Versi Baru Amazon Kindle Paperwhite Bawa Layar Lebih Besar dan Daya Baterai Sampai 10 Minggu

Amazon resmi memperkenalkan generasi terbaru dari e-reader terpopulernya, Kindle Paperwhite. Model teranyar ini datang tiga tahun setelah versi sebelumnya, dan bersamanya hadir sejumlah pembaruan yang akan semakin menyempurnakan pengalaman membaca.

Pembaruan yang paling utama dan yang langsung kelihatan adalah layarnya. Ukurannya kini lebih besar; 6,8 inci dibanding 6 inci, akan tetapi tingkat ketajaman layarnya tetap di angka 300 ppi (pixel per inch). Agar perangkatnya tidak jadi kelewat bongsor, Amazon tidak lupa menyusutkan bezel yang mengitari layarnya.

Layarnya ini juga diklaim mampu menyala 10% lebih terang, serta dapat diatur temperatur warnanya secara manual agar lebih nyaman digunakan di malam hari. Seperti sebelumnya, bagian depan Kindle Paperwhite ini benar-benar rata dari atas ke bawah, dan bodinya secara keseluruhan tahan air dengan sertifikasi IPX8.

Pembaruan berikutnya bisa dibilang tidak urgen, tapi tetap sangat bermanfaat bagi pengguna, yakni soal baterai. Dalam sekali pengisian, Kindle Paperwhite edisi baru ini bisa tahan sampai 10 minggu pemakaian (versi sebelumnya ‘cuma’ sampai 6 minggu). Tidak kalah penting, colokannya kini sudah USB-C, sehingga proses charging-nya otomatis bakal lebih cepat — 2,5 jam dari kosong hingga penuh.

Amazon pun tak lupa menyematkan chipset baru pada Kindle Paperwhite edisi 2021. Dipadukan dengan tampilan antarmuka baru yang telah disempurnakan, chipset baru ini mampu mendongkrak kinerja perangkat sampai 20 persen. Setup awalnya kini juga lebih mudah karena pengguna bisa login via aplikasi Kindle di perangkat iOS atau Android.

Kindle Paperwhite generasi ke-11 ini dijual seharga $140, alias lebih mahal $10 dari pendahulunya. Dalam kesempatan yang sama, Amazon juga menawarkan varian lain bernama Kindle Paperwhite Signature Edition.

Varian ini dibanderol lebih mahal — $190 — akan tetapi ia mengemas kapasitas penyimpanan yang lebih besar; 32 GB dibanding 8 GB pada varian standarnya. Bukan hanya itu, varian Signature Edition juga dilengkapi dukungan Qi wireless charging, dan fitur pengubah temperatur warna layarnya tadi bisa berfungsi secara otomatis di sini.

Terakhir, Amazon juga menyingkap Kindle Paperwhite Kids. Dibanderol $160, varian ini sejatinya identik dengan varian standarnya, hanya saja ia datang bersama sebuah cover ramah anak, subscription selama 1 tahun ke layanan Amazon Kids+, dan masa garansi yang lebih lama (2 tahun).

Sumber: The Verge dan Amazon.

Xiaomi Umumkan Mi Reader Pro, Perangkat Khusus untuk Baca Buku Digital

Saat ini, Anda lebih suka membeli buku fisik atau versi digital? Bagi para pecinta buku, sensasi membaca buku fisik tentu tidak tergantikan. Kalau sudah selesai baca, buku tersebut bisa dikoleksi atau bisa dengan mudah dipinjamkan ke orang lain.

Di sisi lain, membeli buku versi digital juga sangat praktis. Hanya dengan sentuhan jari, buku tersimpan di smartphone dan juga bisa dibaca di tablet atau laptop. Namun setelah selesai dibaca, buku tersebut hanya tersimpan untuk Anda saja.

Dengan kemudahan membaca buku digital ini, menurut Anda apakah perangkat khusus untuk membaca alias e-reader ini diperlukan? Baru-baru ini, Xiaomi telah meluncurkan e-reader baru bernama Mi Reader Pro. Apa kelebihannya?

Xiaomi Mi Reader Pro mengusung layar e-ink berukuran 7,8 inci dengan kerapatan piksel 330 ppi. LED yang menerangi layar hadir dengan 24 tingkat kecerahan yang dapat disesuaikan dan memiliki kemampuan untuk mengubah nada warna dari hangat ke dingin atau sebaliknya tergantung pada kondisi pencahayaan sekitarnya.

Biarpun teknologi e-ink ini terbilang jadul dibanding panel berjenis IPS atau OLED yang ada di smartphone, tablet, dan laptop. Namun layar e-ink sangat nyaman di mata karena tidak menghasilkan cahaya biru sehingga tidak mudah membuat mata lelah.

Soal spesifikasi, di dalam Mi Reader Pro terdapat CPU quad-core dengan RAM 2GB dan penyimpanan internal 32GB, dengan user interface berbasis Android 8.1 Oreo. Kelengkapan konektivitasnya termasuk WiFi dan Bluetooth 5.0, kapasitas baterainya 3.200 mAh membuatnya bisa standby hingga 70 hari.

Fitur yang spesial dari Mi Reader Pro ialah perintah suara untuk mencari judul buku lebih cepat. Koleksi buku yang ada di smartphone pun bisa langsung ditransfer jika kedua perangkat berada dalam jaringan nirkabel yang sama dan mendukung semua format file terkenal seperti .txt, .epub, .pdf, dan bahkan dokumen Microsoft Office.

Xiaomi Mi Reader Pro tersedia dalam warna hitam dan dibanderol CNY1.299 atau sekitar Rp2,8 jutaan di Tiongkok. Belum ada informasi soal ketersediaannya di Indonesia, yang pasti perangkat tersebut akan bersaing dengan e-reader dari Amazon yaitu Kindle.

Sumber: GSMArena

Foldable E-Ink Display Bakal Jadi Masa Depan E-Reader

Kita sudah melihat teknologi foldable display diadaptasikan ke perangkat-perangkat seperti smartphone sampai laptop sekalipun. Ke depannya, kategori perangkat apa lagi yang kira-kira dapat ditingkatkan daya tariknya oleh foldable display? Bagaimana kalau e-reader?

Seperti yang kita tahu, e-reader hadir dalam berbagai ukuran, dan masing-masing tentu punya kelebihannya serta kekurangannya tersendiri. Foldable display di sisi lain dapat menjadi semacam win-win solution buat kategori ini; dimensi perangkat tidak perlu terlalu besar, tapi ketika dibuka, ukuran layarnya benar-benar memuaskan untuk dipakai membaca.

Kabar baiknya, E Ink Corporation selaku perusahaan yang memegang paten teknologi display yang dipakai di mayoritas e-reader, rupanya sudah cukup sibuk mengembangkan teknologi foldable e-ink display. Prototipe pertamanya sempat didemonstrasikan di bulan Juni, dan sekarang prototipe keduanya sudah bertambah sempurna.

Seperti yang bisa kita lihat dari video di atas, prototipenya dilengkapi engsel khusus untuk membuka dan menutup seperti perangkat foldable lain. Layarnya yang fleksibel memiliki bentang diagonal 10,3 inci, namun berhubung ini masih iterasi awal, kita harus memaklumi sejumlah kekurangan seperti bezel yang cukup tebal di seluruh sisinya.

Pada sisi kanan layar, ada lima tombol fisik untuk menavigasikan perangkat, sedangkan di sisi atasnya, ada segaris lampu LED yang dapat diberdirikan seandainya pengguna memerlukan sumber cahaya tambahan.

Layar e-ink fleksibel ini turut dilengkapi panel kapasitif sehingga bisa membaca sentuhan. Tim R&D E Ink bahkan tak lupa menyematkan teknologi digitizer besutan Wacom sehingga perangkat juga dapat menerjemahkan coretan-coretan dari stylus. Perangkat dengan layar e-ink mungkin lebih cocok untuk membaca ketimbang menulis atau menggambar, tapi belakangan anggapan seperti itu mulai pudar dengan adanya perangkat seperti reMarkable.

Belum diketahui kapan teknologi foldable e-ink display ini bisa diimplementasikan ke perangkat yang tersedia secara komersial. Namun bisa kita pastikan E Ink akan terus menyempurnakan desainnya, membenahi sejumlah kekurangan yang masih terdapat pada prototipenya ini.

Sumber: GoodEReader via The Verge.

MobiScribe Adalah Buku Catatan Unik Berbasis E-paper

Instrumen tulis berupa pena sudah digunakan sejak zaman Mesir kuno, dan meski kita telah masuk ke era digital, metode tersebut tidak akan ditinggalkan begitu saja. Sebaliknya, teknologi malah dimanfaatkan agar interaksi antara manusia dan konten jadi lebih intuitif, misalnya lewat layar sentuh hingga implementasi stylus dengan karakteristik yang dibuat agar menyerupai alat tulis sesunguhnya.

Yakin bahwa masih ada banyak orang lebih memilih kertas daripada layar, Team UC mencoba menggabungkan kesederhanaan baca-tulis di buku dengan kemudahan akses konten digital lewat perangkat bernama MobiScribe. Sejatinya, MobiScribe adalah buku catatan elektronik yang memungkinkan Anda menuliskan atau menggambarkan segala ide tanpa perlu mengorbankan pepohonan (berkayu lunak yang digunakan dalam pembuatan kertas).

MobiScribe punya penampilan seperti tablet e-reader, menyajikan layar e-ink (electronic paper display) 265DPI monokromatis seluas 6,8-inci – tidak kecil tapi tak juga terlampau lebar sehingga mudah dibawa-bawa. Perangkat ditopang oleh RAM sebesar 1GB dan memori internal 8GB yang dapat ditambah lagi dengan microSD card 32GB. Itu berarti ia siap menyimpan ribuan e-book.

Penampilannya tidak se-stylish Galaxy Tab terbaru dengan bezel tipisnya, namun MobiScribe memang lebih mengedepankan fungsi ketimbang rupa. Buku digital ini turut dibekali cover penyerap benturan yang berperan pula sebagai tempat menaruh stylus.

MobiScribe 1

Walaupun terlihat sederhana, MobiScribe dibekali rangkaian teknologi krusial pendukung aktivitas baca-tulis. Tablet memanfaatkan layar buatan WACOM yang mampu mendeteksi 4096 tingkat tekanan (degree of pressure). Sensitivitas tinggi itu dijanjikan sanggup memenuhi kebutuhan para seniman yang paling sulit dipuaskan sekalipun. Panel tersebut punya karakter kapasitif, memperkenankan kita menavigasi menu berbekal jari, kemudian segera ‘menolak’ sentuhan telapak tangan ketika stylus sedang digunakan.

Mungkin Anda sudah tahu, layar e-paper punya sifat menyerupai kertas dan pada dasarnya tidak mengeluarkan cahaya. Permukaannya juga tidak glossy sehingga Anda tidak terganggu bayangan dan pantulan sinar. Meski begitu, Team UC paham ada kalanya kita harus menulis/mencatat di kondisi temaram. Untuk mendukungnya, mereka mencantumkan pencahayaan ‘frontlight‘ dengan tingkat keterangan, temperatur warna dan kontras yang bisa disesuaikan.

Bagian stylus-nya juga tidak kalah unik. Selain punya profil ala pensil dan mempersilakan kita membuat garis berbeda berdasarkan keras atau lembutnya tekanan, bagian belakangnya berfungsi sebagai penghapus. Kombinasi hal-hal kecil tersebut memastikan pengalaman penggunaa MobiScribe jadi lebih natural.

MobiScribe 2

‘Buku catatan e-ink‘ MobiScribe sudah bisa dipesan lewat situs resminya. Di sana, bundel tablet dan stylus dijajakan seharga US$ 264. Aksesori cover, pensil digital dan beberapa opsi ujung stylus juga dijual terpisah, ditawarkan masing-masing di harga US$ 15, US$ 20, dan US$ 7.

Via IndieGogo.

E-reader Barnes & Noble Nook GlowLight Plus Usung Layar Terlebar dan Desain Anti-Air

Barnes & Noble adalah perusahaan penjual buku terbesar dengan gerai retail terbanyak Amerika, mengoperasikan tidak kurang dari 627 toko (per Maret 2019). Banyak produk bisa Anda temukan di sana. Selain bermacam-macam buku, Barnes & Noble juga menjual cendera mata, mainan, game, musik, termasuk sejumlah gadget semisal tablet dan e-reader yang dapat mengakses segala konten bacaan digital.

Hampir sepuluh tahun silam Barnes & Noble meluncurkan Nook, yaitu eReader berbasis Android yang menyajikan layar e-ink enam-inci dan koneksi Wi-Fi serta 3G. Pelan-pelan, perusahaan mengekspansi lini Nook, termasuk melalui kolaborasi bersama Samsung untuk menyediakan Galaxy Tab ‘Nook’. Dan di bulan Maret 2019 ini, Barnes & Noble memperkenalkan varian Nook GlowLight Plus.

Ada dua aspek andalan di e-reader anyar tersebut. Pertama, Nook GlowLight Plus menyuguhkan layar e-ink terluas yang pernah Barnes & Noble tawarkan. Kedua, tablet turut dibekali desain anti-air, sehingga Anda tak perlu khawatir untuk membawanya ke mana saja. Dan sesuai namanya, perangkat ini dibekali teknologi glowlight yang memastikan pengalaman membaca tetap nyaman baik di siang maupun malam hari.

Lewat rilis pers, Bill Wood selaku president digital Barnes & Nobles menyampaikan, “Kami bersemangat untuk menghadirkan Nook GlowLight Plus baru yang dilengkapi layar e-ink beresolusi tinggi terlebar. Desain kedap air yang telah diperbarui turut membuat aktivitas membaca bisa dilakukan di mana saja. Nook anyar ini akan tersedia di toko untuk menemani Anda di musim panas, Hari Ayah, serta sempurna bagi para pecinta buku yang ingin menikmati konten secara digital.”

Nook GlowLight Plus punya penampilan layaknya e-reader Barnes & Noble sebelumnya, dan agar nyaman digenggam dalam waktu lama, produsen menerapkan finishingsoft-touch‘ di permukannya. Dengan teknologi pencahayaan glowlight, pengguna dipersilakan menyesuaikan warna layar. Misalnya putih ketika ingin membaca di siang hari lalu mengubahnya jadi lebih ‘hangat’ di malam hari, pas untuk membaca sebelum tidur.

Memori internal sebesar 8GB di dalam memungkinkan Anda menyimpan begitu banyak koleksi bacaan, lalu baterai berkapasitas besar di sana (plus hematnya konsumsi daya layar e-ink) memastikannya tetap aktif selama berminggu-minggu.

Nook GlowLight Plus rencananya akan mulai dipasarkan secara offline pada tanggal 27 Mei 2019, lalu akan tersedia secara online dua hari sesudahnya, di tanggal 29 Mei. Tablet e-reader ini dibanderol seharga US$ 200, dan dengan mengeluarkan uang US$ 5, Anda bisa memperoleh akses ke lebih dari satu juta buku.

Gambar header: The Verge.

Gunakan E-Ink, Smartphone Kingrow K1 Coba Selamatkan Penglihatan Anda

Bagi banyak orang, performa fotografi merupakan daya tarik utama sebuah smartphone. Setelah itu, konsumen sadar pentingnya kemampuan perangkat dalam menghidangkan konten, dan mereka kian kritis saat menakar kualitas layar – dari mulai resolusi, jenis panel, aspek rasio hingga penampilan notch. Namun semakin canggih layar, biasanya ia kian menyedot baterai dan jarang kita sadari, output-nya juga berdampak buruk bagi mata.

Mengapa tidak sehat bagi penglihatan? Anda mungkin sudah sering mendengar penjelasan (dan rumor) mengenai radiasi yang dihasilkan oleh perangkat bergerak, tetapi emisi sinar biru (baik dari smartphone maupun monitor) ialah bahaya nyata bagi mata kita. Banyak produsen telah mencantumkan fitur filter blue light di produk mereka – membuat tampilannya jadi lebih kuning – namun hal ini dianggap masih belum cukup.

K1 1

Kondisi ini mendorong tim bernama Kingrow untuk meramu K1, yaitu sebuah smartphone berlayar e-ink atau electronic paper. Kingrow K1 memang bukanlah perangkat pertama yang mengusung teknologi ini. YotaPhone dan Hisense menggunakan e-paper sebagai layar sekunder, juga bisa Anda temui pada e-reader seperti Amazon Kindle. Meski begitu produsen berjanji, K1 mampu menghidangkan pengalaman ‘ber-smartphone sejati’.

Kingrow K1 mempunyai tubuh kotak (yang menjadi tren desain smartphone dua tiga tahun silam). Di sana terdapat layar electronic paper beresolusi 1280x720p seluas 5,17-inci yang menampilkan konten dalam warna monokromatis hitam-putih. Kingrow juga mencoba memastikan display tersebut mampu menampilkan teks serta gambar secara tajam dengan memaksimalkan kepadatan pixel-nya – berada di tingkat 283PPI.

K1 3

Untuk sekarang, produsen belum mengungkap detail hardware dari K1 selain menyebutkan penggunaan port USB type-C, ketersediaan slot kartu SIM ganda, serta dukungan baterai 3.100mAh yang menjanjikan waktu standby sampai dua minggu berkat iritnya konsumsi tenaga layar e-ink.

Spesifikasi secara lengkap dan harga kemungkinan akan diungkap begitu kampanye crowdfunding K1 dimulai di Indie Gogo, tapi data dari situs Priceboon mengindikasikan penggunaan hardware kelas entry-level – dibekali chip MediaTek Helio P23, RAM 2GB dan ROM 16GB. Menakar dari aspek ini, kesehatan mata dan harga tampaknya akan jadi nilai jual utama Kingrow K1.

K1 2

Layar e-ink atau electronic paper memiliki karakteristik layaknya kertas. Pada dasarnya ia tidak mengeluarkan cahaya, jadi tidak ada emisi sinar biru, dan dengan begitu tidak ada efek-efek negatif yang disebabkan olehnya seperti rasa lelah berlebihan pada mata hingga insomnia. Pertanyaannya kini adalah, apakah K1 juga dilengkapi sistem backlight buat penggunaan di tempat gelap atau malam hari?

Kindle Paperwhite Generasi Terbaru Bisa Dipakai Membaca Selagi Pengguna Berendam

Di titik ini, saya kira kita sudah tidak perlu lagi menerima penjelasan mengenai kelebihan ebook dibanding buku biasa. Namun seandainya masih ada yang kurang yakin, saya masih punya satu alasan lain: ebook bisa Anda baca selagi bersantai di dalam bathub, dengan catatan perangkat e-reader yang Anda pakai adalah Kindle Oasis.

Kabar baiknya, Kindle Oasis kini bukan satu-satunya e-reader besutan Amazon yang tahan air. Amazon baru saja memperkenalkan Kindle Paperwhite generasi baru yang mengemas sertifikasi ketahanan air IPX8 (sampai kedalaman 2 meter selama 60 menit), sama persis seperti Oasis.

Hebatnya, Kindle Paperwhite baru ini ternyata lebih ramping dan ringan dibanding generasi sebelumnya, dengan tebal hanya 8,18 mm dan bobot 182 gram. Desainnya sedikit dibenahi; layarnya kini rata dengan bezel yang mengitarinya, dan sisi belakangnya kini dilapisi bahan soft-touch sehingga lebih mantap digenggam.

All-new Amazon Kindle Paperwhite

Layar sentuh e-ink yang terpasang masih sama, dengan ukuran 6 inci dan resolusi tinggi (300 ppi). Daya tahan baterainya tidak perlu ditanya, sebab penggunaan layar e-ink yang sangat irit daya memungkinkannya untuk digunakan sampai berminggu-minggu dalam satu kali pengisian.

Tidak seperti Oasis, Kindle Paperwhite tidak dilengkapi tombol navigasi maupun sensor ambient light. Kendati demikian, masih ada fitur milik Oasis yang diwariskan di samping bodi tahan air, yaitu konektivitas Bluetooth. Ini berarti pengguna dapat menyambungkan headphone atau speaker untuk mendengarkan koleksi audibook ketika sedang malas membaca.

All-new Amazon Kindle Paperwhite

Amazon pun tidak lupa memperbarui Paperwhite dari sisi software. Pengguna sekarang dapat menyimpan pengaturan seperti tipe font, tingkat ketebalannya, maupun orientasi tampilannya. Rekomendasi buku baru berdasarkan yang sudah dibaca tidak lupa disajikan, demikian pula statistik kebiasaan membaca pengguna.

Di Amerika Serikat, Amazon akan memasarkan Kindle Paperwhite generasi baru ini mulai 7 November mendatang. Harganya dipatok $130 untuk varian berkapasitas 8 GB, atau $160 untuk varian 32 GB. Amazon juga menawarkan varian 32 GB dengan konektivitas seluler seharga $250.

Sumber: Business Wire via Ars Technica.

Selain untuk Corat-coret, E-Reader Berlayar Masif Ini Juga Bisa Dijadikan Monitor Tambahan

Meski mengemas layar e-ink monokrom, tidak semua e-reader diciptakan sama. Ada yang layarnya lebih terang dari biasanya, ada yang dilengkapi panel sentuh, lalu ada juga yang tampak bak raksasa ketika dijejerkan dengan e-reader yang lain.

Kategori yang terakhir itu dihuni oleh Onyx Boox Max 2 Professional, yang mengemas layar e-ink 13,3 inci dengan resolusi 2200 x 1650 dan 16 level warna greyscale. Saking besarnya layarnya, perangkat ini juga bisa dijadikan monitor tambahan kalau perlu berkat kehadiran input HDMI.

Anda mungkin tidak membutuhkan sebuah e-reader yang bisa dijadikan monitor, akan tetapi mereka yang sedang menulis jurnal atau sejenisnya, yang perlu meninjau referensi dari banyak buku bisa diuntungkan berkat kehadiran perangkat ini.

Onyx Boox Max 2 Professional

Namun kesannya sia-sia apabila layar semasif ini hanya digunakan untuk membaca saja. Maka dari itu, pengembangnya juga menyematkan komponen digitizer besutan Wacom, sehingga perangkat juga dapat menerima input dari jari ataupun stylus.

Yup, perangkat ini juga bisa digunakan untuk sesi corat-coret, kurang lebih sama seperti yang ditawarkan oleh reMarkable. Kalau dikaitkan dengan skenario penulis jurnal itu tadi, fitur corat-coret ini bakal sangat bermanfaat ketika hendak menandai atau membuat catatan khusus pada halaman e-book yang sedang dibaca.

Untuk ukuran e-reader, Max 2 mengusung spesifikasi yang cukup mumpuni, yang meliputi prosesor quad-core 1,6 GHz, RAM 2 GB, penyimpanan internal 32 GB, konektivitas Wi-Fi dan Bluetooth, serta menjalankan sistem operasi berbasis Android 6.0. Format dokumen yang didukung mencakup PDF, EPUB, MOBI, TXT dan DOC, lalu gambar JPG, PNG atau BMP juga bisa dibuka, demikian pula dengan audio MP3 atau WAV.

Onyx Boox Max 2 Professional

Dimensinya tergolong ringkas jika melihat layarnya yang besar, dengan tebal hanya 7,5 mm dan bobot 550 gram. Di bawah layarnya terdapat empat tombol navigasi, lalu ada juga jack audio 3,5 mm untuk mendengarkan audiobook, musik atau membuat rekaman pendek.

Baterai berkapasitas 4.100 mAh-nya diklaim punya waktu standby selama empat minggu. Onyx Boox Max 2 Professional jelas bukan untuk semua orang, dan banderol harganya di angka €671 pun juga berkata demikian. Pemasarannya akan dimulai pada 27 Desember ini.

Sumber: The Verge dan Liliputing.

Amazon Luncurkan Kindle Oasis Baru dengan Bodi Tahan Air

Meski bukanlah e-reader yang pertama, nama Kindle sudah bisa dikatakan memiliki kesinoniman dengan kategori produk itu sendiri berkat reputasi yang dibangunnya selama satu dasawarsa terakhir. Di tahun yang ke-10 ini, Amazon merilis Kindle Oasis generasi baru yang cukup istimewa.

Istimewa karena ia merupakan Kindle pertama dan satu-satunya yang memiliki bodi tahan air. Dengan sertifikasi IPX8 (tahan hingga kedalaman 2 meter selama 60 menit), Kindle Oasis baru ini siap diajak pengguna bersantai di kolam renang, yang berarti pengguna dapat menghabiskan waktunya untuk membaca di lebih banyak lokasi.

Pembaruan lainnya mencakup layar yang lebih besar, kini berukuran 7 inci selagi masih mengemas kepadatan pixel 300 ppi. Sejumlah LED ekstra membuat layarnya ini bisa tampak lebih terang, dan Amazon tidak lupa menyematkan sensor ambient light agar perangkat dapat mengatur tingkat kecerahan layarnya secara otomatis.

Amazon Kindle Oasis 7 inch

Desainnya masih serupa seperti Kindle Oasis tahun lalu, dengan satu sisi yang lebih tebal supaya pengguna bisa lebih nyaman menggenggamnya dengan satu tangan. Sisi lawannya hanya setebal 3,4 mm, akan tetapi Amazon mengklaim telah menanamkan baterai yang lebih besar daripada versi tahun lalu, yang diyakini bisa bertahan selama berminggu-minggu.

Untuk membolak-balik halaman e-book, pengguna bebas memakai sepasang tombol fisik yang ada di sisi tebalnya, atau dengan langsung menyentuh layar. Bagian belakangnya kini terbuat dari material aluminium guna menumbuhkan kesan premium.

Amazon bakal memasarkan Kindle Oasis 7 inci mulai akhir Oktober seharga $250 untuk varian berkapasitas 8 GB, atau $300 untuk varian 32 GB. Kalau terlalu mahal, masih ada model lain seperti Kindle standar seharga $80, atau Kindle Paperwhite seharga $120.

Sumber: The Verge.

Didefinisikan Paper Tablet, reMarkable Mengemas Layar Sentuh Tanpa Berlapis Kaca

Teknologi e-ink kerap diasosiasikan dengan perangkat e-reader macam Amazon Kindle. Namun sebuah perusahaan asal Norwegia bernama reMarkable percaya e-ink juga bisa diadaptasikan menjadi alat bantu produktivitas dan kreativitas. Berangkat dari ide tersebut, lahirlah reMarkable “paper tablet“.

Ya, ini bukan sekadar tablet biasa yang ditujukan untuk bersaing dengan iPad dan kawan-kawannya. Pengembangnya mendefinisikan reMarkable sebagai kertas digital untuk membaca, menulis dan menggambar. Gaming dan multimedia sama sekali tidak terlibat di sini.

Sebelum ini sebenarnya sudah ada perangkat dengan konsep serupa, yakni Noteslate dan Sony Digital Paper. Namun reMarkable menyimpan sesuatu yang tidak dimiliki kedua perangkat tersebut, yakni layar sentuh kapasitif tanpa berlapis kaca. Sebagai gantinya, mereka menerapkan teknologi rancangan mereka sendiri yang dijuluki Canvas, dengan permukaan seperti, well, kanvas.

Permukaan layar reMarkable tidak licin dan menyerupai kanvas sungguhan / reMarkable
Permukaan layar reMarkable tidak licin dan menyerupai kanvas sungguhan / reMarkable

Layar monokrom ini diklaim sanggup memberikan sensasi mencorat-coret yang sangat mendekati kertas dan bolpen. Karena tidak berlapis kaca, menulis atau menggambar di atasnya dijamin tidak terasa licin, dan layar pun tidak akan tampak silau meski sedang berada tepat di bawah sinar matahari.

Ukuran penampang layar sebesar 10,3 inci dan resolusi 1872 x 1404 pixel memastikan semuanya tampak tajam dengan tinta digital yang hitam pekat. Semua ini turut didukung oleh latency serendah 55 milidetik supaya input terasa responsif, secepat menggunakan kertas dan bolpen. reMarkable pun datang bersama sebuah stylus yang punya 2.048 tingkat sensitivitas tekanan dan tidak perlu di-pair maupun di-charge sama sekali.

Khusus untuk membaca, menulis dan menggambar, jangan harapkan reMarkable untuk gaming atau menonton film / reMarkable
Khusus untuk membaca, menulis dan menggambar, jangan harapkan reMarkable untuk gaming atau menonton film / reMarkable

reMarkable dibekali kapasitas penyimpanan sebesar 8 GB, kira-kira dapat menampung sekitar 100.000 halaman. Baterai 3.000 mAh-nya diyakini mampu bertahan selama berhari-hari sebelum perlu diisi ulang, dan bobot serta tebal perangkat cuma berkisar 350 gram dan 6,7 mm agar dapat digunakan dengan nyaman.

Pre-order reMarkable saat ini sudah dibuka dengan banderol $379 yang mencakup stylus beserta folio case. Harga retail-nya diperkirakan bakal melonjak menjadi $716.

Sumber: New Atlas dan reMarkable.