Ekuator Games Galang Pendanaan untuk Game “Celestian Tales: Old North” melalui Kickstarter

Satu lagi pengembang game lokal menyita perhatian Trenologi. Ekuator Games, sebuah studio pengembang game asal Bandung, baru-baru ini melakukan penggalangan dana melalui platform crowdfunding Kickstarter untuk pengembangan game berjudul “Celestian Tales: Old North”.

Game “Celestian Tales: Old North” merupakan sebuah game berkategori RPG dan mengambil gaya RPG yang sangat klasik seperti di era 90an. Mengambil latar di sebuah dunia fantasi bernama The Old North, game ini bercerita mengenai perjuangan enam karakter utamanya dalam menjalani perannya masing-masing sebagai kesatria di Old North.

Dengan cerita latar berdurasi tiga dekade, game ini direncanakan untuk bisa dimainkan selama lebih dari 20 jam untuk menuntaskan petualangan dengan satu karakter. Terdapat enam karakter utama yang masing-masing memiliki lebih dari satu ending berbeda, bergantung bagaimana pemain memainkan karakter tersebut. Secara total, terdapat lebih dari 15 ending berbeda untuk keseluruhan enam karakter game ini.

Melalui Kickstarter, Ekuator Games menargetkan penggalangan dana sebesar 40.000 dolar AS. Sejauh ini Ekuator Games sudah berhasil mengumpulkan dukungan dari 271 sponsor dengan dana sebesar 7.197 dolar AS. Untuk para donatur sendiri tersedia berbagai imbalan yang menarik dari Ekuator Games, mulai dari edisi digital game, edisi fisik, hingga kesempatan untuk mendesain karakter dalam game. Jika target pendanaan tercapai, Ekuator Games menargetkan untuk merilis game ini di tiga platform: Windows, Mac, dan Linux.

Tertarik untuk ikut mendanai game “Celestian Tales: Old North”? Kunjungi halaman Kickstarter dari Ekuator Games di tautan ini. Selain itu, Anda juga bisa melihat video penjelasan mengenai “Celestian Tales: Old North” berikut ini.

[youtube id=”qhVFsDR391E” width=”620″ height=”360″]

Detour, Layanan Crowdfunding untuk Konser Musik

Layanan crowdfunding semakin populer sebagai alternatif pendanaan berbagai jenis kegiatan. Seperti yang pernah kami ulas beberapa waktu lalu, pada tahun 2012 lalu layanan crowdfunding diperkirakan telah berhasil mendanai sebanyak 1 juta proyek dengan total dana terkumpul lebih dari 2,7 miliar dolar AS.

Baru-baru ini kembali muncul sebuah layanan crowdfunding baru bernama Detour. Berbeda dengan layanan crowdfunding populer seperti Kickstarter atau Indiegogo, Detour memfokuskan layanan crowdfunding khsusus untuk menggelar konser musik saja. Detour dirilis sebagai bagian dari layanan sebuah portal bernama Songkick yang memang merupakan sebuah jejaring sosial untuk mengikuti jadwal konser dan pertunjukan musik.

Cara kerjanya cukup sederhana. Artis atau musisi bisa membuka halaman kampanye untuk konser mereka. Pengguna kemudian bisa menyatakan minatnya membeli tiket konser artis tersebut dan berapa besar yang ingin dibayar oleh pengguna tersebut untuk membeli tiket konser tadi. Jika batas minimal tiket tercapai, maka pengguna akan diberi pemberitahuan mengenai tempat konser dan harga resmi tiket konser tersebut. Jika angka kesanggupan awal yang disebutkan pengguna melebihi harga resmi tiket konser, pengguna hanya perlu membayar sebesar harga resmi. Jika lebih kecil, pengguna akan ditanyakan kembali apakah berminat untuk membeli tiket konser dengan harga resmi tersebut.

Saat ini layanan Detour baru tersedia untuk menyelenggarakan acara konser musik di kota London saja, utamanya karena basis pengguna layanan Songkick masih dominan di kota tersebut. Sebelum merilis Detour, Songkick bereksperimen dengan konsep crowdfunding untuk konser tersebut dan telah berhasil menyelenggarakan 10 konser dengan total 1000 tiket terjual.

Menurut pandangan saya, konsep ini cukup unik dan barangkali berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia. Mengingat cukup banyaknya musisi independen yang memiliki jumlah massa tidak sedikit, adanya layanan semacam Detour di Indonesia bisa jadi  akan memberi manfaat yang sangat besar utamanya kepada musisi independen. Jadi, ada yang tertarik untuk mengembangkan Detour versi Indonesia?

Game DreadOut Berhasil Kumpulkan Dana Lewat Kampanye di Layanan Crowdfunding Indigogo

Masih ingat game DreadOut? Trenologi beberapa kali memuat artikel tentang game ini, mulai dari berita tentang soundtrack musik sampai dengan tersedianya versi demo. Kini, berita baik hadir kembali dari game buatan pengembang asal Bandung ini.

Continue reading Game DreadOut Berhasil Kumpulkan Dana Lewat Kampanye di Layanan Crowdfunding Indigogo

Indonesian Horror Game DreadOut is Fully Funded on Indiegogo

Local horror game and id-byte 2013 finalist DreadOut has received full funding through the crowd funding site Indiegogo with 12 hours to the deadline. Digital Happiness, the Bandung-based company behind DreadOut, sought USD 25,000 to fully develop the game into completion with intention to release it in November of this year. Following a highly successful demo release at the end of March, the campaign kicked into high gear.

Continue reading Indonesian Horror Game DreadOut is Fully Funded on Indiegogo

Kampanye Musik Youth Food Movement Indonesia Galang Dana Melalui Situs Crowdfunding Indiegogo

Belum lama ini kami sempat mengulas mengenai penggunaan platform crowdfunding untuk pendanaan aplikasi game Seeds yang bertujuan untuk mendorong kredit mikro di Kenya. Kali ini, dari dalam negeri juga muncul sebuah penggalangan dana yang memiliki misi sosial yakni Youth Food Movement Indonesia: The Music Campaign.

Berdasarkan keterangan di halaman penggalangan dana Youth Food Movement Indonesia di situs Indiegogo, gerakan ini adalah sebuah gerakan yang bertujuan untuk meningkatkan kepedulian generasi muda terhadap kedaulatan pangan Indonesia. Youth Food Movement Indonesia hendak memberikan wawasan pada generasi muda mengenai proses produksi berbagai alternatif pangan di Indonesia.

Secara spesifik, Youth Food Movement Indonesia hendak mengadakan sebuah kampanye musik untuk menyebarkan gagasan gerakannya. Kampanye musik ini berupa proses pembuatan sebuah album yang berisi sekitar enam hingga delapan lagu yang menyuarakan pesan-pesan Youth Food Movement Indonesia. Untuk penggalangan dana ini, Youth Food Movement Indonesia menargetkan pendanaan sebesar 2.200 dolar. Album yang dihasilkan nantinya akan didistribusikan secara online maupun melalui medium CD.

Kampanye musik Youth Food Movement Indonesia ini didukung juga oleh beberapa organisasi non profit seperti Walhi dan Serikat Petani Indonesia. Selain membuat album, Youth Food Movement Indonesia juga merencanakan akan menggelar konser untuk publik yang akan digelar pada bulan Juni 2013.

Model kampanye musik untuk menyuarakan isu sosial ini sebelumnya juga pernah dilakukan oleh band Navicula. Tengah tahun lalu, Navicula berhasil melakukan penggalangan dana sebesar lebih dari 3.000 dolar untuk melakukan tur musik yang ditujukan untuk meningkatkan kepedulian terhadap Orang Utan.

Tertarik untuk membantu kampanye musik Youth Food Movement Indonesia ini? Simak videonya berikut ini atau, lebih baik lagi, beri donasi Anda di halaman resmi penggalangan Youth Food Movement Indonesia di situs Indiegogo pada tautan ini.

Platform Crowdfunding Sukses Danai 1 Juta Proyek dengan Total Dana $2,7 Miliar pada 2012

Penggunaan berbagai platform crowdfunding sebagai sumber pendanaan nampaknya semakin menjadi alternatif yang menjanjikan bagi proyek dari berbagai bidang keahlian. Di Trenologi, kami sempat mengulas beberapa produk teknologi yang mengalami kisah sukses menggalang dana dengan model crowdfunding ini seperti Ouya dan Gamestick. Selain itu, kami juga sempat mengulas beberapa statistik mengenai kiprah salah satu platform crowdfunding terbesar, Kickstarter, selama tahun 2012 lalu.

Continue reading Platform Crowdfunding Sukses Danai 1 Juta Proyek dengan Total Dana $2,7 Miliar pada 2012

Band Pandai Besi Adakan Crowdfunding Untuk Rekaman di Lokananta

Satu lagi band yang mengambil sistem crowdfunding dalam menjalankan program mereka. Kali ini band lokal Pandai Besi, yang beranggotakan dua personel Efek Rumah Kaca dan beberapa personel additional yang mengadakan crowdfunding untuk proses rekaman di Lokananta.

Continue reading Band Pandai Besi Adakan Crowdfunding Untuk Rekaman di Lokananta

The State of Crowdfunding in Indonesia [Part 2]

In the first part of this story, I analyzed the state of crowdfunding industry in Indonesia by examining three popular crowdfunding sites in this country. At the end of that post, I came to a conclusion that the size of crowdfunding industry is still relatively small compared to the whole startup scene in Indonesia. In this part, I wanted to try to find an answer to the question asked in part one, “what issues need to be resolved to have a better crowdfunding industry in Indonesia?”

Continue reading The State of Crowdfunding in Indonesia [Part 2]

The State of Crowdfunding in Indonesia [Part 1]

Earlier this month, our sister blog, Trenologi, reported some stats regarding crowdfunding site Kickstarter. This post has brought me to finding that the year 2012 has been dubbed as the year for crowdfunding by no other than Forbes itself. Collectively, the crowdfunding industry in the USA has made US $1.5 billion in 2011 and was predicted to finish 2012 generating $2.8 billion according to report by research firm Massolution. This leads me to ask, how is the state of crowdfunding industry here in Indonesia?

Continue reading The State of Crowdfunding in Indonesia [Part 1]

Jika Proyek di Kickstarter Gagal, Pencetus Proyek Harus Mengembalikan Uang Pendukung

Hari ini Kickstarter membuat sebuah posting blog untuk mengklarifikasi pertanyaan-pertanyaan tentang proyek yang didanai oleh Kickstarter namun tidak berhasil diwujudkan. Inti dari posting blog tersebut adalah : hal tersebut merupakan tanggung jawab pencetus  proyek. Continue reading Jika Proyek di Kickstarter Gagal, Pencetus Proyek Harus Mengembalikan Uang Pendukung