Tren Toko Game Digital Turunkan Potongan untuk Developer

Saat ini, Steam masih menjadi platform distribusi game PC paling dominan. Meskipun begitu, kebanyakan developer game merasa, potongan yang Steam dapatkan dari para developer — sebesar 30% dari total pemasukan sebuah game — terlalu besar. Hal ini diketahui berdasarkan survei yang dilakukan oleh Game Developers Conference (GDC) pada lebih dari tiga ribu pelaku industri game.

Dari survei GDC tersebut, diketahui bahwa hanya 3% responden yang menganggap, Steam dan GOG pantas untuk mendapatkan potongan sebesar 30% dari total pemasukan game. Sebanyak 3% responden lainnya mengatakan, potongan tersebut sudah sangat adil. Namun, sebagian besar responden merasa, platform distribusi digital seperti Steam seharusnya menurunkan potongan yang mereka kenakan pada developer. Sebanyak 43% responden menganggap, platform distribusi seharusnya hanya mengenakan potongan sebesar 10-15%.

Survei yang GDC lakukan merupakan survei tahunan. Pada 2020, survei GDC juga memuat pertanyaan tentang potongan yang dikenakan oleh platform distribusi digital game. Tahun lalu, hanya 7% responden yang merasa bahwa Steam pantas untuk mendapatkan potongan sebesar 30% dari total pemasukan game. Sementara pada 2019, GDC secara gamblang menanyakan pada para responden apakah Steam pantas untuk mengambil potongan sebesar 30% dari para developer game. Saat itu, sebanyak 32% responden menjawab “tidak”, sementara 27% lainnya menjawab “sepertinya tidak”.

Selama bertahun-tahun, potongan 30% yang didapatkan oleh platform distribusi digital game dianggap sebagai standar industri. Namun, beberapa tahun terakhir, muncul diskusi yang membahas tentang apakah platform distribusi game memang pantas untuk menetapkan potongan sebesar 30%. Peluncuran Epic Games Store pada akhir 2018 menjadi pemicu diskusi tersebut. Pasalnya, Epic berani menawarkan potongan yang jauh lebih kecil, hanya 12%.

Strategi Epic Games

Sebenarnya, platform distribusi digital game tidak menetapkan potongan sebesar 30% secara asal. Angka ini didasarkan pada potongan yang diambil oleh penjual retail di era CD, DVD, dan game disc. Ketika itu, penjual retail akan mengambil potongan sebesar 30% dari total penjualan game yang dijual di toko mereka. Walau dapat potongan, para penjual retail tidak bertanggung jawab atas biaya pengiriman dan produksi dari CD/DVD game yang hendak dijual. Berdasarkan laporan IGN pada 2019, toko retail — seperti Amazon, Gamestop, Best Buy dan Walmart — juga masih mengenakan potongan biaya 30% pada developer game.

Besar potongan yang diambil oleh penjual retail. | Sumber: IGN

Berbeda dengan toko fisik, platform digital tidak memerlukan biaya untuk membangun atau menyewa ruangan. Lalu, kenapa developer tetap dikenakan potongan? Alasannya, karena platform distribusi digital tetap membutuhkan biaya untuk membangun dan mempertahankan infrastruktur yang mereka miliki serta mengurus manajemen copy rights digital. Meskipun begitu, seperti yang dibuktikan oleh survei GDC, sebagian developer tetap merasa bahwa potongan sebesar 30% yang dikenakan oleh platform distribusi digital terlalu mahal.

Diskusi tentang potongan yang dikenakan oleh platform distribusi digital pada developer game dimulai ketika Epic Games meluncurkan platform distribusi mereka sendiri, yaitu Epic Games Store (EGS). Ketika itu, EGS berjanji bahwa mereka hanya akan mengambil 12% dari total pemasukan sebuah game. Meskipun begitu, platform distribusi lain tidak serta-merta mengikuti Epic dan menurunkan potongan yang mereka berikan pada developer game. Faktanya, Microsoft baru menurunkan potongan yang mereka kenakan pada developer pada April 2021.

Walau EGS menawarkan potongan yang lebih kecil untuk developer, tak bisa dipungkiri, Steam tetap lebih populer baik di kalangan gamers maupun developer. Berdasarkan survei GDC, hanya 6% developer yang mendapatkan untung besar dari dari EGS. Sebanyak 78% bahkan mengaku, mereka tidak menjual game mereka di EGS. Sementara itu, sebanyak 47% developer mengatakan bahwa lebih dari setengah pemasukan mereka berasal dari Steam. Dan hanya 40% developer yang memutuskan untuk tidak menjual game mereka via Steam.

Persentase potongan yang dikenakan oleh EGS. | Sumber: EGS

Selain masalah popularitas, EGS juga masih kalah dari Steam dari segi fitur, apalagi soal konten dari komunitas. Jumlah game yang tersedia di EGS juga jauh lebih sedikit. Alasannya, Epic masih menyaring game apa saja yang boleh masuk ke EGS. Sementara di Steam, semua developer bisa memasukkan game mereka di platform tersebut selama mereka bersedia membayar biaya sebesar US$100. Menurut PC Gamer, Epic berencana untuk membuka akses ke EGS ke lebih banyak developer pada akhir tahun ini. Mereka juga terus menambah fitur baru ke EGS agar tidak kalah dari Steam.

Untuk bersaing dengan Steam, salah satu strategi yang Epic gunakan adalah dengan menyediakan game eksklusif di EGS. Untuk itu, mereka telah menghabiskan ratusan juta dollar. Hanya saja, strategi ini membuat banyak gamers PC berang. Saat ini, EGS juga masih belum bisa mendapatkan untung. Namun, Epic percaya, di masa depan, EGS akan menghasilkan untung walau mereka hanya mengambil potongan sebesar 12% dari para developer game. Jika Epic bisa merealisasikan visi mereka tersebut, tak tertutup kemungkinan, akan ada lebih banyak developer yang tertarik untuk merilis game mereka di EGS.

Microsoft Juga Turunkan Potongan untuk Developer Game PC

Pada April 2021, Microsoft memutuskan untuk mengikuti jejak Epic Games dan menurunkan besar potongan yang mereka kenakan untuk developer game,dari 30% menjadi 12%. Ketentuan baru ini akan berlaku per 1 Agustus 2021. Seperti yang disebutkan oleh Polygon, keputusan Microsoft ini akan menguntungkan developer. Namun, alasan Microsoft melakukan hal ini tidak sepenuhnya altruistik. Dengan menurunkan potongan yang dikenakan pada developer, Microsoft berharap, akan ada semakin banyak developer yang tertarik untuk merilis game mereka di platform milik Microsoft.

“Developers game punya peran penting dalam usaha kami untuk menyediakan game-game hebat pada para gamers kami, dan kami ingin para developer bisa meraih sukses di platform kami,” kata Matt Booty, Head of Xbox Game Studios, Microsoft, seperti dikutip dari The Verge. “Sistem bagi hasil yang jelas berarti para developers akan bisa membuat lebih banyak game berkualitas untuk para gamers dan bisa menjadi lebih sukses.”

Microsoft berharap akan ada semakin banyak developer yang mau merilis game di Windows Store. | Sumber: The Verge

Sayangnya, Microsoft hanya menurunkan persentase potongan untuk developer game PC. Jadi, developer game Xbox akan tetap dikenakan potongan sebesar 30%. Microsoft tidak menjelaskan mengapa mereka melakukan hal tersebut. Kemungkinan, alasan mengapa mereka membedakan besar potongan yang dikenakan pada para developer game PC dan Xbox adalah karena model bisnis gaming Xbox yang memang berbeda dari PC.

Selain untuk menarik lebih banyak developer, keputusan Microsoft untuk mengikuti jejak Epic juga akan menjadi pendorong bagi Steam untuk melakukan hal yang sama. Memang, pada November 2018, Steam mengubah kebijakan mereka tentang potongan yang mereka kenakan pada developer. Namun, mereka masih mengenakan potongan sebesar 30%. Persentase potongan di Steam akan turun menjadi 25% ketika pemasukan sebuah game mencapai US$10 juta. Setelah itu, jika sebuah game mendapatkan pemasukan lebih dari US$50 juta, maka potongan yang Steam kenakan akan kembali turun, menjadi 20%.

Berapa Besar Potongan yang Dikenakan Pada Developer Mobile?

Pada awalnya, platform distribusi aplikasi mobile, seperti App Store dan Play Store, juga mengenakan potongan sebesar 30% pada developer aplikasi. Namun, belakangan, besar potongan yang dikenakan pada developer telah turun. Pada November 2020, Apple mengumumkan program bernama App Store Small Business. Program tersebut bertujuan untuk membantu developer kecil.

Program App Store Small Business berlaku per 1 Januari 2021. Untuk ikut serta dalam program ini, para developer harus mendaftarkan diri. Melalui program itu, developer yang pemasukan tahunannya tidak mencapai US$1 juta per tahun hanya perlu membayar potongan sebesar 15%. Namun, ketika pemasukan sebuah developer menembus US$1 juta, mereka akan dikeluarkan dari program ini dan harus membayar potongan sebesar 30%, seperti yang disebutkan oleh The Verge.

Apple mulai menurunkan potongan yang dikenakan pada developer aplikasi kecil.

Sementara itu, Google mengumumkan bahwa mereka akan mengurangi besar potongan yang mereka kenakan pada developer pada Maret 2021. Sama seperti Apple, Google hanya akan mengenakan potongan sebesar 15% pada developers yang pemasukannya kurang dari US$1 juta. Begitu pemasukan sebuah developer menembus batas US$1 juta, maka mereka harus membayar potongan sebesar 30%.

Menurut laporan VentureBeat, alasan Google dan Apple menurunkan potongan yang mereka kenakan pada developer aplikasi tidak hanya karena tren serupa terjadi di industri game PC. Alasan lain Apple dan Google melakukan hal itu adalah karena adanya ancaman dari pihak ketiga, yaitu Huawei. Tahun lalu, Huawei menawarkan developer bahwa mereka hanya akan mengambil potongan sebesar 0-15%. Hal ini bisa membahayakan keberadaan App Store dan Play Store karena saat ini, Huawei punya lebih dari 530 juta pengguna aktif. Dan setiap tahunnya, ada 384 miliar aplikasi yang dipasang di perangkat buatan Huawei.

Sumber header: VentureBeat

Ariana Grande Akan Jadi Bintang Konser Virtual Terbaru Fortnite

Game battle-royale milik Epic Games, Fornite memang telah membuktikan bahwa mereka bukan hanya sekadar game namun juga sebuah layanan hiburan. Bagaimana tidak, selain sebagai wadah untuk bermain game, Fortnite kini sudah dianggap sebagai tempat untuk bersosialisasi dan bahkan menikmati hiburan lain seperti konser musik.

Sebelumnya Fortnite telah berhasil menggelar beberapa konser seperti Marshmallow dan juga rapper Travis Scott yang ternyata disukai oleh para pemain karena memberikan sebuah pengalaman yang berbeda saat menonton konser virtual. Sisi interaktif dari sebuah video game yang ditawarkan Fortnite memang menjadi pengalaman baru.

Konser yang disebut Rift Tour ini akan berlangsung pada 6 Agustus 2021 mendatang pada pukul 6 sore waktu Amerika (Tanggal 7 Agustus pukul 5 pagi WIB). Akan ada 5 kali konser yang akan dipertunjukkan pada event yang akan berlangsung hingga 8 Agustus tersebut.

Untuk konsernya, para pemain bisa berkaca pada konser virtual Travis Scott di Fortnite tahun lalu. Para pemain akan masuk ke dalam arena bersama teman-temannya dan menikmati berbagai lagu dari Ariana Grande yang akan mempengaruhi elemen-elemen di dalam game-nya.

Ketika waktu konser utamanya tiba, para pemain akan melakukan perjalanan bersama-sama pemain lainnya menuju dunia yang akan menggabungkan dunia Fortnite dan Ariana.

Seperti biasa selain konser virtual tersebut, Epic juga akan menjual skin berbasis Ariana Grande yang akan masuk dalam koleksi “Icon Series”.  Selain skin, akan ada juga aksesoris seperti Piggy Smallz Back Bling. Berita baiknya para pemain yang menonton langsung Rift Tour tersebut akan dihadiahi item payung cantik Cuddly Cloudcruiser.

Konser Rift Tour yang diadakan oleh Fortnite memang terus mendulang sukses besar. Seperti konser sebelumnya yang mendatangkan Marshmello pada Februari 2019 berhasil mengumpulkan hingga 10 juta pemain. Dan konser Travis Scott pada April 2020 mampu menghadirkan hingga 12 juta pemain.

Dengan posisinya sekarang, Epic Games tentu cukup percaya diri untuk mendatangkan mega bintang seperti Ariana Grande ke dalam Fortnite. Dengan popularitasnya sebagai diva, Ariana tentu diharapkan akan mendatangkan lebih banyak pemain.

Epic Games Datangkan Mobil Ferrari ke Dunia Fortnite

Fortnite merupakan game Battle Royale ternama besutan Epic Games. Game ini dikenal dengan gameplay building-nya yang unik serta kolaborasinya dengan beberapa film, komik, kartun, maupun artis. Beberapa artis ternama yang sudah pernah menjelajahi dunia Fornite meliputi Marshmellow, Neymar, LeBron James, dan banyak lagi. Menariknya, saat ini Epic Games mengumumkan sebuah kolaborasi yang terbilang tidak biasa untuk Fortnite.

Pada 21 Juli, Epic Games secara resmi mengumumkan menggandeng pabrikan mobil super asal Italia, Ferrari, untuk dimasukkan ke dunia Fortnite. Pabrikan supercar yang sudah berumur sekitar 80 tahun ini mendatangkan salah satu mobil terbarunya, Ferrari 296 GTB. Kolaborasi ini telah hadir di game pada tanggal 22 Juli kemarin.

Image Credit: Epic Games

Di dunia nyata, Ferrari 296 GTB dibanderol dengan harga US$330 ribu atau sekitar Rp4,7 milliar. Namun, di Fortnite, Anda bisa mengendarainya secara gratis. Mobil Ferrari ini bisa ditemukan diparkir di kota Believer Beach dan Lazy Lakes. Fortnite juga membuat beberapa event mingguan yang melibatkan Ferrari 296 GTB ini seperti time trial, uji kecepatan tertinggidan mengemudi melalui badai di game.

Selain mobil Ferrari 296 GTB, Fortnite juga hadirkan beberapa aksesoris in-game yang bisa dibeli berupa pakaian dan tas ransel. Aksesoris yang dinamakan Road Ready Ferrari Bundle ini berisikan ikon Modena dan kostum balap Maranello, serta tas ransel bernama Ferrari Turbo Back Bling.

Image Credit: Epic Games

Fortnite merilis mobil-mobil yang dapat dikendarai ke dalam mode Battle Royale sekitar 1 tahun lalu pada Chapter 2 Season 3. Namun, semua kendaraan yang ada di Fortnite saat itu, seperti mobil sport, truk, sedan, sampai truk pikap, tidak ada yang didasarkan pada model mobil di dunia nyata. Ini artinya, Ferrari 296 GTB ini merupakan mobil dari dunia nyata pertama di Fortnite.

Beberapa waktu lalu, Fortnite juga mendatangkan beberapa karakter baru dari animasi Rick And Morty. Hal ini diumumkan langsung di akun Twitter resmi Fortnite yang memberikan bocoran konten season 7 melalui teaser singkat yang memperlihatkan sebuah robot yang memegang mentega. Anda dapat membaca lebih lengkap tentang ini, di sini.

CEO Epic Games Sebut Google Lakukan Bisnis Tanpa Etika

Kesuksesan Unreal Engine dan juga popularitas Fortnite memang membawa Epic Games menjadi salah satu raksasa baru dalam industri video game. Hal ini tentu dirasakan juga oleh sang CEO Tim Sweeney yang kini menjadi semakin berani untuk memperjuangkan produk-produknya.

Sebelumnya, industri video game dikejutkan dengan perseteruan antara Epic Games melawan Apple yang berlanjut ke meja hijau. Ketika perkara dengan Apple masih menunggu keputusan pengadilan, Tim kelihatannya mengalihkan perhatiannya kepada Google.

Hal ini dilakukan oleh Tim lewat cuitannya di Twitter yang mengutip berita tentang Google melakukan instalasi otomatis aplikasi pelacakan kontak (untuk COVID-19) pada smartphone tanpa seizin penggunanya yang berada di Amerika Serikat.

Seperti yang terjadi sebelumnya dengan Apple, Tim langsung menyerang Google dengan menyebut bahwa para pengguna yang malang diblokir untuk memasang Fortnite lewat Google Play Store. Namun Google malah memasang aplikasi tanpa persetujuan penggunanya.

Tim bahkan menyebut apa yang dilakukan Google tersebut sebagai ‘bisnis tanpa etika’. Cuitan ini pun mendapat dukungan dari para pengikut Tim yang bahkan mendorong sang CEO untuk membuat mobile store mereka sendiri.

Dalam cuitan-cuitan setelahnya, Tim Sweeney juga masih menyerang baik Apple maupun Google. Namun uniknya, ia memberikan apresiasi terhadap Microsoft terutama pada kehadiran Windows 11 dengan mengatakan bahwa “versi 2021 dari Microsoft adalah versi terbaik dari Microsoft yang pernah ada.”

Meskipun tidak menyinggungnya secara langsung, kelihatannya Sweeney memuji Microsoft atas keputusan untuk memperbolehkan para pengembang di store-nya dapat menggunakan sistem pembayaran sendiri dan menyimpan 100% pendapatannya.

Apakah selain untuk menyerang raksasa Google, cuitan-cuitan dari Tim Sweeney ini juga mengindikasikan bahwa mereka tidak akan bekerja sama untuk pasar mobile? Apalagi di cuitannya yang lain, ia me-retweet informasi bahwa Windows 11 akan mendukung aplikasi Android.

Ataukah cuitan ini akan berakhir juga sebagai tuntutan kepada Google ke jalur hukum oleh Epic Games? Apalagi dengan posisinya sekarang, Tim dengan Epic Games memang telah mampu melawan raksasa teknologi yang dianggap merugikan mereka.

Epic Kini Buat Anti-Cheat Gratis untuk Game Developer

Kedermawanan Epic Games kelihatannya tidak hanya sebatas kepada para gamer dengan memberikan game gratis setiap minggunya namun juga kepada para developer lewat program yang mereka namai “Online Services project”.

Layanan bernama Epic Online Services (EOS) yang dikembangkan oleh Epic Games ini digratiskan untuk semua pengembang, bahkan bila mereka merilis game yang mereka buat di Steam sekalipun. Awalnya layanan ini berupa sistem multiplayer lintas platform. Namun kini Epic menambahkan dua fitur baru yaitu voice chat dan anti-cheat.

Sistem anti-cheat yang digratiskan oleh Epic adalah Easy Anti-Cheat, yang telah mereka akusisi pada 2018 lalu. Easy Anti-Cheat memang bukan nama baru di dunia video game karena proteksinya sudah digunakan di berbagai game seperti Apex Legends, Fortnite, Dead by Daylight, hingga Halo: The Master Chief Collection.

Fitur lainnya adalah voice chat bernama EOS Voice yang sudah diimplementasikan ke dalam Fortnite dan berhasil digunakan lintas platform. Sistem voice chat ini akan diatur sepenuhnya oleh Epic mulai dari server, multi-region, hingga pemeliharaan.

Lalu apa motif di balik Epic yang menggratiskan sistem terpadu yang harusnya menghasilkan jutaan Dollar ini? Jawaban singkat dari sang CEO Tim Sweeney adalah “metaverse”.

“Epic bertujuan mendorong lebih banyak pengembang untuk membangun game lintas platform, menghubungkan komunitas pemain mereka, menumbuhkan industri game, dan mewujudkan visi metaverse bersama-sama,” ungkap Sweeney.

Metaverse yang disebutkan di sini dalam pengertiannya adalah dunia virtual yang berisi banyak pemain seperti halnya game MMO (Massive Multiplayer Online). Namun bagi Epic, metaverse adalah membangun ekosistem hiburan berbasis game online yang tidak memiliki batasan platform.

Bukan hanya sekadar crossplay, Epic juga ingin membawa semuanya mulai dari pemain, uang, dan juga aset game melintasi semua perangkat lewat Epic Online Services-nya.

Langkah dari Epic ini sebenarnya bukan hal baru karena sang saingan, Valve, juga mengembangkan teknologi yang kurang lebih sama terlebih dahulu. Steam memiliki Steamworks yang juga merupakan kumpulan alat dan layanan untuk para pengembang dan penerbit game membangun game-nya.

Namun satu kelebihan dari Epic Online Services ketimbang Steamworks adalah kemampuannya untuk digunakan lintas platform. Hal ini tentu akan membantu banyak pengembang kecil dan juga studio indie yang memiliki keterbatasan dana untuk mengimplementasikan sistem anti-cheat dan juga voice chat.

Pengisi Suara Karakter Utama Kena: Bridge of Spirits Ternyata Orang Indonesia

Kena: Bridge of Spirits adalah salah satu game indie yang dirilis secara eksklusif (temporer) untuk PlayStation 4 dan 5. Game ini diantisipasi oleh banyak fans karena grafis indah layaknya animasi dari PIXAR.

Namun siapa yang menyangka bahwa game yang akan dirilis pada akhir tahun ini ternyata punya pengisi suara asal Indonesia. Adalah Dewa Ayu Dewi Larasati yang mengisi suara karakter utama Kena dalam game ini.

Dalam postingan blog terbarunya, pengembang Ember Lab menjelaskan bahwa Kena merupakan debut pertama Ayu sebagai pengisi suara. Namun dijelaskan juga bahwa sang ibu, Kemiko merupakan pengisi suara profesional dan melatih Ayu untuk memerankan Kena.

Image credit: Ember Lab

Ayu merupakan penari sekaligus penyanyi untuk grup gamelan Cundamani yang diasuh oleh sang Ayah, Dewa Putu Berata. Grup gamelan Cundamani ini juga berkolaborasi dengan Jason Gallaty untuk membuat musik dalam game-nya.

“Kesamaan terbesar kami adalah ketekunan dan hubungan kami dengan ayah kami. Kena bekerja keras untuk mengatasi tantangan dan berhasil membantu orang lain sambil mengambil dari pengalaman ayahnya dan selalu menyebutnya dengan penuh cinta,” ujar Ayu menjelaskan karakter Kena.

Ayu bahkan menyebut bahwa karakter Kena memiliki karakteristik dan fitur yang mirip sehingga banyak orang menyebut Ayu adalah fotokopi dari karakter Kena. Ember Lab bahkan menyebut hubungan Ayu dengan Kena sangat ajaib sejak awal dan membawa keunikan pada penampilannya yang tidak dapat dibantah.

Image credit: Ember Lab

Sebagai tambahan Ayu juga menceritakan bagaimana pengalaman perdananya masuk ke dalam ruang rekaman sembari melakukan “effort sounds” untuk game-nya. Ayu menjelaskan bahwa dirinya harus menggerakkan badannya sembari merekam suaranya di ruangan kecil.

“Aku terus membentur mikrofon dengan kepalaku, dinding studio dengan kedua tangan, atau berlari menabrak meja yang berisi skrip. Hal itu sangat lucu! Sesi rekaman itu benar-benar olahraga namun itu menyenangkan!” Ungkap Ayu.

Sebagai tambahan kecil, di akhir postingan tersebut dijelaskan juga bahwa Ayu menyukai game Mario Kart — yang menunjukkan bahwa dirinya juga sebelumnya telah menyukai video game.

Selain postingan blog, pengembang Ember Lab juga merilis video baru di kanal YouTube mereka. Dalam video tersebut dijelaskan bagaimana dua bersaudara Josh Grier dan Mike Grier memulai karir mereka sebagai visual effect artist hingga membuat game Kena: Bridge of Spirits ini.

Dalam video tersebut juga terdapat footage pengambilan musik yang mereka lakukan di Bali. Serta bagaimana mereka menjelaskan bahwa Ayu yang tidak pernah menjadi pengisi suara sebelumnya namun mereka merasa bahwa ia cocok untuk karakter Kena.

MSI Bakal Gelar Turnamen VALORANT di ASEAN, Razer Sponsori Turnamen Wild Rift di Brasil

Minggu lalu, MSI mengumumkan bahwa mereka akan mengadakan turnamen VALORANT di tingkat universitas untuk kawasan Asia Tenggara. Sementara Razer mensponsori turnamen Wild Rift di kawasan Brasil. Epic Games juga telah memberikan informasi tentang turnamen Fortnite Champion Series, yang akan mencakup tujuh region.

MSI Gelar Turnamen VALORANT di Asia Tenggara

MSI mengumumkan keberadaan program MGA Collegiate, turnamen VALORANT di tingkat universitas, untuk kawasan Asia Tenggara. Program tersebut mencakup Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Dengan program ini, MSI berharap, pemain VALORANT di tingkat universitas akan bisa ikut aktif berpartisipasi dalam turnamen esports dari game FPS buatan Riot Games tersebut.

Untuk mengadakan program MGA Collegiate, MSI bekerja sama dengan ESL Gaming, TheGaming Company, One Up Esports, Riot Games, dan VNG. Turnamen VALORANT ini akan diselenggarakan mulai dari Juli sampai November 2021. MSI menyebutkan, program MGA Collegiate akan berlangsung selama dua season dan mereka akan berusaha untuk menyesuaikan jadwal tanding dengan jadwal kuliah di masing-masing negara, lapor The Esports Observer.

Power League Gaming Pamerkan Studio Seluas 10 Ribu Kaki

Power League Gaming, perusahaan game dan esports asal Dubai, baru saja menunjukkan studio baru mereka. Studio seluas 10 ribu kaki itu akan digunakan untuk menyelenggarakan siaran langsung dari turnamen esports serta memproduksi konten game dan esports di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara. Studio itu dilengkapi dengan peralatan untuk memproduksi konten 360 derajat serta infrastruktur IT dan hardware berkualitas tinggi.

PLG Studio. | Sumber: Esports Insider

Tak hanya itu, studio tersebut juga dilengkapi dengan kafe. Jadi, penonton bisa menonton events esports secara langsung. Matthew Pickering, CEO Power League mengatakan, studio PLG telah digunakan untuk menyiarkan turnamen PUBG Mobile KFC MENA Cup dan kompetisi FIFA, Adidas Elite 32. Selain itu, studio tersebut juga telah dimanfaatkan untuk membuat konten bagi merek-merek besar seperti Lenovo dan NAMSHI, lapor Esports Insider.

Didukung oleh Razer, Turnamen Wild Rift di Brasil Digelar

Immortals Gaming Club (IGC) mengumumkan bahwa mereka akan menyelenggarakan turnamen League of Legends: Wild Rift melalui platform gaming mereka, Gamers Club. Mereka juga mengungkap, turnamen yang dinamai Conquest ini disponsori oleh perusahaan pembuat aksesori gaming, Razer. Menawarkan total hadiah sebesar 15 ribu Real Brasil atau sekitar Rp42 juta, turnamen Wild Rift ini akan terdiri dari 3 stage dan 2 babak kualifikasi. Menggunakan open format, babak kualifikasi akan mengadu 128 tim.

Selain turnamen Wild Rift, IGC juga mengadakan turnamen League of Legends dan VALORANT. Kedua turnamen ini juga didukung oleh Razer. IGC menyebutkan, alasan mereka mengadakan tiga turnamen tersebut adalah untuk mendekatkan diri dengan komunitas gamers dari game-game buatan Riot, menurut laporan Esports Insider.

Berhadiah US$3 Juta, Fortnite Champion Series Siap Digelar

Epic Games menawarkan total hadiah sebesar US$3 juta untuk Fortnite Champion Series (FNCS). Kompetisi FNCS akan digelar di tujuh kawasan, yaitu Asia, Brasil, Eropa, Oceania, Timur Tengah, dan Amerika Utara yang terbagi menjadi dua bagian: Barat dan Timur. Babak kualifikasi untuk kawasan Timur Tengah akan dimulai pada 29 Juni 2021. Sementara babak kualifikasi untuk enam region lainnya akan dimulai pada 30 Juni 2021. Sebelum FNCS, Fortnite Champions Series All-Star Showdown akan diselenggarakan pada 23-26 Juni 2021. Menurut laporan Reuters, kompetisi mingguan di Fortnite juga masih akan tetap digelar, termasuk Trips Cash Cups, Hype Cups, Solo Cash Cups, dan turnamen LTM.

Fortnite Champion Series bakal dimulai pada akhir Juni 2021.

Jerman Mudahkan Proses Visa untuk Peserta dari Enam Kompetisi Esports

Kementerian Tenaga Kerja dan Sosial Jerman baru saja mengumumkan enam liga dan turnamen esports yang pesertanya akan mendapatkan kemudahan dalam mengurus visa.

Berikut enam liga dan turnamen tersebut:

– 99Damage Liga, Freaks 4U Gaming
– ESL One Germany, ESL Gaming
– ESL Meisterschaft, ESL Gaming
– Intel Extreme Masters Cologne, ESL Gaming
– League of Legends European Championship (LEC), Riot Games
– League of Legends Prime League Pro Division, Riot Games

Untuk mendapatkan kemudahan dalam mengurus visa Jerman, peserta dari enam kompetisi di atas harus memenuhi tiga persyaratan. Pertama, mereka telah berumur setidaknya 16 tahun. Kedua, gaji mereka setidaknya mencapai 50% dari batas atas biaya pensiun Jerman, atau sekitar EUR3.550 per bulan untuk Jerman Barat dan EUR3.350 per bulan untuk Jerman Timur. Persyaratan terakhir adalah peserta harus mengonfirmasi bahwa kapasitas mereka sebagai pemain profesional dan pernyataan bahwa partisipasi mereka dalam turnamen memang punya peran penting di level nasional atau internasional, menurut laporan The Esports Observer.

FaZe gandeng DC Comics Promosikan Batman/Fortnite: Zero Point

Beberapa waktu yang lalu, organisasi esports dan gaming lifestyle FaZe Clan mengungkapkan kolaborasi terbarunya dengan DC Comics untuk mempromosikan seri komik edisi terbatas Batman/Fortnite: Zero Point dari Epic Games dan DC. Seri kolaborasi dua raksasa industri yang berbeda ini ditulis bersama oleh Chief Commercial Officer Epic Games, Donald Mustard dan Christos Gage, bersama seniman ternama Reily Brown.

Kerja sama ini membuahkan campaign spesial bertajuk “Batman/Fortnite: Zero Point x FaZe Clan Deathrun”. Program ini adalah acara satu minggu penuh yang menampilkan map Deathrun di Creative Mode game Fortnite yang dibuat khusus oleh JDuth. Mereka juga menghadirkan kontes speedrun dan siaran langsung oleh Nate Hill, salah satu anggota populer FaZe Clan.

Head of Marketing FaZe Clan, Xavier Ramos mengungkapkan bahwa kerja sama ini berhasil diteken berkat hubungannya dengan DC Comics. Diketahui bahwa Xavier Ramos sempat bekerja di bawah naungan Warner Bros Records selama 16 tahun di posisi eksekutif. Walaupun begitu, Xavier juga menyatakan bahwa banyak dari anggota manajemen, pemain, hingga lebih dari 90 content creators FaZe Clan merupakan penggemar berat dari DC Comics.

Hal ini bermula di bulan Februari lalu saat DC Comics mengumumkan bahwa seri komik Batman selanjutnya merupakan seri silang antara Batman dengan Fortnite. Komik dengan enam miniseries ini telah diluncurkan pada April lalu, dengan bagian finalnya yang akan didebut pada 6 Juli mendatang. Komik cetak seri ini akan memiliki item Fortnite hasil kolaborasi Epic Games dengan DC, dan kode langganan gratis aplikasi DC Universe Infinite.

Jika ditengok ke belakang, kolaborasi Epic Games dan DC Comics telah berlangsung cukup lama. He dan Catwoman sudah menjadi bagian dari Fortnite dalam bentuk skin sejak 2019 silam. Harley Quinn, Joker, dan Poison Ivy juga telah menyusul bagi para penggemar antusias DC Comics.

Tidak hanya DC, Epic Games juga menempatkan diri di posisi “netral” dengan sempat merilis Fortnite Chapter 2: Season 4 yang bertemakan Marvel Universe.

Epic Tawarkan US$200 Juta Kepada Sony untuk Game Eksklusif PlayStation

Game ekslusif tentunya merupakan senjata utama bagi PlayStation sejak bertahun-tahun lalu. Namun semua itu berubah ketika, perlahan tapi pasti, beberapa game eksklusif PlayStation 4 mulai masuk ke platform PC melalui Steam.

Namun rival dari Steam, yaitu Epic Games ternyata punya minat yang sama terhadap game-game eksklusif PlayStation tersebut. Bahkan tidak tanggung-tanggung, mereka siap menggelontorkan dana hingga $200 juta kepada Sony untuk memasukkan game-game eksklusif PlayStation khusus ke Epic Game Store (EGS).

Dokumen Epic yang diunggah di persidangan (image credit: Raigor Resetera)

Hal tersebut terungkap dari dokumen yang tengah ditampilkan di persidangan Epic v Apple. Dokumen tersebut diunggah ke folder persidangan yang kemudian langsung dihapus. Untungnya salah satu pengguna forum Resetera – Raigor berhasil menyelamatkannya.

Detailnya, Epic menawarkan $200 juta kepada Sony untuk membawa 4-6 judul ekslusifnya ke dalam Epic Game Store. Epic juga membuat penawaran tersebut bersifat MG atau “minimum guarantee”. Artinya, nominal tersebut adalah pendapatan minimal yang digaransikan oleh Epic kepada para publisher, terlepas dari game-nya benar-benar terjual senilai perjanjian tersebut atau tidak saat dipasarkan di EGS.

game eksklusif PlayStation yang kini sudah berada di Epic Game Store

Sampai artikel ini ditulis, sudah ada 2 judul eksklusif dari Sony yang sudah berada di dalam Epic Game Store yaitu ReadySet Heroes dan Predator: Hunting Grounds. Meskipun begitu, tidak ada tanda-tanda bahwa game flagship Sony seperti God of War ataupun Uncharted akan masuk ke dalam perjanjian ini.

Lebih lanjut, Epic ternyata juga mencoba melakukan pendekatan kepada Microsoft dan juga Nintendo. Sayangnya, percakapan mereka dengan Microsoft tidak berjalan lancar dikarenakan Microsoft memandang Epic sebagai perusahaan saingan dan Xbox Game Pass milik Microsoft dianggap bertentangan dengan apa yang mereka kerjakan. Ditulis juga bahwa bos Xbox – Phil Spencer dan bos Valve – Gabe Newel terkadang melakukan pertemuan.

Sedangkan untuk Nintendo sendiri tertulis bahwa mereka belum memulai perbincangan. Meskipun tertulis catatan “Moonshot” yang artinya Nintendo menargetkan hasil yang tinggi dan muluk-muluk.

Epic memang terus berusaha untuk menaikkan posisinya sebagai launcher game PC terpopuler yang kini ditempati oleh Steam. Epic sudah mencoba berbagai cara, mulai dari memberikan game gratis setiap minggunya sejak awal peluncurannya dan juga membawa beberapa game eksklusif untuk masuk ke dalam platform-nya tersebut. Namun kelihatannya perjuangan Epic masih panjang untuk dapat menyaingi Steam.

Tencent Berjuang untuk Mempertahankan Kendalinya atas Riot dan Epic Games

Dunia industri video game kelihatannya memang tengah menghadapi berbagai masalah. Mulai dari Epic vs Apple yang tengah berseteru, hingga Valve yang akhirnya ikut terseret ke pengadilan karena tuduhan monopoli. Bahkan perusahaan game asal Tiongkok, Tencent juga terkena masalah saat ini.

Dilansir dari Inven Global, Tencent Holdings Limited dilaporkan tengah bernegosiasi dengan Komite Penanaman Modal Asing di Amerika Serikat (CFIUS) tentang kepemilikan terhadap dua perusahanan game yang ada di Amerika Serikat, Riot Games dan Epic Games.

Pemerintah Amerika Serikat sendiri tengah mengawasi kepemilikan Tencent terhadap dua publisher game tersebut karena khawatir akan kebocoran data pengguna yang dibagikan kepada pemerintah Tiongkok.

Markas besar Tencent di China (Image credit: Tencent)

Sebenarnya, Tencent sendiri sudah diawasi masalah penggunaan data penggunanya ini sejak 2020 lalu. Namun laporan terbaru bahkan menunjukkan bahwa mantan pejabat CIA menuduh Kementrian Keamanan Tiongkok telah menyediakan dana untuk Tencent di tahun-tahun awal perkembangannya.

Tencent sendiri kini memiliki 40% saham di Epic Games, yang sukses besar lewat Fortnite. Tencent juga membeli mayoritas saham dari Riot Games yang merupakan developer sekaligus publisher dari game MOBA League of Legends pada 2011 dan dilanjutkan dengan akusisi penuh perusahaannya pada 2015 lalu.

Negosiasi pun terus dilakukan oleh pihak Tencent agar dapat mempertahankan investasinya terhadap dua perusahaan tersebut meskipun tidak diungkapkan apa saja usaha yang telah dilakukan oleh Tencent.

Epic Games Launcher

Salah satu sumber yang dilansir oleh Reuters menyebutkan bahwa Epic Games belum membagikan data pengguna apapun pada Tencent. Begitu juga Riot Games yang mengatakan bahwa mereka beroperasi secara independen dari Tencent. Selain itu mereka sendiri menerapkan praktik industri terdepan untuk melindungi data para pemainnya.

Yang mengkhawatirkan adalah ada kemungkinan bahwa Tencent akan tidak akan mencapai kesepakatan untuk mempertahankan investasinya di Amerika Serikat. Apalagi beberapa tahun terakhir CFIUS telah menindak beberapa perusahaan Tiongkok yang memiliki aset di AS seperti Huawei dan Alibaba.

Di lain sisi, pemerintah Tiongkok sendiri juga terus mengincar bisnis dari Tencent. Karena raksasa teknologi ini punya berbagai usaha mulai dari video game, streaming konten, media sosial, iklan, dan bahkan layanan berbasis cloud.