Animal Crossing: New Horizons Bakal Dapat Update Gratis, Valve Blokir Game dengan Cryptocurrency dan NFT

Nintendo mengumumkan bahwa mereka akan meluncurkan update gratis untuk Animal Crossing: New Horizons. Sementara itu, BioWare mengungkap bahwa mereka akan meluncurkan Dragon Age 4 untuk konsol next-gen dan PC, tapi tidak untuk konsol generasi sebelumnya. Pada minggu lalu, Valve juga memutuskan untuk memblokir game-game yang menggunakan NFT dan cryptocurrency dari Steam.

Final Fantasy 14 Jadi Game Final Fantasy Paling Menguntungkan

Saat ini, jumlah pemain Final Fantasy 14 mencapai 24 juta orang. Dengan begitu, game tersebut menjadi game Final Fantasy dengan keuntungan paling besar. Informasi ini diungkap oleh Game Director Naoki Yoshida. Final Fantasy 14 diluncurkan pada 2010. Pada 2015, jumlah pemain dari game itu mencapai 5 juta. Angka itu naik menjadi 10 juta orang pada 2017, menurut laporan IGN.

“Kita semua tahu, ketika Final Fantasy 14 diluncurkan, game ini mendapat sambutan yang kurang baik,” ujar Yoshida, seperti dikutip dari GamesIndustry. “Sejak saat itu, kami berhasil mengubah game tersebut sehingga ia menjadi game yang memberikan kontribusi besar pada keuntungan perusahaan.”

Nintendo Bakal Luncurkan Update Gratis untuk Animal Crossing: New Horizons

Nintendo mengumumkan bahwa Animal Crossing: New Horizons akan mendapatkan update gratis pada 5 November 2021. Melalui update ini, New Horizons akan mendapatkan sejumlah fitur baru, termasuk lokasi, karakter, dan aktivitas baru. Salah satu lokasi baru yang bisa pemain kunjungi adalah Roost, yang diurus oleh Brewster. Para pemain akan bisa mengundang pemain lain ke pulau mereka untuk menikmati kopi di Roost.

Selain itu, pemain juga akan bertemu karakter baru bernama Kapp’n, yang bisa membawa pemain ke pulau-pulau terpencil. Selain update gratis, New Horizons juga akan mendapatkan ekspansi berbayar berjudul Happy Home Paradise. Ekspansi itu juga akan diluncurkan pada 5 November 2021, lapor VentureBeat.

Valve Blokir Game dengan Cryptocurrency dan NFT di Steam

Valve memutuskan untuk memblokir semua game yang menggunakan cryptocurrency atau NFT dari Steam. Mereka juga memperingatkan, ke depan, mereka akan melarang keberadaan game-game yang menggunakan cryptocurrency serta NFT. Memang, dalam satu tahun belakangan, game-game yang menggunakan cryptocurrency dan NFT menjadi semakin marak.

Keputusan Valve untuk memblokir game-game tersebut di Steam memang tidak akan menghentikan para developer untuk membuat game dengan cryptocurrency dan NFT. Namun, mengingat Steam adalah platform toko game digital terbesar, maka keputusan Valve untuk memblokir game dengan cryptocurrency dan NFT akan membatasi cakupan dari game-game itu, seperti yang disebutkan oleh ClutchPoints.

Dragon Age 4 Dirilis untuk PS5, Xbox Series X, dan PC

Dragon Age 4 bakal diluncurkan untuk PlayStation 5, Xbox Series X/S, dan PC. Namun, game itu tidak akan tersedia untuk PlayStation 4 dan Xbox One. Hal ini menunjukkan, para developers game — seperti BioWare — telah siap untuk meninggalkan konsol generasi sebelumnya.

Dragon Age 4 bakal diluncurkan untuk PlayStation 5, Xbox Series X, dan PC.

Membuat game untuk konsol terbaru adalah keputusan yang masuk akal untuk para developer game. Namun, sebagian developer tampaknya enggan untuk melakukan itu. Pada Mei 2021, BioWare merilis Mass Effect: Legendary Edition. Namun, game itu tidak diluncurkan untuk PS5 dan Xbox Series X. Menurut laporan VentureBeat, EA dan BioWare justru meluncurkan game tersebut untuk PS4 dan Xbox One. Pemilik PS5 dan Xbox Series X/S yang ingin memainkan game itu dapat menggunakan fitur backward compatibility di konsol mereka.

Activision Perkenalkan Sistem Anti-Curang untuk Call of Duty

Activision memperkenalkan sistem anti-curang untuk Call of Duty, yang disebut Ricochet. Demi mengurangi jumlah orang yang bermain curang, Ricochet dilengkapi dengan beberapa fitur, seperti dari alat untuk memonitor kecurangan, proses penyelidikan untuk mengidentifikasi cheaters, update untuk memperkuat keamanan akun pemain, dan lain sebagainya. Dengan ini, Activision berharap, mereka bisa mengatasi masalah kecurangan yang membuat banyak pemain Call of Duty frustasi. Ricochet akan diluncurkan bersamaan dengan Call of Duty: Vanguard, yaitu pada 5 November 2021, menurut laporan VentureBeat.

Keuntungan CoD: Warzone Mencapai Rp27 Triliun dalam Setahun

Tahun 2020 dan 2021 mungkin memang menjadi tahun yang cukup menantang bagi para developer dan publisher game. Keberadaan pandemi memang membuat proses pengembangan menjadi terhambat namun di sisi lain, dengan banyaknya orang yang berada di rumah, keuntungan dari game-game mereka juga meningkat.

Salah satu contohnya adalah game free-to-play dari seri Call of Duty, yaitu Warzone, yang mencatatkan keuntungan hingga lebih dari $5,2 juta per harinya. Hal ini dilaporkan dari riset yang dilakukan oleh NetBet dengan menunjukkan keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari berbagai game populer di dunia.

Dari data tersebut, Warzone menjadi game dengan peningkatan keuntungan paling tinggi dari tahun kemarin yang mencapai 196%. Dan dalam durasi tersebut, game ini diperkirakan menghasilkan keuntungan sekitar $3.633 atau sekitar Rp51 juta per menitnya. Yang berarti jadi $1,91 miliar atau sekitar Rp27 triliun dalam satu tahun.

Warzone ternyata bukan satu-satunya seri Call of Duty yang masih mendatangkan pundi-pundi keuntungan bagi Activision. Ada dua seri lainnya yaitu seri terakhir dari franchise Call of Duty yaitu Cold War dan bahkan Black Ops 4 yang ternyata juga masih mendapatkan keuntungan hingga sekarang.

Sayangnya, data yang ditampilkan oleh NetBet tidak mengkategorikan game sesuai genre-nya. Sehingga, apa yang diraih oleh Warzone tidak dapat dibandingkan dengan game serupa seperti Apex Legends ataupun Fortnite.

Screenshot: NetBet

Apalagi NetBet juga mencantumkan game-game mobile dari berbagai genre seperti Honor of Kings (AOV) yang kembali menjadi game dengan pendapatan paling tinggi, setelah sebelumnya dikalahkan PUBG Mobile. Free Fire ternyata juga mampu masuk ke 5 besar dalam daftar ini. Diikuti dengan Pokemon GO yang ternyata masih menunjukkan dominasinya.

Meskipun bukan menjadi yang tertinggi, namun Activision membuktikan bahwa game-game yang mereka buat masih terus digemari oleh para gamer. Meski Activision Blizzard sedang tersandung kasus besar, nampaknya hal tersebut tidak terlalu berpengaruh ke pendapatan game-nya.

Anti-Cheat Terbaru COD: Warzone Dikabarkan Efektif Menghalau Para Cheater

Permasalahan utama yang lumrah dihadapi oleh game-game free-to-play adalah para cheater yang membuat permainan menjadi tidak menyenangkan. Game battle-royale di universe Call of Duty yaitu Warzone juga tidak lepas dari hal tersebut.

Namun pengembang Raven Software sepertinya kini telah berhasil membuat sistem anti-cheat yang efektif untuk menghalau para hacker dan cheater untuk masuk ke dalam Warzone. Raven dan Activision memang telah berusaha keras mencari cara untuk memerangi para hacker yang jumlahnya terus bertambah dengan cepat.

Dan akhirnya kerja keras tersebut terbayar. Karena, menurut pengakuan dari beberapa orang yang mengaku sebagai hacker dari COD: Warzone, sistem anti-cheat yang baru mampu memblokir hardware dan menghalau para hacker untuk beraksi kembali menggunakan akun baru.

Sistem anti-cheat terbaru ini mulai diimplementasikan mulai 11 Agustus lalu. Hasilnya, ada lebih dari 50.000 akun yang berhasil di-ban. Raven Software juga mengatakan lewat cuitannya di Twitter bahwa mereka mendengarkan komplain para pemain tentang keberadaan para hacker ini dan berjanji akan mengabarkan perkembangan situasinya.

Pengembangan sistem ban-hardware terbaru ini kemungkinan besar adalah hasil dari para streamer besar yang memilih untuk memboikot Warzone karena banyaknya cheater yang berkeliaran. Begitu juga para fans yang ikut mengingatkan bahwa para cheater ini sebelumnya cukup mudah untuk kembali hanya dengan membuat akun baru.

Meskipun sistem anti cheat baru ini terbilang cukup sukses untuk menghalau para cheater, namun tidak sedikit fans yang menganggap bahwa Raven dan Activision terlambat untuk mengimplementasikan sistem ban hardware ini. Pasalnya, sudah terlalu banyak pemain yang beralih dari Warzone termasuk para streamer ternama seperti NICKMERCS, Courage, TimTheTatMan, dll.

Call of Duty Warzone memang dikabarkan telah berhasil tembus 100 juta orang pada bulan April lalu. Namun jumlah tersebut juga berbanding lurus dengan jumlah cheater yang semakin banyak. Semoga saja dengan sistem anti cheat terbaru yang diimplementasikan ini efektif untuk waktu yang lama sehingga para pemain lama bisa kembali ke Warzone dengan tenang.

Apalagi Warzone baru saja memasuki musim kelimanya pada pertengahan Agustus lalu yang akan membawa berbagai hal baru termasuk Battle Pass, senjata, Perks, dan Gulag baru.

Nama Activision Absen dari Semua Promosi Call of Duty: Vanguard

Call of Duty baru saja mengumumkan seri terbarunya yang berjudul Vanguard. Banyak hal mengejutkan yang terjadi pada perkenalan game terbaru dari seri shooter paling populer ini. Pertama adalah latar waktu dari Vanguard yang kembali ke perang dunia.

Kemudian yang cukup tidak biasa adalah pengumuman Call of Duty: Vanguard yang bisa dibilang biasa saja dan kurang istimewa. Kelihatannya hal tersebut ada kaitannya dengan apa yang tengah terjadi di belakang Activision Blizzard.

Bagi Anda yang belum mengetahuinya, Activision Blizzard masih berurusan dengan masalah internal yang menyangkut gugatan pelecehan seksual dan deskriminasi yang dilakukan oleh para petinggi Activision Blizzard.

Sang pengembang dari Call of Duty Vanguard, Sledgehammer Games bahkan membahas masalah tersebut secara singkat saat virtual preview-nya. Dikutip dari Eurogamer yang mengikuti sesi preview tersebut bahwa mereka mengecam pelecehan dalam bentuk apapun karena bertentangan dengan apa yang studio mereka perjuangkan.

Kepala studio Sledgehammer Games, Aaron Halon juga mengatakan bahwa mereka tidak dapat memberikan komentar tentang kasus gugatan tersebut. Namun ia dan timnya berkomitmen untuk memastikan bahwa semua anggota tim tetap aman, diterima, dan dihormati.

Hal ini pun akhirnya berbuntut dengan absennya segala bentuk logo ataupun nama Activision dari segala materi marketing dari COD Vanguard. Padahal Activision adalah penerbit dari seri Call of Duty sekaligus induk perusahaan dari Sledgehammer Studio.

Ketidakhadiran logo Activision yang biasanya selalu muncul di poster, video, dan berbagai hal marketing pertama kali disadari oleh pengguna Twitter Neoxon619 di trailer terbaru dari Call of Duty: Vanguard. Namun lebih jauh, Neoxon juga tidak menemukan logo Activision di halaman website game-nya di Battle.net.

Padahal biasanya logo Actvision selalu disematkan di atas judul game-game Call of Duty seperti pada Modern Warfare, Black Ops: Cold War, dan Black Ops 4. Para fans pun mulai berspekulasi tentang alasan dari Activision yang menghilangkan logonya dari semua materi marketing COD Vanguard.

Para fans pun mulai mengejek postingan-postingan mengenai Call of Duty: Vanguard di media sosial dengan menyebut bahwa Activision adalah penakut dengan seakan menjauhkan diri dari keterlibatan mereka di game-game yang mereka terbitkan.

Setelah Sponsor, Kini Beberapa Petinggi Blizzard Ikut Hengkang

Belum selesai dengan permasalahan sponsor yang satu-persatu mundur dari turnamen Overwatch League 2021 mereka. Kini Blizzard Entertainment juga mendapat berita yang mengejutkan karena beberapa petinggi penting di sana mengundurkan diri tiba-tiba.

Berita ini awalnya muncul di Kotaku, yang menyebutkan bahwa Direktur dari Diablo 4, Luis Barriga resmi mengundurkan diri dari Blizzard. Bukan hanya Barriga, namun juga Lead Designer Jesse McCree, dan juga Designer World of Warcraft, Jonathan Lecraft.

Juru bicara Activision-Blizzard bahkan sudah mengkonfirmasi kepergian tiga anggota Blizzard Entertainment tersebut, meskipun tidak menjelaskan apa alasan pengunduran diri dari mereka bertiga. Kepergian ketiga orang ini juga tidak diumumkan secara resmi oleh Blizzard.

“Kami tetap memiliki para pengembang berbakat yang telah ditempatkan dan juga pimpinan baru yang telah ditugaskan di tempat yang seharusnya. Kami percaya diri dengan kemampuan kami untuk terus melanjutkan progres untuk memberikan pengalaman luar biasa untuk para pemain kami dan juga terus bergerak untuk memastikan lingkungan kerja yang aman dan produktif untuk semuanya.” Lanjut sang juru bicara.

Blizzard campus. Image credit:Blizzard

Ketiga orang yang mengundurkan diri tersebut bukanlah orang baru. Ketiganya sudah sangat lama bekerja di Blizzard, seperti Jesse McCree dan Jonathan LeCraft yang telah berada di Blizzard sejak 2005. Jesse McCree merupakan level designer di Blizzard yang sebelumnya telah mengerjakan berbagai proyek seperti Diablo 3 dan juga ekspansi-ekspoansi untuk World of Warcraft. Namanya bahkan diabadikan ke dalam karakter Overwatch, McCree.

Jonatahan LeCraft merupakan senior game designer untuk World of Warcraft yang mayoritas mengerjakan berbagai ekspansi dari WoW sejak The Burning Crusade yang dirilis pada 2007.

Sedangkan, Louis Barriga yang juga telah berada di Blizzard sejak 2006 juga ikut mengembangkan The Burning Crusade. Dirinya juga dikenal oleh komunitas game saat menjadi wajah bagi Diablo 4 sejak diumumkan pertama kali. Sayangnya, Diablo 4 masih dalam tahap pengembangan dan belum memiliki informasi baru apapun.

Kasus gugatan terhadap Activision-Blizzard ini terus berlanjut karena masih belum ada tanggapan dan juga solusi yang diberikan oleh para petinggi dan direksi perusahaan. Sedangkan para karyawan juga sempat mogok kerja serta menuntut agar permintaan-permintaan mereka untuk dikabulkan.

Buntut Kasus Activision Blizzard, Banyak Sponsor Overwatch League Mundur

Kasus protes para karyawan Activision-Blizzard yang tak kunjung menemukan jalan keluar ternyata mulai memberikan dampak negatif kepada perusahaan. Beberapa sponsor dari turnamen Overwatch League 2021 mulai mengevaluasi ulang kerja sama mereka.

Dilansir dari Washington Post, Coca-Cola dan State Farm telah menyatakan bahwa mereka mengkaji ulang keterlibatan mereka karena banyaknya reaksi negatif terhadap kasus gugatan diskriminasi gender dan pelecehan seksual yang dituduhkan kepada Activision Blizard dua minggu lalu.

Hal tersebut diperparah karena pihak Activision Blizzard tidak kooperatif terhadap kasus ini dengan tidak jujur dan menutupi fakta-fakta yang terjadi di dalam perusahaan. Hal ini tentunya berujung pada aksi walk-out dan demo yang dilakukan para karyawan beberapa hari yang lalu.

Saat Coca-Cola dan State Farm masih mengkaji ulang, beberapa sponsor lain dari turnamen tersebut seperti Kellogg yang membawahi brand makanan ringan seperti Cheez-It dan Pringles telah hilang dari daftar sponsor.

Tampilan sponsor Overwatch League 2021 yang hanya tersisi Xfinity, Coca-Cola, dan Teamspeak

Raksasa telekomunikasi T-Mobile juga dilaporkan telah resmi mengundurkan diri dari turnamen terbesar Overwatch tersebut. Meskipun mereka tidak memberikan pengumuman terbuka bahwa mereka mundur namun, sama seperti Kellog, nama mereka juga telah hilang dari daftar sponsor Overwatch League.

Bahkan State Farm meminta kepada pihak penyelenggara Overwatch League untuk meniadakan iklan yang ditayangkan untuk pertandingan-pertandingan yang berlangsung minggu ini.

Padahal turnamen Overwatch League 2021 ini sudah berlangsung sejak 16 April 2021 lalu dan baru akan berakhir pada September mendatang. Berarti masih ada waktu satu bulan lebih hingga turnamen ini selesai. Diprediksi, akan ada lebih banyak sponsor yang akan ikut mundur melihat bahwa kasus yang dihadapi oleh Activision-Blizzard ini masih jauh dari kata selesai.

Sebelumnya kami telah mengabarkan bahwa kumpulan pekerja Activision-Blizzard membentuk aliansi pekerja yang kemudian menyurati CEO Blizzard, Bobby Kotick dan para direksi. Para karyawan tentunya meminta adanya keseriusan dari para petinggi Activision Blizzard terhadap kasus gugatan yang berjalan tersebut.

Karyawan Activision Blizzard Bentuk Koalisi, Tolak Putusan Sang CEO

Kelanjutan dari demo mogok kerja yang dilakukan oleh para karyawan Activision Blizzard terhadap gugatan pelecehan seksual kepada para petingginya terus berlanjut. Kini para karyawan yang melakukan aksi tersebut membentuk sebuah koalisi yang disebut “Aliansi Pekerja ABK”.

Aliansi pekerja ini dibentuk karena perusahaan dianggap gagal memenuhi tuntutan yang dimiliki oleh para karyawan. Aliansi ini berisikan karyawan-karyawan dari Activision, Beenox, Blizzard Entertainment, High Moon Studios, Infinity Ward, King, Sledgehammer Games, Raven Software, dan Vicarious Visions, serta studio dan anak perusahaan Activision Blizzard lainnya.

Aliansi ini kemudian mengirimkan surat kepada CEO Activision Blizzard, Bobby Kotick dan para direksinya. Surat tersebut berisikan permintaan kepada para tim pimpinan eksekutif untuk menanggapi gugatan dari Departemen Ketenagakerjaan California dan mengakui realita kondisi kerja yang ada di perusahaan tersebut.

Mereka juga menuntut adanya perubahan yang berarti di Activision Blizzard. Pasalnya, aliansi tersebut merasa bahwa solusi perusahaan yang disampaikan oleh sang CEO tidak menjawab permintaan mereka.

Image credit: techobig

Selain itu, mereka juga mengkritik keputusan perusahaan yang memilih menyewa firma hukum WilmerHale untuk mengaudit perusahaan mereka. Hal tersebut dipermasalahkan karena firma hukum WilmerHale ini sudah memiliki hubungan dengan para eksekutif Activision Blizzard sebelumnya, yang dianggap akan membuat adanya konflik kepentingan.

WilmerHale juga dikatakan memiliki sejarah melemahkan hak-hak dan aksi dari para pekerja. Firma hukum ini juga dikenal memang ahli dalam melindungi mereka yang kaya dan berkuasa. Karena itu, muncul sebuah kekhawatiran jika usaha para pekerja akan dimentahkan begitu saja.

Di akhir surat yang diterima IGN, Aliansi Pekerja AKB juga menyebutkan beberapa inisiatif yang mereka lakukan untuk improvisasi lingkungan kerja mereka, seperti bimbingan kerja antar karyawan, sesi mendengarkan terbuka untuk membantu karyawan, dan juga pertemuan komunitas antar pekerja.

Aliansi Pekerja AKB mengatakan bahwa semua aksi tersebut mereka lakukan karena mereka mencintai studio mereka dan juga peduli kepada rekan-rekan kerjanya. Dan mereka meminta para petinggi eksekutif untuk juga ikut memberikan usaha untuk memperbaiki perusahaan bersama-sama.

Buntut Protes Gugatan Hukum, Blizzard Dukung Karyawannya untuk Ikut Mogok Kerja

Permasalahan internal yang dialami Activision-Blizzard kini semakin membesar pasca mereka digugat oleh karyawannya yang mengatakan bahwa terjadi banyak pelecehan seksual dan diskriminasi di tempat kerja mereka.

Namun sayangnya ketika Departemen Ketenagakerjaan California melayangkan tuduhan tersebut kepada Activision Blizzard, juru bicara perusahaan malah menyebut tuduhan tersebut tidak benar dan meyimpang.

Tak ayal, respon dari Activision Blizzard tersebut membuat para karyawannya marah. Tidak hanya karyawan yang masih aktif, namun juga para mantan karyawan mengecam respon dari perusahaan tersebut.

Lebih dari 2.600 karyawan dan juga mantan karyawan Activision Blizzard menandatangi petisi yang mengutuk tanggapan perusahaan terhadap gugatan yang dilayangkan sebelumnya.

Via: Dot Esports

Para karyawan yang mendukung gugatan tersebut bahkan kini berbondong-bondong untuk melakukan mogok kerja masal pada Rabu, 28 Juli waktu setempat. Mogok kerja ini dilakukan untuk menuntut para pimpinan di Activision Blizzard untuk memperbaiki kondisi kerja mereka untuk perempuan dan kaum minoritas lainnya. Uniknya Studio Blizzard malah merestui protes yang akan dilakukan tersebut.

Dikuti dari The Verge, pimpinan Blizzard mengirimkan email kepada para karyawan studionya hari ini bahwa mereka tidak akan menghadapi dampak apapun karena menghadiri mogok kerja tersebut. Bahkan mereka akan mendapat cuti dan tetap dibayar selama mogok kerja tersebut berlangsung.

Di sisi lain, CEO dari Activision Blizzard Bobby Kotick mengirimkan surat kepada para karyawannya pada hari Selasa waktu setempat untuk merespon kekhawatiran dari para karyawannya.

“Sangat penting bagi kami untuk mengakui semua prespektif dan pengalaman dan juga menghormati perasaan mereka yang telah diperlakukan tidak pantas.” Tulis Kotick dalam suratnya. ” Saya meminta maaf karena kami tidak memberikan empati dan pengertian yang memahami mereka.”

Aksi mogok kerja yang akan dilakukan tersebut akan diorganisir oleh karyawan dan akan dilaksanakan di luar area kampus Blizzard di Irvine. Mereka akan menuntut adanya audit pihak ketiga terhadap kepemimpinan perusahaan, penghapusan klausul penyelesaian masalah di luar pengadilan, publikasi gaji dan nilai promosi dari para karyawan, serta memfasilitasi lebih banyak keberagaman lewat peningkatan perektrutaan, promosi, dan prosedur perektrutan.

Lebih dari 500 Ribu Cheater Di-Ban dari Call of Duty: Warzone

Keberadaan game online kompetitif sepertinya selalu dihantui dengan keberadaan para cheater yang merusak sisi sportif dan fun yang ada di dalam game-nya. Terlebih lagi bila game tersebut bersifat free-to-play alias gratis yang sudah dapat dipastikan cepat atau lambat akan disusupi oleh cheater.

Game battle-royale milik Call of Duty yaitu Warzone pun tidak luput dari serangan para cheater. Untungnya Activision dan pengembang Raven Software tidak tinggal diam perihal para pemain curang ini. Mereka melaporkan bahwa, hingga kini, mereka telah melakukan ban terhadap lebih dari 500.000 akun yang terindikasi melakukan kecurangan.

Lewat akun Twitter resminya, Raven Software menyampaikan bahwa sehari sebelumnya mereka menghukum 30 ribu akun yang mencurigakan, yang membuat mereka telah menghukum lebih dari setengah juta akun di Call of Duty: Warzone.

https://twitter.com/RavenSoftware/status/1393280159642308609

Reaksi dari para pengikut Raven Software pun beragam perihal pernyataan tersebut. Beberapa pemain bahkan mengeluhkan bahwa akun mereka terkena hack dan masih belum bisa mendapatkan pemulihan akun. Beberapa orang bahkan mengaku terkena ban padahal tidak melakukan kecurangan sama sekali.

Raven Software sayangnya tidak menjelaskan lebih lanjut perihal ban masal yang dilakukan seperti persentase platform dari setengah juta pemain tersebut. Atau apa saja bentuk kecurangan yang dilakukan para pemain ini hingga akhirnya terkena ban.

Tentu hal ini juga berbahaya bagi COD: Warzone bila ternyata para pemain yang tidak bersalah juga menjadi korban dalam ban masal yang mereka lakukan. Terlebih dengan pengakuan banyak akun yang terbajak oleh pemain lain maka Raven Software juga harus meningkatkan perlindungan mereka terhadap keamanan akun para pemainnya.

Daftar game dengan laporan cheat terbanyak (Image credit: Surfshark)

COD: Warzone sendiri termasuk salah satu dari sekian ragam game online shooter kompetitif yang memiliki kasus cheater paling banyak. Dalam data yang diunggah di Surfshark diperlihatkan bahwa Warzone menempati posisi ke-4 di bawah Overwatch dan CS:GO. Sedangkan game yang menempati posisi pertama dalam laporan cheat terbanyak adalah Fortnite.

Lebih lanjut, data tersebut juga menjelaskan bahwa mayoritas kecurangan yang dilakukan oleh para pemain di game-game online shooter tersebut adalah aimbot dan wallhack. Aimbot, yang memungkinkan para cheater selalu mengenai sasaran secara akurat tanpa perlu membidik, menjadi mayoritas kecurangan yang tercatat.

Sedangkan dari laporan tersebut, negara yang paling banyak memiliki pemain curang dari game-game shooter tersebut adalah Swedia, diikuti dengan Amerika Serikat di urutan kedua, dan juga Georgia di urutan ketiga. Yang cukup mengejutkan adalah ternyata Rusia tidak masuk ke dalam urutan 5 besar dalam daftar tersebut terlepas dari stigma bahwa banyak cheater yang berasal dari negara tersebut.

Crash Bandicoot 4: It’s About Time Versi PC Akan Dirilis Akhir Maret

Iterasi terbaru dari seri game legendaris, Crash Bandicoot 4: It’s About Time, memang sudah dirilis di 2 last-gen console akhir tahun kemarin. Game ini dirilis untuk PS4 dan Xbox One pada tanggal 2 Oktober 2020. Setelah itu, game ini dirilis untuk lebih banyak console seperti PS5, Xbox Series X/S, dan Nintendo Switch pada tanggal 12 Maret 2021.

Sekuel yang akan bercerita tentang lanjutan dari petualangan Crash, Coco, dan Tawna melawan Dr. Cortex dan Dr. N. Tropy ini akan bisa Anda mainkan di PC mulai tanggal 26 Maret 2021 (lewat Battle.net). Crash Bandicoot 4 juga dibanderol dengan harga US$40.

Activision memang sebelumnya telah mengumumkan bahwa Crash 4 akan tersedia di PC tahun 2021 ini. Namun, banyak orang mengira game ini baru akan dirilis pada bulan Oktober — setahun setelah dirilis untuk console. Namun Activision nampaknya memberikan kejutan manis untuk para gamer PC.

Versi PC dari Crash 4 ini akan mendukung resolusi sampai dengan 4K, dukungan mouse dan keyboard, dan tanpa batasan framerate. Activision juga mengatakan Anda bisa memainkan game ini di 60fps dengan recommended specification, yaitu 16GB RAM, GeForce GTX 970 atau AMD R9 390, serta Intel Core i5 2500K/AMD Ryzen 5 1600X.

Buat gamer generasi muda, mungkin Anda tidak familiar dengan nama Crash Bandicoot. Pasalnya, seri game legendaris ini memang sempat mengalami jatuh bangun. Awalnya, tahun 1996-2000, seri Crash memang eksklusif untuk PlayStation. Ia bahkan digadang-gadang jadi ikon PlayStation, seperti Mario dengan Nintendo dan Sonic dengan SEGA. Anda juga bisa membaca sejarah berdirinya PlayStation yang sebenarnya dipicu oleh konflik dengan Nintendo di artikel kami sebelumnya.

Mulai tahun 2001, kemelut mulai terjadi dan game ini pun mulai dikembangkan oleh beberapa developer seperti Traveller’s Tales (2001-2004), Vicarious Visions (2002-2004, 2017), dan Radical Entertainment (2005-2008). Di tahun 2011 sampai 2016, seri Crash pun menghilang dari pasaran. Tahun 2017, game Crash muncul kembali namun hiatus lagi setahun di 2018.

Crash Bandicoot 4: It’s About Time mendapatkan banyak penilaian positif dari banyak media karena mampu membawa warna dan rasa baru tanpa meninggalkan ciri khasnya.

Bagi Anda yang penasaran kenapa banyak seri game lawas kembali muncul, versi Remake dan Remastered yang semakin sering, ataupun menjamurnya game-game dari franchise yang sama (Marvel, misalnya), saya pernah membahasnya lengkap beberapa waktu yang lalu.