OJK Siapkan Beleid “Equity Crowdfunding”

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tengah menyiapkan beleid mengenai pengumpulan dana masyarakat melalui penawaran saham berbasis teknologi (equity crowdfunding). OJK menyebut istilah tersebut dengan “Layanan Urun Dana.” Diungkapkan regulator sedang meminta tanggapan kepada pelaku industri dan masyarakat terkait beleid tersebut.

“Targetnya aturan selesai segera,” terang Jurubicara OJK Sekar Putih Djarot dikutip dari Kontan.

Menurut Sekar, Layanan Urun Dana ini berbeda dengan initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Bila dilihat dari skala penawaran saham, nilainya lebih kecil. Proses penawaran sahamnya pun akan dilakukan secara elektronik yang ditentukan penyelenggara.

“Ini dapat jadi alternatif sumber dana bagi pelaku usaha kecil menengah dan startup. Sekaligus membantu perkembangan perusahaan rintisan di Indonesia.”

Direktur Utama BEI Inarno Djayadi memberikan respons positif terkait rencana OJK tersebut. “Ini bagus untuk UMKM,” katanya.

Kepala Riset Narada Aset Manajemen Kiswoyo Adi Joe menambahkan, langkah OJK ini memberikan dampak positif untuk pasar modal dalam negeri, Pasalnya akan menambah keberagaman produk di pasar modal lokal.

Menurutnya, penjualan saham perusahaan secara online diyakini tidak akan berbenturan dengan langkah BEI dalam membuka peluang bagi perusahaan dengan nilai aset kecil melakukan penawaran saham perdana melalui bursa efek.

“Perlu ditunggu implementasi aturan tersebut, apakah saling dukung atau justru menambah variasi produk yang berbeda,” terang Kiswoyo.

Rancangan aturan equity crowdfunding

Dalam draft rancangan aturan equity crowdfunding, OJK menentukan penyelenggara dapat berupa PT berbentuk perusahaan efek yang telah memperoleh persetujuan OJK menjadi penyelenggara; koperasi; dan memiliki modal minimal Rp2,5 miliar.

Untuk ketentuan penerbit, OJK menentukan mereka harus berbentuk PT; tidak memiliki struktur kompleks secara keuangan atau komersial; bukan perusahaan terbuka atau anak usaha perusahaan terbuka; dan bukan perusahaan dengan kekayaan lebih dari Rp10 miliar, tidak termasuk tanah dan bangunan.

Ketentuan investornya, OJK tetapkan mereka memiliki penghasilan sampai Rp500 juta per tahun boleh membeli saham paling banyak 5% dari penghasilan per tahun; investor dengan penghasilan lebih dari Rp500 juta per tahun boleh membeli saham paling banyak 10% dari penghasilan per tahun.

Aturan mengenai penawaran saham, dalam rancangan disebutkan batas maksimal nilai penawaran saham Rp6 miliar per tahun; penawaran bisa dilakukan lebih dari satu kali dalam setahun; penerbit bisa mematok target minimal penjaringan dana; jika jumlah tidak terpenuhi, penawaran saham batal demi hukum dan dana investor wajib dikembalikan dalam waktu dua hari.

Kemudian, lama masa penawaran paling lama 30 hari; penyelenggara dapat menyelenggarakan pasar sekunder, tapi perdagangan cuma bisa dilakukan antar investor yang telah tercatat; bila ada pasar sekunder, penyelenggara wajib menyediakan harga wajar sebagai referensi.

OJK Kaji Penerbitan Beleid “Equity Crowdfunding”

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan sedang mengkaji penerbitan beleid equity crowdfunding sebagai alternatif investasi untuk perusahaan startup.

Equity crowdfunding adalah alternatif pendanaan dari sejumlah orang unuk membiayai suatu perusahaan atau proyek. Investor akan mendapat pengembalian imbal hasil berupa saham perusahaan hingga kompensasi.

Direkur Grup Inovasi Keuangan Digital dan Pengembangan Keuangan Mikro OJK Fithri Hadi mengatakan aturan ini sebanarnya sudah dalam berbentuk draft. Hanya saja, masih perlu melalui tahap diskusi publik dengan berbagai pihak sebelum direalisasikan berbentuk POJK.

Target dari pemberlakuan beleid ini pun jadi tidak bisa ditentukan. Kemungkinan besar, baru dirilis tahun depan karena prosesnya yang panjang.

Melindungi investor

Ada sejumlah poin yang dibahas dalam beleid tersebut, di antaranya model bisnis perusahaan dari equity crowdfunding, mitigasi risiko, penggunaan teknologi, pengelolaan data, dan pengamanan sistem teknologi.

“Jadi dari mitigasi risikonya, bagaimana nantinya investor terlindungi. Setelah beli, dia punya secondary market, jangan sampai jualnya [sahamnya] susah,” terangnya, seperti dikutip dari CNN Indonesia.

Regulator ingin memastikan jual beli saham di dalam equity crowdfunding ini menarik bagi pasar. Harapannya supaya mereka tidak sulit bila ingin menjual sahamnya ke pelaku pasar lain.

Mitigasi lainnya yang ingin disasar OJK adalah berupa penjaminannya. Apakah model ini akan mencontoh ke aturan pasar modal yang berlaku saat ini, ada perusahaan kliring penjaminan atau dilepas ke model lain.

Terkait hal tersebut, Fithri mengaku belum berdiskusi lebih lanjut dengan Bursa Efek Indonesia (BEI). Belum ada kepastian apakah manajemen equity crowdfunding akan digabung atau tidak ke ranah BEI.

Namun yang pasti, beleid ini tidak akan seketat atau disamakan dengan perusahaan yang melakukan penawaran umum saham perdana (IPO). Perusahaan sekelas startup dapat dimudahkan dalam mencari opsi tambahan permodalan lewat penerbitan beleid tersebut.

“Misalnya ukuran size. Kemudian yang lain bagaimana kalau investornya cross border, nah itu yang susah kalau tradisional.”

Lebih lanjut, Fithri menuturkan, model pencarian dari lewat equity crowdfunding sudah diterapkan di beberapa negara, seperti Inggris dan Kanada. Dengan begitu, regulator akan mencontoh model yang sudah dijalankan di negara tersebut.

“Inggris kan memang sebagai pusat keuangan di dunia nomor satu ya jadi dengan perkembangan tren teknologi, uang ini kan seperti tanpa batas karena jadi barang digital,” pungkas Fithri.

Platform Equity Crowdfunding Akseleran Resmi Meluncur

Industri fintech di Indonesia kehadiran Akseleran sebagai pemain baru yang secara khusus mendedikasikan dirinya menggarap sektor equity crowdfunding untuk membantu para pegiat startup digital tahap awal maupun UKM yang masih bergerak di sektor offline.

Akseleran membantu pengusaha yang ingin menggalang dana dengan cara menjual kepemilikan saham kepada investor yang tertarik. Syaratnya mereka harus memiliki rencana usaha yang jelas dan layak secara keuangan. Kedua hal ini menjadi patokan Akseleran untuk memastikan bisnis yang siap dipublikasi tidak tergolong penipuan, sekaligus melindungi investor.

Adapun jumlah penggalangan dana yang dapat melalui Akseleran berkisar antara Rp100 juta sampai Rp25 miliar. Komitmen menjadi investor dalam suatu usaha pun tak terbatas, bisa bertahun-tahun tergantung keputusan masing-masing.

Akseleran didirikan pada Mei 2016 oleh tiga orang. Mereka adalah Ivan Tambunan, Mikhail Tambunan, dan Christopher Gultom. Ketiganya memiliki hubungan keluarga dan berasal dari latar belakang pekerjaan sebagai pengacara, konsultan finansial, dan akuntan.

Pada bulan lalu, Akseleran mendapat pendanaan tahap awal dari angel investor dengan nilai yang tidak disebutkan.

Tim Akseleran / DailySocial
Tim Akseleran / DailySocial

Dalam sesi wawancara terpisah dengan DailySocial, Co-Founder dan CEO Akseleran Ivan Tambunan menjelaskan sejak Desember lalu pihaknya mengklaim telah membuka kesempatan untuk para pengusaha untuk mulai menyiapkan materi kampanye, meski proses penggalangan dana belum dibuka. Jumlah aplikasi yang masuk mencapai lebih dari 50, namun yang lolos hanya tiga usaha.

Ketiga usaha tersebut kini sudah mulai proses penggalangan dana sejak kemarin (21/3) dan sudah terpampang dalam situs Akseleran. Masing-masing usaha tersebut memiliki kebutuhan dana yang berbeda, besaran saham yang dilepas pun juga bervariasi. Mereka tidak melepas mayoritas saham agar tetap memiliki kendali penuh atas usahanya sendiri.

Sebelum kampanye terpampang dalam situs, mereka harus menyiapkan materi untuk pra kampanye. Waktu yang dibutuhkan diperkirakan sekitar dua hingga empat minggu atau tergantung kecepatan pengusaha tersebut menyiapkan materinya.

Sebagai contoh, Elleanor Batik kini mengajukan kampanye untuk menambah modal usaha. Mereka adalah produsen dan penjual baju batik yang menjual produknya secara online dan offline. Kebutuhan dana yang mereka cari adalah Rp600 juta dan berani melepas 40% sahamnya untuk investor.

Masa waktu yang diberikan Akseleran untuk proses penggalangan dana adalah 60 hari. Bila dalam kurun waktu tersebut berhasil terpenuhi kebutuhan dananya, Elleanor Batik akan melanjutkan ke proses berikutnya yakni verifikasi final terhadap pengusaha terkait dan usahanya.

Pihak Akseleran akan meminta sekaligus membantu pengusaha dalam mempersiapkan dokumen legal seperti perjanjian pengambilan saham, perjanjian pemegang saham, dan amandemen anggaran dasar perusahaan. Proses ini memakan waktu sekitar 30 hari tergantung kompleksitas proses verifikasi.

Apabila proses penggalangan dana tidak berhasil terkumpul sesuai jumlah yang diinginkan pengusaha, dana yang diinvestasikan investor akan dikembalikan ke akun masing-masing.

Setelah pengusaha lolos proses verifikasi final, pihak Akseleran atau afiliasi akan melakukan penandatanganan dokumen-dokumen legal dengan perusahan terkait untuk mengambil saham dan menerima sertifikat saham, dan mengirimkan dana investasi kepada perusahaan tersebut sebagai penyetor modal. Akseleran atau afiliasi akan mengeluarkan sertifikat manfaat partisipasi modal kepada pengusaha sehubungan dengan investasi yang diterima.

Belum memiliki regulasi

Konsep equity crowdfunding merupakan hal yang benar-benar baru di Indonesia, sehingga belum ada regulasi yang mengatur aturan main Akseleran. Kendati demikian, sebelum meluncurkan layanan ini pihak Akseleran sudah menemui perwakilan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk mempresentasikan bisnis mereka.

Ivan mengungkapkan bahwa pihak OJK cukup terbuka untuk inovasi baru yang ditawarkan Akseleran karena mendukung ketersediaan likuditas permodalan dalam membantu usaha UKM di Indonesia. Hanya saja, regulator mengingatkan Akseleran untuk tetap prudent dan tetap memperhatikan aspek perlindungan konsumen.

Model bisnis yang dijalankan Akseleran sebenarnya mengacu ke perusahaan serupa yang telah lama beroperasi di Inggris, di antaranya Crowdcube dan Seedrs.

“Kami mengacu model bisnis Crowdcube dan Seedrs untuk Akseleran, dengan modifikasi yang disesuaikan dengan kondisi Indonesia. Di Asia Tenggara sendiri, pemain equity crowdfunding masih sangat sedikit. Sementara di Inggris, industri fintechnya sudah mature, banyak sekali pemain equity crowdfunding di sana,” kata Ivan.

Perlindungan untuk investor

Usaha yang sedang dalam proses penggalangan dana di Akseleran
Usaha yang sedang dalam proses penggalangan dana di Akseleran

Mengingat belum ada regulasi yang menjadi payung hukum bisnis equity crowdfunding, maka Akseleran tetap melakukan proses bisnis yang prudent sedari awal agar bisnisnya tetap bertahap dalam jangka waktu yang lama.

Akseleran menerapkan keamanan berlapis untuk investor dan pengusaha. Untuk menjadi investor, mereka harus berkewarganegaraan Indonesia, memiliki KTP, dan menjawab sekitar 8-9 pertanyaan singkat untuk memastikan investor paham tentang risiko dalam investasi saham.

Setelah itu akan ada proses verifikasi. Bila lolos mereka akan menjadi pengguna terdaftar dan dapat hak akses penuh situs Akseleran secara penuh, termasuk melihat detil kampanye penggalangan dana yang sedang berlangsung. Bila tidak mendaftar, investor hanya dapat melihat sekelumit informasi saja dan tidak berinvestasi.

Lewat informasi yang tersedia, investor dapat melihat setiap kampanye beserta informasi detilnya mengenai usaha, deskripsi produk, informasi pasar, manajemen usaha, keadaan keuangan hinggan pencapaian usaha. Investor juga dapat meminta rencana bisnis kepada pengusaha, atau berinteraksi langsung dengan mereka.

Jumlah investasi minimal untuk menjadi investor sebesar Rp100 ribu. Dana tersebut dimasukkan ke dalam rekening bersama.

Setiap investor yang tergabung dalam Akseleran tidak akan memegang secara langsung saham usaha yang diinvestasikan. Akseleran atau afiliasi dari Akseleran akan bertindak sebagai kustodian. Kustodian akan memberikan seluruh pendapatan yang diterima dari saham terkait kepada para investor dan melakukan tindakan sehubungan dengan saham tersebut sesuai instruksi yang diterima investor.

Kustodian, lanjut Ivan, berfungsi untuk menyederhanakan proses administrasi yang harus dilalui investor dan usaha yang menggalang modal lewat Akseleran. Setiap investor tidak perlu menandatangani dan menghadiri dokumen atau rapat yang harus dihadiri pemegang saham.

Begitu pula untuk proses penawaran umum yang biasa terjadi dalam suatu perusahaan, umumnya bila mengacu pada aturan pasar modal harus dilakukan publikasi lewat media. Agar tidak tergolong sebagai penawaran umum, maka penawaran hanya terbatas lewat platform Akseleran dan diperuntukkan untuk investor yang sudah teregistrasi.

“Kami menerapkan keamanan berlapis untuk investor, ada proses edukasi, detil usaha penggalang dana, uji tuntas hukum dan keuangan terbatas, dokumentasi hukum yang layak dan rekening terpisah. Kami lindungi mereka karena kami tahu investasi saham itu risky.”

Untuk memastikan usaha yang dijalankan seorang pengusaha benar-benar nyata dan valid, setelah penggalangan dana selesai pengusaha diharuskan untuk rutin membuat laporan non audited secara bulanan dan tahunan.

Monetisasi dan Target Akseleran

Ivan menjelaskan dalam proses monetisasi, perusahaan hanya akan meminta komisi sebesar 3% dari total penggalangan dana yang berhasil terpenuhi. Lainnya, ada biaya administrasi sebesar Rp5 juta untuk membayar biaya persiapan dokumen hukum, biaya notaris, dan administrasi lainnya. Biaya tersebut hanya perlu dibayar bila kampanye berhasil dirampungkan.

Akseleran juga akan membantu setiap usaha yang belum berbentuk perseroan terbatas. Pengusaha harus menyisihkan dana untuk melakukan pengurusan pembentukan perseroan terbatas, biayanya sekitar Rp5 juta. Biaya tersebut akan diambil dari dana kampanye yang terkumpul.

“Biaya ini sangat minim sekali bila pengusaha harus menyewa konsultan atau notaris, bisa memakan puluhan juta.”

Ivan berharap kehadiran Akseleran dapat membantu menyelesaikan gap pendanaan untuk UKM yang diperkirakan dapat mencapai US$50 juta pada 2020 mendatang. Konsep equity crowdfunding diharapkan dapat menjadi alternatif solusi bagi UKM, selain solusi pendanaan yang ditawarkan angel investor, modal ventura, dan P2P lending dinilai masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.

“Bagi UKM dan startup, equity crowdfunding memiliki keuntungan. Mereka tidak dibebankan dengan bunga dan utang. Prosesnya juga aman dan efisien, seluruhnya memakai jalur online. Pengusaha hanya perlu pastikan kampanyenya tepat dan visible dari skala bisnis. Kami bahkan siap bantu mereka untuk membuat rencana bisnis dan perencanaan keuangannya.”

Tahun ini Ivan menargetkan Akseleran dapat menyukseskan 60 kampanye dengan nilai kisaran masing-masing per kampanye sekitar Rp1 miliar.

Akseleran Usung Konsep “Equity Crowdfunding”

Modal adalah salah satu isu paling populer di ranah bisnis, tak terkecuali startup. Jika membahas startup tentu tak pernah lepas dari modal yang dikeluarkan atau berapa banyak modal yang dikeluarkan. Meski tidak semua kebanyakan startup membutuhkan modal besar untuk berkembang, sebut saja kebutuhan server, kebutuhan iklan, dan kebutuhan lain yang berkaitan dengan pengembangan startup.

Semua itu butuh modal yang tidak sedikit, dan startup yang tidak punya modal dan pemasukan masih sedikit pasti kelimpungan mempertahankan bisnis. Masalah ini yang coba diselesaikan Akseleran. Hadir di Indonesia dan memposisikan diri sebagai portal equity crowdfunding, Akseleran mencoba membantu startup maupun UKM untuk mendapatkan tambahan modal melalui sistem urun dana berbasis ekuitas.

Akseleran membantu startup maupun UKM mendapatkan bantuan dana dengan cara “menjual” kepemilikan saham kepada siapa pun yang tertarik. Jika selama ini konsep bantuan modal dalam bentuk pinjaman yang diusung Akseleran ini merupakan bentuk bantuan modal dengan cara menjual kepemilikan, atau menjual saham.

CEO Akseleran Ivan Tambunan kepada DailySocial bercerita bahwa mereka berusaha membantu memangkas funding gap antara startup dan UKM yang membutuhkan modal usaha dengan orang-orang atau investor yang memiliki dana. Startup, UKM, dan kebanyakan usaha pada tahap awal pada umumnya kesulitan mengakses pemodalan dari bank karena cash flow yang belum stabil  dan mungkin alasan-alasan lain. Di sinilah Akseleran berusaha membantu dengan melakukan apa yang disebut dengan kampanye penggalangan modal.

Kampanye penggalangan modal dimulai startup, UKM, atau usaha di tahap awal melalu portal Akseleran dengan menjanjikan kompensasi berupa saham kepada calon investor atau memegang dana. Dalam kampanye ini, tim pencari modal akan menjelaskan mengenai usaha yang dilakukan, bentuk model bisnis, target pasar, pencapaian saat, kondisi keuangan, taktik pemasaran, dan tim manajemen. Selanjutnya tim Akseleran akan me-review materi yang masuk dengan melakukan legal dan financial due diligence terbatas untuk mencegah adanya informasi yang tidak sesuai.

Tim Akseleran juga menyatakan siap jika diminta menyiapkan business plan dan financial forecast. Setelah materi dirasa siap maka kampanye dijalankan selama 60 hari. Selama proses tersebut setiap orang yang telah mendaftar di portal Akseleran dapat menginvestasikan dananya pada usaha tersebut untuk mendapatkan sebagian saham sebagai kompensasinya. Jika target dana sudah dicapai, kampanye dinyatakan sukses dan masuk ke tahap finalisasi. Jika tidak maka kampanye dianggap gagal dan dana akan dikembalikan ke setiap investor.

Ivan mengatakan, “Kami percaya Akseleran dibutuhkan oleh startup, usaha tahap awal dan UKM di Indonesia. Di sisi lain, portal kami juga dibutuhkan oleh kalangan menengah dan atas di Indonesia, yang jumlahnya saat ini terus meningkat, sebagai alternatif investasi bagi mereka karena kami memberikan akses yang tadinya tidak mereka miliki, yaitu akses untuk melakukan investasi pada startup, usaha tahap awal dan UKM, yang biasanya hanya dapat dilakukan oleh investor profesional atau venture capital firm.”

“Bayangkan apabila dulu orang-orang mempunyai kesempatan untuk berinvestasi pada Go-Jek, Traveloka atau Tokopedia pada waktu usaha-usaha tersebut baru didirikan dan masih berada di tahap awal. Banyak keuntungan yang bisa diperoleh dengan meningkatnya nilai usaha tersebut pada saat ini. Dengan hadirnya Akseleran, maka setiap orang di Indonesia kini juga dapat melakukan partisipasi modal pada startup, usaha tahap awal dan UKM-UKM yang inovatif,” paparnya.

Meluncur tahun depan

Saat ini portal dan sistem Akseleran masih dalam tahap pengembangan dan rencananya baru akan dilakukan peluncuran versi beta pada pertengahan bulan Desember ini. Meski demikian Ivan menyebutkan dalam beberapa acara dan kesempatan Akseleran sudah banyak mendapat sambutan positif dari berbagai startup,

Hal ini akan menjadi tugas berat Akaseleran untuk menjaga kualitas verifikasi bisnis yang melakukan kampanye penggalangan modal. Jika ditilik dari konsep yang diusung, equity crowdfunding sedikit berbeda dengan layanan bantuan pendanaan lain yang sudah ada yang kebanyakan memiliki konsep pinjaman.

Sisi buruknya adalah sistem equity crowdfunding malah menjadi ajang “jual beli startup”, terutama bagi mereka yang mendirikan startup hanya untuk dijual, bukan sebagai solusi atau bisnis yang dijalankan. Sisi baiknya ini akan menjadi alternatif lain pemodalan dan alternatif untuk investasi.

“Harapan kami, dengan adanya Akseleran, akan muncul banyak pengusaha-pengusaha baru di Indonesia dengan usaha-usaha yang inovatif, yang menghasilkan keuntungan bukan saja bagi para pengusaha tersebut, tapi juga bagi para investor yang mendukungnya. Selain itu, kami juga berharap bahwa melalui Akseleran setiap orang Indonesia mempunyai akses untuk melakukan partisipasi modal pada startup, usaha tahap awal, atau UKM yang inovatif dan layak untuk diinvestasikan,” tutup Ivan.