[Panduan Pemula] Mengatur Notifikasi Facebook dan Twitter di Smartphone Android tanpa Aplikasi

Manusia dilahirkan di dunia sebagai makhluk sosial. Oleh karena itu, kebutuhan akan akses media sosial menjadi meningkat. Hal tersebut juga menyebabkan besarnya kebutuhan akan instalasi aplikasi-aplikasi yang bersangkutan.

Dua aplikasi media sosial yang ternama saat ini adalah Facebook dan Twitter. Dua aplikasi tersebut tentu saja membuat akses sosial media menjadi lebih mudah. Selain itu, aplikasi ini akan selalu memberikan notifikasi setiap kali ada status baru dari teman Anda.

Akan tetapi, kedua aplikasi tersebut terkenal membuat sebuah smartphone Android menjadi lebih lamban. Hal tersebut dikarenakan kebutuhan storage akan menjadi besar. Selain itu, kedua aplikasi ini membutuhkan akses RAM yang besar pula.

Sering kali kita temukan di grup dan forum internet, sebuah smartphone akan menjadi lebih responsif pada saat sang pengguna melakukan uninstal Facebook dan Twitter. Kedua aplikasi memang banyak menyimpan data pada storage internal serta cache pada RAM.

Jika smartphone yang Anda gunakan memiliki kapasitas RAM yang besar, hal ini bisa jadi bukan masalah. Akan tetapi, bagi Anda yang menggunakan smartphone dengan kapasitas penyimpanan yang kecil serta RAM yang kecil pula, tentu saja hal ini menjadi masalah besar.

Solusi lain memang melakukan instalasi FB Lite dan aplikasi lain yang mendukung Twitter. Namun apa yang terjadi saatm penyimpanan smartphone Anda cukup penuh?

Saat ini, hampir semua smartphone Android yang diluncurkan sudah memiliki Google Chrome sebagai browser default. Uniknya, saat ini Google Chrome sudah mendukung Push Notification untuk beberapa website, terutama Facebook dan Twitter.

Facebook Pushed

Untuk menggantikan aplikasi Facebook, buka Chrome dan masuk ke halaman Facebook. Log in ke akun Anda. Biasanya Facebook akan menawarkan apakah Anda ingin menerima notifikasi atau tidak. Jika window tawaran ini tidak muncul, masuk saja ke setting Facebook, lalu ke Notification Settings, lalu pilih Mobile. Nyalakan Push Notification.

Hal tersebut akan membuat Anda mendapatkan notifikasi setiap kali ada update terbaru. Jika notifikasi tersebut diklik, Anda akan langsung masuk ke halaman mobile Facebook.

Untuk Twitter, masuk ke halaman mobile Twitter. Sama seperti di Facebook, akan ada pilihan untuk menerima notifikasi atau tidak. Jika window tawaran ini tidak muncul, klik pada logo profile Anda dan masuk ke Settings and Privacy. Pilih Notifications lalu pilih Push notifications. Lalu nyalakan saja fungsi ini.

Twitter Notification

Sama seperti Facebook, jika ada notifikasi dan Anda mengkliknya, Anda akan langsung dibawa ke halaman Twitter pada brower Google Chrome. Setelah itu, Anda dapat menggunakan Twitter seperti biasa.

Kelemahan pada metode ini adalah ada beberapa fungsi yang belum diimplementasikan oleh kedua penyedia sosial media. Namun, semua fungsi dasar pada Facebook dan Twitter sudah tersedia di sana.

Selamat mencoba!

Gambar header: Pixabay.

Berkat Song Maker, Semua Orang Bisa Membuat Lagu dengan Modal Browser Saja

Masih ingat dengan Chrome Music Lab? Situs yang dirilis Google di tahun 2016 itu pada dasarnya merupakan cara yang sangat menarik untuk bereksperimen dengan musik, dan yang terpenting, kita sama sekali tidak perlu menguasai tangga nada untuk bisa bermain-main dengannya.

Semuanya akan terasa lebih asyik lagi apabila hasil main-mainnya bisa disatukan menjadi lagu dan dibagikan ke seluruh dunia. Itulah gagasan utama di balik eksperimen baru bertajuk “Song Maker” yang Google tambahkan pada Chrome Music Lab baru-baru ini.

Menggunakan Song Maker terasa luar biasa simpel. Mendaftarkan akun lalu login sama sekali tidak diperlukan, dan seperti komponen Chrome Music Lab lainnya, tidak ada aplikasi yang perlu di-install. Semuanya berlangsung di browser Chrome, baik di smartphone ataupun komputer.

Jujur saya tidak pernah bisa bermain musik, tapi setidaknya saya bisa menghasilkan ini dengan Song Maker. Seperti yang bisa Anda lihat, saya hanya sekadar ‘menggambar’ wajah orang tersenyum dan cemberut (dan apalah itu yang satu lagi), tapi ternyata semuanya bisa diterjemahkan menjadi lagu yang koheren.

Pada tampilan kotak-kotaknya, dua baris di bawah mewakili ritme (perkusi) Anda, sedangkan sisanya di atas untuk melodi. Pilihan perkusinya ada bermacam-macam, mulai dari drum machine sampai conga, sedangkan untuk melodinya, selain marimba ada opsi piano, strings, seruling, plus synth.

Song Maker masih menyimpan sejumlah pengaturan lainnya yang bisa diakses lewat tombol “Settings”. Akan tetapi tanpa perlu memusingkannya Anda sebenarnya sudah bisa membuat lagu. Kalau sudah selesai, tinggal klik “Save” maka akan muncul tautan untuk dibagikan ke publik, atau di-embed ke situs.

Sumber: Google.

Mulai 15 Februari 2018, Chrome Hapus Semua Iklan yang Bersifat Mengganggu Secara Otomatis

Sudah menjadi rahasia umum apabila Google memperoleh sebagian besar pendapatannya melalui iklan. Namun siapa yang menyangka kalau mereka rupanya juga sebal dengan perilaku sejumlah jenis iklan yang sifatnya mengganggu, yang pada akhirnya memicu konsumen untuk menggunakan adblocker, yang bisa berdampak buruk buat bisnis Google.

Anda pastinya pernah dibuat kesal oleh iklan yang tiba-tiba muncul dan menutupi hampir seluruh layar smartphone. Ke depannya, iklan-iklan pembuat onar semacam ini bakal didepak oleh browser Chrome secara otomatis, dan kabar baiknya, kita tinggal bersabar sedikit dan menunggu Google mengeksekusi trik jitunya itu mulai 15 Februari 2018.

Prosedurnya seperti ini: mulai tanggal itu, Chrome akan menghapus semua iklan di situs yang memiliki ‘rapor merah’ selama lebih dari 30 hari. Rapor tersebut merujuk pada standar yang ditetapkan oleh Coalition for Better Ads, di mana Google merupakan salah satu anggotanya.

Bad ads examples

Iklan-iklan yang akan diblokir mencakup iklan pop-up, iklan yang memutar video secara otomatis, iklan yang berkelip dalam banyak warna sekaligus, dan yang paling saya benci, iklan banner berukuran masif yang menutupi layar smartphone itu tadi. Pemilik situs bisa memeriksa apakah iklan yang terdapat di situsnya bermasalah atau tidak dengan mengakses Google Ad Experience Report.

Langkah memerangi iklan pengganggu yang diambil Google ini cukup unik karena, ketimbang menyematkan adblocker seperti yang dilakukan sejumlah pengembang browser lain, Google memilih untuk meracik semacam sistem adblocker yang secara khusus menangani iklan-iklan yang mengganggu saja.

Sumber: PCMag dan Google.

Google Resmi Hapus Chrome App untuk Windows, Mac dan Linux

Kalau Anda merupakan pengguna browser Chrome, besar kemungkinan Anda tahu akan istilah Chrome App, tapi belum tentu menggunakannya. Ini wajar mengingat kebanyakan Chrome App tidak lebih dari sekadar bookmark ke sebuah web app, meski ada juga yang menyimpan fungsionalitas khusus dan bisa berjalan di background layaknya aplikasi desktop standar.

Singkat cerita, Chrome App sangatlah sepi pengguna. Saking sepinya, sudah sejak tahun lalu Google berencana menghapus Chrome App dikarenakan hanya ada sekitar 1% pengguna Windows, Mac dan Linux yang secara aktif memakainya, setelah sebelumnya lebih dulu menghapus Chrome App Launcher. Menjelang pergantian tahun, Google akhirnya siap mengeksekusi rencana tersebut.

Penghapusannya dijalankan secara bertahap. Pertama-tama, seksi khusus Chrome App di Chrome Web Store akan ditiadakan, sehingga pengguna tidak bisa lagi men-install aplikasi baru. Untuk yang sudah terlanjur ter-install, aplikasi masih tetap bisa digunakan, tapi hanya sampai kuartal pertama tahun depan saja.

Lain halnya dengan Chrome Extension, atau yang biasa disebut dengan istilah plugin di browser lain. Extension yang biasanya diperuntukkan layanan seperti VPN, password manager dan adblocker ini masih akan terus tersedia melalui Chrome Web Store.

Bagaimana dengan Chromebook? Jangan khawatir, sebab Chrome App masih merupakan bagian esensial dari Chrome OS dan tidak akan ke mana-mana meski sudah hilang sepenuhnya dari tiga platform di atas.

Progressive Web App di Android / Google
Progressive Web App di Android / Google

Dengan ‘dibunuhnya’ Chrome App, apakah ini berarti nasib yang sama juga akan menimpa web app secara umum? Rupanya tidak, sebab Google sendiri sudah menyiapkan penggantinya dalam wujud Progressive Web App (PWA). PWA sebelumnya sudah tersedia di Chrome versi Android, dan Google menargetkan PWA bisa muncul di desktop mulai pertengahan tahun 2018.

Yang menarik, PWA yang diklaim bisa memberikan pengalaman mendekati native app ini ternyata tidak spesifik untuk Chrome saja. Browser lain seperti Samsung Internet, Firefox dan Opera versi Android juga bisa menjalankan PWA. Di luar platform Android, Microsoft dan Apple juga sudah mulai menghadirkan dukungan PWA di Edge dan Safari.

Kesimpulannya, kecuali Anda menggunakan Chromebook, Anda bisa mengucapkan selamat tinggal kepada Chrome App. Sebagai gantinya, mulai tahun depan web app di desktop bakal lebih sempurna dan fungsional berkat kehadiran PWA.

Sumber: Ars Technica.

Chrome 63 untuk Android Hadirkan Halaman Flags dan Chrome Home Baru

Selalu ada yang baru. Google kembali menggulirkan versi anyar dari peramban mobile-nya, Chrome untuk Android yang kini memasuki versi ke-63. Di pembaruan ini hadir sejumpah perubahan yang cukup berguna.

Yang pertama, Google melakukan sedikit polesan di panel Chrome Home yang sudah diotak-atik sejak bulan Maret lalu. Chrome Home UI sejatinya sudah tersedia sejak seri 62, tapi hanya bisa dilihat oleh pengguna yang mengaktifkannya melalui Flags.

Di Chrome 63 ini, Chrome Home semakin siap untuk menerima perubahan final untuk pengguna publik. Jadi, tak mengejutkan jika Chrome Home akan benar-benar hadir di Chrome 64. Pembaruan menghadirkan layar splash yang menyambut pengguna ke Chrome terbaru, begitu juga sebaris teks yang menunjukkan bahwa pengguna sedang menggunakan Chrome terbaru.

Chrome-63-2

Di versi ini Google juga menghadirkan sejumlah flag baru, dua di antaranya Chrome Home Promo dan Chrome Opt-out Snackbar. Kedua flags ini kemungkinan besar akan aktif secara default setelah Chrome Home digulirkan ke semua orang.

Berikutnya, halaman flags dapat diakses melalui chrome://flags yang memuat berbagai macam fitur dan eksperimen termasuk Chrome Home UI yang dibahas di atas. Di Chrome 63, Google melakukan perubahan desain yang bertujuan agar akses dari mobile semudah desktop. Google merancang halaman flags dengan ruang yang tampak lebih lega, link yang lebih besar dan juga kolom pencarian.

Terakhir, Google menyematkan opsi baru bernama Minimual UI yang tampaknya diperuntukkan bagi para pengembang. Tool ini membuat halaman aplikasi web terlihat seperti Chrome Custom tab dan aplikasi web bisa memilih warna untuk UI yang diinginkan.

Sumber berita Googleblog.

Google Chrome Akan Blokir Situs yang Memakai Trik Redirect dan Pop-up

Google sepertinya benar-benar gerah dengan situs yang memakai strategi iklan atau tujuan lain dengan menggunakan trik redirect ke situs yang tidak diinginkan pengguna. Baru-baru ini, tim pengembang di balik browser Chrome kembali mempersiapkan fitur baru untuk versi Chrome yang akan datang yang akan memblokir situs dengan trik tersebut.

Dijelaskan dalam postingan resminya, Ryan Schoen mengatakan bahwa 20% umpan balik yang dikirimkan oleh pengguna desktop berkaitan dengan konten-konten yang tidak diinginkan.

Dijelaskan lebih jauh, pemblokiran trik redirect akan digulirkan dalam tiga bagian. Pertama, Chrome akan memblokir iklan yang meneruskan pengunjung ke situs lain bahkan ketika pengunjung tidak mengklik tautan atau gambar tertentu. Ketika prosedur ini bekerja, pengguna akan melihat sebuah toolbar yang menginformasikan pemblokiran tersebut.

Selanjutnya, Google Chrome juga akan memblokir jenis redirect yang bekerja menggunakan pop-up. Biasanya, trik ini ditunjukkan dengan tanda-tanda seperti ini; ketika sebuah tautan diklik, pengguna dihantarkan ke jendela baru dan situs sebelumnya akan redirect ke sebuah iklan. Fitur di Chrome akan mencegah tab sebelumnya redirect ke halaman lain.

Kemudian terakhir, Google membidik situs yang membuka jendela baru ketika pengunjung mengklik halaman situs meskipun tidak di sebuah tautan, misalnya tombol player video, halaman kosong dan tombol tersembunyi.

Dua dari tiga pembaruan di atas akan digulirkan bersama Chrome 64 dan 65. Saat ini, kedua versi Chrome ini sedang digodok oleh pengembang Google. Chrome 64 sendiri masih dalam fase Canary atau pre-beta dan diperkirakan rilis ke publik di bulan Januari 2018. Sedangkan Chrome 65 diperkirakan rilis di bulan Maret 2018. Masih cukup lama, tapi pembaruan ini jelas sangat patut untuk ditunggu.

Sumber berita Chromium dan gambar header ilustrasi/Dailysocial.

Password di Chrome Android Versi Terbaru Bisa Dilihat dan Disalin

Di browser modern baik yang versi desktop ataupun mobile, menawarkan fitur penyimpanan kata sandi atau password yang bertujuan memudahkan pengguna mengakses akun tanpa harus mengetikkan password dari awal. Bagi yang pelupa seperti Saya, fitur ini sungguh sangat membantu.

Chrome untuk desktop, selain menawarkan fitur tersebut juga menyediakan panel khusus di mana pengguna bisa melihat kembali password yang sudah pernah disimpan. Dan sekarang, fitur yang sama akhirnya juga digulirkan ke versi mobile khususnya untuk platform Android. Jadi, cukup dari smartphone Anda sudah bisa mengelola password yang tersimpan secara mudah.

Cara kerja fitur ini hampir sama dengan apa yang ditemukan di platform desktop. Ketika pengguna memutuskan untuk menyimpan password akun di browser Android, browser sejatinya menyimpan data-data tersebut di tempat yang aman. Lewat pembaruan ini, pengguna kini tidak hanya sebatas menyimpan tapi juga dapat melihat dan menyalin password tersebut.

Untuk melihat password yang tersimpan, pengguna dapat mengakses menu Settings – Save Passwords. Di jendela tersebut, pengguna akan menemukan informasi situs, username dan juga password. Masing-masing data bisa dilihat atau disalin menggunakan tombol yang tersedia.

chrome-62-password-manager

Sayangnya saat mencoba untuk melakukan update Chrome ke versi terbaru, penulis belum menjumpai fitur yang dimaksud. Jadi, belum jelas juga apakah fitur ini juga menyediakan opsi edit seperti yang ada di versi desktop atau tidak. Kemungkinan Google butuh beberapa minggu untuk mendistribusikan fitur baru ini ke seluruh pengguna Chrome. Dan, kabar baiknya Google menambahkan fitur yang mencegah pengguna mengambil screenshot untuk alasan keamanan.

Sumber berita AndroidWorld.

Google Uji Fitur Notifikasi Breaking News untuk Chrome Android

Fitur baru merupakan salah satu pengembang untuk menyenangkan hati penggunanya agar tetap setia menggunakan aplikasinya. Dan biasanya, sebelum merilis sebuah fitur ke publik, pengembang bakal melewati fase uji coba yang lama waktunya tergantung pada umpan balik dan proses perbaikan yang dilakukan. Google termasuk salah satu perusahaan yang menerapkan cara ini. Yang terbaru, mereka sedang menguji fitur baru untuk Chrome versi Android.

Fitur baru bernama Breaking News Push disebut sedang dalam tahap pengujian awal. Tersirat dari namanya, ini adalah fitur yang menawarkan notifikasi breaking news ringkas dan pendek. Lebih jauh dijelaskan bahwa fitur ini bakal mengandalkan platform Google Cloud Messaging untuk menerima pemberitahuan instan.

breaking news push chrome

Google Cloud Messaging sendiri sebenarnya adalah platform yang diciptakan untuk memudahkan pengembang mengirim informasi ke aplikasi android. Secara teknis, ini bukan fitur untuk mereka, tapi Google tampaknya ingin mencobanya sendiri untuk merealisasikan fitur breaking news di Chrome.

Namun jika berkaca pada rencana garis besarnya, saya sedikit banyak sudah memperoleh gambaran akan seperti apa implementasi dari ide ini. Menurut saya, notifikasi ini bakal menghantarkan berita-berita terbaru terkurasi yang dikutip dari penerbit-penerbit pilihan. Jika selama ini kebanyakan konten semacam ini disuguhkan di dalam browser, Google tampaknya ingin mencoba sesuatu yang berbeda; melalui push notifications yang bagi kebanyakan orang justru dianggap mengganggu kenyamanan bergadget ria. Untuk mengatasinya, Google punya alternatif cara dengan mencoba menghantarkan pilihan berita yang sesuai dengan minat dan preferensi masing-masing pengguna. Jika demikian, bukan tidak mungkin suatu saat teknologi AI bakal dilibatkan di sini.

Sumber berita AndroidPolice dan ChromeStory.

Google Gulirkan Chrome Cleanup untuk Bantu Bersihkan Browser dari Program Jahat

Perubahan banyak aspek di kehidupan ke serba digital membuat orang kini menghabiskan banyak waktu di internet, salah satunya di browser. Kondisi ini tidak hanya membutuhkan kebijaksanaan dalam penggunaan, tapi juga membutuhkan dukungan tool yang dirancang untuk memberi rasa aman. Untuk menjawab permintaan itu, Google meluncurkan tiga perubahan penting di Chrome, salah satunya yang paling penting adalah hadirnya tool Chrome Cleanup.

Menyasar pengguna Windows, Chrome Cleanup membantu pengguna untuk mendeteksi program-program yang tidak diinginkan yang kemungkinan disisipkan ke dalam berkas unduhan. Tak berhenti di sebatas memindai, Chrome Cleanup juga menyiapkan alat untuk menghapusnya. Google Cleanup disebutkan telah mengalami perubahan sehingga kini semakin mudah digunakan dan hanya membutuhkan satu langkah mudah untuk menghapus software yang tidak dikehendaki.

Prompt_dialog.width-1000

Philipe Rivard dalam tulisan resminya mengatakan bahwa Chrome juga telah dilengkapi dengan alat pendeteksi pembajakan yang dapat mengendus adanya perubahan pengaturan yang tidak diketahui oleh pengguna. Pengaturan ini disebut sudah digulirkan ke seluruh pengguna, melindungi jutaan pengguna dari berbagai perubahan pengaturan yang mayoritas membajak mesin pencari default yang biasa digunakan.

reset-prompt-screenshot.width-1000

Dan yang terakhir, Google juga telah menggandeng perusahaan keamanan ESET untuk bekerjasama menciptakan mesin pendeteksi yang lebih akurat, cepat dan garang. Berdua, mereka mengombinasikan masing-masing teknologi sehingga mampu mendeteksi dan menghapus lebih banyak program jahat lebih baik dibandingkan sebelumnya.

Google memastikan seluruh pengguna Chrome bakal mendapatkan tiga perlindungan baru ini dalam beberapa hari ke depan.

Membuka Situs Secara Offline di Chrome Android Kini Jauh Lebih Mudah

Adopsi jaringan internet bisa jadi sudah dirasakan oleh miliaran orang di dunia. Bahkan internet termasuk menjadi tulang punggung perekonomian yang bersifat vital, termasuk dalam menghantarkan informasi digital. Pun demikian, jangkauan internet yang luas tak lantas menjamin setiap aktivitas yang membutuhkan data terpenuhi setiap saat. Di banyak kasus, pengguna smartphone masih mengeluhkan stabilitas dan kualitas jaringan yang mengganggu keseruan ketika menjelajah dunia maya.

Untuk membantu pengguna menghindari momen buruk seperti itu, akhir tahun lalu Google menggulirkan update baru untuk Chrome yang memungkinkan pengguna Android mengunduh halaman situs untuk dibaca nanti. Menurut Google ada 45 juta halaman situs yang sudah diunduh dengan Chrome setiap minggunya, yang mengindikasikan bahwa fitur tersebut diterima dengan baik oleh publik. Sehingga cukup beralasan mengapa kemudian Google memutuskan untuk memberikan perhatian khusus dengan melakukan peningkatan-peningkatan berdaya guna.

Google-Chrome-Offline-update-01

Digulirkan ke platform Android, Chrome versi terbaru akan menampilkan pilihan untuk mengunduh halaman selain membuka di tab baru ketika pengguna men-tap dan menahan sebuah tautan. Opsi ini dapat dipergunakan tanpa harus membuka halaman terlebih dahulu. Yang kedua, Google juga menambahkan sebuah tombol dengan label “Download page later” saat pengguna membuka sebuah halaman namun dalam kondisi tanpa jaringan data. Setelah kembali online, aplikasi akan secara otomatis mengunduh halaman bersangkutan yang kemudian dapat dibaca setiap saat meski tanpa koneksi internet.

Selanjutnya, ketika pengguna membuka tab baru, Google Chrome akan menampilkan sebuah penanda tepat di sebelah tautan situs yang sudah pernah diunduh sebelumnya. Penanda ini akan membantu pengguna membedakan mana situs biasa dan mana situs yang bisa dibuka secara offline. Merasa penasaran? Update Chrome di perangkat Android Anda sekarang melalui Play Store.

Sumber berita Google.