ExpressVPN Jadi Rekan Terbaru Dignitas

Dignitas baru saja mengumumkan kerja sama dengan ExpressVPN, penyedia layanan Virtual Private Network (VPN). Melalui kerja sama ini, ExpressVPN akan menyediakan layanan keamanan siber bagi para pemain Dignitas. Selain mengamankan jaringan internet para pemain Dignitas, ExprsesVPN juga akan menyiapkan sistem perlindungan dari serangan Distributed Denial of Service (DDoS).

Sebagai bagian dari kolaborasi ini, Dignitas dan ExpressVPN juga akan membuat konten YouTube yang menjelaskan tentang manfaat layanan VPN. Video tersebut akan diunggah ke channel milik Dignitas serta channel streamer dan pemain organisasi esports tersebut. ExpressVPN bukan satu-satunya penyedia layanan VPN yang memasuki ranah esports. Sebelum ini, penyedia layanan VPN HideMyAss juga menjalin kerja sama dengan tim League of Legends Fnatic. Tak hanya itu, mereka juga memperbarui kerja sama dengan Warthox Esports.

“Sekarang adalah waktu yang tepat untuk memastikan bahwa kami memiliki jaringan internet yang tidak hanya stabil tapi juga aman karena saat ini, semua kompetisi yang kami ikuti diadakan secara online,” kata James Baker, General Manager Dignitas, seperti dikutip dari Esports Insider. “Kami bangga bisa bekerja sama dengan ExpressVPN, yang akan melindungi tim kami dari lonjakan ping atau terputusnya koneksi dan menjamin setiap anggota kami dapat menggunakan bandwidth maksimal.”

Sementara itu, Vice President, ExpressVPN, Harold Li berkata, “Sekarang, keamanan siber sangat penting, tak peduli apakah Anda sekedar menjelajah internet, bekerja dari rumah, menonton video streaming, atau bertanding di kompetisi esports. Kami senang dapat bekerja sama dengan Dignitas untuk memastikan semakin banyak orang yang sadar betapa pentingnya perlindungan siber saat ini.”

Dignitas merupakan organisasi esports asal Amerika Utara. Pada September 2019, Dignitas selesai melakukan merger dengan Clutch Gaming, menghasilkan perusahaan induk bernama New Meta Entertainment (NME). Ketika itu, CEO Dignitas, Michael Prindiville diangkat menjadi CEO dari NME. Pada saat yang sama, Dignitas juga baru saja mendapatkan investasi senilai US$30 juta.

Kisah Sukses LOUD Esports, Tim Free Fire Brazil yang Mencapai 1 Miliar Views di YouTube

Dalam proses perkembangan sebuah tim esports, antara konten dan prestasi memang jadi satu pembahasan menarik tersendiri. Apakah sebuah tim esports harus rajin menyajikan konten kreatif agar terkenal dan memudahkan diri mendapat sponsor? Atau harus terus menjadi juara? Nyatanya di dunia internasional kita bisa melihat keduanya. Ada Team Liquid yang sukses besar karena prestasinya, dan FaZe Clan yang populer lewat sajian konten gaya hidup glamor ala selebriti.

Selain itu, satu yang juga tak kalah menarik adalah LOUD Esports. Tim Free Fire asal Brazil tersebut mencapai posisi sebagai organisasi esports pertama yang mencapai 1 miliar total views di YouTube. Walau nama mereka tidak sebegitu besar secara internasional, namun mereka bisa mencapai sebuah pencapaian, yang bahkan tim sekelas FaZe Clan saja belum bisa mendapatkannya.

Bruno Bittencourt (Playhard) dan Jean Ortega, dua dari total tiga co-founder tim tersebut sembat membagikan ceritanya kepada The Esports Observer. Secara latar belakang, jalan yang diambil oleh LOUD Esports memang terbilang cukup mirip dengan FaZe Clan.

Bruno Bittencourt (kiri) dan Jean Ortega (kanan) dua dari tiga co-founder LOUD Esports. Sumber: Esports Observer
Bruno Bittencourt (kiri) dan Jean Ortega (kanan) dua dari tiga co-founder LOUD Esports. Sumber: Esports Observer

Bruno Bittencourt mengambil posisi layaknya Richard Bengston atau FaZe Banks. Dia memulai karirnya sebagai kreator konten video online sejak tahun 2015. Ia merupakan salah satu nama kreator konten video online yang besar di Brazil, dan sempat membuat sebuah content campaign yang sukses untuk game Vainglory. Tak hanya itu, dia sendiri pun sudah memiliki 11 juta subscriber pada channel YouTube miliknya sendiri.

Soal resep sukses konten LOUD Esports, Bittencourt menjelaskan setidaknya ada dua faktor. Pertama adalah soal pilihan konten. Ia menjelaskan bahwa storytelling menjadi salah satu konten yang paling diminati oleh para penonton esports.

“Saya akhirnya menyadari cara yang bisa membuat penonton esports jadi mau terlibat, dan mengikuti suatu konten adalah passion mereka terhadap storytelling. Jadi jika sebuah video menampilkan karakter serta sifat seorang, atau menampilkan keadaan backstage turnamen, atau momen ketika seorang pemain mengikuti sebuah event bersama fans, adalah contoh konten yang lebih bernilai daripada konten gameplay.” ucap Bittencourt.

Sumber: LOUD
Sumber: LOUD

Ia lalu menambahkan, bahwa kedisiplinan LOUD Esports dalam membuat konten menjadi faktor lain yang membuat mereka sukses. “Kami membuat konten video di YouTube setiap hari, ditambah posting di Twitter dan Instagram setiap hari. Menurut saya ini yang kadang tidak bisa diikuti oleh tim lainnya. Terkadang, mereka membuat konten yang bagus, namun hanya membuatnya dalam satu bulan sekali. Menurut saya metode itu kurang bagus jika diterapkan di YouTube sekarang ini.”

Menarik melihat bagaimana LOUD Esports, tim Free Fire asal Brazil, yang membuat konten dalam bahasa lokal bisa menjadi sukses seperti sekarang, bahkan menyalip FaZe Clan yang membuat konten dalam bahasa Inggris.

Godsent Perkenalkan Roster Perempuan Pertama untuk Divisi VALORANT

Terlepas belum adanya struktur dan sirkuit yang pasti mengenai skena esports VALORANT, tim Godsent, dalam sebuah pengumuman di media sosial mereka, memperkenalkan roster line up VALORANT mereka. Roster terbaru Godsent terdiri dari kombinasi pemain FPS kawakan dan streamer yang seluruhnya adalah perempuan. Godsent menjadi organisasi esports pertama yang memiliki roster perempuan untuk game VALORANT.

Organisasi esports asal Swedia, Godsent, dengan yakin merekrut roster perempuan untuk game VALORANT sekalipun diiringi dengan respon pesimisme dari komunitas esports. Berdasarkan beberapa catatan, beberapa tim esports perempuan yang berlaga di beberapa divisi di Eropa, dinilai belum menunjukkan hasil yang cukup memuaskan.

Inisiatif yang kurang populer dan belum diiringi dengan hasil yang baik juga membuat respon dari komunitas esports menaruh ekspektasi lebih yang bisa menjadi tekanan bagi organisasi esports dengan tim perempuan. Di sisi lain ada juga masalah yang sangat serius dan membuat perempuan enggan dan ragu terjun sepenuhnya ke ekosistem esports.

Adapun esports dapat dipandang kegiatan yang positif. Secara umum jumlah gamers di dunia cukup berimbang dari segi gender maupun usia. Bahkan nyatanya ada kelompok umur lansia yang malahan terlibat aktif di skena esports.

Sayangnya sampai saat ini keberadaan pro player perempuan masih dipandang inferior daripada laki-laki. Padahal, esports adalah ekosistem  yang cukup inklusif, baik secara gender dan usia. Sedikit nasib baik akan memberi perbedaan jika sebuah tim esports perempuan bisa menunjukkan performa yang solid dan prestasi.

https://twitter.com/Valkyrae/status/1256483621260521475?ref_src=twsrc%5Etfw%7Ctwcamp%5Etweetembed%7Ctwterm%5E1256483621260521475%7Ctwgr%5E&ref_url=https%3A%2F%2Fwww.dailyesports.gg%2Fgodsent-announces-first-all-female-valorant-team%2F

Permasalahan seolah tidak cukup, kerap kali perempuan mengalami diskriminasi sampai verbal harassment di dalam game environment. Di level casual gamers, perempuan menjadi tidak nyaman karena diremehkan atau berbagai perlakuan yang tidak menyenangkan. Beberpa esports personalities seperti streamer, pro player bahkan shoutcaster perempuan kerap menjadi sasaran. Keresahan akan kenyamanan bermain sudah semestinya menjadi pertimbangan bagi game developer.

Nyatanya, di waktu yang bersamaan tidak sedikit pro player perempuan yang mengukirkan prestasi yang membanggakan. Lambat laun persepsi negatif dan stigma terhadap gamer dan pro player perempuan seharusnya sudah bisa berkurang bahkan dihilangkan sepenuhnya di masa depan.

 

Riot Games Luncurkan Merchandise VALORANT Perdana

Bisnis merchandise di dalam ekosistem gaming dan esports memang jadi peluang menarik tersendiri. Indikasi ini kembali terlihat lewat inisiatif Riot Games yang meluncurkan merchandise terhadap game rilisan terbaru mereka, VALORANT. Memang belakangan game Tactical FPS terbaru dari Riot Games ini berhasil menarik antusiasme gamers dari berbagai belahan dunia. Pada saat masih dalam fase beta sekalipun, VALORANT bahkan berhasil memecahkan rekor jumlah penonton di Twitch.

Merchandise ini mungkin bisa dibilang menjadi jawaban atas antusiasme tersebut. Pada website penjualan merchandise resmi Riot Games, ditunjukkan dua buah jenis merchandise VALORANT. Merchandise tersebut adalah jaket Windbreaker yang diberi nama sebagai jaket “Defy The Limits” dan sebuah topi Snapback berwarna hitam.

Sumber: Riot Games Official Merch Website
Sumber: Riot Games Official Merch Website

Dijual seharga 30 dollar AS (sekitar 433 ribu Rupiah), topi Snapback memiliki desain yang terlampau sederhana. Ia hanya berwarna hitam polos, dengan logo VALORANT di bagian depan yang membuatnya jadi kurang menarik. Jaket Windbreaker yang sebenarnya jadi paling menarik.

Anda memang perlu merogoh kocek cukup dalam untuk ini. Dijual seharga 120 dollar AS (sekitar Rp1,7 juta), jaket ini memiliki palet warna khas VALORANT yang didominasi biru tua dengan hiasan berwarna merah muda. Bukan hanya itu saja, jaket ini juga didesain layaknya kebanyakan materi promosi VALORANT yang telah Anda lihat. Pada jaketnya terlihat tulisan VALORANT semi transparan yang besar memanjang dari atas ke bawah. Selain itu, satu yang mungkin paling spesial adalah tulisan “Defy the Limits” dalam 9 bahasa lain.

Sayangnya, Anda tidak bisa mengirimkan merchandise Riot Games ke Indonesia. Pada pilihan pengiriman, hanya ada Singapura sebagai lokasi yang paling dekat dengan negara kita. Jaket tersebut masih dalam fase Pre-Order yang ditutup 17 Agustus 2020, dan baru akan dikirimkan pada 28 Februari 2021.

Sumber: Riot Games Official Merch Website
Detil tulisan Defy The Limit dalam 9 bahasa | Sumber: Riot Games Official Merch Website

Kira-kira, apakah merchandise ini akan menarik minat para pemain game? Apalagi melihat harga serta proses pengiriman yang sangat lama. Namun bisnis merchandise memang menggiurkan. Dalam ranah lokal, kita bahkan sempat melihat EVOS Esports yang berhasil raup 150 juta Rupiah hanya dari penjualan merchandise di MPL ID S4 dan gelaran M1 MLBB World Championship.

Secara internasional, potensi bisnis ini bahkan sampai membuat banyak brand fashion ternama berbondong-bondong melakukan kolaborasi dengan ekosistem esports. Seperti Louis Vuitton yang membuat Travel Case trofi League of Legends World Championship, Puma yang kerja sama dengan Cloud9 untuk buat koleksi pakaian untuk gamer, serta Gucci yang melakukan kolaborasi dengan Fnatic.

Sisa Pertandingan Call of Duty League Akan Digelar Online

Sudah enam bulan lebih Call of Duty League berjalan. Dimulai sejak Januari 2020 lalu, liga ini berjalan dengan cukup baik, dan menorehkan jumlah penonton yang cukup memuaskan, walaupun sedang dalam situasi pandemi COVID-19. Namun demikian, menghadapi keadaan ini, perubahan tetap harus dilakukan.

Salah satunya adalah perubahan dari format offline ke online untuk gelaran Playoff yang direncanakan hadir sekitar bulan Agustus 2020. Sampai saat ini masih tersisa dua Regular Season Call of Duty League yaitu: New York Home Series yang diselenggarakan 10-12 juli, London Home Series yang diselenggarakan 17-19 Juli, dan Toronto Home Series yang diselenggarakan 24-26 Juli 2020. Lebih jelas soal perubahaan format, Call of Duty League menuliskan sebuah pengumuman lewat sebuah blog post:

“Karena risiko COVID-19 yang masih berlanjut, dan prioritas kami adalah melindungi keamanan bagi para tim, pemain, staf liga, dan personil dari partner, maka sisa jadwal Call of Duty League akan diselenggarakan secara online. Keputusan ini dibuat dengan sangat hati-hati, komunikasi, dan pertimbangan setelah melalui berbagai diskusi yang panjang.”

Call of Duty League 2020 Season 2020-02-09 / Photo: Robert Paul for Activision Blizzard
Walau meniadakan pengalaman menonton yang menyenangkan, namun format online jadi sesuatu yang perlu dilakukan selama situasi pandemi COVID-19 ini.| Call of Duty League 2020 Season 2020-02-09 / Photo: Robert Paul for Activision Blizzard

Lebih lanjut, blog post tersebut juga menjelaskan bagaimana pihak penyelenggara menjaga integritas turnamen walau ada perubahan format. Dijelaskan bahwa penyelenggara liga akan memberikan setup kamera universal yang akan aktif selama pertandingan. Kamera tersebut digunakan untuk memudahkan panitia liga untuk memeriksa konsol, joystick, dan monitor para peserta.

Berhubung Call of Duty League diikuti oleh tim asal Amerika Utara dan Eropa, maka dari itu akan ada kebijakan memilih server untuk peserta yang bertanding selama format pertandingan online berjalan. Nantinya peserta bertanding diberikan 3 opsi server (dari total 9 server yang dimiliki). Dari 3 opsi tersebut, peserta bertanding diperkenankan menguji, dan memilih server terbaik untuk digunakan dalam pertandingan.

Sumber: Call of Duty League Official
Sumber: Call of Duty League Official

Terakhir, pihak panitia juga menjelaskan bahwa mereka akan menambah jumlah staf di berbagai lini, baik untuk urusan produksi, teknis, ataupun panitia lainnya. Dijelaskan bahwa hal ini merka lakukan agar tim penyelenggara Call of Duty League selalu siaga untuk menangani berbagai masalah dan isu yang dapat terjadi selama gelaran online berjalan.

Memang ada tantangan tersendiri bagi penyelenggara turnamen selama situasi pandemi COVID-19 terjadi. Ketika format pertandingan berubah bentuk menjadi online, harus ada penyesuaian pada beberapa bagian, seperti penyesuaian untuk menjaga integritas turnamen, dan penyesuaian konten agar tetap menghibur penonton dan memuaskan para sponsor.

Chiefs Esports Club Kerja Sama dengan L’Oreal

Organisasi esports asal Australia, Chiefs Esports Club baru saja menandatangani kontrak kerja sama dengan merek skincare L’Oréal Paris Men Expert. Melalui kerja sama ini, L’Oréal akan menyediakan berbagai produk grooming untuk para pemain Chiefs. Selain itu, Chiefs dan L’Oréal juga akan mengadakan program giveaway.

Untuk mengumumkan kerja sama ini, Chiefs mengunggah video iklan L’Oréal di channel media sosial mereka. Video tersebut menampilkan sejumlah pemain Chiefs. Hal ini menunjukkan bahwa tidak tertutup kemungkinan, kerja sama antara Chiefs dan L’Oréal juga akan melibatkan pembuatan konten. Sayangnya, tidak diketahui berapa nilai kolaborasi tersebut.

“Kita semua pernah berlatih hingga larut malam dan merasa tidak segar pada keesokan harinya. L’Oréal Paris Men Expert akan membantu para atlet esports dan gamer untuk tetap merasa segar,” kata Nick Bobir, CEO Chiefs Esports Club, seperti dikutip dari Esports Insider. “Kami tidak sabar untuk memperkenalkan merek ternama seperti L’Oréal ke industri esports dan melihat dampak positif bagi semua fans kami.”

Seiring dengan semakin populernya esports, semakin banyak merek non-endemik yang tertarik untuk mendukung para pelaku esports. Dan walaupun jumlah fans esports perempuan terus bertambah, kebanyakan fans esports tetaplah laki-laki. Jadi, tidak heran jika merek grooming pria seperti L’Oréal Paris Men Expert memutuskan untuk memasuki industri esports. Faktanya, Chiefs bukanlah rekan pertama L’Oréal di esports. Sebelum ini, L’Oréal juga pernah menjadi sponsor dari liga League of Legends di Tiongkok. Selain itu, mereka juga menjadi sponsor dari organisasi esports Spanyol, Vodafone Giants, menurut Esports Observer.

“Kami sangat senang karena kami bisa menjalin kerja sama dengan Chiefs pada 2020 dan memperkenalkan produk-produk kami pada para fans mereka,” kata Raagjeet Garg, Marketing Director, L’Oréal Paris Australia. Dia mengatakan, melalui kerja sama ini, baik L’Oréal maupun Chiefs akan dapat memberikan nilai lebih pada para fans dan konsumen mereka.

Salah satu turnamen yang Chiefs Esports Club ikuti adalah Oceanic Pro League, liga League of Legends di kawasan ANZ (Australia dan Selandia Baru). Selain itu, mereka juga memiliki tim yang bertanding di Rocket League dan Counter-Strike: Global Offensive. Selain L’Oréal, Chiefts juga memiliki beberapa rekan lain, seperti merek monitor AOC, Red Bull, perusahaan pengantar makanan asal Australia Menulog, dan Marvel.

Sumber header: The Esports Observer

World Touring Car Cup 2020 berlangsung di Platform RaceRoom secara Virtual

Akhir pekan yang lalu menandai paruh pertama dari seri balapan Esports World Touring Car Cup musim 2020. Dengan tertundanya gelaran langsung WTCR, FIA dan Eurosports, menggelar event pre-season WTCR secara virtual. Dengan dilangsungkannya balapan ke ranah virtual, kian hari, cabang olah raga otomotif memandang balapan menggunakan simulator adalah hal yang serius.

Pre-season Esports WTCR akan berlangsung selama enam minggu, dimulai di tanggal 14 Juni 2020 yang lalu hingga balapan terakhir di sirkuit Sepang, Malaysia, di tanggal 19 Juli 2020 mendatang.

Situasi balapan | via: YouTube
Situasi balapan | via: YouTube

Di gelaran pekan empat, Norbert Michelisz, pembalap asal Hunggaria akhirnya mendapatkan kesempatan untuk naik ke puncak podium di Ningbo International Circuit. Sekalipun sudah pernah meraih takhta juara dunia di musim 2019, Norbert akan mencoba kembali menunjukkan ketajamannya di ranah sim racing.

Adapun WTCR digelar dengan menggunakan platform RaceRoom. RaceRoom sendiri adalah salah satu platform yang cukup sering digunakan pembalap profesional untuk berlatih di sirkuit pilihan mereka secara virtual. RaceRoom dapat mereplikasi pengalaman mengemudi dan balapan yang mendekati nyata.

Selama balapan, masing-masing pembalap akan menggunakan webcam dan mic. Dengan adanya webcam dan mic, pembalap dapat berinteraksi langsung dengan sesama pembalap dan juga dengan host.

Usai balapan para penggemar juga akan memiliki waktu untuk berinteraksi dengan pembalap favorit meraka secara langsung melalu media sosial. Seluruh peserta yang berkompetisi gelaran Esports WTCR hanya dibatasi pada pembalap yang mendaftarkan diri di musim balapan 2020.

kalender | via: fiawtrc.com
kalender | via: fiawtcr.com

Eurosports dan FIA selaku race organizer melalui gelaran Esports WTCR jugamenjalankan campaign dengan tagar #RaceAtHome sebagai bentuk kepatuhan pada protokol kesehatan selama masa pandemi. Di sela waktu balapan, pembalap akan memperlihatkan setup simulator meraka dan keadaan di sekeliling rumahnya sebagai konten hiburan.

Tidak sampai di situ saja Esports WTCR juga tetap dipandu oleh host dan komentator profesional. Gelaran Esports WTCR disiarkan secara langsung dan tersedia di channel olah raga di 54 negara berbeda. Dengan dukungan dari beberapa brand besar seperti DHL, Goodyear, dan Tag Heuer sebagai sponsor balapan Esports WTCR bisa digelar.

via: YouTube
via: YouTube

Beberapa seri sebelumnya sudah berlangsung di Salzburgring, Hungaroring, dan Slovakia Ring. Dengan posisi klasemen terbaru, Norbert Michelisz hanya terpaut 6 poin dari pemuncak klasemen. Saat ini, masih ada 2 race lagi untuk menentukan siapakah pemenang dari rangkaian balapan pre-season Esports WTCR. Race berikutnya akan berlangsung di Circuito de Guia, Makau 12 Juli mendatang. Akankah Norbert Michelisz bisa mengulang kembalai jaura dunia seperti di waktu sebelumnya?

 

Xorgee Jadi Wakil Indonesia Untuk VALORANT Pacific Open 2020

Dua pekan lalu kita melihat bagaimana Riot Games mengumumkan dua inisiatif esports VALORANT untuk kawasan Asia Tenggara. Salah satunya adalah VALORANT Pacific Open, yang menjadi kompetisi terbuka untuk pemain VALORANT di Taiwan, Thailand, Hong Kong, Filipina, Malaysia, Singapura, dan tentunya Indonesia.

Akhir pekan lalu (3 Juli 2020) jadi gelaran puncak dari kualifikasi VALORANT Pacific Open Indonesia. Tim Xorgee berhadapan dengan tim bernamakan Buwungpuyuh dalam seri best-of-5. Pada ronde-ronde awal, pertandingan berjalan dengan sengit, walau akhirnya tim Buwungpuyuh hilang asa di ronde-ronde akhir.

Game 1, map Haven, jadi penentu paling sengit bagi kedua tim. Xorgee membuka permainan sebagai Attackers menunjukkan koordinasi yang sangat apik, dan membuat pertandingan berjalan dengan cukup mulus. Sementara di sisi lain, pertahanan Buwungpuyuh penuh celah, membuatnya kalah cukup telak.

Masuk half kedua, Buwungpuyuh yang mendapat kesempatan menyerang tidak ragu melawan. Sayoo, Reyna dari tim Buwungpuyuh, menunjukkan tajinya sebagai seorang Duelist. yang beberapa kali mengacak-acak pertahanan dari famouz dan kawan-kawan Xorgee. Sebegitu sengitnya game pertama sampai skor menjadi 11-11. Sayang, Buwungpuyuh jadi goyah, sehingga kemenangan diamankan oleh Xorgee dengan skor 13-11.

Game kedua, map Ascent, Rapheleen dan kawan-kawan Buwungpuyuh mendapatkan kesempatan menyerang yang kurang dimanfaatkan dengan baik. Padahal Buwungpuyuh bisa balikkan keadaan saat jadi Attackers di game 1, namun pada game ini mereka malah kalah 4-8 di akhir half pertama. Berganti sisi, sebagai Defenders Buwungpuyuh hanya dapat menambah 3 skor saja. Xorgee yang bermain dengan lebih solid akhirnya berhasil menang dengan skor 12-7.

Game ketiga, map Bind, tim Buwungpuyuh seperti tersihir yang membuat permainannya jadi tidak karuan. Permainan Xorgee memang solid, namun Buwungpuyuh ketika itu tidak mampu melawan sedikitpun, baik saat menjadi Attackers maupun Defenders. Akhirnya permainan pun usai dengan kemenangan telak tim Xorgee, 13-0.

Sumber: Instagram @mineskiesports.id
Sumber: Instagram @mineskiesports.id

Xorgee sebagai pemenang akan menjadi wakil Indonesia untuk pertandingan VALORANT Pacific Open yang merupakan bagian dari rangkaian Ignition Series. Terkait hal ini, Yudi Anggi (Justincase) selaku caster bertugas memberikan sedikit komentarnya soal Xorgee di pertandingan Pacific Open nantinya.

“Xorgee punya peluang buat berprestasi di Pacific Open nantinya. Namun satu keraguan gue mungkin adalah, kemampuan mereka belum terbukti sepenuhnya di skena lokal. Ini karena gue nggak melihat mereka beradu kemampuan dengan tim Boys With Love yang berisi veteran CS:GO seperti Nanda, Asterisk, dan Sys, di dalam turnamen ini.” tukas Yudi.

Semoga Xorgee bisa menuai hasil positif pada gelaran Pacific Open Finals yang akan diselenggarakan 21 Agustus 2020 mendatang.

Mengenang Reckful, Voyboy Galang Donasi untuk Organisasi Pencegahan Bunuh Diri

Mantan pemain League of Legends profesional dan streamer Twitch, Joedat “Voyboy” Esfahani mengadakan siaran langsung selama 24 jam untuk menggalang dana yang akan didonasikan ke American Foundation for Suicide Prevention (AFSP).

Voyboy melakukan hal ini untuk mengenang Byron “Reckful” Bernstein, yang meninggal karena bunuh diri pada minggu lalu. Pada awalnya, Voyboy memasang target untuk mengumpulkan dana sebesar US$25 ribu. Dia berhasil memenuhi target tersebut setelah dia melakukan streaming selama 15 jam. Pada akhirnya, total dana yang dia dapatkan mencapai lebih dari US$35 ribu. Dia lalu memberikan donasi sebesar US$5 ribu sehingga total donasi yang dia berikan mencapai US$40 ribu, menurut laporan Dot Esports.

AFSP adalah organisasi yang bertujuan untuk mengedukasi masyarakat tentang kesehatan mental. Mereka juga aktif dalam pencegahan bunuh diri. Tak hanya itu, mereka juga mendukung penyintas usaha bunuh diri atau orang-orang terdekat dari korban bunuh diri.

Sama seperti Voyboy, Reckful adalah seorang streamer di Twitch. Dia meninggal karena bunuh diri saat dia berumur 31 tahun. Dia dikenal berkat konten World of Warcraft yang dia unggah ke Twitch. Di platform tersebut, dia memiliki 936 ribu pengikut. Belum lama ini, dia juga mencoba untuk membuat game sendiri, yang dinamai Everland. Rencananya, game tersebut akan diluncurkan pada tahun ini. Pada Januari 2020, dia sempat mengunggah video ke YouTube, membahas tentang depresi yang dialami.

“Byron adalah seseorang yang bersedia bercerita tentang masalah yang dia alami untuk membuka ruang diskusi bagi orang lain,” kata Twitch dalam pernyataan resmi, seperti yang dikutip dari BBC. “Kita harus mengakui bahwa ada stigma akan masalah kesehatan mental. Hal ini sering membuat orang-orang enggan untuk mencari bantuan profesional dalam mengatasi masalah mental yang mereka alami.”

Di dunia esports, kekuatan mental seorang atlet profesional sangat penting. Pasalnya, para pemain profesional menghadapi tekanan mental yang sama seperti atlet Olimpiade. Karena itu, jangan heran jika ada organisasi esports yang mempekerjakan psikolog untuk mendukung para atlet mereka.

Sumber header: Twin Galaxies

BOOM Esports Alami Pekan yang Buruk di ONE Esports Dota 2 SEA League

Akhir pekan lalu menjadi pertandingan pekan ketiga bagi gelaran ONE Esports Dota 2 SEA League. Memperebutkan total hadiah sebesar 100 ribu dollar AS, turnamen ini mempertandingkan 10 tim dengan komposisi 7 tim undangan dan 3 tim dari kualifikasi. BOOM Esports termasuk ke dalam daftar tim undangan untuk kompetisi yang punya format liga ini.

Memiliki format liga, 10 tim tersebut bertanding sebanyak satu kali Round-Robin selama empat pekan sejak 18 Juni 2020 lalu. Kini, pekan ketiga menjadi pekan yang buruk bagi BOOM Esports. Sebelumnya pada pekan kedua BOOM Esports sudah amankan 2 kali seri dan satu kali kemenangan melawan Geek Fam. Sementara pada pekan ketiga liga, BOOM Esports kalah di semua jadwal pertandingan mereka.

ESL Clash of Nations Bangkok 2019 - BOOM Esports
Sumber: ESL

Pekan ini, Dreamocel dan kawan-kawan memiliki tiga jadwal pertandingan. Melawan T1, TNC, dan Adroit. BOOM Esports tidak berhasil amankan satu kali pun kemenangan dari tiga jadwal tersebut, kalah 2-0 melawan semua lawannya. Melawan T1, BOOM Esports terkena kekalahan yang cukup cepat. Walau game pertama mereka memberi perlawanan hingga menit 39, namun di game kedua mereka terkena sapu bersih. Pertandingan selesai dalam 25 menit, dengan skor kill 4-24.

Begitu juga saat Mikoto, Fbz dan kawan-kawan menghadapi salah satu tim kuat asal Filipina, TNC Predator. Ibarat terkena serangan fajar, BOOM Esports kalah dalam 30 menit saja dengan skor 9-25 di game pertama. Sementara itu pada game kedua baru mereka memberi perlawanan berarti, walau akhirnya harus menerima kekalahan kedua dalam 34 menit dengan skor 18-31.

Melawan Adroit, BOOM Esports sebenarnya hampir bisa dapatkan kemenangan di game pertama. Namun, Anti-Mage milik Dreamocel berhasil di bungkam oleh Adroit. Mereka kembali telan kekalahan di game pertama. Masuk Game kedua, BOOM Esports melakukan perlawanan yang lebih keras lagi. Secara line-up, BOOM Esports juga tampil percaya diri, apalagi melihat Mikoto sudah menggunakan Void Spirit. Sayangnya nasib berkata lain. Walau BOOM Esports berhasil mendominasi awal hingga pertengahan permainan, namun Adroit berhasil membalikkan keadaan ketika masuk late-game. Permainan usai di menit 54 dengan skor 25-30.

Meski mengalami pekan yang buruk, mari kita doakan semoga BOOM Esports bisa kembali mendapatkan performa terbaiknya, baik untuk kompetisi ONE Esports SEA League ataupun kompetisi lainnya.