[Review] Canon EOS M50: Mirrorless Basic dengan Fitur Komplet

Canon merilis kamera mirrorless EOS M pertama pada tahun 2012, menggunakan sensor berukuran APS-C dan sistem lensa EF-M. Sampai sekarang sudah ada tujuh anggota keluarga EOS M series, namun keseriusan Canon memang baru terlihat pada EOS M50.

Sejumlah fitur yang paling mencolok pada EOS M50 ialah kemampuan merekam video 4K, diperlengkapi dengan viewfinder (EVF), dan layar full vari-angle yang bisa dibuka ke samping dan diputar 360 derajat. Langsung saja, berikut review Canon EOS M50 – sebelum itu di bawah ini merupakan jajaran Canon EOS M series:

  • 2012 – EOS M
  • 2015 – EOS M3
  • 2016 – EOS M10
  • 2016 – EOS M5
  • 2017 – EOS M100
  • 2017 – EOS M6
  • 2018 – EOS M50

Desain Body Canon EOS M50

Review-Canon-EOS-M50

Penamaan kamera mirrorless Canon memang tidak beraturan, tapi kalau dilihat dari garis desain dan kelengkapan kontrol kamera yang dimiliki urutannya ialah:

  • EOS M, EOS M3, dan EOS M6
  • EOS M10 dan EOS M100
  • EOS M5 dan EOS M50

Saya terkejut saat pertama melihat EOS M50, ternyata ukurannya tidak begitu besar. Dimensi 116,3×88,1×58,7 mm dan bobot 390 gram (body only), membuat kamera ini praktis untuk ditenteng dan tidak begitu ‘makan tempat’ saat disimpan.

Review-Canon-EOS-M50

Soal tampilan, EOS M50 mewarisi desain EOS M5 dengan style DSLR. Hand grip-nya cukup besar sehingga lebih nyaman di tangan, ada hotshoe untuk memasang aksesori seperti flash atau mikrofon eksternal, dan electronic viewfinder di bagian “punuk” yang menyuguhkan pengalaman memotret yang menyenangkan.

Unit kamera yang saya review berwarna putih, dengan sentuhan glossy yang cukup menarik perhatian. Meski build quality-nya sudah bagus, namun material plastik yang digunakan menyuguhkan feel kurang premium di tangan. Saya lebih suka warna hitam dengan finishing matte yang tampil lebih kalem.

Kontrol Kamera Canon EOS M50 

Review-Canon-EOS-M50

Kontrol kamera yang disematkan tidak selengkap EOS M5, hanya ada mode dial shooting untuk beralih mode pengambilan gambar dan satu dial utama di sekeliling tombol rana yang fungsinya serba guna untuk menyetel seperti shutter speed, aperture, dan ISO.

Untuk tata letak atribut tombol terkonsentrasi di bagian kanan, di panel atas sebelah kanan ditemukan tombol shutter, tombol movie, saklar on/off, tombol M-Fn yang bisa disesuaikan, hotshoe, dan internal flash.

Bagian depan, didapati mount lensa EF-M, tombol untuk membuka lensa, dua mikrofon, dan lampu AF illuminator atau self timer.

Beralih ke belakang, ada electronic viewfinder (EVF) dengan panel OLED beresolusi 2,36 juta dot. Layar 3 inci full touchscreen yang sudah mendukung fungsi tap-to-focus, touch shutter, dan navigasi menu. Serta, full articulated yang hampir bisa diputar ke segala arah dan bisa ditutup saat tidak digunakan.

Di samping layar, diperoleh sejumlah tombol seperti AE lock, AF frame selection, Info, Menu, Playback, dan tombol navigasi yang masing-masing dilengkapi fungsi tertentu.

Port HDMI, micro USB, dan fungsi WiFi bertempat di sisi kanan. Port input mikrofon eksternal 3,5 mm dan area NFC di sisi kiri. Sementara, slot baterai, kartu memori, dan lubang soket tripod berada di bawah.

Fitur dan Spesifikasi Canon EOS M50

Review-Canon-EOS-M50

Bagian inti EOS M50 ialah sensor tipe CMOS, berukuran APS-C, resolusi 24,1-megapixel, dan diotaki prosesor pengolah gambar terbaru Canon, Digic 8.

Prosesor baru ini, berkontribusi pada peningkatan kinerja Dual Pixel AF. Sekarang menampilkan lebih banyak titik AF, yakni 99 titik hingga 143 titik dan cakupan area lebih besar yakni 80% vertikal  x 80% horizontal hingga 88% x 100% pada lensa tertentu.

Kombinasi tersebut juga membuatnya mampu menjepret berturut-turut 10 foto per detik di focus mode AF-S (Single-shot AF) dan 7,4 foto per detik di AF-C (Continuous AF). Dengan tingkat sensitivitas native ISO dari 100 hingga 25.600 yang bisa diekspansi hingga ISO 51.200.

EOS M50 juga merupakan kamera mirrorless pertama yang mendukung file format RAW Canon yang baru yaitu CR3. Jenis RAW ini menawarkan kualitas tinggi dengan menyimpan resolusi penuh 24-megapixel, tapi dalam ukuran file 40% lebih kecil.

Salah satu keuntungan memotret dalam format RAW ialah memberi Anda fleksibilitas yang lebih besar saat mengolah foto-foto. Anda bisa meng-edit foto RAW di aplikasi Canon Digital Photo Professional.

Kemampuan Perekaman Video Canon EOS M50

EOS M50 adalah kamera mirrorless pertama Canon yang mampu merekam video resolusi 4K (3840×2160 piksel), meski dengan crop 1,7x, dan frame rate 25 fps. Sementara, di resolusi 1080p bisa direkam pada 50 fps dan resolusi 720p hingga 100 fps.

Untuk mendukung produksi video, EOS M50 juga dilengkapi dengan teknologi stabilisasi Dual Sensing IS untuk menetralkan getaran. Di mana sistem menggunakan sensor gyro dan informasi dari sensor CMOS untuk mendeteksi gerakan.

Layar full articulated, perekaman video 4K, dan Dual Sensing IS – membuat EOS M50 sudah cukup mumpuni untuk produksi konten video untuk YouTube. Untuk hasil terbaik, cukup merekam pada resolusi 1080p saja dan ambil footage tertentu pada resolusi 4K.

Sayangnya, teknologi Dual Pixel AF tidak bekerja pada perekaman video 4K, di mana kamera hanya sebatas melakukan contrast detection AF. Bila fitur perekaman video yang Anda cari, maka Sony Alpha A6300 atau Panasonic Lumix G85 bisa dilirik.

Pengalaman Menggunakan Canon EOS M50

Review-Canon-EOS-M50

Harus diakui, desain layar full articulated ini asyik. Sangat memudahkan saat mengatur komposisi dan memotret dari berbagai sudut – baik foto maupun video.

Keberadaan viewfinder menyuguhkan kepuasan tersendiri. Bagian kerennya, EOS M50 mendukung opsi AF Touchpad yang memungkinkan kita mencari titik fokus dengan mengusap layar.

Mode silent shutter juga menarik, memungkinkan kita mengambil foto tanpa menarik banyak perhatian. Pengoperasian EOS M50 relatif mudah dan digunakan oleh siapa saja yang menginginkan hasil foto yang lebih baik daripada kamera smartphone.

EOS M50 menggunakan baterai tipe LP-E12, sama seperti EOS M100 yang hanya mampu menyuguhkan 235 foto sekali charge. Namun kita bisa mengaktifkan ‘mode Eco‘ yang diyakini mampu sedikit memperpanjang hingga 370 foto.

Hal yang sangat menyebalkan adalah meski kamera ini punya port micro USB, tapi kita tidak bisa men-charge kamera langsung dari kamera. Artinya, tidak bisa di-charger pakai powerbank – sebaiknya membeli baterai cadangan.

Review-Canon-EOS-M50

Konektivitas yang dibenamkan sangat lengkap, dari Bluetooth, WiFi, hingga NFC. Jangan lupa menginstal aplikasi Canon Camera Connect di smartphone, di mana hasil foto akan secara otomatis ditransfer ke smartphone sehingga bisa langsung posting ke media sosial.

Bluetooth membuat kedua perangkat terhubung, bahkan ketika kamera dimatikan. Proses setup-nya agak sedikit rumit, hanya bisa mengirim hasil foto, dan tidak bisa mengirim video.

Tentang kualitas hasil foto EOS M50 sudah amat baik, terutama di ISO rendah 100 hingga 800 – warna yang disuguhkan juga khas Canon – terlihat menyenangkan. Sementara di kondisi temaram, sebaiknya tidak menggunakan ISO lebih dari 6400 – karena noise akan mulai menampakkan diri.

Berikut beberapa hasil foto Canon EOS M50 menggunakan lensa EF-M15-45 mm f/3,5-6,3 IS STM:

Verdict

Review-Canon-EOS-M50

Jujur saja, impresif awal saya agak skeptis pada EOS M50. Karena merupakan kamera basic, tetapi keraguan tersebut telah lenyap setelah dimanjakan beragam fitur-fiturnya. EOS M50 mampu memenuhi kebutuhan saya seperti untuk meliput acara, serta foto dan video produk review. Harusnya juga sudah mencukupi untuk memenuhi berbagai kebutuhan dasar Anda juga.

Layar full articulated dan full touchscreen, electronic viewfinder dengan AF Touchpad, perekaman video 4K, stabilisasi Dual Sensing IS, prosesor terbaru Digic 8 yang membuat kinerja kamera secara keseluruhan meningkat signifikan, dan body yang ringkas – kamera ini asyik dan mudah digunakan.

Menurut saya, ideal untuk para video content creator [baca: YouTuber] atau pehobi fotografi terutama pengguna smartphone yang bercerita lewat foto dengan memberikan sentuhan seperti setting eksposur, titik fokus, warna, komposisi, dan kreativitas yang kita dimiliki.

Sparks

  • Layar full articulated dan full touchscreen
  • Electronic Viewfinder
  • Perekaman video 4K
  • Silent Mode
  • Konektivitas lengkap dan bisa transfer hasil foto otomatis ke smartphone

Slacks

  • Dual Pixel AF tidak bekerja pada perekaman video 4K
  • Crop 1,7x di 4K, susah mengambil video dalam wide-angle
  • Tidak mendukung pengisian USB langsung ke kamera

Canon PowerShot SX70 HS Unggulkan 65x Optical Zoom, Sempurnakan Banyak Aspek Pendahulunya

Kamera superzoom merupakan kategori yang cukup menarik. Umumnya kamera dalam kategori ini dirancang sebagai pendamping traveling yang serbabisa: dimensinya ringkas, akan tetapi menyimpan lensa dengan jangkauan zoom yang amat jauh, sehingga cocok untuk beragam kebutuhan.

Juli lalu, Canon meluncurkan PowerShot SX740 HS yang seukuran kamera saku tapi menawarkan 40x optical zoom. Kalau ternyata 40x masih dirasa kurang jauh, Canon punya penawaran baru lainnya, yakni PowerShot SX70 HS yang lebih besar sekaligus lebih jago meneropong.

Canon PowerShot SX70 HS

Kamera ini merupakan penerus langsung PowerShot SX60 HS, namun ternyata lensa yang digunakan masih sama: 21-1365mm (65x optical zoom, atau hampir separuh Nikon Coolpix P1000), dengan aperture maksimum f/3.4-6.5. Yang banyak dirombak justru adalah jeroannya.

SX70 mengemas sensor BSI (backside-illuminated) 1/2,3 inci dengan resolusi 20,3 megapixel. Ditemani oleh prosesor Digic 8, sensor ini sanggup menjepret dalam format RAW Canon CR3, yang ukuran file-nya lebih kecil daripada CR2. Video pun dapat ia rekam dalam resolusi 4K 30 fps, dengan bitrate maksimum 120 Mbps.

Canon juga menjanjikan sistem image stabilization yang lebih efektif lewat perpaduan sensor dan prosesor baru ini, dengan klaim bahwa sistemnya bisa mengompensasi guncangan hingga lima stop. Performa burst shooting-nya pun cukup gegas di angka 10 fps, atau 5,7 fps dengan continuous AF.

Canon PowerShot SX70 HS

Perubahan drastis lainnya ada pada viewfinder elektroniknya (EVF). Panel yang digunakan bukan lagi LCD beresolusi 922 ribu dot, tapi OLED 2,36 juta dot layaknya mayoritas kamera mirrorless. Sebelumnya absen, sensor mata kini hadir sehingga pergantian antara EVF dan LCD di bawahnya bisa terjadi secara otomatis.

Konektivitas Wi-Fi dan Bluetooth melengkapi fitur-fitur yang ditawarkan Canon PowerShot SX70 HS. Kamera ini rencananya akan dipasarkan pada akhir November mendatang seharga $550.

Sumber: DPReview.

Usik Dominasi Sony, Canon Luncurkan Kamera Mirrorless Full Frame EOS R dan Lensa RF

Canon memiliki beberapa jajaran kamera EOS, dari mulai kamera DSLR EOS dengan lensa EF yang terdiri dari seri entry, advanced, dan pro. Serta, kamera mirrorless EOS M bersensor APS-C dengan lensa EF-M.

Kini Canon telah menghadirkan keluarga baru di ekosistem EOS yang telah ditunggu-tunggu sejak lama yakni sistem baru EOS R, kamera mirrorless full frame dengan mounting lensa RF.

Pertanyaannya adalah kemana saja Canon selama ini? Padahal mereka sudah terjun di pasar mirrorless sejak tahun 2012. Lalu, bagaimana nasib sistem EOS M?

Persaingan Kamera Full Frame Baru Dimulai 

canon-luncurkan-kamera-mirrorless-full-frame-eos-r-dan-lensa-rf

Tidak bisa dipungkiri, salah satu alasan Canon merilis sistem baru EOS R adalah untuk mengusik dominasi Sony. Lalu, sekarang juga ada Nikon Z meskipun belum hadir di Indonesia.

“Karena kita melihat untuk para pengguna yang menginginkan kualitas foto maupun video full frame, mereka hanya bisa ke DSLR Canon atau kalau yang ingin lebih ringan pilihannya ke kompetitor kita ini. Karena sebelumnya, kita tidak bisa menjawab kebutuhan tersebut.” Ujar Sintra Wong selaku Canon Image Communication Product Division manager PT Datascrip.

“Kita juga melihat, para pengguna body dari merek lain itu – mereka sebenarnya masih sangat bergantung pada lensa-lensa EF-nya Canon. Oleh karena itu, kami menghadirkan sistem baru EOS R. Jadi, para pengguna DSLR Canon menginginkan kamera yang lebih ringan tetapi memiliki kualitas yang prima dengan sensor full frame tidak perlu pergi ke merek lain. Lensa EF Canon juga tentunya akan bekerja lebih optimal di EOS R.” Tambahnya.

EOS R sendiri diposisikan untuk pengguna yang lebih profesional dan fotografi yang lebih serius. Maka dari itu EOS R hadir sebagai pilihan atau alternatif kepada para fotografer.

Bagaimana nasib EOS M? Kamera mirrorless dengan sensor APS-C ini masih tetap akan dikembangkan, karena segmennya berbeda – lebih menitikberatkan pada keringkasan serta portability-nya, dan menyasar para pemula atau hoby.

Sistem EOS R Kompatibel dengan Lensa EF

Ya, Canon EOS R kompatibel dengan lensa EF, tetapi tidak bisa dipasang dengan lensa EF-M. Canon menyertakan tiga jenis adaptor untuk memberikan fleksibilitas dalam menggunakan lensa EF.

Mount lensa RF ini berdiameter 54 mm, jarak antara sensor dengan mount lensa hanya 20 mm. Tidak heran, bila dimensi Canon EOS R menjadi begitu ramping dibanding DSLR Canon – tetapi masih lebih besar dibanding kamera mirrorless full frame A7 series dari Sony.

EOS R dilengkapi layar sentuh 3,2 inci beresolusi 2,1 juta dot yang fully-articulated yang bisa ditarik ke samping dan putar-putar sesuka hati. Di atasnya, tentu saja ada electronic viewfinder (EVF) berpanel OLED dengan resolusi 3,69 juta dot dan tingkat perbesaran 0,76x.

Bagian terunik EOS R berada tepat di samping kanan EVF tersebut. Bagian kecil itu merupakan semacam touchpad multi-fungsi yang akan memberikan akses cepat ke berbagai pengaturan seperti autofocus, ISO atau white balance, dan semua ini bisa diprogram sesuai kebutuhan masing-masing pengguna.

Saat ini, sudah tersedia empat seri lensa RF, yaitu:

  • RF 50mm f/1.2L USM
  • RF 24-105mm f/4L IS USM
  • RF 28-70mm f/2L USM
  • RF 35mm f/1.8 IS STM

Yang perlu diketahui adalah lensa RF terhubung ke kamera EOS R melalui 12 pin pada mount. Sementara, lensa EF hanya memiliki 8 pin. Artinya meski lensa EF bisa digunakan, namun bila ingin kinerja lensa yang optimal tetap disarankan menggunakan lensa RF. Canon juga telah memastikan, lensa EF dan RF juga masih akan terus dikembangkan.

Fitur dan Spesifikasi Canon EOS R 

EOS R adalah kamera mirrorless full frame 35mm pertama dari Canon, dibekali sensor CMOS 30,3-megapixel dan prosesor gambar DIGIC 8 dengan kecepatan fokus 0,05 detik. Serta, mampu mengambil gambar berturut-turut 8 fps dengan AF-S atau 5 fps dengan AF-C.

Canon EOS R memiliki rentang ISO 100-40.000 untuk foto, 100-25.600 untuk video, dan 100-12.800 untuk video 4K. Serta, area bidik yang luas dengan 5.655 titik AF yang mencakup 100% (vertikal) dan 88% (horizontal).

Untuk perekaman videonya, Canon EOS R dapat merekam 4K pada 30p/25p dengan crop 1.7x dan didukung Canon Log yang telah terbukti hasilnya pada Cinema EOS System. Fitur ini sangat membantu untuk pengaturan kontras, detil, dan warna selama proses pascaproduksi. Selain itu, perekaman 4K bisa mencapai 10-bit melalui terminal HDMI untuk menghasilkan gradasi dan rentang warna yang akurat.

PT. Datascrip sebagai distributor tunggal produk pencitraan digital Canon di Indonesia, memasarkan Canon EOS R Body Only (BO) dengan harga Rp 39.999.000 dan Canon EOS R dengan lensa RF24-105mm f/4L IS USM dengan harga Rp 59.999.000.

Canon EOS R Memulai Babak Kompetisi Baru di Segmen Kamera Mirrorless Full-Frame

Ternyata tidak butuh waktu lama bagi Canon untuk merespon peluncuran Nikon Z 7 dan Z 6 dua minggu lalu. Dengan kehadiran Canon EOS R, rivalitas abadi antar keduanya resmi berlanjut sampai ke segmen mirrorless full-frame.

Tidak seperti Nikon yang sempat gagal di kancah mirrorless, Canon belakangan semakin menunjukkan keseriusannya di ranah ini, dan mereka rupanya juga tergiur untuk mengusik dominasi Sony. Canon memang hanya mengumumkan satu kamera mirrorless full-frame, tapi mereka menegaskan bahwa ini baru yang pertama.

Canon EOS R

Di atas kertas, EOS R bisa dibilang duduk di tengah-tengah Nikon Z 7 dan Z 6. Sensor full-frame miliknya yang didampingi prosesor DIGIC 8 ini memiliki resolusi 30,3 megapixel, dengan tingkat ISO 100 – 40000 (dapat ditingkatkan lagi menjadi 50 – 102400). Sensor ini dibekali low-pass filter untuk mengurangi efek moiré, tapi dampaknya ketajaman jadi sedikit berkurang.

Yang sangat mengesankan dari EOS R, layaknya DSLR kelas atas Canon, adalah sistem autofocus Dual Pixel-nya. Total ada 5.655 titik fokus yang dapat dipilih, yang menjangkau 88% bentang vertikal dan 100% bentang horizontal. Fitur eye detection turut tersedia, dan ini absen pada Nikon Z 7 maupun Z 6.

Kemampuan menjepret tanpa henti EOS R tergolong lumayan: 8 fps dengan AF-S, atau 5 fps dengan AF-C. Untuk video, pengguna dapat merekam dalam resolusi maksimum 4K 30 fps langsung ke memory card, atau ke external recorder via HDMI jika membutuhkan bitrate lebih. Opsi slow-motion pun juga tersedia, sayang cuma 120 fps pada resolusi 720p.

Canon EOS R

Sama seperti pesaingnya, EOS R juga menggunakan dudukan lensa baru bernama RF-mount. Diameternya sama persis seperti EF-mount (54 mm), akan tetapi jaraknya ke sensor tentu lebih dekat karena tidak ada lagi cermin (mirrorless), dan ini memungkinkan konstruksi lensa yang lebih simpel dan ringkas.

Alasan klasik menggunakan kamera Canon adalah ekosistem lensanya yang begitu luas, dan ini tentu masih berlaku pada EOS R, sebab Canon telah menyediakan adaptor untuk lensa-lensa EF, EF-S, TS-E dan MP-E. 12 pin elektrik yang digunakan RF-mount juga diklaim bisa mewujudkan komunikasi yang lebih sigap dan mendalam antara kamera dan lensa.

Canon EOS R

Lanjut ke bagian fisik, EOS R mengusung sasis magnesium yang tahan terhadap cuaca ekstrem. Bobotnya berkisar 660 gram, sudah termasuk baterai. Baterainya sendiri diklaim dapat bertahan sampai 370 jepretan, tapi yang unik, EOS R bisa di-charge langsung menggunakan kabel USB layaknya kamera saku.

EOS R dilengkapi layar sentuh 3,2 inci beresolusi 2,1 juta dot yang fully-articulated, alias bisa kita tarik ke samping dan putar-putar sesuka hati, tidak seperti Nikon Z 7 dan Z 6 yang cuma bisa di-tilt ke atas atau bawah. Di atasnya, tentu saja ada electronic viewfinder (EVF) berpanel OLED dengan resolusi 3,69 juta dot dan tingkat perbesaran 0,76x.

Canon EOS R

Namun bagian terunik EOS R berada tepat di samping kanan EVF tersebut. Bagian kecil itu merupakan semacam touchpad multi-fungsi yang akan memberikan akses cepat ke berbagai pengaturan seperti autofocus, ISO atau white balance, dan tentu saja semua ini bisa diprogram sesuai kebutuhan masing-masing pengguna. Wi-Fi maupun Bluetooth juga sudah menjadi fitur standar pada kamera ini.

Secara harga, Canon EOS R lebih mirip Nikon Z 6. Bodinya saja dibanderol $2.300, sedangkan bundel bersama lensa RF 24–105mm f/4 L IS USM dibanderol $3.400. Resmi sudah, jangan ada lagi yang bilang “Canon dan Nikon tidak serius menyikapi persaingan di kancah mirrorless”.

Sumber: DPReview.

Tamron Kenalkan Lensa Full-Frame 17-35mm F2.8-4 untuk Canon EF dan Nikon FX

Bagi para penikmat fotografi, nama Tamron tentu sudah amat familier ya di telinga Anda. Perusahaan asal Jepang ini sudah lama dikenal sebagai pembuat lensa pihak ketiga.

Nah yang terbaru, mereka baru saja memperkenalkan lensa zoom ultra-wide-angle untuk kamera DSLR full frame 35mm Canon dan Nikon yakni Tamron 17-35mm F/2.8-4 Di OSD (Model A037).

tamron-lensa-full-frame-17-35mm-f2-8-4

Lensa jenis ini biasanya mempunyai ukuran cukup besar ya, tapi Tamron 17-35mm F/2.8-4 bentuknya cukup ringkas – panjangnya hanya 3,5 inci dengan bobot 460 gram.

Focal length 17mm ini tentunya sangat cocok untuk memotret foto landscape, sedangkan 35mm sangat ideal untuk fotografi snapshot – dengan aperture antara f/2.8 sampai f/4.

Meski ringkas, sistem lensa ini terdiri dari 15 elemen, termasuk elemen khusus seperti lensa low-dispersion dan glass-molded aspherical.

Soal ketahanan, lensa ini juga memiliki lapisan fluorin dan moisture-resistant construsction (konstruksi tahan kelembapan), memungkinkan lensa ini digunakan secara optimal setiap saat dan perawatan yang mudah.

Lensa Tamron 17-35mm F/2.8-4 ini akan tersedia di body kamera Nikon FX pada tanggal 4 September 2018 dengan harga ritel US$599 atau sekitar Rp8,6 jutaan. Sementara, model untuk body kamera Canon EF akan menyusul di kemudian hari.

Sumber: DPreview

Canon Zoemini, Printer Foto Mungil yang Bisa Dibawa ke Mana-mana

Sekarang ini berbagi foto berbentuk digital ke media sosial masih jadi tren di hampir semua rentang usia. Tapi, seandainya terlewatkan oleh Anda bahwa ada hal-hal kuno yang justru pelan-pelan kembali jadi tren. Salah satunya adalah foto cetak fisik yang dapat diproduksi sendiri, lebih mudah, cepat dan bisa dilakukan di mana saja. Itulah yang coba ditawarkan oleh Instax Share SP-3, LifePrint, dan SnapJet lewat kemampuannya mencetak foto secara portable.

Tiga produk itu saja mungkin belum cukup meyakinkan Anda bahwa invasi teknologi digital tak benar-benar mengakhiri era foto cetak. Sebab Canon menjadi perusahaan terbaru yang juga meluncurkan printer foto portable bernama Zoemini.

Canon Zoemini menampilkan teknologi ZINK (zero-ink) dan terhubung ke aplikasi Canon Mini Print melalui Bluetooth untuk mencetak foto instan dan cuplikan media sosial dalam hitungan detik. Canon Zoemini mencetak foto berukuran 2 × 3 inci (5 x 7.6cm), langsung dari aplikasi ponsel, tablet, atau media sosial.

ZoeMini_Ambient_White_Josh-Shinner-copy

Memiliki bobot hanya 160 g dan dimensi 118 mm x 82 mm x 19 mm, fisik Canon Zoemini bahkan lebih pendek dibandingkan smartphone yang belakangan justru semakin sulit digenggam oleh tangan orang-orang Asia. Ketebalannya memang masih relatif tebal, tapi masih memungkinkan untuk dibawa di dalam tas tangan atau bahkan saku.

Tak sebatas membantu Anda mencetak foto berukuran 5 X 7.6 sentimeter dari galeri foto ponsel, aplikasi Canon Mini Print juga dilengkapi sejumlah filter, bingkai, dan efek AR yang dapat Anda pergunakan untuk mempercantik foto sebelum dicetak.

screenshot-www.canon.co.uk-2018-08-06-08-54-55

Aplikasi juga dilengkapi fungsi tiling yang memungkinkan pembuatan poster atau gambar yang lebih besar. Ada juga ketersediaan sepuluh templat kolase unik dan selfie retro hingga filter wajah binatang yang lucu. Apabila foto yang dipoles belum siap cetak, aplikasi Mini Print juga memiliki opsi untuk penyimpanan ke Google Photos dan Dropbox, atau bahkan Instagram dan Facebook apabila pengguna ingin kembali ke dunia digital.

Kertas foto Canon ZINK yang dipakai oleh Zoemini tersedia dalam kemasan 20 atau 50 lembar yang dapat dibeli secara terpisah. Tapi untuk permulaan, Canon sudah menyertakan 10 lembar kertas ZINK untuk dipakai oleh pengguna.

Canon Zoemini Photo Printer akan diluncurkan ke pasar pada tanggal 5 September 2018 bersama aplikasi seluler untuk Android dan iOS. Canon belum membocorkan harga jualnya, tapi kemungkinan tak akan jauh dari kisaran 139.99 EUR atau sekitar $162.

Sumber berita Canon.

Canon PowerShot SX740 HS Kecil Tapi Andalkan 40x Optical Zoom dan Perekaman Video 4K

Canon baru saja meluncurkan kamera compact baru, PowerShot SX740 HS, menggantikan PowerShot SX730 HS yang dirilis tahun lalu. Tampang luarnya terlihat mirip, sangat mirip bahkan, dan spesifikasinya pun sepintas juga sama persis.

Keunggulan utama kamera ini terletak pada lensanya, dengan focal length setara 24–960mm (40x optical zoom) dan bukaan f/3.3–6.9. Memang belum seekstrem Nikon Coolpix P1000 yang dirilis belum lama ini, tapi toh dimensinya juga jauh lebih ringkas. Sensor 1/2,3 inci beresolusi 20 megapixel milik pendahulunya juga masih ada di sini.

Canon PowerShot SX740 HS

Yang berbeda adalah penggunaan prosesor Digic 8, yang sanggup menggenjot performa kamera secara signifikan. Hasilnya, SX740 HS mampu merekam video dalam resolusi 4K 30 fps (pendahulunya cuma 1080p), dan burst shooting dengan continuous AF bisa dilakukan dalam kecepatan 7,4 fps. Mode time lapse 4K juga tersedia buat yang membutuhkan.

LCD 3 inci yang tertanam di belakangnya bisa dilipat ke atas sampai menghadap ke depan, membuat kamera ini ideal untuk para vlogger. Hal itu semakin diperkuat oleh sistem image stabilization 5-axis yang diklaim mampu mengompensasi guncangan sampai 3-stop.

Canon PowerShot SX740 HS

Wi-Fi, NFC, beserta Bluetooth merupakan fitur standar pada Canon PowerShot SX740 HS. Rencananya, kamera ini akan mulai dipasarkan pada bulan Agustus seharga $399.

Sumber: DPReview dan TechRadar.

Canon Ivy Mini Adalah Printer Instan Seukuran Hard Disk Eksternal

Menjelang akhir tahun kemarin, Polaroid dan Fujifilm sempat berseteru terkait kamera instan. Terlepas dari itu, tren kamera sekaligus printer instan masih terkesan kuat hingga kini. Buktinya, Canon baru saja merilis printer instan baru.

Dinamai Canon Ivy Mini, ia merupakan printer paling mungil yang pernah Canon rilis. Dimensinya kurang lebih sama seperti hard disk eksternal, dan seperti halnya mayoritas printer portable yang ada di pasaran, Ivy mengandalkan teknologi ZINK (Zero-Ink) dalam proses pencetakan fotonya.

Canon Ivy Mini

Perangkat dapat mencetak foto dalam ukuran 2 x 3 inci, tapi seandainya kurang besar, ada opsi untuk ‘memecah’ satu gambar dan mencetaknya menjadi empat atau sembilan foto terpisah, sebelum kemudian disatukan menjadi kolase. Di samping itu, Ivy juga bisa mencetak satu foto dengan layout kolase yang bervariasi.

Pengoperasiannya memanfaatkan aplikasi smartphone, dan lewat aplikasi ini pengguna juga dapat menambatkan filter, frame, mencorat-coret atau menambahkan tulisan, serta mengaktifkan fitur AR face distortion. Kalau melihat namanya, fitur yang terakhir ini tampaknya bakal memberikan efek konyol pada wajah orang-orang di dalam foto ketika dilihat dari balik kamera smartphone.

Canon Ivy Mini

Ivy Mini ditenagai oleh baterai rechargeable yang diestimasikan bisa bertahan sampai 20 kali pencetakan sebelum perlu diisi ulang. Bukan yang terbaik memang, tapi itulah kompromi yang biasanya harus diterima ketika portabilitas menjadi prioritas utama.

Di Amerika Serikat, Canon saat ini sudah memasarkan Ivy Mini seharga $130, sudah termasuk starter pack berisi 10 kertas ZINK. Selebihnya, konsumen bisa membeli bundel kertas secara terpisah seharga $10 (isi 20 lembar) atau $25 (isi 50 lembar). Warna perangkatnya sendiri ada tiga: hitam, mint atau rose gold, semuanya dengan sisi depan putih.

Sumber: DPReview.

[Rekomendasi] 4 Kamera Mirrorless Terbaik Harga 5 Jutaan yang Cocok Buat Pemula

Bagi Anda yang tak puas dengan hasil jepretan kamera smartphone, tapi juga tak mau dibuat susah sama kompleksitas kamera DSLR – kamera jenis mirrorless boleh jadi pilihan yang paling tepat buat Anda.

Mekanisme pakainya lebih user friendly tapi punya kemampuan fleksibilitas lensa yang bisa diganti-ganti seperti halnya kamera DSLR. Bidikannya yang pasti juga lebih bagus dari kamera smartphone dan bisa diadu dengan DSLR. Hasilnya pun bisa langsung dikirim ke smartphone berkat fitur WiFi, sangat praktis bukan?

Kini kamera mirrorless sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Desain stylish dan bentukannya yang ringkas membuatnya mudah dibawa kemana-mana. Harganya? Tak perlu khawatir karena berbekal tabungan mulai dari Rp5 jutaan, Anda sudah bisa memiliki kamera mirrorless dengan kualitas mumpuni. Daftar berikut dimulai dari harga yang paling murah ya.

1. Canon EOS M10 – Rp5 Juta

kamera-mirrorless-terbaik-harga-5-jutaan-yang-cocok-buat-pemula-1

Bentuknya kamera saku, tapi Canon EOS M10 merupakan kamera mirrorless loh. Dengan sensor CMOS APS-C 18-megapixel, prosesor DIGIC 6, dan sistem Hybrid CMOS AF II untuk mendapatkan fokus yang cepat pada subjek bidikian.

Kelebihan Canon EOS M10 ialah dilengkapi layar sentuh 3 inci yang bisa diputar ke atas hingga 180 derajat menghadap ke wajah. Hal ini tentu sangat memudahkan Anda untuk mengakomodasi aktivitas selfie maupun nge-vlog.

Berkat layar sentuh, menyesuaikan titik fokus menjadi lebih mudah, tinggal tap bagian mana yang ingin dipertajam. Tapi ada satu kekurangan, Canon EOS M10 tidak memiliki hand grip di body sehingga cenderung kurang nyaman saat memotret.

2. Fujifilm X-A10 – Rp5,2 Jutaan

kamera-mirrorless-terbaik-harga-5-jutaan-yang-cocok-buat-pemula-2

Fujifilm X-A10 mengusung sensor CMOS APS-C 16,3 megapixel dengan kompatibilitas lensa-lensa Fujifilm X mount. Seperti Canon ESO M10, kamera ini memiliki layar yang bisa ditekuk hingga 180 derajat, lengkap fitur eye-detection AF dan portrait enhancer untuk memaksimalkan selfie Anda.

Kelebihan Fujifil X-A10 adalah kamera mirrorless ini hadir desain retro dengan lapisan bahan kulit bertekstur yang mampu memberikan tampilan sangat elegan. Kamera ini memiliki sedikit hand grip di body, lumayan untuk mempererat pegangan.

3. Panasonic Lumix DMC-GF8 –  Rp5,4 Juta

kamera-mirrorless-terbaik-harga-5-jutaan-yang-cocok-buat-pemula-3

Panasonic Lumix DMC-GF8 menggunakan sensor Digital Live MOS resolusi 16-megapixel dengan prosesor Venus Engine yang diklaim dapat menangkap gambar secara detail meski dalam low-light.

Kamera mirrorles berdesain retro yang stylish ini juga memiliki layar berukuran 3 inci pada kamera ini juga dapat diputar hingga 180 derajat yang secara otomatis dapat langsung mengaktifkan modus self shot lengkap dengan fitur face dan eye detection AF yang sangat berguna untuk mendukung selfie.

4. Sony Alpha A5000 – Rp5,5 Juta

kamera-mirrorless-terbaik-harga-5-jutaan-yang-cocok-buat-pemula-4

Nambah sedikit lagi, kita bisa mendapatkan kamera mirrorless besutan Sony loh. Ya, Alpha A5000 adalah kamera mirrorless Sony paling terjangkau, tapi kemampuannya tak perlu diragukan lagi.

Sony Alpha A5000 mengusung sensor CMOS APS-C 20,1 megapixel dengan kompatibilitas lensa-lensa Sony E-mount. Kamera ini juga dibekali layar 3 inci yang bisa diputar hingga 180 derajat untuk mempermudah selfie dan vlogging.

Berbeda dengan Canon EOS M10, Sony Alpha A5000 memiliki hand grip di body sehingga lebih nyaman ketika memotret. Namun, kekurangan Sony Alpha A5000 ialah layarnya belum touchscreen.

Verdict

Bagi Anda yang baru ingin membeli kamera mirrorless, sangat wajar bila pemilihan dilatarbelakangi oleh faktor harga. Tak masalah, seiring perkembangan kemampuan fotografi Anda, maka dengan sendirinya Anda akan menemukan kamera mirrorless idaman yang sesuai kebutuhan Anda.

Empat kamera mirrorless di atas memiliki layar 3 inci yang dapat diputar 180 derajat, bukan cuma buat selfie tapi juga bisa buat vlogging. Kekurangan di rentang harga ini menurut saya ialah tidak bisa memasang mic eksternal dan belum memiliki viewfinder elektronik.

 

Canon Demonstrasikan Kebolehan Prototipe Kamera Beresolusi 120 Megapixel-nya

Sebagai pemimpin di industri kamera, wajar apabila Canon punya visi ke depan yang ambisius, tidak peduli seberapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mewujudkannya. Sebagai konteks, Canon sempat memamerkan prototipe sensor beresolusi 50 megapixel di tahun 2007, namun realisasinya menjadi kamera yang siap dipakai konsumen baru terjadi di tahun 2015.

Lalu di tahun 2010, Canon sempat memamerkan prototipe sensor beresolusi 120 megapixel. Delapan tahun berselang, apakah sensor itu sudah siap diproduksi massal? Tampaknya belum, akan tetapi Canon setidaknya sudah cukup percaya diri mendemonstrasikan kebolehan sensor tersebut.

Secara teknis, sensor berdimensi 29,2 x 20,2 mm (APS-H) ini mengemas resolusi sebesar 13.280 x 9.184 pixel (13K?), atau kurang lebih setara 60x lipat resolusi full-HD (1080p). Keuntungannya, gambar masih akan tampak sangat tajam meski di-zoom begitu dekat, dan ini secara langsung juga meningkatkan fleksibilitasnya untuk urusan cropping.

Menurut Canon, potensinya bakal sangat terasa ketika digunakan sebagai alat untuk memonitor suatu area luas di mana ada ribuan orang di dalamnya, semisal stadion sepak bola. Berkat resolusi yang begitu tinggi, gambar dapat di-zoom hingga sangat dekat sehingga operator bisa mengidentifikasi individu yang, misalnya, merupakan buronan polisi.

Tonton saja video di bawah kalau penasaran seberapa mendetail video yang bisa dihasilkan. Mungkin di saat kamera dengan sensor ini sudah dipasarkan secara massal nanti, adegan-adegan “Enhance!” dalam film-film tak lagi kita jadikan bahan guyonan.

Sumber: TheNextWeb dan Canon.