuah kamera.

Cara penggunaannya memang mirip seperti teropong, dengan ujung belakang yang bertindak sebagai jendela bidik. Di dekat viewfinder tersebut, ada tombol untuk menjepret foto dan memulai perekaman video yang dapat dioperasikan dengan mudah menggunakan ibu jari selagi perangkat ditempelkan ke mata.

Di dekat ujung depannya juga ada beberapa tombol, yakni tombol power, tombol menu, dan tombol untuk zoom in atau zoom out. Seperti yang sudah bisa ditebak melalui namanya, kemampuan zoom kamera ini memang cukup istimewa berkat penggunaan lensa 100-400mm f/5.6-6.3. Andai masih kurang dekat, ada opsi digital zoom untuk melipatgandakan jangkauannya menjadi 800mm.

Di balik lensanya, bernaung sensor CMOS berukuran 1/3 inci dengan resolusi 12,1 megapixel dan ISO maksimum 3200. Ditandemkan dengan prosesor DIGIC 8, kamera ini sanggup merekam video dengan resolusi maksimum 1080p 30 fps, atau menjepret secara terus-menerus dengan kecepatan hingga 10 fps.

Sistem image stabilization (kemungkinan besar elektronik) maupun fitur Face AF juga tersedia pada kamera ini. Semua hasil tangkapannya disimpan ke kartu microSD, atau bisa juga dilihat melalui aplikasi pendampingnya di smartphone mengingat kamera ini menyimpan konektivitas Bluetooth 4.2.

Charging-nya mengandalkan konektor USB-C. Dalam sekali pengisian, baterainya diestimasikan bisa bertahan sampai 150 kali jepretan foto. Secara keseluruhan, bobot perangkat tidak lebih dari 145 gram. Dimensi persisnya sendiri tercatat 103,2 x 50,8 x 33,4 mm.

Satu hal yang paling mengecewakan dari Canon PowerShot Zoom adalah, sejauh ini ia cuma dipasarkan di Jepang melalui situs crowdfunding Makuake, dan semua kuotanya pun telah terjual habis. Di sana, harga paling murah yang tertera adalah 31.460 yen, atau setara dengan Rp4,4 juta.

Sumber: PetaPixel.

Canon Umumkan Generasi Baru Kamera Printer Instan IVY CLIQ Series

Canon telah mengumumkan sepasang kamera printer instan baru IVY CLIQ series yaitu IVY CLIQ +2 dan IVY CLIQ 2. Seperti iNSPiC S dan C, kedua kamera ini dilengkapi printer bawaan yang dapat menghasilkan cetakan 3×2 inci.

Nah menariknya foto yang telah dicetak tersebut bisa digunakan sebagai stiker yang mana sisi belakangnya dapat dikletek dan kita bisa menempelnya ke smartphone, laptop, dinding, dan lainnya. Border-nya juga dapat dihias sebelum dicetak.

IVY_CLIQ_2_MidnightNavy_Light_Front

Untuk spesifikasinya, IVY CLIQ 2 mengusung kamera 5MP dan dibekali filter internal yang bisa diakses oleh pengguna di dalam kamera. Sementara, untuk IVY CLIQ +2 memiliki kamera 8MP dan didukung aplikasi Canon Mini Print yang memungkinkan kita memilih hasil foto dan mengeditnya sebelum dicetak. Lewat aplikasi tersebut, kita juga bisa mencetak koleksi foto yang diambil oleh smartphone.

Untuk memudahkan pengambilan komposisi saat selfie, keduanya punya fitur selfie mirror di keliling ring LED agar wajah terlihat glowing. Ada tiga mode foto yang dipilih yaitu landscape, portrait, dan selfie.  

IVY_CLIQ2_Turquoise_Back

Proses pencetakannya, Canon menggunakan teknologi cetak ZING Zero Ink. Jadi tanpa kartrid tinta tetapi menggunakan panas untuk mengeluarkan pewarna CMY yang sudah tertanam di kertas. Menurut Canon, pencetakan foto 3×2 inci membutuhkan waktu sekitar 50 detik.

IVY_CLIQ_2_RoseGold_Top_copy

Kamera dapat menampung sepuluh lembar kertas sekaligus dan dapat mencetak hingga 25 cetakan sekali charge. Harga Canon IVY CLIQ +2 akan dibanderol US$149 atau sekitar Rp2,1 jutaan, sedangkan IVY CLIQ2 dijual US$99 atau Rp1,4 jutaan. Untuk kertasnya, satu paket stiker bundar dijual US$12.99 atau Rp190 ribuan dan kertas persegi panjang biasa $9.99 atau Rp140 ribuan.

Sumber: DPreview

Printer Foto Canon Pixma Pro-200 Diperkenalkan, Usung Sistem Tinta Dye Baru 8-Color

Kebutuhan cetak mencetak foto memang bukan lagi menjadi hal wajib setelah memotret. Namun mungkin ceritanya lain kalau Anda seorang fotografer profesional, di mana kualitas foto salah satunya dinilai dari hasil cetakan.

Mengingat pentingnya piranti cetak foto, Canon sebagai pabrikan kamera dan juga printer juga memiliki printer khusus foto yaitu Pixma Pro series dan baru-baru ini Canon Australia telah memperkenalkan Pixma Pro-200. Penerus Pixma Pro-100 ini menjanjikan pencetakan foto dengan warna yang akurat dan juga cepat.

canonpixmapro200feat-1536x806

Printer Pixma Pro-200 mengusung teknologi cetak dengan sistem tinta dye baru 8-color, pendahulunya hanya memiliki enam tinta. Dua tinta baru tersebut ialah tinta magenta dan hitam yang meningkatkan color gamut warna merah dan biru, serta reproduksi warna hitam lebih baik sekaligus meningkatkan kepadatannya.

frontview closedview

Selain sanggup mencetak foto dengan warna yang lebih akurat, kecepatan Pixma Pro-200 dalam mencetak juga mengalami peningkatan. Di mana bisa mencetak foto warna berkualitas tinggi dengan berukuran A3+ dalam waktu sekitar 1 menit 30 detik.

Selain itu, Pixma Pro-200 juga mendukung lebih banyak jenis kertas foto dan hingga dengan ketebalan 0.6mm. Juga mendukung mode cetak foto panorama dan gallery wrap.

topview openview

Fitur lainnya termasuk 3 metode konektivitas yaitu WiFi, Ethernet, dan USB, layar LCD 3 inci,  fungsi koreksi kemiringan, dan resolusi cetak maksimum 4800×2400 dpi. Untuk harga dan ketersediannya belum diungkap, semoga saja Canon bisa menghadirkan segera printer foto ini ke Indonesia.

Sumber: PetaPixel

Pengguna Kamera DSLR dan Mirrorless Canon Dapat Backup Otomatis Hasil Foto ke Google Photos

Saat melakukan pemotretan, kadang kita membutuhkan preview yang instan untuk ditujukan ke klien. Kebanyakan kamera digital terbaru juga sudah dibekali dengan konektivitas nirkabel yang memudahkan mentransfer hasil foto ke smartphone.

Kamera Canon misalnya dan yang menarik ialah hasil foto yang kita terima di smartphone juga bisa secara otomatis diunggah atau melakukan backup ke layanan Google Photos. Baru-baru ini Canon bekerja sama dengan Google telah merilis fitur integrasi baru untuk Google Photos dan aplikasi Canon image.canon untuk Android dan iOS.

image_canon

Lewat aplikasi image.canon, kita dapat menghubungkan akun Google dan mendukung Google Drive serta YouTube. Namun hanya untuk kamera DSLR atau mirrorless yang kompatibel, seperti kamera mirrorless full frame EOS R, sejumlah DSLR Canon, dan mirrorless APS-C yaitu EOS M5, EOS M6, EOS M6 Mark II, EOS M50, EOS M100, dan EOS M200.

Canon

Selain itu, sayangnya integrasi ini tidak gratis. Untuk memungkinkan mengunggah hasil foto secara otomatis ke Google Photos, kita harus memiliki langganan Google One dan untungnya harga paketnya tidak terlalu mahal. Misalnya untuk kapasitas penyimpanan 100GB harganya hanya Rp26.900 atau Rp269.000 per tahun.

Sumber: DPreview

Sensor Baru Canon Kecil tapi Sangat Cekatan Mengambil Video di Kondisi Nyaris Gelap Gulita

Makin besar penampang fisik suatu sensor kamera, makin bagus kualitas gambar yang dihasilkannya pada malam hari. Itu patokan sederhananya. Namun kalau ditelaah lebih jauh lagi, faktor seperti ukuran pixel juga sangat penting untuk urusan mengambil gambar di lokasi yang minim cahaya, terlepas dari seberapa luas sensor yang menjadi rumahnya.

Kalau perlu bukti, lihat saja sensor CMOS baru yang dikembangkan Canon. Sensor bernama LI7050 ini punya ukuran cuma 1/1,8 inci, jauh lebih kecil daripada sensor full-frame, dan lebih mendekati ukuran sensor kamera saku secara umum. Namun berkat ukuran masing-masing pixel sebesar 4,1 µm, sensor ini mampu merekam video full-HD dalam kondisi nyaris gelap gulita.

Lebih istimewa lagi, sensor ini juga dilengkapi mode HDR, dan ketika diaktifkan, ia bisa mengambil gambar pada suatu area dengan perbedaan intensitas cahaya yang sangat drastis (antara 0,08 lux sampai 80.000 lux) selagi memastikan area yang terang tidak kelihatan terlalu terang, dan yang gelap tidak kelewat gelap sehingga semua masih bisa menampilkan detail secara jelas.

Video demonstrasi yang Canon berikan di atas benar-benar bisa menggambarkan keunggulan dari sensor ini. Canon melihat potensi pengaplikasiannya pada produk-produk seperti kamera pengawas maupun kamera wearable yang umum dipakai oleh petugas keamanan di malam hari. Kamera-kamera jenis ini umumnya merupakan kamera inframerah yang hanya bisa merekam dalam format monokrom saja.

LI7050 di sisi lain sama sekali tidak kesulitan merekam video berwarna yang bersih dan mendetail di kegelapan, dan ini tentu saja bisa membantu operator mengidentifikasi detail-detail seperti warna kendaraan, warna baju, dan lain sebagainya yang sebelumnya tidak dimungkinkan jika memakai kamera inframerah.

Berhubung ukuran sensornya terbilang ringkas, tidak salah apabila kita berharap sensor ini juga bisa diaplikasikan ke smartphone ke depannya. 1/1,8 inci itu lebih kecil daripada ukuran sensor kamera utama Galaxy Note20 Ultra (1/1,33 inci), dan sensor yang dikhususkan untuk perekaman video dalam kondisi low-light semacam ini semestinya bisa menjadi tambahan yang lebih esensial di smartphone daripada kamera macro atau kamera monokrom.

Sumber: DPReview dan Canon.

Canon Dirumorkan Sudah Menyetop Pengembangan Seri DSLR EOS 5D

Oktober tahun lalu, beredar kabar bahwa Canon sedang mengerjakan penerus dari EOS 5D Mark IV. Sekarang, situs yang sama (Canon Rumors) malah memberitakan bahwa seri EOS 5D bakal menyusul jejak seri EOS 7D, alias sudah di-discontinue.

Singkat cerita, kita tidak akan melihat EOS 5D Mark V dan seterusnya. Kalau merujuk pada kejadian yang menimpa seri EOS 7D sebelumnya, penyebabnya tidak lain dari tren kamera mirrorless. Kala itu, Canon lebih memilih untuk berfokus pada seri kamera mirrorless EOS R ketimbang mengerjakan penerus EOS 7D Mark II.

Seperti yang kita tahu, Canon baru saja meluncurkan EOS R5 dan R6. R5 sendiri sebenarnya bisa dibilang pantas menggantikan 5D Mark IV yang sudah berusia hampir empat tahun, apalagi mengingat R5 banyak mewarisi kemampuan fotografi EOS 1D X Mark III. Terkait videografi, R5 juga merupakan salah satu model yang paling superior di luar lini kamera sinema Canon (EOS C) saat ini.

Juga perlu diingat adalah, rumor tentang EOS 5D Mark V itu pertama muncul di bulan Oktober 2019, jauh sebelum pandemi COVID-19 melanda. Jadi selain karena tren mirrorless yang memang semakin naik, kemungkinan besar pandemi dan imbasnya terhadap industri turut menjadi salah satu faktor pertimbangan di balik keputusan Canon memberhentikan seri EOS 5D ini.

Dengan segala kelebihannya, EOS R5 sudah pantas dianggap sebagai suksesor 5D Mark IV / Canon
Dengan segala kelebihannya, EOS R5 sudah pantas dianggap sebagai suksesor 5D Mark IV / Canon

Satu catatan penting, diberhentikannya seri EOS 5D bukan berarti Canon sudah menyerah mengembangkan DSLR dan sepenuhnya beralih ke mirrorless. Canon mungkin masih akan mengerjakan DSLR baru ke depannya, tapi kemungkinan besar bukan dari seri 5D.

Konsumen DSLR boleh terus menurun setiap tahunnya, akan tetapi saya yakin di luar sana masih banyak yang lebih nyaman menggunakan DSLR ketimbang mirrorless, apalagi yang koleksi lensanya sudah begitu banyak. Baru-baru ini, Pentax bahkan mengumumkan visinya bahwa mereka masih akan terus mengembangkan kamera DSLR ke depannya, dengan optical viewfinder sebagai salah satu nilai jual utamanya.

Di industri kamera, seri EOS 5D sendiri bisa dilihat sebagai salah satu DSLR yang paling berpengaruh sejak generasi pertamanya dirilis 15 tahun lalu sebagai kamera full-frame pertama dengan ukuran bodi standar, bukan yang ekstra bongsor (double-grip) seperti seri EOS 1D. Tiga tahun setelahnya, EOS 5D Mark II datang membawa kapabilitas perekaman video, menjadikannya populer di kalangan videografer.

Lanjut ke tahun 2012, EOS 5D Mark III hadir mengemas upgrade yang sangat signifikan terhadap kinerja autofocus-nya dengan meminjam sistem autofocus milik EOS 1D X. Terakhir, EOS 5D Mark IV yang dirilis di tahun 2016 tentu saja menjadi yang paling modern dengan fitur-fitur seperti touchscreen maupun Dual Pixel CMOS AF.

Sumber: Canon Rumors dan PetaPixel. Gambar header: ShareGrid via Unsplash.