Hadir di Indonesia, DJI Zenmuse L1 dan Zenmuse P1 Bawa Banyak Peningkatan

Di industri drone komersil, DJI bisa dibilang memegang porsi cukup besar secara global. Faktanya, hampir sebagian besar aktivitas pencitraan di udara menggunakan DJI sebagai mata untuk menangkap area dari ketinggian.

Continue reading Hadir di Indonesia, DJI Zenmuse L1 dan Zenmuse P1 Bawa Banyak Peningkatan

DJI Osmo Mobile 4 Andalkan Magnet Ketimbang Mekanisme Penjepit Tradisional

DJI baru saja meluncurkan Osmo Mobile 4 (OM 4), gimbal smartphone generasi terbaru yang membawa perubahan minor tapi cukup signifikan. Secara fisik, ia kelihatan nyaris identik dengan Osmo Mobile 3, dan perbedaan yang paling kentara terletak pada komponen penjepitnya.

Seperti yang bisa kita lihat, OM 4 tak lagi dibekali penjepit seperti pendahulunya. Sebagai gantinya, ia memanfaatkan magnet untuk menggotong smartphone. Untuk memasangkan smartphone ke OM 4, pengguna punya dua opsi. Opsi yang pertama mungkin adalah yang paling fleksibel, yakni dengan memakai aksesori penjepit yang porsi tengahnya dilengkapi magnet.

Opsi kedua adalah yang bersifat semi-permanen dan melibatkan aksesori ring holder, lagi-lagi dengan bantuan magnet di tengahnya. Kedua aksesori ini sudah termasuk dalam paket penjualan standar DJI OM 4. Kedengarannya memang sepele, akan tetapi mekanisme mounting baru ini bisa dipastikan jauh lebih memudahkan daripada model sebelumnya.

Selebihnya, OM 4 cukup mirip seperti OM 3. Desain foldable yang diperkenalkan tahun lalu tetap dipertahankan, malahan DJI mengklaim OM 4 sedikit lebih kecil dan lebih ringan lagi ketimbang pendahulunya, dan di saat yang sama punya komponen motor yang lebih baik.

Layout tombol beserta joystick-nya tidak diubah, dan daya tahan baterainya pun tetap hingga 15 jam pemakaian. Di saat darurat, OM 4 juga dapat dialihfungsikan menjadi power bank dadakan.

Beberapa fitur pintar yang bisa diakses melalui aplikasi DJI Mimo juga telah disempurnakan, dan DJI tidak lupa untuk menambahkan sejumlah fitur baru pula. Salah satu yang mungkin menarik untuk dicoba adalah mode CloneMe Panorama, yang memungkinkan pengguna untuk menggandakan subjek foto (atau dirinya sendiri) dalam satu tangkapan gambar.

Di samping itu, DJI juga mengklaim bahwa OM 4 lebih cekatan soal tracking dibanding sebelumnya, terutama ketika diletakkan di atas permukaan datar – dengan bantuan tripod tentu saja, yang ternyata juga sudah masuk dalam paket penjualan. Membedakan subjek antara orang dewasa, anak-anak, maupun binatang peliharaan juga bisa dilakukan secara lebih baik oleh OM 4.

Di Amerika Serikat, DJI OM 4 saat ini sudah resmi dipasarkan seharga $149. Memang sedikit lebih mahal daripada harga OM 3 saat pertama kali dipasarkan, tapi sekali lagi aksesori-aksesori yang disertakan memang jauh lebih lengkap.

Sumber: DJI dan The Verge.

Baru Diumumkan, DJI Matrice 300 RTK dan Kamera Zenmuse H20 Series Langsung Mendarat di Indonesia

DJI belum lama ini kembali menetapkan standar baru di segmen consumer drone lewat Mavic Air 2. Selang beberapa hari setelahnya, segmen enterprise drone pun juga ikut mereka kejutkan lewat DJI Matrice 300 RTK (M300 RTK).

Tidak butuh waktu lama bagi M300 RTK untuk mendarat di Indonesia. Lewat sebuah sesi webinar di Zoom, Halo Robotics selaku distributor resmi produk-produk DJI Enterprise di Indonesia, secara resmi memperkenalkan M300 RTK sekaligus seri kamera hybrid Zenmuse H20.

Ada banyak inovasi mencengangkan yang ditawarkan oleh quadcopter berwajah industrial ini, terutama saat disandingkan dengan seri kamera Zenmuse H20 tersebut. Namun sebelumnya, saya akan bahas lebih dulu beberapa peningkatan secara umum yang diusungnya dibanding pendahulunya, Matrice 210 RTK.

DJI Matrice 300 RTK

Yang paling utama adalah waktu mengudara yang lebih lama, tepatnya sampai 55 menit dalam sekali pengisian. Baterainya pun hot-swappable, yang berarti dapat dilepas-pasang dengan mudah tanpa harus membongkar drone. Pihak Halo Robotics tak lupa menjelaskan bahwa paket penjualan M300 RTK sudah mencakup battery station berwujud seperti koper yang bisa menampung dan mengisi ulang 8 unit baterai sekaligus.

Jarak maksimum transmisi videonya juga meningkat drastis menjadi 15 kilometer. Ya, sampai sejauh itu M300 RTK dapat meneruskan video 1080p ke pilotnya. Saking jauhnya, bukan tidak mungkin ada perbedaan cuaca antara titik terbang drone dan titik berdiri sang pilot. Namun konsumen tak perlu khawatir mengingat bodi M300 RTK secara keseluruhan tahan air dan debu dengan sertifikasi IP45.

DJI Matrice 300 RTK

Lebih lanjut mengenai aspek keselamatan penerbangan, M300 RTK dibekali sederet sensor di enam sisinya (depan-belakang, kiri-kanan, atas-bawah). Bukan cuma sensor visual saja, melainkan juga sensor ToF (Time of Flight) sehingga drone bisa mendeteksi berbagai objek di sekitarnya secara lebih akurat sampai sejauh 40 meter.

Nyaris semua komponen yang ada di dalam M300 RTK – inertial measurement unit, barometer, kompas, bahkan antena RTK (Real-Time Kinematic) – berjumlah dua, dan ini berguna demi memastikan drone tetap operasional meski ada satu komponen yang tiba-tiba rusak. Juga menarik adalah bagaimana M300 RTK disebut mampu melakukan pendaratan darurat dengan baik meski salah satu rotornya macet.

DJI Matrice 300 RTK

M300 RTK dapat dikendalikan oleh dua pilot sekaligus. Ini berguna dalam program pelatihan, sehingga pilot pelatih bisa langsung mengambil alih kendali saat pilot yang dilatih melakukan kesalahan. Dalam skenario lain, semisal untuk menginspeksi jaringan pipa gas yang luar biasa panjang, yang mungkin terlalu panjang untuk rute pergi-pulang drone dalam sekali pengisian baterainya, drone bisa lepas landas di titik A bersama pilot A, lalu mendarat di titik B bersama pilot B.

Modul kamera hybrid Zenmuse H20 Series

Zenmuse H20 (kiri) dan Zenmuse H20T (kanan) / DJI
Zenmuse H20 (kiri) dan Zenmuse H20T (kanan) / DJI

M300 RTK sanggup menggotong tiga modul payload sekaligus (dua di bawah, satu di atas), dengan catatan total beratnya tidak lebih dari 2,7 kilogram. Modul lama seperti Zenmuse XT2 dipastikan kompatibel, akan tetapi tandem sejati M300 RTK sebenarnya adalah Zenmuse H20 Series yang diluncurkan secara bersamaan.

Ada dua model yang ditawarkan: H20 dan H20T. H20 dibekali tiga sensor sekaligus: 12 megapixel dengan lensa wide-angle, 20 megapixel dengan 23x hybrid optical zoom, dan laser rangefinder dengan jarak maksimum 1.200 meter. H20T mengemas tiga sensor tersebut ditambah satu kamera thermal beresolusi 640 x 512 pixel 30 fps.

DJI Matrice 300 RTK

Duet M300 RTK dan Zenmuse H20 Series ini mewujudkan sejumlah fitur cerdas yang jujur membuat saya agak geleng-geleng kepala (tidak percaya) saat mendengar penjelasannya. Kita mulai dari yang paling sepele, yakni fitur PinPoint. Fitur ini memungkinkan drone untuk menandai subjek di tampilan kamera sekaligus merekam data lokasinya (koordinat) secara presisi.

Data lokasi ini bisa langsung dikirimkan ke tim darat sehingga mereka bisa langsung mengambil tindakan, sangat berguna dalam misi-misi penyelamatan. Selanjutnya ada fitur Smart Track, yang memungkinkan drone untuk mendeteksi dan mengikuti objek bergerak dari jarak amat jauh. Istimewanya, dua fitur ini bahkan bisa berfungsi di kegelapan berkat sistem night vision.

DJI Matrice 300 RTK

Namun fitur favorit saya adalah Live Mission Recording. Saat fitur ini diaktifkan, drone akan merekam seluruh input pengendalian, mulai dari tingkat ketinggian sampai koordinat titik terbangnya, tidak ketinggalan juga pengaturan kameranya. Selesai direkam, drone bisa mengulangi sesi tersebut secara identik.

Ini berguna saat hendak melakukan inspeksi rutin yang terkesan repetitif namun membutuhkan level presisi yang tinggi. Operator cukup melangsungkan inspeksi awalnya satu kali, kemudian sisanya biarkan drone berjalan secara otomatis di inspeksi kedua, ketiga, keempat dan seterusnya.

DJI Matrice 300 RTK

Tidak kalah menarik adalah fitur AI Spot Check, di mana pilot bisa menandai bagian dari foto yang diambil, dan selanjutnya drone dapat ditugaskan untuk mengambil gambar persis di bagian tersebut secara otomatis. Lagi-lagi sangat berguna untuk keperluan inspeksi rutin.

Saat ditanya mengenai harganya, pihak Halo Robotics menjelaskan bahwa DJI melarang publikasi harga produk enterprise-nya secara umum. Namun mereka memastikan bahwa harganya tidak berbeda jauh dari kisaran harga seri Matrice selama ini.

DJI Mavic Air 2 Usung Peningkatan Kamera dan Kemampuan Mengudara yang Signifikan

Dua tahun setelah Mavic Air dirilis, DJI kini sudah siap meluncurkan penerusnya, Mavic Air 2. Drone lipat ini membawa sederet pembaruan yang signifikan, terutama terkait kapabilitas fotografi dan videografinya.

Secara fisik, Mavic Air 2 rupanya sedikit lebih besar ketimbang pendahulunya, tapi dengan bobot 570 gram, ia masih lebih ringkas ketimbang Mavic 2. Kabar baiknya, jeroan Mavic Air 2 jauh lebih superior daripada sebelumnya.

Sensor yang diusung bukan cuma lebih besar (1/2 inci), tapi juga beresolusi lebih tinggi (48 megapixel). Menariknya, sensor ini merupakan tipe Quad Bayer yang secara default akan mengambil gambar beresolusi 12 megapixel, persis seperti di sebagian besar smartphone terkini.

Sensor itu hadir bersama lensa f/2.8 dengan sudut pandang 84°, dan semuanya duduk di atas gimbal 3-axis seperti biasanya. Urusan video, Mavic Air 2 siap merekam dalam resolusi maksimum 4K 60 fps dan bitrate 120 Mbps, atau 1080p 240 fps saat hendak menciptakan video slow-motion.

Fitur-fitur pelengkap, seperti pemotretan dan perekaman video dalam format HDR, juga tersedia. Demikian pula fitur Hyperlapse yang mendukung resolusi maksimum 8K.

DJI Mavic Air 2

Tidak kalah mencengangkan adalah kemampuan mengudara Mavic Air 2. Dalam sekali pengisian, Mavic Air 2 mampu terbang sampai 34 menit nonstop, bahkan lebih lama ketimbang Mavic 2. DJI tak lupa membekali Mavic Air 2 dengan sederet sensor di sisi depan dan belakang supaya ia dapat mendeteksi dan menghindari rintangan dengan sendirinya.

Sensor beserta lampu di bagian bawahnya ditujukan untuk memuluskan proses pendaratan Mavic Air 2, bahkan di tempat gelap sekalipun. Selagi mengudara, Mavic Air 2 sanggup meneruskan video 1080p 30 fps dari jarak sampai sejauh 10 kilometer. Bandingkan dengan pendahulunya yang cuma bisa meneruskan video 720p dari jarak 4 kilometer.

DJI Mavic Air 2

Juga baru pada Mavic Air 2 adalah controller-nya. Tidak ada lagi sepasang antena yang menjulur di sisi atasnya, digantikan oleh penjepit smartphone yang fleksibel. Controller baru ini diklaim punya daya tahan baterai yang lebih panjang, mampu berfungsi sampai 4 jam dalam sekali pengisian.

Fitur pintar seperti ActiveTrack tentu tetap ada, dan versi terbarunya (ActiveTrack 3.0) di Mavic Air 2 bahkan lebih cekatan lagi dalam mengunci fokus pada subjek. Tidak kalah menarik adalah fitur Spotlight 2.0 yang diwariskan dari lini drone profesional DJI. Berkat fitur ini, pengguna bisa menavigasikan Mavic Air 2 dengan bebas selagi kameranya terus mengunci fokus pada subjek yang dipilih.

Secara keseluruhan, DJI Mavic Air 2 merupakan upgrade yang sangat signifikan terhadap pendahulunya. Kendati demikian, banderol harganya dipatok sama: $799, atau bundel Fly More yang mencakup 2 baterai cadangan, ND filter dan sejumlah aksesori lainnya seharga $988. Pemasarannya dijadwalkan berlangsung mulai pertengahan Mei.

Sumber: DJI.

DJI Kembangkan Aplikasi Smartphone untuk Mengidentifikasi dan Meninjau Drone yang Terbang di Sekitar

Dua tahun lalu, DJI memperkenalkan AeroScope, sebuah sistem yang dirancang untuk mengidentifikasi dan memantau drone dari kejauhan. Saat ini AeroScope sudah digunakan di berbagai lokasi seperti bandara, stadion, penjara, atau bahkan showroom mobil dengan harapan semua penggunaan drone tanpa izin di area-area tersebut bisa terdeteksi dan langsung ditindak.

AeroScope merupakan sistem profesional yang membutuhkan dukungan perlengkapan khusus. Sekarang, DJI sudah punya alternatif dari AeroScope yang jauh lebih simpel dan hanya memerlukan bantuan sebuah aplikasi smartphone. Kapabilitasnya memang lebih terbatas dibanding AeroScope, akan tetapi fungsi utamanya tetap sama, yakni untuk memantau informasi seputar drone yang sedang mengudara di sekitar.

Menggunakan aplikasi tersebut, siapapun dapat meninjau lokasi, tingkat ketinggian, kecepatan dan arah pergerakan sebuah drone yang tengah terbang di sekitarnya. Lebih lanjut, aplikasi turut menampilkan lokasi dari pilot yang mengoperasikan tiap-tiap drone, sehingga kita bisa langsung menegur seseorang yang menerbangkan drone-nya secara ngawur di taman umum.

Kapabilitas ini dimungkinkan berkat sistem Remote ID yang sudah diajukan menjadi standar oleh sejumlah otoritas penerbangan di berbagai negara. Sesuai namanya, Remote ID berfungsi sebagai tanda pengenal, atau Anda bisa juga menganggapnya pelat nomor elektronik untuk drone. Menerapkan Remote ID bukan tugas yang berat, sebab pabrikan drone seperti DJI hanya perlu meluncurkan firmware update untuk produk-produknya.

Remote ID inilah yang ditangkap oleh aplikasi ponsel yang tengah kita bahas. Selama drone-nya masih berada dalam jangkauan (untuk sekarang hingga sejauh 1 kilometer), kita bisa langsung meninjau informasi lengkapnya melalui aplikasi tersebut. Simpel dan tidak perlu melibatkan infrastruktur tambahan.

Di sisi lain, sistem baru ini juga berpotensi memunculkan masalah baru. Berhubung siapa saja yang mempunyai ponsel dapat memantau keberadaan drone beserta pilotnya, wajar apabila sejumlah pengguna drone merasa tidak aman, terutama apabila yang memantau ternyata adalah seorang pencuri atau perampok.

Idealnya mungkin sistem semacam ini hanya bisa diakses oleh pihak yang berwajib, tapi di situlah AeroScope berperan. Bisa jadi DJI hanya ingin menawarkan solusi yang lebih terjangkau ketimbang AeroScope, namun tetap saja ada potensi sistem ini dapat disalahgunakan.

Sumber: DPReview dan DJI.

DJI Mavic Mini Adalah Drone yang Sangat Mumpuni Meski Ukurannya Cuma Setelapak Tangan

2017 lalu, dunia dikejutkan oleh DJI Spark, drone berbobot 300 gram yang kapabilitasnya tidak kalah dari drone berukuran dua kali lipatnya. Jujur sulit membayangkan drone yang lebih kecil namun lebih mumpuni ketimbang Spark, tapi ternyata itulah yang hendak dibuktikan DJI.

Mereka baru saja mengumumkan Mavic Mini, drone paling kecil dan paling ringan yang pernah mereka buat sejauh ini. Ukurannya pada dasarnya tidak jauh berbeda dari Spark, akan tetapi keempat lengannya bisa ditarik ke dalam, dan dalam posisi ini Mavic Mini benar-benar hanya seukuran telapak tangan orang dewasa.

Bobot Mavic Mini tercatat cuma 249 gram. Begitu ringannya drone ini, DJI mengklaim ia secara otomatis akan dianggap aman oleh regulator di banyak negara, yang sering kali menetapkan bobot 250 gram sebagai batasan maksimum untuk drone yang sama sekali tidak memerlukan izin khusus.

DJI Mavic Mini

Namun yang sangat istimewa adalah bagaimana Mavic Mini bisa lebih kapabel ketimbang Spark. Di sektor kamera misalnya, Mavic Mini mengemas sensor CMOS 1/2,3 inci beresolusi 12 megapixel yang sanggup merekam video 2,7K 30 fps atau 1080p 60 fps. Bandingkan dengan kamera milik Spark yang opsi perekaman videonya terbatas di 1080p 30 fps saja.

Hasil rekamannya juga dipastikan lebih mulus, sebab kameranya terpasang pada gimbal 3-axis, lagi-lagi lebih superior ketimbang milik Spark yang cuma 2-axis. Juga mengesankan adalah konsumsi energinya yang begitu efisien; satu kali pengisian cukup untuk mengudara selama 30 menit.

Bukan cuma hasil rekaman videonya saja yang stabil, kemampuan mengudara Mavic Mini juga diklaim sangat presisi berkat kehadiran sederet sensor sekaligus GPS. Selagi mengudara, komunikasi antara drone dan remote control-nya bisa terus berlanjut sampai sejauh 4 kilometer, demikian pula transmisi videonya.

DJI Mavic Mini

DJI tidak lupa memastikan supaya Mavic Mini tidak terkesan rumit bagi konsumen yang masih awam. Aplikasi pendampingnya, DJI Fly, mengemas konten untuk memandu para pengguna baru, mempersiapkan mereka untuk mulai belajar mengoperasikan dengan mode Position (P) yang mencakup sejumlah fungsi dasar.

Saat sudah mahir, mereka dapat memilih mode Sport (S) untuk memaksimalkan potensi Mavic Mini, atau mode CineSmooth (C) bagi yang hendak menciptakan karya-karya sinematik. Sejumlah manuver otomatis (QuickShots) juga tersedia dan dapat diakses dalam beberapa sentuhan saja.

DJI Mavic Mini bakal segera dipasarkan seharga $399. Bundel standarnya ini sudah mencakup remote control dan baling-baling cadangan, jauh lebih terjangkau ketimbang Spark saat pertama dirilis, yang dihargai $499 tanpa remote control.

Sumber: DJI.

Gimbal Smartphone DJI Osmo Mobile 3 Resmi Hadir di Indonesia

Bagi yang punya hobi fotografi dan videografi, tentunya kalian sudah familier dengan brand bernama ‘DJI’. Produk-produknya sudah banyak digunakan oleh para profesional dan content creator untuk membantu membuat konten foto maupun video kreatif dan berkualitas.

Siapa yang tidak tahu drone seri Mavic atau gimbal seri Ronin? Namun DJI juga memiliki produk yang ditujukan untuk pemula yakni Osmo series. Bersama Erajaya Group, DJI hari ini resmi menghadirkan produk terbaru seri Osmo, yakni Osmo Mobile 3 dalam acara bertajuk ‘Osmo Day’.

Osmo Mobile 3 sendiri adalah sebuah perangkat stabilizer atau gimbal untuk smartphone yang didesain ringkas dan dapat dilipat. Kehadirannya melengkapi produk Osmo series yang telah hadir lebih dulu, seperti DJI Osmo Pocket dan DJI Osmo Action.

Masuk Pasar Lifestyle Technology

DJI-Osmo-Mobile-3

Sebelum saya menyampaikan kesan pertama saat hands-on DJI Osmo Mobile 3, ada beberapa update informasi dari Djatmiko Wardoyo, Marketing and Communications Director Erajaya Group. Di acara Osmo Day, Erajaya Group juga mengundang tech YouTuber Ario Pratomo dan Wisnu Kumoro untuk berbagi pengalaman mereka menggunakan produk DJI.

Biasanya Erajaya Group dikenal sebagai distributor, retailer, dan importir untuk produk-produk yang berkaitan dengan mobile device seperti smartphone dan tablet. Tapi dalam beberapa tahun terakhir, kami juga fokus pada portofolio baru yang berkaitan dengan lifestyle technology. Makanya dalam tiga tahun terakhir kami bekerja sama dengan leading company dalam produk-produk yang berkaitan dengan lifestyle dan memiliki technology, salah satunya DJI,” ungkap Djatmiko Wardoyo.

Alasan Erajaya Group masuk ke bisnis ini adalah karena mereka memandang mobile device sudah menjadi bagian dari gaya hidup yang tidak terpisahkan. Potensi pasar lifestyle technology terutama yang berkaitan dengan fotografi maupun videografi sangat besar dan mereka ingin memenuhi permintaan tersebut.

Erajaya Group memiliki aspirasi untuk menggabungkan toko-toko yang sudah dikelola menjadi lifestyle store, bukan lagi device store. Inisiatif terbarunya ialah lewat Urban Republic untuk mulia masuk ke bisnis tersebut.

Saat ini Erajaya Group memiliki 1.055 toko dan tujuh diantaranya ialah Urban Republic untuk menampilkan produk-produk yang berkaitan dengan lifestyle technology.

Hands-on DJI Osmo Mobile 3

Dibanding pendahulunya, perubahan besar yang dibawa Osmo Mobile 3 ialah ukurannya yang lebih ringkas. Saat gimbal smartphone ini ditekuk, dimensinya hanya 157×130×46 mm yang asyik buat dibawa bepergian.

Prosesnya setup-nya terbilang mudah, saya tidak butuh waktu lama saat balancing. Jangan lupa untuk download aplikasi DJI Mimo dan aktifkan koneksi Bluetooth – smartphone akan langsung mendeteksi stabilizer tersebut.

Setelah smartphone terpasang di gimbal, ukurannya memang masih cukup ringkas. Grip-nya mantab, walaupun tampilannya menjadi terlihat sedikit mencolok.

DJI-Osmo-Mobile-3

Kita bisa dengan mudah untuk beralih ke mode landscape ke vertical atau portrait, caranya dengan menekan tombol mode (M) dua kali. Terus ada standby mode, tidak perlu copot pasang saat ingin menyimpannya sebentar.

Sebagai alat bantu untuk mendapatkan video dengan pergerakan yang stabil, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama karena mengandalkan kamera smartphone, pastikan smartphone yang digunakan memiliki kualitas kamera yang bagus.

DJI-Osmo-Mobile-3

Kemudian jangan lupa download aplikasi DJI Mimo, beberapa fitur andalan mereka hanya bisa diakses lewat aplikasi tersebut. Anda juga harus coba fitur ActiveTrack 3.0, di mana kamera akan mengikuti gerakan subjek. Satu lagi, jangan lupa kombinasikan footage A-Roll dan B-Roll.

Harga dan Ketersediaan

Masih banyak lagi fitur-fitur yang ditawarkan oleh DJI Osmo Mobile 3 ini, saya sudah request unit review-nya dan semoga bisa datang dalam waktu dekat. Harga DJI Osmo Mobile 3 untuk varian basic adalah Rp1,5 juta dan Rp1.750.000 untuk varian combo dengan kelengkapan tambahan seperti carrying case dan tripod.

Perangkatnya dapat diperoleh pre-oder mulai pada 11-22 September di Store Republic, Erafone.com, dan Blibli.com. Selama masa pre-oder ada promo cashback hingga Rp250.000 dengan kartu kredit bank BRI, CIMB, Mandiri, dan OCBC.

 

DJI Osmo Mobile 3 Diungkap, Lebih Sempurna Sekaligus Lebih Ringkas Dibanding Pendahulunya

Setelah melihat DJI Osmo Pocket dan Osmo Action, saya sempat mengira kedua produk tersebut sebagai pertanda berakhirnya seri Osmo Mobile yang merupakan gimbal untuk smartphone. Namun ternyata prediksi saya salah. DJI baru saja menyingkap Osmo Mobile 3, dan bersamanya datang sejumlah penyempurnaan esensial.

Yang paling utama, Osmo Mobile 3 adalah yang terkecil jika dibandingkan dengan dua pendahulunya. Gagangnya lebih pendek, dan secara keseluruhan dimensinya jauh lebih ringkas. Bukan hanya itu saja, Osmo Mobile 3 juga dapat dilipat menjadi lebih compact lagi saat sedang tidak digunakan.

DJI Osmo Mobile 3

Selain berdampak langsung pada portabilitas, desain barunya ini juga punya pengaruh terhadap aspek pengoperasian. Contoh yang paling gampang, port untuk menyambungkan smartphone (charging) maupun mikrofon eksternal tak lagi terhalangi dan dapat diakses dengan mudah pada Osmo Mobile 3.

Dimensi lebih ringkas juga tidak harus berarti ada fitur yang dipangkas. Osmo Mobile 3 bahkan kembali menghadirkan tombol trigger multi-fungsi di sisi belakang gagangnya, yang sempat dieliminasi pada Osmo Mobile 2, meski ini merupakan salah satu fitur unggulan versi orisinalnya.

DJI Osmo Mobile 3

Fitur pintar lainnya adalah Quick Roll; cukup tekan tombol “M” (Mode) di sebelah joystick sebanyak dua kali, maka pengguna dapat mengubah orientasi ponsel yang terpasang (dari landscape ke portrait atau sebaliknya), tanpa harus melepas dan memasang ponsel kembali. ActiveTrack, fitur andalan DJI untuk lini drone-nya, turut hadir di sini sehingga kamera ponsel bisa terus diarahkan ke subjek secara otomatis.

Terkait baterai, DJI mengklaim daya tahan Osmo Mobile 3 sama persis seperti pendahulunya, yakni hingga 15 jam dalam satu kali pengisian, yang sekarang sudah mengandalkan sambungan USB-C. DJI Osmo Mobile 3 saat ini telah dipasarkan seharga $119, atau dalam bentuk bundel bersama sebuah tripod dan carrying case seharga $139.

Sumber: DJI.

DJI Digital FPV System Siap Manjakan Para Pembalap Drone Tanpa Mengorbankan Performa

DJI punya suguhan menarik bagi para penggiat balap drone dalam wujud satu paket bernama Digital FPV System. FPV sendiri merupakan singkatan dari first-person view, dan bundel ini memang diciptakan untuk ‘memindah’ pandangan para pembalap drone dari tubuhnya menuju ke drone yang diterbangkan.

Yang sangat menarik adalah bagaimana DJI mengandalkan teknologi digital ketimbang analog. Umumnya, sistem FPV analog lebih dipilih karena sangat unggul perihal performa; apa yang tampak dari sudut pandang drone bisa langsung diteruskan ke pandangan pengguna tanpa jeda sedikitpun. Namun kekurangannya, kualitas visualnya begitu buruk.

Sistem FPV digital di sisi lain dikenal selalu bermasalah soal latency. Gambar yang diteruskan memang bagus, akan tetapi ada jeda cukup signifikan sehingga langsung berpengaruh pada performa masing-masing pembalap. DJI Digital FPV System rupanya tidak demikian.

DJI Digital FPV System

DJI mengaku telah mengembangkan teknologi transmisi video yang sangat efisien dengan Digital FPV System, sanggup meneruskan video dari jarak hingga sejauh 4 km, dengan latency tak lebih dari 28 milidetik. Ya, masih ada jeda memang, tapi 28 milidetik itu bisa dibilang nyaris tidak terasa, sehingga semestinya tidak akan terlalu berpengaruh terhadap kemampuan bermanuver masing-masing pembalap.

Sistem ini terdiri dari empat komponen: 1) sebuah “air unit” yang bertindak sebagai pemancar sekaligus external recorder usai dipasangkan ke drone, 2) sebuah kamera dengan kemampuan merekam video 1080p 60 fps, 3) sebuah HMD (head-mounted display) atau yang dikenal juga dengan istilah FPV goggles, dan terakhir 4) sebuah remote control wireless.

DJI Digital FPV System

Selagi mengudara dan meneruskan video 720p 120 fps ke FPV goggles, drone yang telah dipasangi air unit beserta kamera rupanya juga dapat merekam videonya ke kartu microSD. Sebagai cadangan ekstra, pengguna juga dapat menekan tombol pada FPV goggles untuk seketika itu juga merekam apa yang dilihatnya dan menyimpannya ke kartu microSD yang menancap pada goggles.

Fitur terakhir ini sangat berguna seandainya drone gagal mendarat, atau terlibat kasus lain sehingga microSD-nya tak bisa diselamatkan. Hanya dengan satu klik tombol saja, pengguna sudah mempunyai video rekaman cadangan, meski memang resolusinya hanya terbatas di 720p 60 fps.

DJI Digital FPV System

Ini sebenarnya bukan pertama kalinya DJI mengembangkan sistem FPV digital. Dua tahun lalu, mereka sempat memasarkan DJI Goggles, yang beberapa bulan kemudian bahkan disusul oleh varian balapnya, Goggles RE. Bedanya, kedua perangkat tersebut hanya kompatibel dengan drone bikinan DJI sendiri, sedangkan Digital FPV System yang terkesan lebih rakitan ini bahkan dapat disandingkan dengan sistem FPV analog sekalipun jika perlu.

DJI berencana memasarkan Digital FPV System dalam dua bundel yang berbeda. Bundel yang pertama dihargai $819 dan mencakup dua air unit, dua kamera, dan FPV goggles (tanpa remote control). Bundel yang kedua dibanderol $929 dan mencakup masing-masing satu unit dari keempat komponennya itu tadi.

Sumber: DJI dan The Verge.

DJI Ronin-SC Diciptakan untuk Memaksimalkan Peran Kamera Mirrorless dalam Videografi

Selain dikenal sebagai produsen drone nomor satu, DJI juga memiliki reputasi bagus di bidang handheld gimbal alias stabilizer untuk kamera. Lini produk mereka mencakup seri Ronin di segmen profesional, lalu seri Osmo di segmen mobile. Untuk seri Ronin, DJI punya persembahan baru dalam wujud Ronin-SC.

Ronin-SC pada dasarnya merupakan versi lebih ringkas dari Ronin-S. Kalau Ronin-S dirancang untuk menggotong kamera DSLR atau mirrorless, Ronin-SC hanya bisa mengakomodasi kamera mirrorless saja. Namun sebagai gantinya, bobot perangkat dapat disusutkan hingga mencapai 1,1 kg, atau sekitar 41% lebih ringan ketimbang Ronin-S.

DJI Ronin-SC

Ronin-SC terbuat dari perpaduan material magnesium, baja, aluminium, dan plastik komposit. Gimbal 3-axis-nya siap menampung sejumlah kamera mirrorless populer dari Sony, Nikon, Canon, Panasonic maupun Fujifilm, dengan bobot maksimum hingga 2 kg. Saat sedang tidak digunakan, gimbal-nya dapat dilepas dari gagangnya agar memudahkan penyimpanannya di dalam tas berukuran normal.

Di samping lebih ringkas, Ronin-SC juga mengemas mekanisme penguncian pada ketiga poros gimbal-nya, sehingga proses menyeimbangkan kamera di awal dapat dijalani dengan lebih mudah ketimbang menggunakan Ronin-S. Pengoperasiannya sendiri masih mengandalkan sejumlah tombol dan joystick pada bagian gagang, dan baterainya diklaim bisa bertahan sampai 11 jam dalam satu kali pengisian.

DJI Ronin-SC

Ronin-SC boleh lebih terbatas soal kargo, tapi ia menyimpan dua fitur pintar yang absen pada kakaknya yang berukuran lebih besar. Yang pertama adalah fitur ActiveTrack 3.0, yang memungkinkan pengguna untuk menetapkan subjek yang harus diikuti pergerakannya oleh sang gimbal melalui smartphone yang tersambung.

Fitur yang kedua adalah Force Mobile, di mana pengguna dapat mengendalikan pergerakan gimbal hanya dengan menggerakkan smartphone-nya. Ini sangat berguna ketika pengguna harus mengoperasikan Ronin-SC dari kejauhan, dan jarak maksimum yang didukung adalah 25 meter dengan memanfaatkan koneksi Bluetooth 5.0.

DJI Ronin-SC rencananya bakal segera dipasarkan dengan harga $439. Bundel dengan embel-embel “Pro” juga akan tersedia seharga $539, yang mencakup aksesori seperti focus wheel, external focus motor, beserta Remote Start Stop (RSS) Splitter.

Sumber: DJI.