EA Singkap Detail Mengenai Mode Battle Royale Battlefield V

Selama belasan tahun, formula penyajian permainan shooter blockbuster tidak banyak berubah: hidangkan mode single-player untuk memberikan konteks pada narasi jika memungkinkan, lalu gunakan multiplayer dan tambahkan konten-konten pasca rilis untuk memperpanjang usia game. Namun meledaknya kepopuleran battle royale memaksa para developer untuk mengubah kebiasaan mereka.

Saat ini ada dua publisher raksasa yang punya rencana untuk membubuhkan formula last man standing berskala besar itu di game terbaru mereka. Di Call of Duty: Black Ops 4, Activision serta tim Treyarch memberinya nama Blackout dan memadunya bersama mode zombie. Dan melalui trailer baru, EA akhirnya menyingkap detail lebih jauh terkait mode battle royale Battlefield V, yang mereka sebut Firestorm.

Firestorm adalah interpretasi EA DICE terhadap formula battle royale. Di sana, game akan mengadu 16 tim berisi empat pemain, menantang untuk menjadi orang yang paling lama bertahan hidup. Developer menjanjikan peta pertempuran berskala raksasa, dan Anda dipersilakan memanfaatkan segala jenis perlengkapan serta kendaraan perang yang tersedia. Dengan membagi pemain berdasarkan tim, developer mencoba mengedepankan kekompakan antar pemain.

Dan meneruskan tradisi gameplay Battlefield, seluruh bangunan dapat diluluh-lantakkan. Fitur ini membuat pengalaman bermain selalu terasa berbeda meski dilakukan di peta permainan yang sama. Dan menariknya, Anda tidak hanya bisa menghancurkan. Battlefield V mempersilakan kita membangun beragam pertahanan serta menciptakan rute baru via fitur ‘Fortification’.

Nama Firestorm sendiri sepertinya diambil dari lingkaran api yang mengelilingi arena battle royale – ukurannya akan semakin mengecil seiring berkurangnya pemain. Metode yang sama bisa kita temukan di PUBG dan Fortnite.

Multiplayer akan menjadi hidangan utama di Battlefield V, dan salah satu andalan DICE di sana ialah Grand Operation. Mode ini merupakan ekspansi lebih jauh dari Operation di Battlefield 1, mengadu dua tim dalam konflik berskala besar, di mana hasil dari satu pertempuran akan memengaruhi kondisi pemain di babak selanjutnya.

Sebagai rencana jangka panjang, developer sudah menyiapkan Tides of War, yaitu event in-game berisi sejumlah mode permainan berbeda yang dilangsungkan selama beberapa bulan. Di episode pertamanya, Tides of War akan difokuskan pada momen jatuhnya Eropa. DICE berjanji untuk terus memberikannya konten baru, baik lewat update kecil tiap hari atau upgrade besar seminggu sekali.

Battlefield V akan dirilis pada tanggal 20 November 2018 di Windows, Xbox One dan PlayStation 4. Sebelum game meluncur, sesi open beta akan dibuka buat publik pada tanggal 6 September besok dan berlangsung sampai 11 September.

Via Polygon.

Peluncuran Battlefield V Diundur Sebulan

Tiga bulan terakhir di tahun 2018 akan menjadi ajang pertarungan para publisher game raksasa dengan judul-judul andalannya. Di periode itu, kita akan kedatangan sekuel permainan action-adventure bertema Wild West buatan Rockstar, Assasin’s Creed baru yang mengangkat latar belakang kebudayaan Yunani Kuno, hingga penerus kisah petualangan Agen 47.

Di rentang waktu tersebut, dua permainan shooter blockbuster juga dijadwalkan untuk hadir. Mereka adalah Call of Duty: Black Ops 4 dan Battlefield V. Rencananya, game FPS Activision akan meluncur di tanggal 12 Oktober, kemudian disusul oleh kreasi Electronic Arts seminggu setelahnya. Namun sepertinya tim di belakang Battlefield V membutuhkan lebih banyak waktu buat memoles game andalan mereka.

Melalui situs EA, DICE mengabarkan keputusannya mengundur peluncuran Battlefield V dari tanggal 19 Oktober ke 20 November. General manager Oskar Gabrielson menjelaskan waktu selama sebulan itu akan mereka gunakan untuk melakukan sejumlah penyesuaian akhir di aspek gameplay utama serta demi memastikan Tides of War betul-betul tersaji secara optimal.

Tides of War merupakan fitur baru di seri Battlefield, menjanjikan ‘sebuah perjalanan panjang berisi narasi-narasi berbeda’, di mana Anda diuguhkan pengalaman serta tema yang bervariasi, dimulai di masa jatuhnya Eropa. Berlangsung selama beberapa bulan, Tides of War akan diisi oleh Grand Operation (berlangsung dua minggu lebih), Special Assignments serta beragam misi baru.

“Kami percaya bahwa kami sedang menggarap permainan Battlefield terbaik,” kata Gabrielson. “Game ini disiapkan agar bisa menyajikan gamer sebuah perjalanan emosional melalui kembalinya mode single-player War Stories, pengalaman multiplayer esensial, mode battle royale, serta layanan terbaru kami, Tides of War. Fitur ini didesain untuk merangkul komunitas Battlefield dalam waktu lama.”

Menariknya, jadwal uji coba open beta sama sekali tidak diubah. Gerbang akan dibuka buat publik pada tanggal 6 September nanti, dan sesi tes bisa diikuti oleh gamer di Window, PlayStation 4 serta Xbox One. Lalu khusus bagi para pelanggan EA Access, Origin Acess, Origin Access Premier, atau mereka yang sudah pre-order, open beta dapat diakses dua hari lebih cepat.

Butuh waktu sedikit lebih lama untuk menyempurnakan game merupakan alasan yang lumrah. Penundaan jauh lebih baik dibandingkan konten yang mengecewakan. Namun saya merasa strategi ini juga diambil EA buat mengurangi kompetisi di hari pelepasan Battlefield V, sehingga ia tak berhadapan langsung dengan Red Dead Redemption 2, Assassin’s Creed Odyssey, Soulcalibur VI dan judul-judul blockbuster lain.

 

Di Bulan September Nanti, Anda bisa Mencicipi Battlefield V Sebelum Membeli

Dijadwalkan untuk meluncur di kuartal empat 2018, game shooter baru DICE yang mengangkat tema Perang Dunia kedua berjudul Battlefield V akan bersaing dengan nama-nama raksasa semisal Assassin’s Creed Odyssey, Call of Duty: Black Ops 4, Red Dead Redemption 2, hingga Fallout 76. Dan seperti biasa, DICE akan mempersilakan Anda untuk mencoba kreasinya itu sebelum membeli.

Melalui blognya, tim developer mengumumkan rencana untuk menggelar open beta Battlefield V di bulan September nanti. Agenda ini merupakan tes lanjutan setelah sebelumnya EA DICE melangsungkan uji coba closed alpha yang cuma bisa diikuti oleh gamer dari Eropa dan Amerika. Berbeda dari closed alpha, versi open beta permainan ini kabarnya sudah mulai merepresentasikan konten retail-nya.

Open beta Battlefield V akan menyuguhkan sejumlah mode berbeda, di antaranya ada Conquest, Grand Operations dan Tides of War. Sebagaimana tradisi sang developer dalam melaksanakan tes beta, semua mode permainan tersebut mengedepankan pengalaman multiplayer. Mode single-player bertajuk ‘war stories’ baru tersedia saat Battlefield V dirilis.

Saya akan membahas Conquest dulu. Mode ini akan menyuguhkan medan tempur berisi 64 pemain, dan mempersilakan Anda bertanding di dua lokasi berbeda, yakni di Rotterdam dan Arctic Fjord di Norwegia. Conquest menghidangkan gameplay tradisional khas Battlefield, menantang Anda dan kawan-kawan satu tim untuk mempertahankan lokasi-lokasi penting yang tersebar di peta berukuran masif. Di sana, Anda dapat membangun pertahanan (via fitur Fortifications) dan memanggil bala bantuan.

Selanjutnya, Grand Operations juga dapat dicicipi di sana. Di versi beta-nya, Grand Operations disuguhkan selama ‘dua hari’. Hari mewakilkan ronde, dan hasil dari pertempuran di satu match akan memengaruhi kondisi tim dan medan tempur di pertandingan selanjutnya. Mode ini kabarnya mengambil inspirasi dari kejadian bersejarah, misalnya pendaratan para penerjun payung (Airborne) serta aksi penyerbuan (Breakthrough) di peta Arctic Fjord.

Yang ketiga adalah Tides of War. Mode ini punya rentang waktu yang lebih panjang lagi dari Grand Operations: satu sesi merepresentasikan perjalanan naratif selama beberapa bulan. Masing-masing ‘chapter‘ di sana didesain pada sebuah aspek di periode tertentu serta menyajikan gameplay berbeda. Di beta nanti, Tides of War dibagi jadi lima chapter. Jika berhasil menyelesaikannya, Anda akan mendapatkan Dog Tag khusus saat Battlefield V meluncur.

Battlefield V.

Open beta Battlefield V akan dibuka untuk publik pada tanggal 6 September, dan pre-load dapat dilakukan sejak tanggal 3 September. Beta dapat diakses dua hari lebih cepat jika Anda telah melakukan pre-order atau menjadi pelanggan EA Access, Origin Acess atau Origin Access Premier. Versi rampung dari Battlefield V sendiri akan dilepas di PC, Xbox One dan PS4 pada tanggal 19 Oktober.

Uji Coba Closed Alpha Game Battlefield V Digelar Hari Ini

Setelah absen di 2017 karena tim EA DICE mencurahkan perhatiannya pada sekuel Star Wars Battlefront, franchise Battlefield akan hadir lagi di tahun ini melalui Battlefield V. Lewat permainan ketujuh di seri ini (terlepas dari angka lima pada judulnya), DICE kembali mengangkat latar belakang yang diusung permainan Battlefield pertama: Perang Dunia kedua.

Melalui website-nya, belum lama ini DICE mengabarkan rencana mereka untuk melangsungkan uji coba Closed Alpha Battlefield V, yang jatuh pada hari ini, Kamis 28 Juni 2018. Sejak beberapa tahun silam, EA hampir selalu mempersilakan para gamer mencicipi versi beta permainan mereka sebelum membeli. Namun sesuai namanya, sesi Closed Alpha ini mengindikasikan bahwa ada banyak hal yang masih harus developer poles dan hanya bisa diakses secara terbatas.

Alasan EA mengadakan Closed Alpha adalah untuk menguji kemampuan server secara intensif dan mencari tahu hal apa lagi di gameplay yang dapat diperbaiki lewat masukan dari para partisipan. Meskipun pengalaman bermainan Battlefield V versi alpha mungkin akan berbeda dari edisi retail karena kondisinya masih belum rampung, DICE berjanji buat memastikan game tetap stabil dan seimbang.

BFV 2

Lewat Closed Alpha, developer mencoba mencurahkan perhatian mereka pada dua aspek: gameplay dan teknis.

Di segi gameplay, DICE ingin mengeksplorasi keseimbangan peta game, persenjataan dan kendaraan; termasuk pemanfaatan sistem revive sampai menentukan tingkat health serta jumlah amunisi yang ideal. Selanjutnya, mereka juga penasaran bagaimana respons tester terhadap sistem ‘immersion’ dan ‘attrition‘ baru yang developer implementasikan.

BFV 4

BFV 3

Di aspek teknis, Closed Alpha memungkinkan DICE mempelajari karakteristik pemain saat berada di ekosistem live. Selain itu, mereka berencana untuk mengumpulkan data terkait server, konektivitas backend, hingga mengetes fungsi matchmaking.

Sesi tes alpha tertutup ini hanya dapat diikuti oleh gamer di PC. Wilayah aksesnya juga boleh dibilang sangat terbatas, hanya dibuka buat sejumput pemain terpilih yang tinggal negara-negara di benua Eropa dan Amerika. Akses tersebut diberikan lewat kode yang bisa di-redeem di software client Origin.

BFV 1

Battlefield V Closed Alpha digelar hari ini dan akan berlangsung ‘dalam waktu singkat’. EA sudah mengumumkan daftar hardware PC yang dibutuhkan untuk menjalankan permainan. Walaupun daftar ini belum final, kita bisa mengira-ngira PC seperti apa yang dibutuhkan agar versi retail Battlefield V berjalan mulus. Tebakan saya, system requirements ‘resminya’ mungkin akan lebih rendah lagi.

Segala Hal yang Perlu Anda Ketahui Mengenai Battlefield V

Bocoran eksistensi dari Battlefield V di bulan Maret silam menguak rahasia lebih dalam mengenai strategi EA. Dari keterangan narasumber, sang publisher memang sudah berencana mengem-balikan seri Battlefield ke era Perang Dunia 2, namun mereka tak mau melakukannya buru-buru. Electronic Arts sendiri baru menyingkap detail permainan lewat acara live reveal kemarin.

Sesuai dengan laporan para informan, memang benar, Battlefield V kembali mengusung latar belakang serupa permainan pertama di seri ini yang dilepas 16 tahun silam, Battlefield 1942. Tapi tim EA DICE tak ingin sekadar ‘me-remaster‘ konten permainan klasik itu. Mereka mau membawa Anda ke lokasi-lokasi yang belum pernah dilihat sembari menyajikan kisah yang belum pernah diceritakan.

Sejumlah konten yang sempat ada di Battlefield 1 dihadirkan lagi di Battlefield V, di antaranya mode-mode multiplayer seperti Conquest, Frontlines, Domination, Team Deathmatch, dan Breakthrough; termasuk campaign ‘War Stories’. Mode single-player di Battlefield V mengisahkan perjuangan tentara pemberontak Norwegia semasa penjajahan Jerman. Berbeda dari kisah kolosal ala Saving Private Ryan dan Band of Brothers, yang mereka perjuangkan adalah keselamatan orang-orang terdekatnya.

Battlefield V 1

Battlefield V tentu tak lupa menyajikan beragam konten baru. Satu contohnya ialah Grand Operations, yang menggantikan Operations di Battlefield 1. Di sana, tim diadu dalam peta dengan mode permainan berbeda selama ‘tiga sampai empat hari’. Hari mewakilkan satu match, dan hasil pertempuran akan memengaruhi match selanjutnya. Misalnya: keberhasilan tim Anda untuk menghancurkan artileri lawan berefek pada jumlah kendaraan yang bisa dipakai di ‘hari’ berikutnya.

Battlefield V 3

Selain itu, Anda juga dapat menikmati mode kooperatif empat pemain bernama Combined Arms. DICE belum mengungkap info mengenainya lebih rinci, namun penjelasan mereka mengingatkan saya pada Left 4 Dead dan Bad Company 2. Mode coop ini dilengkapi misi dan narasinya sendiri, lalu kegagalan seseorang dalam melaksanakan tugasnya bisa memberi dampak pada seluruh rekan satu timnya.

Battlefield V 2

Saat memulai pertempuran, Anda tidak lagi dibekali pasokan amunisi dan peledak secara penuh. Anda harus mengisi perbekalan di tiap zona objektif atau meminta dari teman satu tim. DICE tetap menyajikan empat pilihan kelas, yakni Assault, Support, Medic, serta Scout. Tapi menariknya, semua orang berkesempatan untuk ‘menghidupkan lagi’ rekan yang tumbang, sebelum Medic mengobatinya.

Modifikasi lain, yang menurut saya sangat berarti karena EA sepertinya sudah belajar dari kekeliruan mereka di Battlefront II, adalah dihilangkannya premium pass dan sistem loot box. Semua mode dan peta pascarilis dihadirkan gratis, kemudian segala item yang ada di store cuma bersifat kosmetik. Item-item tersebut bisa Anda beli memakai uang sungguhan, kredit in-game atau diperoleh dengan bermain.

Battlefield V rencananya akan hadir lebih dulu di Origin/EA Access pada tanggal 11 Oktober 2018, kemudian dilepas serentak di PC, Xbox One dan PlayStation 4 pada tanggal 19 Oktober. Rekaman acara live reveal-nya bisa Anda simak di bawah:

[Rumor] Battlefield V Juga Akan Hidangkan Mode Battle Royale?

Berdasarkan laporan tim analis Newzoo di akhir bulan Maret kemarin, begitu besarnya fenomena battle royale, hampir sepertiga gamer di platform PC saat ini tengah menikmati genre last man standing itu. Dan meski jadi pionir, jumlah pemain PUBG ternyata berhasil dilewati oleh Fortnite dengan 16,3 versus 14,6 persen. Dan kini, para developer besar maupun kecil tampak berbondong-bondong memeriahkan pesta battle royale.

Berita besar terkait battle royale terdengar belum lama ini. Kemarin, sejumlah narasumber menyampaikan bahwa Activision berencana menggantikan mode campaign single-player tradisional di Call of Duty: Black Ops 4 dengan battle royale. Dan berdasarkan laporan terkini, formula serupa kemungkinan juga akan diterapkan sang rival, Electronic Arts, di permainan terbaru seri Battlefield.

Kepada VentureBeat, seorang narasumber anonim yang mengklaim punya kedekatan dengan DICE menyampaikan bahwa studio asal Swedia itu sedang menguji mode battle royale untuk dibubuhkan pada Battlefield V. Meski eksistensinya sudah diketahui sejak awal bulan Maret 2018 berkat bocoran screenshot versi developer build, EA sebetulnya belum mengumumkan Battlefield V secara resmi.

Menurut sang informan, saat ini pengembangan mode battle royale masih berada di tahap purwarupa dan belum mendapatkan persetujuan dari Electronic Arts. Kita boleh berasumsi, porsi ini akan menghidangkan medan tempur berisi ratusan pemain. Namun bahkan jika akhirnya nanti memperoleh lampu hijau dari sang publisher, penerapannya boleh jadi berbeda dari ekspektasi kita.

Ada kemungkinan battle royale di Battlefield V dihadirkan sebagai update, akan menyusul setelah permainan itu dirilis. EA sendiri punya banyak pengalaman dalam menyuguhkan DLC. Konten-konten tambahan pasca-rilis ini menjadi salah satu elemen krusial dalam memperpanjang umur game mereka. Tapi kita tahu, kekeliruan publisher dalam penyajian microtransaction di Battlefront II sempat menuai kontroversi.

Walaupun bukan game pertama yang mengusungnya, PlayerUnknown’s Battlegrounds punya andil besar dalam mempopulerkan battle royale. Sejak versi early access-nya tersedia tahun lalu, kita telah menyaksikan sendiri bagaimana ia berhasil menumbangkan Dota 2 sebagai permainan terpopuler di Steam. PUBG juga memulai demam battle royale, yang menyebabkan banyak developer – besar ataupun kecil – turut mengadopsi genre ini.

Melihat dari perspektif tersebut, kesempatan untuk menghasilkan pemasukan dari battle royale memang terlalu menggiurkan untuk diabaikan, apalagi kita membahas perusahaan game seperti EA. Namun jika semua developer berlomba-lomba menyajikan mode last man standing tanpa memberikan inovasi berarti, saya khawatir di waktu dekat genre ini akan jadi membosankan.

[Rumor] Efek Kontroversi Loot Box Battlefront II Dalam Pengembangan Game Battlefield Baru

Battlefield merupakan seri andalan tim DICE dalam berkompetisi dengan franchise-franchise milik rival-rival utamanya seperti Blizzard, Infinity Ward, 2K Games serta Bungie. Dan sebagai studio kebanggaan Electronic Arts, tim asal Stockholm itu juga diberi kepercayaan untuk menggarap remake dari permainan shooter Star Wars: Battlefront, yang melakukan debutnya 14 tahun silam.

Tapi Battlefield 1 dan Star Wars Battlefront II (2017) punya nasib yang sangat bertolak belakang. Ketika Battlefield 1 memperoleh pujian dari gamer dan media, Battlefront II mendapatkan kritik keras terkait pemanfaatan loot box sehingga membuat permainan jadi tak seimbang, serta sulitnya mengakses sejumlah karakter ‘hero‘. Kini gamer khawatir praktek serupa juga diterapkan pada permainan Battlefield selanjutnya.

Eksistensi game Battlefield baru terdengar di akhir minggu lalu lewat laporan dari VentureBeat. Di sana dikabarkan bahwa permainan berjudul Battlefield V itu akan membawa Anda ke medan tempur Perang Dunia kedua. Namun kita tidak perlu terlalu cemas soal sistem microtransaction di sana. Berdasarkan pengakuan sejumlah narasumber anonim pada Kotaku, DICE kini lebih berhati-hati dalam penerapannya.

Sang informan yang terlibat dalam proses pengembangan game Battlefield baru itu menyatakan bahwa DICE tidak akan lagi memanfaatkan pendekatan pay-to-win. EA DICE mengaku, mereka menanggapi kasus loot box yang terjadi di Battlefront II dengan sangat serius.

Hal senada juga dikonfirmasi oleh situs US Gamer dalam artikel terpisah. Menurut pengakuian narasumbernya, sistem microtransaction di Battlefield V hanya diimplementasikan untuk menyajikan item-item kosmetik saja. Dengan terbukanya akses ke item-item tersebut, maka opsi kustomisasi jadi lebih luas. Tingkatan konfigurasi di game anyar tersebut diklaim lebih tinggi dibanding permainan sebelumnya.

Loot box atau prize crate sudah lama ditemukan di game-game free-to-play, umumnya kreasi studio-studio asal Negeri Timur, namun prakteknya di ranah global sendiri dipopulerkan oleh Overwatch. Penggunaan loot box di permainan shooter multiplayer Blizzard ini memberi developer pemasukan sangat besar pasca peluncurannya, juga memungkinkan mereka untuk terus memperkaya konten game lewat item baru dan event.

Tapi betulkah item kosmetik tidak memengaruhi keseimbangan permainan?

Mungkin tidak di game ‘penuh warna’ seperti Overwatch. Gamer veteran bisa tetap mahir bermain terlepas dari kostum karakter yang ia pilih. Namun di game bertema serius seperti Battlefield, kostum pilihan Anda boleh jadi memengaruhi kemampuan karakter dalam kamuflase atau bersembunyi dari lawan…

Microtransaction Tampaknya Akan Kembali Hadir di Star Wars Battlefront II

Terlepas dari segala upaya DICE menggarap Star Wars: Battlefront II agar lebih baik dibanding pendahulunya, permainan shooter ini dirundung masalah sejak momen pelepasannya. Sistem progres permainan ini ternyata sangat kompleks, tapi intinya, pemain harus melakukan proses grinding yang menjemukan agar bisa mengakses karakter terkenal seperti Darth Vader atau Luke Skywalker.

Gamer juga sangat kecewa pada kehadiran sistem microtransaction via loot box yang secara nyata memengaruhi keseimbangan permainan. Electronic Arts mencoba menjustifikasi keputusan mereka, namun penjelasan mereka di Reddit malah mendapatkan lebih dari 680 ribu downvotedownvote terbanyak di sepanjang sejarah Reddit. Dan pada akhirnya, EA menghapuskan sistem store ‘untuk sementara waktu’.

Tergerak karena kehebohan yang ditimbulkan oleh masalah ini, Belgium Gaming Commision (Komisi Gaming Belgia) mulai melangsungkan investigasi terhadap praktek penjualan item secara acak di dalam Battlefront II. Dari temuan mereka, badan tersebut memutuskan bahwa sistem loot box yang berpilar pada uang dan elemen adiktif video game adalah praktik perjudian.

Sentimen ini juga senada dengan opini Perwakilan Negara Bagian Hawaii Chris Lee. Dalam pernyataannya, Battlefront II bisa diibaratkan seperti kasino online bertema Star Wars yang didesain buat menjebak dan mendorong anak-anak mengeluarkan uang. Bagi Lee, sistem loot box ialah praktik berbahaya yang berpeluang memberikan dampak negatif bagi keluarga di Amerika.

Namun sepertinya hal itu tidak bisa menyetop langkah EA untuk mengimplementasi kembali micropayment di Battlefront II. Dalam konferensi di Credit Suisse belum lama ini, chief financial officer Electronic Arts Blake Jorgensen menyampaikan bahwa mereka belum menyerah, dan masih punya rencana buat membubuhkannya lagi di sana. Hanya waktunya saja yang belum ditentukan.

“Saat ini kami masih mengawasi bagaimana gamer menikmati permainan,” kata Jorgensen, dikutip oleh Eurogamer. “Kami mencoba mempelajari, apakah ada mode yang membuat microtransaction lebih menarik; lalu apa pendapat konsumen mengenainya, serta mencari tahu cara mereka memainkannya. Kami tengah memahami dan mendengarkan masukan komunitas sebelum memutuskan cara menerapkannya.”

EA sendiri meniadakan microtransaction di Battlefront sebagai respons dari keluhan pemain. Gamer merasa sistem ini menyebabkan adanya mekanisme pay-to-win – kian banyak mengeluarkan uang, maka Anda akan semakin unggul dalam permainan.

“Nyatanya, ada beberapa tipe pemain dalam game,” sanggah Jorgensen. “Beberapa dari mereka punya lebih banyak uang dibanding waktu, tapi sebagian lagi memiliki lebih banyak waktu kosong ketimbang uang. Kami ingin mencoba menyeimbangkannya.”

Tambahan: Gamespot dan Eurogamer.

Yang Perlu Anda Ketahui Mengenai Star Wars Battlefront II

Dimaksudkan sebagai reboot dari permainan yang dahulu dipublikasikan LucasArts, Star Wars Battlefront memperoleh kritikan dari fans serta gamer terkait gameplay repetitif dan absennya mode single-player, meski permainan didukung grafis dan audio jempolan. Kekurangan-kekurangan inilah yang rencananya akan ditambal oleh EA DICE dalam sekuelnya nanti.

Setelah diumumkan tahun lalu, Electronic Arts akhirnya memamerkan trailer perdana Star Wars Battlefront II dalam acara Star Wars Celebration yang dilangsungkan minggu kemarin. Bersamaan dengan itu, detail-detail mengenai permain mulai terungkap, dan lewat artikel ini, Anda bisa menyimak rangkumannya.

Mode campaign single-player dengan cerita dan karakter baru

Lewat trailer Battlefront II, developer mencoba menekankan eksistensi dan esensialnya porsi single-player. Di sana, Anda akan bermain sebagai komandan dari Inferno Squad, Iden Versio. Inferno Squad ialah unit pasukan khusus Imperial, mematikan baik di darat maupun di luar angkasa. Itu artinya, Battlefront II menempatkan Anda di perspektif kubu antagonis.

Battlefront II 5

Iden Versio datang dari Vardos, planet baru di jagat fiksi Star Wars. Ayahnya adalah seorang jendral berpangkat tinggi di angkatan bersenjata Imperial, dan ia telah bersumpah setia kepada Kaisar Palpatine. Bagi para penduduk Vardos, ideologi Kekasairan ialah hal yang mutlak, dan para Pemberontak merupakan teroris. Di trailer, Versio menyaksikan langsung hancurnya Death Star, dan bisa kita tebak, narasi permainan ini kemungkinan berkaitan dengan pembalasan dan penebusan.

Battlefront II 4

Dua tema di atas bukan lagi hal baru di Star Wars. Konsep ini bisa Anda temui di video game dari mulai Knights of the Old Republic sampai Dark Forces serta novel seperti Star Wars: Lost Stars. Semoga saja DICE dapat menyampaikan narasinya dengan menarik.

Multiplayer lebih besar

Aspek progresi di mode multiplayer kabarnya memperoleh perombakan cukup besar, namun DICE belum menjabarkannya secara rinci. Kita bisa memodifikasi kendaraan perang dengan gadget tambahan, lalu karakter hero dapat dikonfigurasi agar pas dengan gaya bermain Anda. Beberapa tokoh yang sudah dikonfirmasi meliputi Luke, Kylo Ren, Rey, Jango Fett, Darth Maul dan Yoda.

Battlefront II 2

DICE memang bermaksud buat merangkul tiga periode trilogi, sehingga kita bisa ‘memaksa’ Rey berpartisipasi dalam Perang Endor atau mengadu Yoda dengan Darth Maul.

Cara pemain mengakses hero juga sudah diubah. Sistem token (yang memaksa pemain saling memperebutkan power-up) diganti solusi berbasis resource: jika gamer mencapai poin tertentu, ia dapat bermain sebagai karakter hero. Menariknya lagi, sistem progresi Battlefront 2 memberikan kesempatan bagi pemain dengan level tinggi untuk menghadapi karakter-karakter hero tersebut.

Battlefront II 1

Tentu saja tantangan terbesar bagi DICE adalah bagaimana cara menjaga ketertarikan gamer terhadap Battlefront II setelah euforia Star Wars mulai memudar.

Battlefront II 3

DICE juga punya rencana buat mengembalikan mode multiplayer co-op split-screen, dapat dinikmati secara offline oleh pemain di Xbox One dan PlayStation 4. Tapi sayang sekali, mode tersebut lagi-lagi tidak tersedia di PC.

Battlefront II 4

Tanggal rilis

Star Wars Battlefront II rencananya akan dilepas di platform Windows PC via EA Origin, PlayStation 4 dan Xbox One pada tanggal 17 November 2017 – kira-kira sebulan sebelum penayangan Star Wars: The Last Jedi.

Sajikan Medan Tempur Perang Dunia Pertama Merupakan Arahan Tepat Bagi Battlefield 1

Meski didukung nilai produksi tinggi, kelemahan utama Star Wars: Battlefront ialah kontennya yang ringan dan casual. Itu mengapa penantian Battlefield 1 terasa menggelisahkan bagi fans. Mereka cemas ‘penyakit’ Battlefront akan menular ke game baru DICE itu, apalagi gamer masih bisa mengingat kurang mulusnya pelepasan Battlefield 4. Lalu bagaimana nasib Battlefield 1?

Battlefield 1 dijadwalkan untuk meluncur tanggal 21 Oktober besok, dan game sudah lebih dulu dijajal oleh para media ternama. Kabar gembiranya, ulasan-ulasan mereka mengindikasikan bahwa DICE berhasil meramu permainan secara optimal. Developer lagi-lagi membuktikan, mengombinasikan elemen sejarah dengan formula action merupakan kemahiran utama mereka.

Battlefield 1 1

Dahulu sempat memberikan skor sangat rendah untuk Battlefield 4, Polygon kini menyatakan bahwa Battlefield 1 jauh di luar ekspektasi mereka. Game memang tidak lepas dari sedikit kendala, tapi DICE tampak tidak takut mengambil resiko. Mode multiplayer  Battlefield 1 terasa berbeda, lalu singleplayer-nya digarap dengan penuh keterampilan. Selain diakui sebagai salah satu permainan terbaik di seri ini, Battlefield 1 juga menyuguhkan konten terlengkap.

Battlefield 1 4

The Daily Dot mengapresiasi cara DICE dalam membuat game jadi tidak membosankan: menghidangkan persenjataan asli ‘yang menyenangkan untuk dipakai’ meski saat itu jumlahnya tidak banyak, lalu membuat zeppelin terbang rendah sehingga bisa bertempur langsung melawan pasukan darat. Memang tidak akurat, tapi jadi sangat menyenangkan. Bagi Daily Dot, Battlefield 1 tersaji cantik dan mampu memberi rasa segar di genre action yang disesaki tema-tema futuristis.

Battlefield 1 2

Destructoid sendiri masih mengulik permainan, namun dalam review-in-progress, mereka menyampaikan kekaguman pada bagaimana Battlefield 1 menyampaikan cerita ala film dokumenter, serta berharap DICE dapat menjaga kualitas dan menyiapkan konten tambahan di singleplayer dalam season pass. Untuk multiplayer-nya sendiri, DICE memang sengaja mengorbankan aspek realisme demi keseimbangan gameplay, dan hal ini patut dipuji.

Gamespot memberikan Battlefield 1 nilai tinggi setara Overwatch, yakni 9 dari 10. Menurut reviewer Miguel Concepcion, EA berhasil membuktikan bahwa Perang Dunia pertama layak dijadikan setting permainan shooter. Developer juga mengedepankan negara-negara yang berperan besar dalam membentuk hidup kehidupan kita sekarang – beberapa dari mereka mungkin sudah tak ada lagi. Selain medium hiburan, Battlefield 1 dapat jadi alat edukasi sejarah mengasikkan.

Battlefield 1 3

Sejauh ini, penilaian terendah diberikan oleh Attack of the Fanboy. Menurut sang pengulas, bergesernya haluan Battlefield ke cerita-cerita yang lebih intim dipadu kualigas audio dan visual jempolan membuat mode singleplayer-nya sangat menarik. Sayang multiplayer-nya terasa kurang ambisius dibanding judul-judul Battlefield terdahulu, walaupun masih sanggup memuaskan fans yang menginginkan kacaunya pertempuran dan keharusan bekerja sama.

Di situs agregat review  OpenCritic, Battlefield 1 mencetak skor rata-rata 85. Sama sekali tidak mengecewakan.