Wakil Indonesia Untuk AOV Premier League 2020 Adalah DG Esports dan Team ELVO

AOV Star League (ASL) Indonesia Season 4 usai digelar, DG Esports berhasil menjadi juara setelah mendominasi liga dengan catatan menang-kalah 6-0. Pasca ASL Indonesia rampung, para penggemar esports AOV biasanya sedang bersiap untuk menyaksikan AOV World Cup yang terselenggara di tengah tahun.

Namun tahun ini ada yang berbeda. Sebagai dampak pandemi COVID-19, struktur skena kompetitif AOV secara internasional diubah. Karena turnamen offline yang mendatangkan banyak orang dari berbagai negara hampir tidak mungkin terlaksana selama masa pandemi , maka tahun ini Garena dan Tencent menyelenggarakan Arena of Valor Premier League (APL).

Mreupakan pengganti AWC 2020, APL 2020 merupakan liga online setingkat Asia Pasifik yang diikuti oleh empat liga AOV terbesar, yaitu Taiwan (GCS), Vietnam (AOG), Thailand (RPL), dan Indonesia (ASL). Indonesia mendapatkan dua slot di dalam APL 2020. DG Esports sebagai pemenang liga mendapat undangan langsung untuk bertanding di APL 2020.

Satu slot lagi diperebutkan lewat kualifikasi, yang diperebutkan oleh peringkat 2-4 ASL, yaitu EVOS Esports, SPCE Esports, dan Team ELVO. Perjuangan Team ELVO melaju ke APL 2020 terbilang cukup mulus. Sempat tersandung saat melawan SPCE Esports, ELVO.Cipengz dan kawan-kawan justru bisa babat habis EVOS Esports 2-0 di babak final. Maka dari itu, dengan ini DG Esports dan Team ELVO menjadi dua wakil Indonesia untuk APL 2020.

Ini adalah pertama kalinya EVOS Esports gagal mewakili Indonesia untuk kompetisi internasional. Ini mengingat posisi EVOS Esports yang adalah juara bertahan ASL Indonesia selama 3 kali berturut-turut, sehingga biasanya mereka mendapat jalur undangan.

Nantinya pertandingan APL 2020 akan dimulai pada 19 Juni mendatang. Bertanding dalam format double round robin pada babak grup, DG Esports dan Team Elvo akan menghadapi tim kelas berat di APL 2020 seperti Team Flash sang juara AIC 2019, ataupun Buriram United yang merupakan runner-up di AIC 2019.

Terakhir kali pada AIC 2019, EVOS Esports memberikan hasil yang membanggakan walau belum berhasil jadi juara. Mereka ketika itu berhasil lolos dari babak grup, walau akhirnya harus tumbang melawan Buriram United di fase perempat-final.

Tahun ini, akankah DG Esports dan Team ELVO dapat memberikan hasil yang positif dalam gelaran APL 2020 nanti? Tayangan pertandingan sudah dimulai sejak 13 Juni, dengan pertandingan persahabatan sebagai sarana latih tanding antar tim peserta. Anda para penggemar esports AOV nanti bisa menyaksikan pertandingan APL 2020 di Channel YouTube resmi Garena AOV Indonesia.

MPL Invitational 4 Regions Cup Hadir Sebagai Pengganti MSC 2020

Pasca Mobile Legends Professional League Indonesia Season 5 usai, para penggemar esports Mobile Legends biasanya sudah mengantisipasi pertandingan Mobile Legends Southeast Asia Cup. Tahun lalu, ONIC Esports akhirnya berhasil membuktikan posisi Indonesia sebagai yang terbaik di Asia Tenggara, setelah dua tahun sebelumnya Indonesia kerap gagal menggapai posisi juara.

Tahun 2020 ini seharusnya menjadi tahun ke-4 bagi MSC, namun gelaran ini terpaksa dibatalkan karena pandemi COVID-19 yang tak kunjung reda. Ketika merilis informasi tersebut, Moonton sudah menyebut bahwa mereka akan mengadakan turnamen pengganti MSC tersebut. Setelah beberapa saat, Moonton akhirnya membuka informasi tersebut bahwa turnamen tersebut adalah MPL Invitational 4 Regions Cup.

Sumber: Moonton
Walaupun MSC 2020 gagal terselenggara, tetapi ada MPL Invitational 4 Regions Cup hadir sebagai pengganti. Sumber: Moonton

Seperti namanya, MPL Invitational 4 Regions Cup ini melibatkan lebih sedikit negara dibanding dengan MSC. MPL 4 Regions Cup melibatkan Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Myanmar, sementara MSC juga melibatkan 5 negara lainnya termasuk Filipina, Thailand, Vietnam, Kamboja, dan Laos.

Untuk format, MPL 4 Regions Cup melibatkan 12 tim. Mereka lalu bertanding dalam tiga fase, yaitu dua kali kualifikasi dan babak Playoff. Pada babak kualifikasi, 12 tim akan bertanding ke dalam tiga grup. Empat tim di masing-masing grup berlomba untuk jadi yang terbaik, memperebutkan 8 slot untuk bertanding di babak Playoff.

Babak kualifikasi dimulai 19 hingga 28 Juni 2020 mendatang, sementara babak Playoff akan digelar selama 3 hari berturut-turut, mulai dari 3 Juli hingga 6 Juli 2020 mendatang. Memperebutkan hadiah sebesar Rp1 miliar, kompetisi ini juga melibatkan dua tim MLBB terbaik Indonesia yaitu RRQ Hoshi dan EVOS Legends.

Hadiah kemenangan EVOS esports
Sumber: MPL Official Sites

“Juara MPL Indonesia akan bertemu dengan juara MY/SG. Bisa juga nantinya akan terulang pertandingan el clasico di babak final nanti. Banyak sekali kemungkinan di turnamen ini. Intinya, kami tidak ingin hanya menampilkan hiburan semata, tetapi juga menumbuhkan nasionalisme di jiwa pemuda Indonesia.” ucap Lucas Mao, Komisaris MPL Indonesia dalam rilis.

Menarik melihat bagaimana regional Asia Tenggara tetap punya ragam turnamen MLBB, walaupun sedang dalam keadaan pandemi COVID-19. Sebelumnya ada ONE Esports MLBB Invitational yang menambahkan Burmese Ghouls ke dalam daftar tim Undangan. Selain itu ada juga Razer SEA Invitational yang juga akan diadakan pada tanggal 3 Juli 2020 mendatang.

Manchester City Adakan Man City FIFA 20 Cup, Total Hadiah Capai Rp20 Juta

Pandemi virus corona menyebabkan berbagai kegiatan olahraga dibatalkan, termasuk liga sepak bola. Turnamen esports game sepak bola lalu menjadi alternatif, menghibur lara para fans sepak bola. Memang, beberapa bulan belakangan, muncul berbagai turnamen FIFA dan PES. Sekarang, Manchester City mengumumkan bahwa mereka akan mengadakan turnamen FIFA 20 di Singapura. Turnamen yang dinamai Man City FIFA 20 Cup ini akan diadakan secara online menggunakan PlayStation 4.

Pendaftaran Man City FIFA 20 Cup telah dibuka dan baru akan ditutup pada 12 Juni 2020 pukul 11.59 malam. Babak kualifikasi pertama akan diadakan pada 13 Juni sementara babak kualifikasi kedua diselenggarakan pada keesokan harinya, yaitu pada 14 Juni 2020. Dari setiap babak kualifikasi, akan dipilih empat pemain terbaik untuk bertanding di Weekend Finals Group Stage, yang diadakan pada 20 Juni 2020.

Finals Group Stage akan menggunakan format single round-robin. Dalam setiap pertandingan, dua peserta hanya akan bertanding satu kali. Dari Finals Group Stage, akan dipilih dua pemain terbaik untuk berlaga di Weekend Finals Playoffs, yang diadakan pada 21 Juni 2020. Finals Playoffs akan menggunakan format double elimination.

Man City FIFA 20 Cup
Di tengah pandemi, Manchester City berinisiatif mengadakan turnamen FIFA 20. Sumber: IGN

Man City FIFA 20 Cup didukung oleh Nexen-Tire, perusahaan ban yang telah menjadi rekan Manchester City sejak lama. Total hadiah dari turnamen ini mencapai SG$2 ribu atau sekitar Rp20 juta. Shaun “Shellzz” Springette, pemain esports profesional yang mewakili Manchester City dalam kompetisi FIFA, juga akan ikut serta dalam turnamen tersebut. Dia menawarkan diri untuk bertanding dengan para peserta Man City FIFA 20 Cup.

“Saya senang mendengar kabar bahwa City akan menyelenggarakan turnamen esports online pertamanya di Singapura,” kata Shellzz, dikutip dari situs resmi Manchester City. “Singapura adalah pusat berkumpulnya para gamer berbakat dan kami tidak sabar untuk melihat permainan mereka.”

Manchester City bukan satu-satunya klub sepak bola yang berinisiatif untuk mengadakan turnamen FIFA 20. Sebelum ini, Los Angeles Football Club (LAFC) bekerja sama dengna Allied Esports untuk mengadakan turnamen FIFA 20. Sementara klub-klub liga Spanyol mengirimkan para atletnya untuk ikut serta dalam turnamen FIFA 20 yang diusulkan oleh komentator esports Spanyol, Ibai Llanos.

ONE Esports MLBB Invitational Tambah Burmese Ghouls Ke Dalam Daftar tim Undangan

Sebagai dampak pandemi COVID-19, banyak kompetisi jadi dibatalkan dan berubah format menjadi online. Dari skena Mobile Legends Bang-Bang, Mobile Legends Southeast asia Championship (MSC 2020) jadi salah satu kompetisi yang dibatalkan. Namun demikian, kompetisi alternatif tetap hadir untuk tetap menyemarakkan ekosistem kompetisi game tersebut.

Salah satu kompetisi tersebut adalah ONE Esports MLBB Invitational. Merupakan kompetisi MLBB setingkat Asia Tenggara, kompetisi ini diikuti oleh 7 negara di Asia Tenggara, yaitu Singapura, Malaysia, Thailand, Laos, Filipina, Myanmar, dan Indonesia.

Dari babak kualifikasi, sudah ada 5 tim yang tergabung ke dalam kompetisi ini. Ada Bigetron Alpha dari kualifikasi Indonesia, EVOS SG dan Team Bosskurr dari kualifikasi MY/SG, IDNS dari kualifikasi Thailand dan Laos, serta Cignal Ultra dari kualifikasi Filipina. Tersisa kualifikasi Myanmar yang akan diselenggarakan pada 13-14 Juni 2020 mendatang.

Sumber: ONE Esports
Sumber: ONE Esports

Sementara itu untuk tim undangan, ONE Esports MLBB Invitational baru kedatangan satu tim lagi yang akan turut serta di dalam kompetisi ini. Ia adalah Burmese Ghouls. Tim ini merupakan tim terkuat di Myanmar sampai saat ini. Merupakan juara MPL Myanmar Season 3, mereka juga sedang memuncaki klasemen MPL Myanmar Season 4. Burmese Ghouls akan bergabung dengan 3 tim undangan lainnnya yaitu EVOS Legends dan RRQ Hoshi dari Indonesia, serta Resurgence dari Singapura.

Maka dari itu, berikut daftar tim yang akan bertanding di ONE Esports MLBB Invitational.

Invited Teams

  • EVOS Legends
  • RRQ Hoshi
  • Resurgence
  • Burmese Ghouls

Country Qualifier Champions

  • Indonesia – Bigetron Alpha
  • Singapore – EVOS SG
  • Malaysia – Team Bosskurr
  • Thailand & Laos – IDNS
  • Philippines – Cignal Ultra
  • Myanmar – Qualifiers take place on June 13-14

Memperebutkan total hadiah sebesar US$150.000, pertandingan ONE Esports MLBB Invitational seharusnya diselenggarakan pada 1 hingga 5 Juli 2020 mendatang di Jakarta. Namun jika mengutip dari laman resmi milik ONE Esports, dikatakan untuk sementara waktu jadwal pertandingan ini ditunda.

Hingga saat ini, belum ada informasi lebih lanjut seputar tanggal kemungkinan ONE Esports MLBB Invitational akan diselenggarakan, ataupun kemungkinan perubahan format menjadi online. Semoga saja, gelaran ini bisa tetap berjalan di masa depan, agar kita para penggemar esports bisa tetap menyaksikan aksi ciamik para pemain dari tim terbaik di Asia Tenggara.

Penonton Valorant Justru Menurun Setelah Rilis, Ada Apa?

Kemarin, FPS besutan Riot Games yang telah lama ditunggu-tunggu akhirnya rilis. Jelang perilisannya, Valorant memang sudah sangat ditunggu-tunggu oleh para gamers. Dalam sebuah rilis Riot Games mengatakan bahwa selama fase closed-beta yang diadakan di Amerika Serikat dan Eropa, Valorant sudah ditonton total selama 470 juta jam dan dimainkan hampir oleh 3 juta pemain.

Antusiasme game ini juga menjadi semakin tinggi, apalagi setelah banyak pihak ketiga yang terjun turut meramaikan Valorant. Mulai dari T1, G2 Esports, dan beberapa organisasi esports lainnya yang segera mencari pemain untuk tim Valorant. Beberapa organisasi juga menyelenggarakan turnamen Valorant, seperti Twitch yang mengadakan Twitch Rivals, ESPN, bahkan termasuk organisasi esports seperti T1.

Terlepas dari antusiasme yang sangat tinggi saat game ini pertama kali diperkenalkan, dan diberikan aksesnya kepada para pemain secara terbatas, muncul tanda tanya besar setelah game ini dirilis. Dapatkah Riot mendapatkan kesuksesan yang sama seperti League of Legends pada Valorant?

Secara bisnis, Whalen Rozelle, Senior Director of Esports Riot Games mengatakan bahwa Riot Games berdiskusi dengan 120 organisasi dan tim profesional selama pengembangan closed-beta Valorant. Namun menariknya, terlepas tingginya antusiasme game ini pada masa closed-beta, jumlah penonton konten Valorant malah menurun pada saat rilis secara terbuka pada 2 Juni 2020 kemarin.

Mengutip dari Twitchtracker, jumlah penonton rata-rata konten Valorant di Twitch justru mencapai puncaknya pada bulan April 2020, dengan rata-rata penonton sebanyak 478.682. Jumlah rata-rata penonton menurun pada bulan Mei menjadi 194.576 orang meskipun jumlah Channel yang menyiarkan Valorant masih sama, yaitu sebanyak 6.397 channel. Jumlah ini lalu menurun lagi di bulan Juni, menjadi hanya memiliki rata-rata penonton sebanyak 76.947 orang.

Sumber: TwitchTracker
Sumber: TwitchTracker

Mungkin ada beberapa faktor yang menyebabkan ini, salah satunya adalah promosi dari Riot Games yang bisa dibilang cenderung menurun ketika melakukan perilisan secara global. Pada saat merilis closed-beta di bulan April, Riot memberi satu insentif yang membuat game ini bisa memecahkan rekor penonton Twitch dengan 1,7 juta concurrent viewers.

Insentif yang diberikan adalah berupa beta keys Valorant untuk mereka yang menonton beberapa channel Twitch yang bekerja sama dengan Riot Games. Sebagai game yang baru rilis, dan dibuat oleh pengembang yang sudah terkenal lewat League of Legends, tak heran jika jutaan orang jadi tertarik untuk menonton dan mencoba Valorant.

Satu hal lagi adalah, bulan Juni yang baru saja dimulai, membuat data yang terkumpul sebenarnya belum bisa sepenuhnya menggambarkan tingkat penonton Valorant di Twitch. Namun demikian Riot Games tidak tinggal diam. Mereka tetap menggenjot promosinya, salah satunya dengan mengadakan Valorant Launch Showdown dengan hadiah sebesar US$200.000.

Melihat antusiasmenya yang sangat tinggi pada saat awal perilisan, membuat banyak pihak jadi penasaran, dan bahkan mungkin sedang mempertimbangkan untuk menginvestasikan diri ke ekosistem Valorant. Apalagi bagi ekosistem esports di Asia Tenggara, yang sejauh ini masih minim dukungan secara esports dari Riot Games.

Kita lihat saja, apakah Riot Games bisa mempertahankan keberlanjutan antusiasme pemain terhadap Valorant, dan apakah Riot Games akan memberi dukungan kepada ekosistem esports di Asia Tenggara dan Indonesia untuk game yang satu ini?

Bisakah Riot Mengulang Kesuksesan League of Legends dengan Valorant?

Riot Games resmi meluncurkan Valorant pada 2 Juni 2020. Setelah sukses menjadikan League of Legends sebagai salah satu game esports paling populer, muncul pertanyaan apakah Riot akan bisa kembali sukses dalam mengembangkan ekosistem esports Valorant. Satu hal yang pasti, bahkan sebelum game tactical shooter itu diluncurkan, beberapa pelaku esports, seperti Twitch, T1, G2 Esports, dan ESPN, telah membuat turnamen Valorant di Amerika Utara dan Eropa.

Sebelum ini, Riot mengatakan, mereka akan membiarkan pihak ketiga membuat turnamen Valorant. Mereka tidak akan langsung menyelenggarakan liga Valorant dengan model franchise, lain halnya dengan liga League of Legends. Sekarang, liga League of Legends di Amerika Utara, Eropa, dan Tiongkok telah menggunakan model franchise, sementara liga di Korea Selatan akan mulai mengaplikasikan model tersebut pada 2021.

“Jika kami menawarkan kerja sama permanen sejak awal, tanpa memberikan kesempatan pada gamer dan komunitas untuk mencari tahu apa yang mereka inginkan, hal ini akan menyulitkan kami untuk berubah jika kami menemukan sesuatu yang baru dalam waktu satu atau dua tahun ke depan,” kata Whalen Rozelle, Senior Director of Esports, Riot Games, menurut laporan ESPN. “Menggunakan model lisensi untuk mengadakan turnamen terbuka memungkinkan kami belajar dan melakukan penyesuaian sehingga kami dapat menemukan format terbaik untuk para fans Valorant.”

Namun, membiarkan pihak ketiga menyelenggarakan turnamen bukan berarti Riot tidak akan membuat kompetisi Valorant sendiri sama sekali. Faktanya, bersamaan dengan peluncuran Valorant, Riot mengadakan turnamen Valorant Launch Showdown.

ekosistem esports Valorant
Valorant menarik perhatian bahkan sebelum ia diluncurkan.

Rozelle berkata, dengan mengumpulkan data tentang scene esports Valorant, Riot berharap, mereka bisa mengembangkan ekosistem yang menghargai baik tim profesional maupun para sponsor. Memang, selama mengembangkan scene esports League of Legends, Riot pernah mendapatkan sejumlah kritik karena dianggap gagal memberikan insentif bagi tim yang memang serius di League of Legends.

“Setelah mengadakan turnamen League of Legends selama 10 musim, tidak bisa tidak, kami menyadari bahwa ada beberapa hal yang kami harap bisa kami ubah,” ujar Rozelle. “Misalnya, kami seharusnya menjalin kerja sama dengan tim lebih cepat.” Belajar dari kesalahan, Riot mengajak lebih dari 120 organisasi dan tim profesional untuk berdisksui sebelum meluncurkan versi beta dari Valorant.

“Tujuan kami adalah memulai kerja sama dengan organisasi-organisasi tersebut, atau mempererat hubungan kami dengan tim yang sudah terlibat dalam League of Legends,” kata Rozelle. “Kami menghabiskan banyak waktu untuk saling bertanya jawab — game esports FPS lain apa yang pernah mereka mainkan? Apa yang ingin mereka temukan di ekosistem esports Valorant? Kami juga mendiskusikan tentang rencana kami dan pendekatan kami akan kritik dan saran yang kami terima.”

Sebagai game esports, Valorant memiliki beberapa fitur unik. Salah satunya adalah keberadaan spectator mode. Para pemain mungkin tidak akan merasakan manfaat dari fitur ini. Namun, bagi penyelenggara turnamen, keberadaan fitur tersebut akan sangat membantu. Sayangnya, selama beta, spectator mode di Valorant belum bekerja sempurna. Terkait hal ini, Ryan “Morello” Scott, character designer Valorant mengatakan, specator mode memang bukan salah satu fitur utama yang mereka fokuskan pada peluncuran. Namun, Rozelle menyebutkan, timnya tengah mengusahakn untuk memperbaiki sejumlah masalah yang ada dalam game, termasuk terkait spectator mode.

Sponsor Liga Sepak Bola Inggris kini Sponsori Esports untuk Mahasiswa

Semakin besarnya esports membuat banyak pihak jadi percaya bahwa industri ini akan meraih kesuksesan di masa depan. Newzoo, salah satu lembaga riset pasar gaming dan esports ternama memprediksi, bahwa nilai industri ini akan mencapai angka Rp15,4 triliun pada tahun 2020. Melihat ini jadi tidak heran banyak ibrand, entah itu endemik atau non-endemik, ingin terjun dan mensponsori perkembangan ekosistem esports.

Setelah ada Pringles yang jalin kerja sama dengan ESL, atau Mastercard yang menjalin kerja sama untuk banner in-game di dalam kompetisi League of Legends, kali ini ada Barclays yang mensponsori esports untuk mahasiswa di Inggris. Nama Barclays mungkin sudah tidak asing bagi Anda pecinta sepak bola. Merupakan bank investasi multinasional asal Inggris, perusahaan ini merupakan title sponsor dari liga sepak bola kasta utama di Inggris.

Sumber: Esports Insider
Game Technology Frenzy, kerja sama pertama NSE dengan Barclays. Sumber: Esports Insider

Barclays mensponsori National Student Esports (NSE) selama tahun akademik 2020/21, yang digunakan untuk mensponsori British University Esports Championship dan membuat inisiatif esports bagi para mahasiswa di masa depan nanti. Mengutip dari Esports Insider, kerja sama ini merupakan lanjutan dari gelaran Barclays Game Technology Frenzy yang diadakan pada bulan Januari 2020 lalu.

Dari Esports Insider, Jonathin Tilbury, Managing Director NSE mengatakan. “Sejak awal, kami terkejut dengan semangat dari tim di Barclays terhadap esports. Kami sangat semangat sekali untuk melanjutkan kerja sama ini dengan brand yang berkomitmen untuk membuat masa depan esports bagi mahasiswa jadi lebih positif.”

Ben Davey, CEO Barclays Venture menambahkan. “Kami sangat senang untuk bekerja sama dengan NSE. Kami melihat betapa pentingnya peran mereka dalam membangun esports akar-rumput di Inggris. Terlebih NSE tak sekadar menyatukan para siswa di penjuru negeri untuk bermain dan berkompetisi bersama, tetapi mereka juga membuat program seperti FutureGen, yang memberi kesempatan bagi para individu untuk berkembang menjadi lebih baik.

Sumber: Esports Insider
Sumber: Esports Insider

Ini sebenarnya bukan kali pertama bagi Barclays terlibat di dalam esports. Sebelumnya mereka juga mensponsori liga LoL lokal Inggris dan Irlandia, United Kingdom League Championship (UKLC) Summer Split, yang akan dimulai pada 14 Juni 2020 mendatang.

Melihat bagaimana liga sepak bola Inggris berkembang pesat, salah satunya berkat sokongan Barclays, semoga saja dukungan Barclays juga bisa membuat esports semakin berkembang baik lokal di Inggris atau internasional.

Fnatic Adalah Pemenang ESL ONE Birmingham SEA Online League

Akhir pekan lalu menjadi puncak dari pertandingan ESL One Birmingham – SEA Online League. Diikuti oleh 6 tim Dota 2 dari Asia Tenggara, puncak pertandingan ini mempertemukan salah satu rivalitas yang cukup keras di skena Dota 2 Asia Tenggara, Fnatic dengan BOOM Esports.

Sebelumnya pada babak grup BOOM Esports sebenarnya tampil mendominasi, dengan catatan menang-kalah 4-1. Sementara Fnatic mengintil di peringkat 2 dengan catatan menang-kalah 3-2. Namun ketika masuk babak Playoff, BOOM Esports tersandung pada pertemuan pertamanya melawan Fnatic di Winners Round 1, kalah 2-0.

Karena itu, Dreamocel dan kawan-kawan harus merangkak dari lower-bracket, mengalahkan Geek Fam 2-0 terlebih dahulu untuk bisa membalaskan dendamnya terhadap Fnatic. Daryl Koh (Iceiceice) dan kawan-kawan terbilang tampil mendominasi dalam seri pertandingan best-of-5 melawan BOOM Esports.

Game pertama, Fnatic sudah memegang jalannya pertempuran sejak 15 menit pertama pertandingan. Dengan skor kill 12 – 4 untuk Fnatic di menit 16, BOOM Esports jadi kewalahan menghadapi tempo permainan yang ada. Keunggulan tersebut terus menjadi momentum bagi Fnatic sampai memaksa Rafli Fathur Rahman (Mikoto) mengetik GG untuk BOOM Esports di menit 32.

BOOM Esports sempat membalas di game kedua. Mikoto dengan hero andalannya, Void Spirit, berhasil membuat Fnatic jadi kalang kabut menghadapinya. Kill demi kill didapat membuat momentum positif bagi BOOM Esports. Fnatic melawan dengan perlawanan terbaiknya, tetapi BOOM Esports terlalu kuat, hingga Ancient milik Nuengnara Teeramahanon (23Savage) dan kawan-kawan akhirnya pecah di menit 42.

Walau kalah pada game sebelumnya, Fnatic membuktikan mental juaranya di game keempat dan lima. Sempat terseok di awal game empat, namun Fnatic bangkit lagi dan berhasil memenangkannya. Ini membuat jalan menjadi semakin mulus bagi Fnatic, sampai mereka menjadi juara ESL One Birmingham – SEA Online League setelah menangkan game kelima.

“Menurut gue, hasil melawan Fnatic bisa berdampak baik bagi kami, walaupun hasilnya adalah kekalahan. Baik karena bisa menjadi motivasi tambahan bagi kami. ” Tukas Brizio Adi Putra (Hyde).

Hyde lalu menjelaskan soal alasan, kenapa BOOM Esports bisa menang melawan Fnatic saat Group Stage, namun kalah di babak final. “Mungkin mereka lebih siap saat Playoff. Mungkin juga mereka riset lebih banyak soal cara main BOOM Esports sebelum bertanding di babak final.” Ucapnya.

Kemenangan ini memberikan Fnatic hadiah sebesar US$15.000 (sekitar Rp216 juta), sementara BOOM Esports menerima US$10.000 (sekitar Rp144,6 juta) sebagai runner-up dari pertandingan ini. Melihat dari catatan Gosugamers, pertemuan antara Fnatic dengan BOOM Esports sampai saat ini masih dikuasai oleh Fnatic dengan catatan 5 kali menang, satu kali seri, dan dua kali kalah.

Pertandingan berikutnya bagi BOOM Esports adalah Huya E-Sports Legendary League dan ONE Esports Dota 2 SEA League. Semoga BOOM Esports bisa semakin baik lagi, dan mendapatkan hasil yang memuaskan di pertandingan berikutnya.

Lamborghini Terjun ke Esports, Adakan Turnamen Balapan Virtual The Real Race

Mobil Lamborghini biasanya identik dengan dua hal, yaitu kemewahan dan kecepatan. Memang, tidak semua orang bisa membeli mobil buatan Lamborghini, yang dihargai mulai dari US$200 ribu sampai US$5 juta. Namun, itu tidak menghentikan perusahaan Italia tersebut untuk masuk ke dunia esports demi marketing.

Berbeda dengan BMW yang bekerja sama dengan 5 organisasi esports, Lamborghini memilih untuk mengadakan turnamen balapan bersama game Assetto Corsa Competizione. Kompetisi itu akan berlangsung selama 5 minggu, mulai 29 Mei 2020 sampai Agustus 2020. Pada babak final, yang diadakan di Italia pada September, pemenang akan melawan para pembalap terbaik Lamborghini. Semua orang boleh ikut serta dalam kompetisi esports itu, yang mengharuskan semua pesertanya menggunakan satu tipe mobil.

“Menyelenggarakan turnamen balapan virtual sesuai dengan strategi Lamborghini untuk mendekatkan diri dengan generasi muda,” kata Katia Bassi, Chief Marketing Officer, Lamborghini, seperti dikutip dari The Washington Post. “Kami menjual 8 ribu mobil setiap tahun. Faktanya, kompetisi esports ini akan membantu kami meningkatkan brand awareness… Dan sejujurnya, turnamen itu juga akan membantu kami mendapatkan data untuk marketing. Semakin banyak data yang kami kumpulkan dari fans kami, semakin baik, karena kami ingin bisa melakukan marketing yang akurat.”

Lamborghini esports
Lamborghini bekerja sama dengan Assetto Corsa Competizione untuk mengadakan The Real Race.

Lamborghini bukan perusahaan mobil pertama yang mengadakan turnamen esports yang mengharuskan para pembalanya menggunakan satu tipe mobil. Pada 2018, Nissan bekerja sama dengan Gran Turismo untuk mengadakan Nissan GT Sport Cup. Sementara BMW dan Porsche masing-msaing mmenggandeng iRacing untuk mengadakan turnamen esports. Meskipun begitu, hal itu bukan berarti tidak ada ruang untuk kompetisi esports Lamborghini, menurut Joern A. Buss, konsultan perusahaan otomotif global Oliver Wyman.

“Turnamen dari satu manufaktur mobil sebenarnya lebih baik,” kata Buss. “Kompetisi tersebut akan memberikan banyak eksposur pada esports. Saya tidak keberatan melihat mobil yang sama saling beradu dengan satu sama lain. Elemen kompetitif turnamen lebih penting dari elemen-elemen lainnya.” Selain itu, dia menyebutkan, menyelenggarakan turnamen dengan satu tipe mobil menarik bagi perusahaan manufaktur mobil karena mereka bisa mendapatkan untung dengan mudah.

Buss mengungkap, dengan menjual lisensi merek perusahaan ke developer game balapan, sebuah perusahaan bisa mendapatkan keuntungan di atas 10 persen. “Perusahaan bisa mendapatkan untung dengan mudah. Mereka cukup memberikan logo dan hasil scan dari mobil mereka,” kata Buss. Selain keuntungan, alasan lain perusahaan mobil tertarik untuk bekerja sama dengan platform sim racing adalah karena mereka bisa membatasi siapa saja yang mendapatkan scan atas mobil mereka.

Melalui esports, sebuah perusahaan memang bisa mendekatkan diri dengan generasi milenial dan gen Z. Apalagi, esports balapan tumbuh pesat di tengah pandemi virus corona. Namun, keputusan perusahaan mobil untuk terjun ke esports tidak menjamin bahwa generasi muda akan membeli mobil mereka. Beberapa analis percaya, generasi milenial dan gen Z memiliki minat rendah untuk membeli mobil, terutama mobil mewah seperti Lamborghini. Buss mengakui, belum diketahui seberapa efektif marketing melalui esports bagi perusahaan mobil.

“Mengadakan turnamen balapan virtual adalah pedang bermata dua bagi perusahaan mobil,” kata Buss. “Anda bisa ikut serta dari rumah. Jadi, Anda mungkin tidak perlu membeli mobil itu dan bisa menikmati pengalaman menyetir menggunakan teknologi virtual reality. Namun, kesempatan untuk melakukan marketing dengan esports tetap menggiurkan.”

R6 APAC League Jadi Format Liga Rainbow Six Siege Baru di Asia

Belkangan, Ubisoft memang sedang melakukan perombakan yang cukup besar kepada skena kompetitif Rainbow Six internasional. Terakhir, mereka mengumumkan kerja samanya dengan FACEIT, yang menandakan babak baru dari skena kompetitif Rainbow Six Siege di Amerika Serikat, lewat gelaran kompetisi baru yang diberi nama North America League.

Selain dari apa yang terjadi di Amerika Serikat, Ubisoft baru-baru ini juga mengumumkan struktur kompetisi mereka di Asia Pasifik. Seperti di Amerika Serikat, kompetisi ini diberi nama yang mirip, yaitu Rainbow Six APAC League. Satu perubahan terbesar dalam struktur kompetisi baru ini adalah penambahan divisi baru.

Hal ini sempat saya perbincangkan dengan Ajie Zata (Lotus), sosok shoutcaster komunitas R6 IDN, yang juga menjabat sebagai manajer salah satu tim R6 Indonesia papan atas, Team Scrypt. Dalam perbincangan kami, Ajie menceritakan bahwa R6 APAC League datang dengan divisi baru, yaitu APAC North dan APAC South.

Lebih rinci, Ubisoft memberikan daftar negara dari pembagian tersebut. R6 APAC League – North Division berisikan Jepang, Korea Selatan, dan SEA yang termasuk Indonesia, Malaysia, Singapura, Taiwan, Filipina, dan Thailand. Satu yang menarik dari North Division ini adalah kehadiran dari tim Fnatic yang berisikan pemain Australia. Hal ini sendiri terjadi karena mereka memindahkan roster pemainnya ke Jepang untuk berkompetisi di R6 APAC League – North Division.

Lalu R6 APAC League – South Division berisikan dua sub-region yaitu Oseania dan Asia Selatan. Australia, New Zealand, Melanesia, Micronesia, dan Polynesia mewakili Oseania, sementara Asia Selatan berisikan India, Sri Lanka, Bangladesh, Nepal, dan Pakistan.

Perubahan lain terjadi pada format pertandingan. Format pertandingan North Division menggunakan Swiss System. Nantinya 12 tim yang berisikan 6 dari undangan dan 6 dari kualifikasi, akan bertanding dalam format best-of-one. Setelah pertandingan gelombang pertama dan terungkap 6 tim teratas, pertandingan lalu dilanjut dengan Swiss System gelombang berikutnya.

Sumber: Ubisoft
Sumber: Ubisoft

Pertandingan akan terbagi ke dalam 10 playday selama 5 pekan, dengan 6 pertandingan dilakukan setiap pekannya. Nantinya tim teratas akan melaju ke APAC regional qualifier, untuk mendapatkan kesempatan bertanding di Six Major.

Sementara itu South Divison memiliki formatnya sendiri. Regional Oseania dan South Asia punya liganya masing-masing dengan format round-robin. Nantinya 3 tim dari Oseania dan 1 tim dari South Asia akan bertemu dalam South Division Playoff. Dua tim terbaik dari divisi tersebut melaju ke APAC Playoff untuk saling bertanding dengan 6 tim lainnya dari North Division.

Walau secara struktur terlihat lebih rapih, dan memberi kesempatan terhadap lebih banyak tim, satu yang belum terlihat dari struktur ini mungkin adalah dukungan atas kompetisi untuk komunitas. Tak hanya itu, Ubisoft juga belum menyebutkan siapa saja tim yang akan mengisi R6 APAC North Division.