Mobile Arena, Arena of Valor, dan Bubarnya EVOS.AOV

Tujuh hari lalu (23 Oktober 2020) satu berita mengejutkan datang dari skena Arena of Valor Indonesia yaitu berita bubarnya tim EVOS Esports. Kejadian tersebut mengejutkan bagi skena AOV lokal mengingat posisi EVOS Esports sebagai tim paling sukses di skena lokal sampai saat ini.

Kasus seperti ini mungkin mirip seperti kasus Sinatra beberapa bulan lalu ketika ia memutuskan untuk pindah ke VALORANT. Kasus tersebut jadi heboh karena posisi Sinatra yang notabene MVP dan juara Overwatch League bersama San Francisco Shock malah pindah ke skena VALORANT yang kala itu masih belum jelas masa depannya. Kejadian seperti EVOS AOV ataupun Sinatra tentunya memunculkan tanda tanya tersendiri.

Dalam kasus EVOS Esports, hal yang jadi pertanyaan mungkin adalah “ada apa dengan skena AOV sampai-sampai ditinggal oleh tim terbaiknya?” Saya sendiri tidak punya jawaban atas pertanyaan tersebut. Dalam hal EVOS AOV, belakangan Henri Teja selaku mantan pemain ke-6 EVOS AOV terlihat sedang rajin streaming bermain Wild Rift bersama Pokka dan Wirraw yang merupakan pemain EVOS AOV. Namun tentunya saya tidak bisa berspekulasi apapun terkait hal tersebut.

Terlepas dari apa yang terjadi pada tim AOV EVOS Esports, pertanyaan soal keadaan skena AOV lokal Indonesia sendiri sebenarnya menjadi satu topik menarik tersendiri untuk dibahas. Untuk mengetahui keadaan serta bagaimana masa depan “si MOBA Batman”, mari kita sedikit melakukan napak tilas terhadap perkembangan Arena of Valor di Indonesia sampai titik sekarang.

 

Mobile Arena dan Carut Marut Usaha Lokalisasi Arena of Valor

Arena of Valor memang terbilang punya strategi yang “unik” pada awal perkembangannya. Tencent dan TiMi Studios selaku developer dan publisher utama Arena of Valor melibatkan beberapa rekan dalam usahanya melakukan penetrasi di beberapa pasar game Asia. Ada Garena mengurus penerbitan AOV di Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, Vietnam, dan Taiwan. Netmarble mengurus penerbitan AOV di Korea Selatan. Terakhir ada DeNA mengurus penerbitan AOV di Jepang.

Arena of Valor dirilis dengan nama Mobile Arena ketika mulai diperkenalkan di Indonesia pada akhir Mei 2017. Nama game Arena of Valor juga berbeda-beda di masing-masing negara ketika pertama kali rilis. Vietnam menggunakan nama Lien Quan Mobile, Thailand mengunakan nama Realm of Valor, Indonesia menggunakan nama Mobile Arena, sementara Korea Selatan menggunakan nama Penta Storm. Tetapi ternyata perbedaan pengurus memunculkan masalah tersendiri bagi AOV, salah satunya adalah masalah distribusi update yang tidak merata.

Ketika diperkenalkan pada Mei 2017, Garena Indonesia selaku publisher resmi atas Mobile Arena melakukan strategi yang mirip seperti ketika mereka mengasuh League of Legends untuk pasar lokal. Strategi tersebut adalah menyediakan server serta berbagai inisiatif lokal Indonesia seperti esports ataupun berbagai acara tingkat grassroot untuk membesarkan komunitas.

Sayangnya strategi tersebut tidak berjalan sepenuhnya mulus dan memunculkan beberapa masalah. Selain soal distribusi update yang tidak merata, masalah lain juga jadi muncul karena penerapan server lokal Indonesia ternyata membuat durasi matchmaking jadi lebih lama.

Setelah dua bulan Mobile Arena beroperasi sejak Mei 2017, Garena Indonesia mengumumkan pergantian nama game jadi Arena of Valor pada bulan Agustus 2017. Pengumuman tersebut memunculkan secercah harapan penyatuan server/konten untuk kawasan Asia Tenggara ataupun global. Sayangnya perubahan nama ternyata tidak mengubah kondisi game Arena of Valor yang ketika itu membuat pemain cukup frustasi. Distribusi update tetap tidak merata dan server game juga tetap dipisah berdasarkan aplikasi game.

Terkait server lokal Indonesia, hal tersebut jadi masalah karena pemain Arena of Valor/Mobile Arena di zaman itu relatif kalah jumlah dibanding pemain Mobile Legends. Salah satu alasan jumlah pemain AOV jadi kalah adalah karena Mobile Legends lebih dulu rilis, tepatnya pada Juli 2016, dan mereka juga sudah punya skena esports yang lumayan besar pada saat Mobile Arena dirilis.

Karena jumlah pemainnya yang relatif lebih sedikit, pemain server lokal Indonesia (Baratayudha) jadi kesulitan mendapatkan match. Pemain casual yang populasinya cenderung lebih banyak mungkin tidak terlalu merasakan masalah matchmaking tersebut. Tetapi masalah durasi matchmaking jadi cukup terasa bagi pemain kompetitif level tinggi mengingat jumlah mereka yang cenderung lebih sedikit.

Masalah durasi matchmaking ternyata juga dirasakan oleh server Valiant yang berisikan Malaysia, Singapura, dan Filipina (Disingkat MSP). Akhirnya pada 11 April 2019 Garena Indonesia mengumumkan penyatuan server Baratayudha (Indonesia) dengan server Valiant (MSP) yang diharapkan bisa menjadi solusi atas durasi serta tingkat kompetisi matchmaking game yang terjadi sebelumnya. Namun masih ada satu masalah lain yang masih menghinggapi yaitu masalah distribusi update.

Sumber: Garena AOV indonesia
Sumber: Garena AOV indonesia

Sejak dulu hingga sekarang, server Thailand, Vietnam, dan Taiwan kerap menjadi patokan karena mereka cenderung lebih dulu menerima update Hero, game, ataupun balancing patch. Sebagai sedikit gambaran bagaimana perbedaan update antar server terjadi di Arena of Valor, Anda mungkin bisa mengintip tabel milik Samurai Gamers yang menjabarkan perbedaan ketersediaan Hero antara server satu dengan yang lain.

Hal ini juga memunculkan masalah yang lagi-lagi lebih dirasakan oleh para pemain kompetitif. Perbedaan patch dan jumlah Hero mengakibatkan pemain lokal Indonesia cenderung kalah saing apabila bertanding di tingkat internasional. Selain ada perbedaan mekanik, variasi Hero yang bisa dimainkan pemain Indonesia juga kalah banyak jika dibandingkan dengan pemain Thailand, Vietnam, dan Taiwan.

Untuk mengafirmasi opini tersebut saya berbincang singkat dengan Agung “RuiChen” Chen yang sudah melatih roster AOV EVOS Esports untuk bertanding di kancah lokal dan internasional sejak sekitar tahun 2018. Ternyata Agung juga berpendapat serupa.

“Perbedaan patch sangat jadi masalah bagi pemain profesional seperti kami. Hal tersebut jadi masalah karena kami harus banyak adaptasi ketika bertanding di tingkat internasional,” ucap Agung.

Sumber: Agung "RuiChen" pelatih divisi AOV dari tim EVOS Esports.
Agung “RuiChen” pelatih divisi AOV dari tim EVOS Esports. Sumber: ESL Indonesia

“Bukan cuma perbedaan patch, perbedaan jumlah Hero juga jadi masalah lain. Contohnya ada pada ASL Season 4 kemarin (tahun 2020) kami enggak bisa pakai Sinestrea pada saat Hero tersebut sudah bisa pakai di pertandingan luar negeri. Lalu memangnya kenapa beda jumlah Hero jadi masalah? Karena kompetisi AOV menggunakan sistem Global Ban Pick yang hanya memperkenankan pemain pick satu Hero pada satu kali kesempatan saja di dalam seri pertandingan best-of-sekian. Pada level kompetisi tertinggi, perbedaan satu Hero bisa jadi begitu krusial dalam persaingan untuk menjadi juara,” Agung menjelaskan lebih lanjut.

Walaupun begitu, inisiatif Garena Indonesia menghadirkan konten lokal sebetulnya patut diacungi jempol. Salah satu yang patut diapresiasi adalah usaha Garena Indonesia menghadirkan Hero Wiro Sableng ke dalam AOV
pada September tahun 2018 lalu. Ketika itu Garena Indonesia bekerja sama dengan Caravan Studio dan Lifelike Pictures untuk menghadirkan karakter tersebut sebagai sarana promosional film Wiro Sableng. Bukan cuma karakternya saja, Voice Line Wiro Sableng di AOV Indonesia juga diisi oleh Vino G. Bastian yang merupakan pemeran dari karakter tersebut di dalam film.

Namun memang kehadiran konten ini kembali memunculkan tanda tanya kembali di kalangan komunitas terkait distribusi update yang tidak merata. Apalagi mengingat Hero tersebut cukup kuat untuk digunakan di dalam kompetisi, komunitas jadi bertanya “Apakah Wiro Sableng akan hadir di server lain dan bisa digunakan di turnamen internasional?” Untungnya Hero tersebut didistribusikan ke server AOV lain secara bertahap. Server Taiwan pun menjadi server kedua yang menerima Hero Wiro Sableng setelah Indonesia.

 

“Main AOV Dapat 7M” dan Kesuksesan EVOS Esports di SEA Games 2019

Arena of Valor mungkin cukup tertatih dari segi penyajian game. Walaupun begitu game tersebut ternyata cukup berhasil sebagai esports jika melihat inisiatif Garena Indonesia untuk skena lokal. Usaha Garena Indonesia menyajikan esports AOV untuk pasar lokal sudah terlihat sejak dari awal perilisan game tersebut. Ketika pertama dirilis dengan nama Mobile Arena, Garena Indonesia mulai menginisiasi skena kompetitif lokal lewat sajian turnamen terbuka bertajuk MO-Cup pada Juni 2017.

Mobile Arena berganti nama menjadi Arena of Valor pada bulan Agustus 2017 dan MO-Cup berganti nama menjadi VO-Cup. Pergantian nama tersebut juga dimanfaatkan untuk menginisiasi skena kompetitif AOV Indonesia jadi lebih besar lagi lewat sajian turnamen nasional perdana bertajuk Battle of Valor pada bulan September 2017. Turnamen tersebut dipromosikan lewat sebuah jargon “Main AOV dapat 7M” yang mungkin masih terngiang di kepala Anda hingga sekarang.

Battle of Valor terbilang jadi awal dari semua sejarah esports AOV hingga kini. Battle of Valor menjadi turnamen nasional perdana yang dimenangkan oleh EVOS Esports. Selain itu Battle of Valor juga menjadi turnamen AOV pertama yang mengutus pemenangnya ke turnamen internasional bertajuk Arena of Valor International Championship.

Pasca Battle of Valor, Garena Indonesia lalu membuat skena kompetitif AOV jadi lebih konsisten lewat sajian Arena of Valor Star League (ASL). Liga ASL sudah berjalan selama 4 musim selama dua tahun ke belakang. Musim pertamanya diselenggarakan Januari 2018 dengan musim terakhirnya selesai pada September 2020 lalu.

Selama perjalanannya, liga ASL mengalami berbagai pasang surut. Walau demikian ada satu cerita yang sama pada turnamen BoV dan 4 kali liga ASL. Kisah tersebut adalah kemenangan EVOS Esports di setiap pertandingan tingkat nasional. Walaupun EVOS Esports memenangkan semua turnamen nasional tapi persaingan antar tim tetap berjalan dengan ketat. EVOS Esports selalu dihalau oleh GGWP.ID di babak Grand Final dua musim awal ASL. Lucunya dua pertandingan Grand Final tersebut menghasilkan skor yang sama yaitu 3-1 dengan kemenangan untuk EVOS Esports di ASL Season 1 dan 2.

Musim ketiga ASL sempat memunculkan sedikit tanda tanya karena ada sedikit perbedaan dari sisi penyelenggaraan. Garena Indonesia mengurus liga ASL secara mandiri pada dua musim awal. Pada musim ketiga, Garena Indonesia memilih bekerja sama dengan ESL Indonesia untuk menyelenggarakan liga ASL sejak dari babak Regular Season.

Dari segi kompetisi, liga ASL Season 3 mungkin bisa dibilang sebagai liga AOV paling kompetitif sepanjang perjalannya. Hal tersebut salah satunya terlihat pada laga Grand Final ASL Season 3 yang mempertemukan Saudara e-Sports (SES) dengan EVOS Esports. Ketika itu SES berhasil mendesak EVOS Esports dengan sangat keras sampai skor menjadi 2-2. Namun sayang SES tidak dapat mempertahankan momentumnya sehingga Game ke-5 diambil EVOS Esports yang sekaligus membuat mereka menjadi juara ASL selama 3 musim berturut-turut.

Liga ASL Season 4 terjadi pada masa-masa pandemi di tahun 2020 ini. Diselenggarakan mulai April 2020, babak Regular Season memunculkan kejutan tersendiri karena ada dua tim yang muncul secara tidak terduga. Pada musim ini DG Esports dan XcN Gaming mencuat sebagai pengisi peringkat 1 dan 2 klasemen babak Regular Season ASL Season 4. EVOS Esports sebagai juara bertahan ASL finis di peringkat 3 babak Regular Season ASL Season 4.

Walaupun demikian EVOS Esports ternyata langsung mendominasi ketika memasuki babak Playoff. Mereka melibas semua lawan-lawannya dengan cukup meyakinkan. Mereka mengalahkan ArchAngel (peringkat 4 Regular Season) dan XcN Gaming (peringkat 2 Regular Season) dengan skor 3-1. Pada babak final, EVOS Esports malah melibas sang pemuncak klasemen babak Regular Season (DG Esports) dengan skor 4-0 dalam seri pertandingan best-of-7.

Sumber: YouTube Channel Garena AOV Indonesia.
Sumber: YouTube Channel Garena AOV Indonesia.

Hal lain yang juga tak bisa dipungkiri adalah tren viewership ASL yang cenderung menurun apabila kita membandingkan jumlah views antar tayangan pertandingan Grand Final ASL. ASL Season 1 menjadi tayangan dengan jumlah views tertinggi dengan total sebanyak 381.822 views. Setelahnya jumlah views naik turun di kisaran angka 200 ribu dan tidak pernah menyentuh angka 300 ribu lagi.

Secara internasional Arena of Valor sebenarnya mendapat pengakuan yang cukup positif. Salah satu pengakuan terbaik atas game tersebut mungkin bisa dibilang terjadi pada tahun 2018 dan 2019. Pada masa itu, esports dipertandingkan pada festival olahraga tingkat Asia untuk pertama kalinya. Arena of Valor terpilih sebagai salah satu cabang pertandingan pada eksibisi esports di Asian Games 2018 dan pertandingan bermedali di SEA Games 2019.

Perolehan Indonesia pada Asian Games 2018 terbilang kurang memuaskan karena timnas kita harus terhenti di awal. Indonesia yang berisikan roster campuran pemain dari beberapa tim menghadapi dua lawan yang berat ketika itu yaitu Taiwan di Upper-Bracket dan Thailand di Lower Bracket.

Sumber: IESPA - Edit: Akbar Priono
Sumber: IESPA – Edit: Akbar Priono

Indonesia tampil lebih menjanjikan pada SEA Games 2019. Timnas Indonesia yang kali ini diwakili oleh pemain-pemain EVOS Esports hampir saja berhasil meraih medali emas di SEA Games 2019. Sayang skuad Thailand berhasil menghentikan Wiraww dan kawan-kawan dengan skor 3-0 di babak perebutan medali Emas. Skuad AOV Indonesia pun akhirnya harus puas pulang hanya dengan membawa medali perak saja di SEA Games 2019.

 

Ada Apa Dengan AOV dan Persaingan Ketat di Masa Depan

Dengan segala inisiatif yang dilakukan oleh Garena Indonesia, Arena of Valor terbilang tidak pernah mengenyam kesuksesan di tingkat tertinggi. Dari segi penyajian game, Anda bisa lihat sendiri bagaimana AOV dihinggapi berbagai keluhan sejak awal perilisan. Tren viewership liga ASL yang menurun juga bukan pertanda baik bagi masa depan esports AOV. Apalagi kalau misalnya mau dibandingkan, jumlah views ASL yang hanya 200 ribuan terpaut cukup jauh dari jumlah views liga MPL (MLBB) yang mencapai angka 2 jutaan.

Prestasi EVOS Esports yang cukup baik di tingkat internasional mungkin bisa menjadi sedikit titik cerah bagi para penikmat esports AOV. Tapi akhirnya Anda bisa lihat sendiri, EVOS Esports sebagai tim paling sukses di skena AOV lokal pun memutuskan untuk meninggalkan skena esports AOV.

Jadi sebenarnya ada apa dengan AOV? Laporan dari Reuters yang ditulis Pei Li dan Brenda Goh pada bulan Mei 2019 lalu mungkin bisa menjadi sedikit gambaran terhadap apa yang terjadi pada AOV beberapa tahun belakangan. Laporan tersebut lebih menyoroti perkembangan AOV di Eropa dan Amerika Serikat. Dikatakan dalam laporan tersebut bahwa Tencent sudah “lepas tangan” terhadap perkembangan AOV di Eropa dan Amerika Serikat.

“Saat ini kami cuma bisa pasrah membiarkan AOV hidup atau mati sendiri di dua pasar tersebut (Eropa dan Amerika Serikat),” ucap sumber internal yang tidak bisa disebut namanya kepada Reuters. Sumber tersebut lalu menambahkan bahwa AOV hanya memiliki 100.000 pengguna aktif harian di Eropa dan 150.000 di Amerika Serikat pada tahun tersebut.

Lebih lanjut, sumber internal Reuters mengatakan bahwa hal tersebut terjadi karena ada kesalahan strategi marketing dari pihak Tencent. Setidaknya ada 3 kesalahan strategi marketing yang disebut dalam laporan tersebut. Pertama adalah penyajian superhero DC Comics (Superman, Batman, dsb) yang justru membuat AOV jadi terasa terlalu “unik”. Kedua adalah integrasi AOV dengan platform Facebook yang justru terasa asing bagi gamers barat karena mereka jarang menggunakan platform media sosial tersebut. Ketiga adalah ketegangan antara Riot Games dengan Tencent karena penggunaan pemain bintang League of Legends (Xpeke dan YellowStar) sebagai sarana marketing Arena of Valor.

Dalam laporan tersebut dikatakan bahwa ketegangan antara Riot Games dan Tencent terjadi karena pihak Riot merasa Honor of Kings (versi lokal Tiongkok dari Arena of Valor) terlalu menjiplak League of Legends. Pada awalnya Riot tidak mempermasalahkan ketika Tencent sukses dengan Honor of Kings di pasar lokal Tiongkok dan berhasil mendapatkan 55 juta pengguna aktif harian.

Namun Riot akhirnya bertindak tegas ketika Tencent berusaha memasarkan Arena of Valor sebagai versi internasional dari Honor of Kings di pasar Eropa. Merasa brand mereka terancam, Riot Games memprotes pihak eksekutif Tencent yang membuahkan pelarangan usaha marketing AOV di Eropa selama 2 bulan. Pasca kejadian tersebut Riot mendapat hak untuk melakukan review terhadap semua rencana marketing, desain poster, bahkan mendapat hak untuk melarang Tencent apabila mereka ingin menggunakan selebriti gamers tertentu sebagai sarana marketing.

Laporan tersebut lalu ditutup dengan kabar bahwa hubungan antara Tencent dengan Riot sudah kembali membaik pasca kejadian tersebut. Narasumber dari Reuters juga mengatakan bahwa mereka (Riot dan Tencent) sedang mengerjakan versi mobile dari League of Legends pada laporan yang terbit tahun 2019 tersebut.

Kini League of Legends Mobile atau Wild Rift telah dirilis ke publik untuk pasar Indonesia, Jepang, Malaysia, Filipina, Singapura, Korea Selatan, dan Thailand. Jika kita menyambungkan dari apa yang dibahas dalam laporan Reuters dengan kejadian saat ini, sepertinya bukan tidak mungkin bahwa Arena of Valor akan digantikan oleh Wild Rift di masa depan demi menyatukan Riot dan Tencent ke dalam satu pijakan yang sama di ranah MOBA untuk mobile.

Terlebih nasib Arena of Valor juga sudah menjadi semakin tidak pasti di beberapa daerah. Selain Eropa dan Amerika yang tadi disebutkan, India juga jadi negara penerbitan AOV yang nahas nasibnya. Pasca pemblokiran yang dilakukan oleh pemerintah India di bulan September 2020, Tencent akhirnya memutuskan untuk menutup server AOV India pada tanggal 24 September 2020 lalu.

Bagaimana dengan Indonesia?

Kehadiran Wild Rift kemungkinan besar akan menjadi tantangan tersendiri bagi AOV untuk bisa terus bertahan hidup. Pada sisi lain, Garena Indonesia sepertinya terlihat sedang sibuk dengan Free Fire, game besutan mereka sendiri yang dikabarkan telah mencatat rekor 100 juta pengguna aktif harian di kuartal kedua 2020. Secara esports, Free Fire Master League juga menunjukkan angka viewership yang manis dengan total 9 juta views pada musim keduanya.

Akankah 2020 menjadi akhir cerita Arena of Valor/Honor of Kings setelah Wild Rift resmi meluncur ke pasaran?

Hal tersebut juga menjadi tanda tanya besar lain mengingat posisi Tencent dan Riot Games yang merupakan satu “keluarga”. Pada akhirnya, hanya Tencent, Riot, dan waktu yang tahu jawaban atas semua pertanyaan-pertanyaan kita terhadap nasib Arena of Valor/Honor of Kings/Wild Rift di masa depan.

Rekap Grand Final ASL Indonesia Season 3: EVOS Esports Juara ASL Tiga Musim Berturut-turut

Enam pekan panjangnya fase liga Arena of Valor Star League telah berlalu. Yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. 14 September 2019 menjadi konklusi dari perjuangan semua tim yang bertanding di dalamnya. Kini tersisa empat tim saja yang memperebutkan tahta tertinggi di kancah Arena of Valor Indonesia, EVOS Esports, Saudara E-Sports (SES), BOOM Esports, dan DG E-Sports.

Sejak awal, persaingan panas antar tim sudah sangat terasa. Sajian pertama adalah semi-final satu, antara Saudara E-Sports melawan BOOM Esports. Di atas kertas, kedua tim ini bisa dibilang punya kekuatan yang tidak beda jauh. Alhasil benar saja, pertarungan berjalan dengan cukup seimbang.

Semi-final satu, BOOM Esports vs Saudara E-Sports

Game pertama, SES membuka permainan dengan rotasi-rotasi yang ciamik. Pergerakan mereka sangat efektif, dan hampir selalu mendapatkan objektif yang dibutuhkan ketika melakukan penyergapan. Sementara di sisi lain, mencoba mempersiapkan untuk late game, BOOM Esports malah sedikit keteteran.

Menggunakan Lindis, gagal mendapatkan winning condition yang seharusnya mereka dapatkan. Kehilangan kuasa atas area jungle mereka sendiri, pergerakan Lindis jadi semakin sulit, membuat dampaknya dalam pertarungan jadi semakin kecil. Kendati demikian, Randy “CL” Shimane berjuang keras untuk mencari celah kemenangan di antara keadaan yang sulit tersebut dengan menggunakan Grakk.

Terlepas dari semua usaha yang dilakukan CL, SES ternyata sudah mendapatkan keunggulan yang dibutuhkan. Melihat kesempatan di depan mata, SES langsung saja memaksa peperangan dan menyelesaikan permainan dalam satu tarikan nafas. 1-0 untuk SES.

Masuk game kedua, BOOM Esports ternyata berhasil mendapatkan momentumnya. Mendapatkan Fennik bagi Cassy jadi salah satu alasannya.  Belum lagi Naitomea juga mendapatkan hero yang masih cukup kuat di musim ini, Liliana. Namun permainan masih imbang sampai setidaknya pada 5 menit pertama.

Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Masuk pertengahan game, BOOM Esports kembali mendapatkan momentum besar lewat teamfight. SES yang sedang mencari informasi tanpa sadar terjebak dari rotasi BOOM Esports yang datang dari kiri dan kanan. Benar saja, mereka langsung habis kena wipe, yang digunakan oleh BOOM Esports untuk menyelesaikan permainan. Skor kini menjadi 1-1.

Game ketiga, game penentuan. Awal permainan SES cukup unggul dengan beberapa kill penting yang berhasil mereka dapatkan. Namun, memasuki pertengahan, SES sebenarnya sempat kehilangan momentum. Mereka kehilangan tiga pemain saat mereka ingin menekan rotasi milik BOOM Esports.

Masuk menit 10 BOOM sudah mulai tertekan. Melihat keadaan ini SES mengambil kesempatannya untuk membunuh Dark Slayer. SES Esports yang menguasai lebih banyak area kini jadi lebih leluasa. Namun BOOM Esports masih mencoba merebut sang Dark Slayer yang pada akhirnya terpaksa harus gagal setelah permainan brilian dilakukan oleh SES.Mystyk. Dengan buff DS, dan bantuan The Drake, SES tak lagi menunggu lebih lama untuk merampungkan permainan. SES melaju ke babak final dengan skor 2-1.

Semi-final dua, EVOS vs DG E-Sports

Lanjut ke semi-final dua, kita menyaksikan pertarungan antara EVOS melawan DG E-Sports, yang bisa dibilang seperti pertarungan antara si raksasa melawan si manusia kerdil. EVOS sebagai tim yang mendominasi sepanjang fase grup ASL Season 3, kembali menunjukkan kelasnya pada pertarungan ini.

Pada game satu, EVOS sebenarnya bermain dengan cukup santai, terutama pada fase early game. Melihat celah tersebut, DG E-Sports mencoba memanfaatkan keadaan. Walau sudah berhasil menahan, namun EVOS ternyata mulai menunjukkan taringnya ketika masuk fase mid-game. Mereka mulai mengacak-acak permainan, membuat DG E-Sports jadi kalang kabut. Tak perlu waktu lama, EVOS lalu langsung saja mengamankan peluang kemenangan yang terlihat setelah tower ke-3 dari DG E-Sports hancur. 1-0 untuk EVOS Esports.

Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Game kedua menjadi harapan terakhir bagi DG E-Sports. Permainan sebenarnya berjalan cukup adem di awal-awal permainan, namun memasuki pertengahan EVOS langsung menggila, terutama Florentino dari EVOS.Wyvorz. Masuk pertengahan game, keunggulan EVOS sudah cukup jauh secara skor kill (16-4). Namun DG masih mencoba untuk melakukan perlawanan terbaiknya.

Mereka mendapat kesempatan untuk mengunci Pokka dan Wyvorz. Tanpa disangka, peluang ini malah jadi bencana bagi DG. Berada dalam keadaan 2 lawan 4, Wyvorz dengan Florentino terlihat seperti sedang berdansa di tengah serangan ganas para pemain DG yang sedang haus darah. Dengan ditambah bantuan llaF, tarian pedang Wyvorz menebas pemain DG E-Sports satu per satu, sampai ia berhasil mendapatkan triple kill.

Dengan keunggulan yang sangat jauh, EVOS kini tinggal menutup kemenangannya saja. Akhirnya, DG yang sudah semakin kalang kabut harus menerima kekalahannya di menit 11:35 setelah DG.Backdoor harus mati bersama seluruh kawan-kawannya. EVOS melaju ke babak Grand Final.

Grand-Final, EVOS vs SES

Ini seakan menjadi pertarungan yang sudah ditakdirkan sebelumnya. Pada fase grup, masing-masing berada di peringkat satu dan dua. Langsung saja pertarungan game satu dimulai dengan pertarungan yang berhasil membangkitkan sorak sorai para penonton.

Sepanjang permainan, kedua tim berusaha keras untuk menjaga perolehan kill ataupun net-worth tetap seimbang. Namun semua berubah pada pertarungan di menit 13. SES mencoba menyergap EVOS, mereka sudah mendapatkan posisi yang mantap untuk memenangkan pertarungan tersebut.

Superman dari SES.Mars mencoba memecah formasi, membuat EVOS jadi cukup kelabakan. Untungnya Hayate darn EVOS.Hanns cukup tenang dalam mengambil keputusan, langsung membantai sumber masalah dari tim SES, Diao Chan milik SES.RoboX. Pemain SES tumbang satu per satu, sampai akhirnya tak ada lagi yang tersisa. EVOS langsung mengambil kesempatan ini dan amankan game pertama.

Ketegangan pendukung SES melihat ketatnya pertarungan Grand Final melawan EVOS Esports .Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Ketegangan pendukung SES melihat ketatnya pertarungan Grand Final melawan EVOS Esports .Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Game kedua giliran SES yang dapat kesempatan. Tetapi ini tak lain dan tak bukan karena kawan-kawan SES kini bermain dengan lebih cermat. Terlihat SES kini tak mau terlalu terburu-buru menyelesaikan permainan walau sebenarnya punya kesempatan. Hal ini terlihat pada menit 12, ketika mereka mendapatkan tower tengah dalam, namun memilih untuk regroup terlebih dahulu dibanding memaksakan kemenangan.

Kesempatan untuk Dark Slayer langsung diambil setelahnya, mereka pun lanjut menekan lane bawah untuk mematikan ruang gerak EVOS Esports. Wiraww dan kawan-kawan yang kini sudah terkunci pergerakannya, terpaksa harus menyerah kalah dan memberikan game kedua kepada SES.

Pertarungan seimbang keduanya kembali terjadi pada game tiga dan empat. EVOS dapat game tiga dengan kereta momentum yang dibuat sejak awal permainan. Sementara SES, dengan mengulang permainan cermat, ditambah permainan Nakroth dari SES.Catee yang sangat ganas, berhasil membungkam EVOS di game empat.

Tersisa satu game penentuan, game kelima. Dengan format Global Ban-Pick, kedua tim sudah sama-sama semakin kehabisan opsi. Untungnya, SES masih menyimpan Enzo untuk Catee, yang menurut Teemola sebagai caster, punya win-rate hampir 100%. Dari sisi EVOS, opsi terbaik mereka hanya Richter dari Wyvorz saja, ditambah sedikit kejutan dengan Airi sebagai jungler dari Wiraww.

Pada 5 menit pertama, SES memberi shock therapy kepada EVOS dengan first blood dan juga rotasi-rotasi efektif yang dilakukan. Sayangnya, seiring waktu, entah kenapa dampak permainan Catee malah kurang terasa. Apalagi EVOS juga mulai sedikit demi sedikit menghimpun kekuatannya.

Perjuangan SES jadi semakin berat ketika mereka kehilangan dua carry tim mereka, Mystyk dan Catee di menit 11. Ketika itu SES luput karena mereka terlihat tidak satu visi di dalam pertarungan. Sementaran Mystyk dan Catee sedang berusaha keras mendapatkan Abyssal Dragon, ketiga pemain sisanya justru sedang mencoba melakukan pressure di lane atas dan tengah.

EVOS tanggap melihat hal ini, dan langsung mengerahkan 4 pemainnya untuk meringkus Catee dan Mystyk. SES kembali mencoba membuka kesempatannya di menit 14, menyergap Hanns yang sedang lengah di lane atas. Setelah gagal membunuh Hanns, SES lalu mundur, namun EVOS ternyata melakukan inisiasi balik dan mempersiapkan rotasi ke arah atas.

SES mulai kehilangan satu demi satu pemain. Mystyk yang salah rotasi tak dapat membantu banyak di momen tersebut. Ternyata kesempatan di menit 14 jadi kesempatan terakhir bagi SES. Setelahnya EVOS bisa mendapatkan Abyssal Dragon dan Dark Slayer secara gratis. SES tak lagi mampu menahan gempuran, EVOS menangkan permainan 3-2 dan kembali mengangkat trofi ASL Indonesia untuk ketiga kalinya.

EVOS AOV, Juara Bertahan Liga ASL Indonesia 3 Kali Berturut-turut.

Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Kali ini adalah kali ketiga EVOS AOV mengangkat trofi ASL Indonesia, serta mengamankan titel sebagai tim terbaik di Indonesia. Pada musim pertama dan kedua, mereka mendapatkan kemenagan yang cukup mendominasi di babak Grand Final. Musim pertama dan kedua, Aldi dan kawan-kawan GGWP.ID gagal memberi perlawanan terbaiknya kepada EVOS Esports. Pada dua musim tersebut mereka selalu menang 3-1 di babak Grand Final.

Musim ini, SES sangat ngotot melawan EVOS Esports. Untuk pertama kalinya, penggemar EVOS AOV harus merasakan ketegangan hampir dikalahkan oleh Catee, Mystyk dan kawan-kawan. “SES memang pesaing terberat EVOS sedari dulu.” Ucap Henry “Carraway” Teja. “Mereka berkembang sangat jauh, Hero Pool mereka juga semakin luas. Dengan adanya Global Ban Pick, menurut saya mereka berhasil  beradaptasi dengan baik.” Carraway menjelaskan lebih lanjut.

Walaupun ini adalah kemenangan ketiga bagi tim EVOS Esports, namun sebenarnya ini tetap memberikan kesan tersendiri kepada tim. Salah satunya adalah karena kehadiran Gilang “Fall” Dwi Fallah. “Fallah sebagai pemain sangat mudah melebur dengan tim dan sangat bisa diajak untuk bekerja sama. Kehadiran Fall juga memberi tantangan bagi tim EVOS, kami jadi mengusahakan kemenangan ini untuk Fall, soalnya dia belum pernah menang sebelumnya…hahaha.” jawab Carraway seraya berkelakar.

Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Kemenangan ini memberikan mereka hadiah sebesar Rp300 juta dan juga kesempatan bertanding di Arena of Valor International Championship 2019 (AIC 2019). Kini ada dua kompetisi internasional yang akan dihadapi oleh EVOS Esports. Selain dari AIC 2019, ada juga cabang esports AOV di SEA Games 2019.

“Menghadapi dua kompetisi ini, yang pasti sih kita latihan terus. Selain itu juga perbanyak scrim (latih tanding) dengan tim luar negeri, supaya bisa mempelajari cara main tim luar.” Henry menjelaskan.

Akankah kemenangan ini menjadi kereta momentum yang berlanjut sampai AIC 2019 atau SEA Games 2019 nanti? Mari kita doakan agar EVOS Esports bisa mendapatkan hasil terbaik di kompetisi AOV internasional yang akan dihadapi.

5 Pemain ASL Indonesia Season 3 Paling Eksplosif Sepanjang Fase Grup

Setelah fase grup ASL Indonesia Season 3 by ESL Indonesia selesai, kini gelaran Grand Final sudah ada di depan mata. Namun sebelum menuju ke sana, menarik sepertinya jika kita sedikit melihat ke belakang, dan membahas siapa pemain paling eksplosif pada fase grup musim ini.

Maksud paling eksplosif sendiri adalah pemain-pemain yang punya daya rusak paling besar di dalam pertandingan. Untuk menakar hal tersebut, kami mengambil tiga data statistik pemain dari 6 pekan pertandingan fase grup. Tiga data statistik itu adalah kill rata-rata , rata-rata Damage to Heroes, dan rata-rata partisipasi di dalam pertarungan. Siapa saja pemain tersebut? berikut 5 di antaranya:

Christopher “BTR.IO” – Abyssal Lane

Sumber: Instagram btr.io_
Sumber: Instagram btr.io_

Avg. Kill: 3.55 | Avg. Damage To Hero: 77840.27 | Avg. Participant: 6.88

Kalau bicara pemain yang biasa menjadi carry di sebuah tim AOV, biasanya terkerucut kepada dua role, Jungler atau Mid. Menariknya, pemain yang bisa dibilang “carry” bagi tim Bigetron adalah BTR.IO, seorang pemain role Abyssal Lane.

Dari segi statistik, ia punya angka-angka yang cukup bersinar, seperti rata-rata damage to hero sampai dengan 70 ribuan. Jumlah rata-rata kill yang diperoleh mungkin tidak banyak. Tapi setidaknya, jumlah kill IO mencapai setengah dari rata-rata partisipasi dalam pertarungan, yang berarti partisipasinya cukup efektif dan efisien.

Secara statistik, sebenarnya IO dan BTR.phLv punya catatan yang bersaing. Namun alasan IO saya masukkan ke dalam daftar ini, karena menurut saya, jarang ada pemain Abyssal Lane yang berpartisipasi aktif di dalam pertarungan. Mengingat role ini biasanya bertugas untuk farming dan mempersiapkan diri untuk fase late game.

Catatan terbaiknya ada pada pertandingan Week 6 Day 2 pada Game 1 saat melawan COMEBACK. Berpartisipasi sebanyak 14 kali, ia berhasil mencatatkan 10 kill dan damage sampai dengan 153 ribu.

Eka “BOOM.Raze” Putra – Jungler

Sumber: boomid.gg
Raze (tengah) salah satu pemain yang terhitung baru, namun menunjukkan bakatnya selama ASL Season 3. Sumber: boomid.gg

Avg. Kill: 4.0| Avg. Damage To Hero: 66848 | Avg. Participant: 7.7

Dalam persaingan perebutan titel jungler terbaik, nama Raze sebenarnya terbilang masih cukup ketinggalan dari EVOS.Wiraww ataupun SES.Catee. Mengawali karirnya dari bermain dengan tim WaW, Raze menunjukkan perkembangan yang positif dari waktu ke waktu. Kini bersama dengan BOOM.ID, permainannya menjadi semakin baik dan juga cukup konsisten.

Raze mungkin tidak terlalu bersinar dari segi damage. Ia hanya memiliki rata-rata damage to hero hanya 66 ribu saja, malah kalah dari BTR.IO yang notabene adalah seorang abyssal laner. Kendati demikian, ia menujukkan posisinya sebagai pembunuh berdarah dingin yang efektif dan efisien.

Dengan rata-rata partisipasi sebanyak 7.7 ia berhasil mencatatkan rata-rata kill yang cukup besar yaitu 4.0. Ia pernah mencatatkan damage to hero sampai dengan 182 ribu! Lalu dari 18 kali partisipasinya di dalam pertarungan, ia mencatatkan 10 kill, yang semakin menegaskan posisinya sebagai jungler yang mematikan.

Yayan “DG.Backdoor” Hidayat – Jungler

Sumber: Instagram dg.esports
Sumber: Instagram @dg.esports

Avg. Kill: 3.85 | Avg. Damage To Hero: 76189.27 | Avg. Participant: 9.15

Tim DG E-Sports merupakan satu tim yang punya perjalanan teramat dramatis di fase grup ASL Indonesia Season 3 ini. Memulai pertarungannya sebagai tim papan bawah, performa tim ini berangsur meningkat karena kehadiran pemain yang satu ini,  Yayan “DG.Backdoor” Hidayat. Tetapi ternyata, meningkatnya performa tim DG E-Sports karena kehadiran DG.Backdoor bukan hanya sekadar spekulasi belaka, karena juga terbukti secara angka statistik.

Secara rata-rata damage kepada hero, besarannya mungkin tidak sebegitu istimewa, malah masih kalah sedikit dari BTR.IO. Namun ia merupakan salah satu pemain dengan rata-rata partisipasi di dalam pertarungan yang tinggi. Sayang tingkat partisipasinya tidak berbanding lurus dengan catatan rata-rata kill miliknya yang hanya sebesar 3.85 saja, tidak mencapai setengah dari partisipasi, yang berarti partisipasinya masih kurang berdampak besar.

Namun, sebagai damage dealer Backdoor memang terbukti sangat berbahaya. Catatan terbaiknya ada pada Week 4 day 1 di game kedua saat melawan COMEBACK. Dari 19 kali partisipasinya di dalam pertarungan, ia mencatatkan damage to hero sampai dengan 179 ribu. Tapi lagi-lagi, insting “pembunuh” Backdoor sepertinya memang masih harus diasah, karena ia hanya mencatatkan 8 kill saja pada game tersebut.

Gilang “EVOS.llaF” Dwi Falah – Mid

Sumber: Youtube EVOS Esports
Sumber: Youtube EVOS Esports

Avg. Kill: 2.69| Avg. Damage To Hero: 81661 | Avg. Participant: 8.62

Pergantian roster tim EVOS AOV pasca dari AWC 2019 memang cukup berdampak kepada performa tim ini. Namun, EVOS.llaF (sebelumnya Fall) pengganti MythR berhasil membuktikan kemampuan dirinya sebagai pemain midlane. Dari 6 pekan pertandingan ia berhasil mengantongi average damage to hero yang besar, yaitu 81 ribu damage.

Namun, memang ia tidak mengantongi angka rata-rata kill yang besar. Ia hanya mencatatkan 2.69 kill dari rata-rata partisipasinya sebesar 8 kali. Tetapi mengingat posisi role mid yang biasanya memang menjadi damage dealer, ini berarti llaF sudah berhasil melakukan tugasnya dengan sangat baik.

Catatan terbaik llaF ada pada Week 4 Day 2 pada game 2, melawan BOOM.ID. Ketika itu, dari 10 kali partisipasinya di dalam pertarungan ia berhasil mendapatkan 5 kill dan mencatatkan damage to hero sebesar 156.997.

Calvin “SES.Catee” – Jungler

Sumber: Facebook ESL Indonesia
Sumber: Facebook ESL Indonesia

Avg. Kill: 5.46 | Avg. Damage To Hero: 78142 | Avg. Participant: 10.39

Bicara tim Saudara E-Sports, salah satu nama yang kerap menjadi sorotan adalah SES.Cateee. Pemain yang satu ini memang terkenal eksplosif. Bermain sebagai jungler, ia selalu menjadi salah satu momok yang ditakuit pemain musuh. Bisa kapanpun menyergap, tanpa diduga oleh sang musuh.

Benar saja, secara statistik ia juga tampil bersinar. Salah satu catatan statistik yang membuat pemain ini jadi bersinar adalah jumlah rata-rata partisipasi pertarungan di dalam game yang mencapai 10.39. Ditambah lagi, partisipasi yang besar diseimbangkan dengan rata-rata perolehan kill yang mencapai 5.46.

Perolehan tersebut membuktikan ketajaman Catee sebagai mesin pembunuh dari tim SES. Walau perolehan rata-rata damage to hero yang lebih kecil dari EVOS.Fall, namun itu jadi wajar, karena seorang jungler yang tugasnya adalah memberi damage sambil menyapu bersih musuh-musuh.

Sebagai pemain jungle yang sangat eksplosif, Catee pernah mencatatkan 21 kali partisipasi di dalam pertarungan saat Week 2 Day 3, di game kedua melawan Bigetron. Dengan partisipasi pertarungannya, ia menjadi mesin pembunuh yang efisien dengan mencatatkan 16 kill dan damage to hero sebesar 132.628.

Lewat catatan statistik ini, mungkin bisa kita bilang bahwa SES.Catee adalah jungler terbaik untuk musim ini. Wiraww, sosok yang kerap dibilang sebagi best jungler sendiri mencatatkan angka statistik yang kurang baik di musim ini. Dari rata-rata partisipasi pertarungan sebanyak 8.83, Wiraww hanya mendapatkan rata-rata kill 4.28 dan memberi rata-rata damage to hero 56948.

Itu dia 5 pemain paling eksplosif sepanjang fase grup ASL Indonesia Season 3. ASL S3 by ESL yang dipersembahkan oleh Indofood dengan ChitatoGood to GoPop Mie, dan Mercedez sebagai Premium Sponsor serta Garena sebagai Official Partner ini akan menyelenggarakan babak Grand Final pada hari Sabtu, tanggal 14 September 2019, di Tennis Indoor Senayan. Anda juga bisa menyaksikan setiap pertandingan Arena of Valor Star League secara online lewat kanal YouTube ESL Indonesia ataupun Facebook Fanpage ESL Indonesia.

Rekap ASL Indonesia Season 3 Week 3: Persaingan Papan Tengah yang Makin Membara

Arena of Valor Star League (ASL 2019) Indonesia S3 sudah memasuki pekan ketiga. Dari tiga hari pertandingan (14-16 Agustus 2019), persaingan di papan tengah kembali menjadi sorotan. Malah, pertarungan antar timnya terasa semakin membara di pekan ini.

Papan tengah ASL Indonesia S3 sendiri diisi oleh 3 tim, yaitu BOOM.ID, Bigetron Esports, dan COMEBACK, yang sedang saling sikut berebut posisi 4 besar. Dimulai dari perjuangan sang tim kuda hitam yang menjanjikan, COMEBACK.

Pekan lalu, tim yang digawangi oleh Irdham “Damskii”, Ilham “Cipengz” dan kawan-kawan ini tampil memukau. Mereka bahkan bisa kalahkan BOOM.ID, tim menurut saya akan jadi penantang terbesar EVOS Esports.

Sayangnya performa mereka menurun drastis pekan ini. Dari 3 pertandingan, mereka hanya bisa menang satu kali saja, saat melawan Armored Project. Mereka kalah pada dua pertandingan lainnya, yaitu melawan Saudara Esports (0-2) dan DG Esports (1-2).

Selain panasnya pertarungan papan tengah, kebangkitan dua tim papan bawah juga jadi tema lain pertandingan pekan ini. DG Esports yang paling terlihat jelas. Setelah dua pekan puasa kemenangan, kini mereka akhirnya kembali ke dalam permainan.

Kunci performa ganas DG Esports pekan ini adalah kembalinya Yayan “Backdoor” Hidayat, yang mengisi kekosongan posisi jungler pada tim dengan jargon #SuperDG ini. Mereka Berhasil menangkan semua pertandingan, kecuali saat melawan EVOS; yang memang masih perkasa di puncak klasemen ASL Indonesia S3.

“Memang karena Backdoor salah satunya.” tukas Tiara “Ravalda” Evalda, shoutcaster ASL Indonesia S3. “Karena dengan masuknya Backdoor yang memang fokus di Jungle, efeknya adalah Ayep jadi dapat role andalannya, sehingga potensi mereka lebih keluar.” Ravalda menjelaskan komentarnya soal perubahan yang terjadi pada tim DG Esports.

Lalu selanjutnya BOOM.ID, yang pekan lalu berada di posisi ketiga, ternyata malah dibungkam habis-habisan pada pekan ini. Mereka tidak berhasil mengamankan satu kemenangan pun.

Sumber: ESL Indonesia Official Page
Sumber: ESL Indonesia Official Page

Armored Project menjadi salah satu tim yang berhasil membuat BOOM.ID jadi tertekuk lutut. Muhammad “Naitomea” dan kawan-kawan tak berdaya menghadapi buasnya permainan Armored Project dan harus terima kekalahan 2-1.

Setelah kalah melawan Armored Project, tim berjulukan #HungryBeast ini seakan sudah kehabisan tajinya. Melawan Bigetron Esports, mereka kalah total dengan skor 2-0. Bigetron pun kini bisa berbangga diri setelah menyalip BOOM.ID dan mengamankan posisi 4 besar pada klasemen sementara.

“Turunya performa BOOM.ID gue rasa karena mereka terlalu nyaman di comfort zone sih. Variasi hero dan gameplay mereka begitu-gitu aja. Padahal, skill individual mereka sangat kuat.” kata Ravalda bicara soal performa BOOM.ID yang berangsur menurun.

“Mungkin juga karena kekurangan manpower. Sempet role OBS mereka ganti-ganti, ya Fracel lah, ya CL lah, bahkan Naitomea sempet digeser jadi OBS. Ditambah lagi, gue juga merasa selama beberapa pertandingan mereka seperti main sendiri-sendiri.”

Ravalda (kanan), sosok co-caster yang pandai menganalisa situasi permainan, yang selalu memeriahkan tayangan ASL Season 3 by ESL Indonesia. Sumber: ESL Indonesia Official Page
Tiara “Ravalda” Evalda (kanan), sosok co-caster yang pandai menganalisa situasi permainan, yang selalu memeriahkan tayangan ASL Season 3 by ESL Indonesia. Sumber: ESL Indonesia Official Page

Sementara klasemen papan tengah saling sikut, dua tim penghuni klasemen atas terbilang cukup santai. EVOS Esports? Masih mencatatkan kemenangan sempurna tanpa kalah sekalipun. Saudara Esports juga cukup santai pekan ini. Amankan skor penuh 2-0 melawan COMEBACK, walau lagi-lagi masih gagal mengalahkan EVOS Esports.

Pertandingan ASL Indonesia S3 akan kembali lagi pekan depan dengan pemadatan enam hari pertandingan sekaligus. Berikut jadwal lebih lengkapnya:

  • Pekan 1: 17-19 Juli 2019
  • Pekan 2: 3-5 Agustus 2019
  • Pekan 3: 14-16 Agustus 2019
  • Pekan 4: 19-21 Agustus 2019
  • Pekan 5: 23-25 Agustus 2019
  • Pekan 6 (Semifinal): 30 Agustus-1 September 2019

Saksikan terus seluruh pertandingan ASL ID S3 by ESL, yang dipersembahkan oleh Indofood dengan ChitatoGood to GoPop Mie, dan Mercedez sebagai Premium Sponsor serta Garena sebagai Official Partner di kanal YouTube ESL Indonesia ataupun Facebook Fanpage ESL Indonesia.

Disclosure: Hybrid adalah perwakilan Media Relations untuk ESL Indonesia Championship Season 2

Rekap ASL Indonesia Season 3 Week 2: EVOS Esports Masih Merajai Dunia Persilatan AoV

Arena of Valor Star League (ASL) adalah liga kompetitif dengan kasta tertinggi untuk Arena of Valor di tiap negara. Jika sebelumnya, di Season 1 dan 2, ASL dijalankan langsung oleh Garena sebagai publisher AoV di Indonesia, ASL Season 3 kali ini dijalankan oleh ESL Indonesia dan masuk dalam rangkaian ESL Indonesia Championship Season 2.

Sampai artikel ini ditulis, ASL Indonesia Season 3 telah merampungkan semua pertandingan mereka untuk pekan kedua. EVOS Esports, yang merupakan juara bertahan dari ASL Indonesia Season 2 sekaligus ESL Indonesia National Championship dan Clash of Nations 2019, memang masih mendominasi dunia persilatan AoV Indonesia di 2019 ini.

Di musim kedua ini, EVOS yang hanya memasukkan 1 pemain baru, Gilang “Fall” Dwi Fallah sebagai midlaner, berhasil memuncaki klasemen sementara ASL Indonesia S3 dengan kemenangan sempurna.

Mereka berhasil kokohkan posisinya di puncak klasemen dengan perolehan 12 poin. Melawan BOOM.ID pada pekan ini, EVOS hanya terpeleset satu kali. Namun setelahnya, mereka berhasil membalikkan keadaan dan memenangkan pertandingan dengan skor 2-1. Hal ini menarik karena sebelumnya, BOOM ID yang mendominasi dunia persilatan Dota 2 Indonesia menaklukkan EVOS di ESL Indonesia Championship S2 untuk Dota 2.

Selain perebutan posisi sebagai pemuncak klasemen yang sangat sengit, pertarungan klasemen papan tengah juga jadi tidak kalah menarik karena kehadiran tim Comeback. Merupakan tim kuda hitam yang baru muncul di musim ini, Comeback menjadi penantang keras organisasi-organisasi besar yang sudah lama bertengger di kancah AOV, seperti SES, Bigetron, ataupun DG Esports.

Berisikan pemain-pemain baru, mereka membuktikan juga bisa bicara banyak di dalam liga kasta utama. Pekan ini, mereka bertanding sebanyak tiga kali, melawan Bigetron, SES, dan BOOM.ID. Dari semua rangkaian pertandingan, pertarungan Comeback melawan BOOM.ID adalah yang paling mendebarkan.

Dari seri best of 3, Comeback tergelincir pada game pertama. Hanya karena satu kesalahan dalam teamfight, yaitu 4 pemain Comeback secara berbarengan terkena stun Ormar dari BOOM.Fracel. Dalam satu tarikan nafas, Comeback terkena wipeout, BOOM.ID fokus push lewat tengah, yang langsung memenangkan permainan game 1. Untungnya, dua game selanjutnya Comeback bisa membayar kesalahan tersebut dan menang secara berturut-turut. Permainan berakhir dengan skor 2-1 untuk kemenangan Comeback.

Kemenangan tersebut berhasil mendongkrak posisi Comeback ke peringkat 4. Dengan perolehan dua kali menang dan dua kali kalah dari empat partai pertandingan yang dijalani, poin Comeback dan BOOM.ID kini jadi setara; sama-sama 6 poin. Setelah pertandingan yang panas di pekan ketiga, berikut keadaan klasemen ASL Season 3:

Dalam pertempuran panjang liga dengan model double round-robin, 7 tim Arena of Valor terbaik se-Indonesia harus berjuang selama 6 pekan untuk memastikan 4 slot di babak playoff yang diselenggarakan tatap muka pada pertengahan September 2019. Turnamen gelaran ASL Season 3 yang diselenggarakan oleh ESL ini didukung oleh Mercedez sebagai Premium Sponsor serta Garena Indonesia selaku Official Partner, dan menyuguhkan total hadiah sebesar Rp1 Miliar. Kini, turnamen ini masih menyisakan 3 pekan pertandingan dengan jadwal lengkap yang bisa dilihat di bawah ini:

 

  • Pekan 1: 17-19 Juli 2019
  • Pekan 2: 3-5 Agustus 2019
  • Pekan 3: 14-16 Agustus 2019
  • Pekan 4: 19-21 Agustus 2019
  • Pekan 5: 23-25 Agustus 2019
  • Pekan 6 (Semifinal): 30 Agustus – 1 September 2019

Siapakah 4 tim yang nantinya akan berlaga di babak Playoff? Akankah dominasi EVOS dapat ditumbangkan pada musim ini? Dapatkan para kuda hitam buktikan diri bahwa mereka bukanlah penantang yang bisa diremehkan pada ASL musim ini? Saksikan setiap pertandingan Arena of Valor Star League di kanal YouTube ESL Indonesia ataupun Facebook Fanpage ESL Indonesia.

Disclosure: Hybrid adalah perwakilan Media Relations untuk ESL Indonesia Championship Season 2

Honda Motor Jajaki Esports Lewat ESL Jagoan Series — Free Fire

Honda Motor tampaknya mulai tertarik untuk mendukung ekosistem esports di Indonesia. Langkah pertama yang mereka lakukan adalah dengan mendukung diselenggarakannya ESL Jagoan Series – Free Fire.

Secara global, perusahaan asal Jepang itu telah menunjukkan ketertarikannya pada esports dengan menjadi sponsor dari salah satu tim terbesar, Team Liquid pada awal tahun ini.

Dukungan yang diberikan oleh Honda Motor dalam ESL Jagoan Series – Free Fire berupa motor yang akan diberikan pada atlet yang berpretasi. Tidak hanya itu, penonton yang hadir di Grand Final yang diadakan di Mall of Indonesia pada 10 Agustus nanti ini juga memiliki kesempatan untuk mendapatkan motor.

“ESL Indonesia bangga bisa bekerja sama dengan Honda membesarkan ekosistem esports di tanah air karena Honda adalah brand yang tak hanya besar di Indonesia tapi juga di tingkat internasional,” kata General Manager ESL Indonesia, Felix Huray.

ESL Jagoan Series – Free Fire menawarkan total hadiah sebesar US$20 ribu. Selain hadiah uang, tim yang menang juga akan mendapatkan Golden Ticket untuk bertanding di Free Fire Indonesia Master 2019 Grand Final.

Turnamen tersebut disponsori oleh Indofood, Chitato, Good To Go, dan Popmie dan mendapatkan dukungan dari CBN, Logitech, Matrix, Indomaret, NimoTV, dan Mall of Indonesia.

Belakangan, semakin banyak merek non-endemik seperti Honda Motor yang tertarik untuk menjadi sponsor esports. Menurut laporan Nielsen, pada 2018, 49 persen dari total sponsor di industri esports adalah merek non-endemik, alias merek yang tidak ada hubungannya dengan gaming atau teknologi.

Semakin banyaknya merek yang tertarik untuk menjadi sponsor membuat nilai industri esports terus naik. Menurut studi yang dilakukan oleh Newzoo menunjukkan bahwa nilai industri esports tahun ini mencapai US$1,1 miliar, naik 26,7 persen dari tahun lalu.

Kontribusi terbesar pendapatan industri ini adalah sponsorship dengan kontribusi sebesar US$456,7 juta atau sekitar 34,3 persen dari total pendapatan industri secara keseluruhan.

“Jumlah audiens dan pertumbuhan penonton yang hebat di esports adalah hasil dari pengalaman menonton yang interaktif tanpa terikat dengan media tradisional,” kata CEO Newzoo Peter Warman dalam situs resmi Newzoo.

“Banyak liga dan turnamen esports sekarang yang memiliki banyak penonton, jadi perusahaan kini mencoba untuk memonetisasi para Esports Enthusiasts. Ini memang mulai terjadi pada tahun lalu, tapi pasar ini terus tumbuh dengan belajar dari kesalahan awal.”

Memang, jumlah penonton esports terus naik. Jumlah penonton turnamen esports di Indonesia diperkirakan mencapai 44,5 juta. Sementara di tingkat global, diduga ada hampir 1 miliar orang yang menonton pertandingan esports.

Sumber: ESL Indonesia
Sumber: ESL Indonesia

Dari segi penyelenggara, ESL kembali berusaha menunjukkan bahwa mereka mendukung sistem esports terbuka dengan mengadakan ESL Jagoan Series – Free Fire.

Sistem turnamen terbuka memungkinkan tim-tim amatir untuk bertanding melawan tim profesional di kompetisi resmi. Walau saat ini, babak kualifikasi ESL hanya digelar di tiga kota, yaitu Yogyakarta, Bandung, dan Jakarta.

“Mimpi kami di ESL yang ingin menyediakan perjalanan from zero to hero juga tercapai lewat Jagoan Series kali ini karena ada tim-tim berskala komunitas yang melaju ke Grand Final dan juga diakuisisi organisasi-organisasi esports besar di Indonesia,” kata Stefano Adrian, Project Manager Jagoan Series ESL Indonesia.

Alasan ESL mendukung sistem esports terbuka adalah agar dunia esports di Indonesia tidak hanya didominasi oleh tim-tim besar yang memang sudah mendapatkan dukungan dari berbagai sponsor.

Dengan membuat turnamen bersistem terbuka, ESL berharap bahwa komunitas yang ada di berbagai kota di Indonesia bisa ikut serta dalam pertandingan kelas internasional.

Selain itu, ini juga bisa jadi ajang bagi para pemain dan tim amatir berbakat untuk unjuk gigi. Dengan begitu, tidak tertutup kemungkinan para pemain atau bahkan tim tersebut diakuisisi oleh tim yang lebih besar.

Disclosure: Hybrid adalah perwakilan Media Relations untuk ESL Indonesia Championship Season 2

Team Scrypt Juarai ESL Indonesia R6S Community Cup Pertama

Team Scrypt resmi jadi juara Community Cup untuk R6S gelaran ESL Indonesia. Melihat catatan perjalanan di turnamen ini, Scrypt begitu dominan beraksi mengalahkan musuh-musuhnya.

Bahkan di babak finalnya, Scrypt menang dengan skor akhir 21-6. Anda bisa melihat bracket perjalanan Scrypt dari babak 16 besar di screenshot di bawah ini.

Sumber: ESL Play
Sumber: ESL Play

Team Scrypt sendiri mungkin memang harusnya tak boleh mengikuti kompetisi kelas komunitas… Wkwkwkw… Pasalnya, mereka bisa dibilang salah satu dari 3 tim terkuat di Asia Tenggara. Sebelum ini, Scrypt menempati peringkat 3 untuk kualifikasi Raleigh Major wilayah Asia Tenggara. Scrypt juga jadi satu-satunya tim yang berisikan para pemain Indonesia di liga profesional resmi R6S, ESL Pro League.

Bobby Rachmadi Putra, Community Leader dari R6IDN, komunitas yang digandeng ESL untuk menjalankan Community Cup kali ini, memberikan komentarnya tentang kompetisi ini, “thank you banget buat semua tim yang udah daftar dan ikut berkompetisi di turnamen ESL R6S Community Cup Indonesia. Ternyata antusiasmenya ramai sekali ya! Kompetisi ini sangat penting bagi kita untuk mengetahui dan mengerti secara jelas bahwa R6 di Indonesia sudah meluas dengan ramainya event ini. Yang pasti, nantinya bakalan ada event-event menarik lagi dari ESL Indonesia yang bekerjasama langsung dengan community R6IDN. Jadi ditunggu ya guys! Dan 1 lagi, SCRYPT need a nerf!”

Stefano Adrian, Project Manager dari ESL Indonesia, juga kami tanyakan komentarnya untuk kompetisi ini. “Dengan adanya Community Cup R6 pertama kali yang dijalankan dari ESL Indonesia, kami sangat kagum dengan komunitas R6 dengan 32 tim yang mendaftar dan antusiasme para player R6 Indonesia. Ke depannya, kami berencana akan menjalankan tournament ini mungkin ke tingkat yang lebih tinggi lagi.”

Bagaimanakah kelanjutan kerja sama ESL dengan esports R6S di Indonesia? Apalagi mengingat ESL adalah EO yang ditunjuk Ubisoft untuk menjalankan scene esports R6S di tingkat global.

Gandeng Komunitas, ESL Indonesia Selenggarakan R6S Community Cup

Sejak tahun 2018 lalu, esports mobile games boleh saja menjadi primadona di kalangan gamers Indonesia. Tetapi bukan berarti komunitas gamers PC hanya berpangku tangan, dan hanya jadi penonton dari hingar bingar esports mobile games yang sedang besar-besarnya.

Salah satu komunitas yang belakangan giat bergeliat di tingkat akar rumput adalah R6IDN, atau komunitas game Rainbow Six: Siege, besutan dari Ubisoft. Komunitas ini termasuk salah satu yang giat mengadakan aktifitas. Contoh kegiatan komunitas ini adalah R6IDN Community Cup yang diselenggarakan secara mandiri oleh komunitas.

Sumber: R6 IDN Official Media
Sumber: R6 IDN Official Media

Giatnya aktifitas komunitas ini ternyata berhasil memincut hati salah satu penyelenggara event esports terbesar di dunia, ESL. Lewat sub-bagian ESL Indonesia, organizer asal Jerman ini menjawab rasa haus komunitas akan kompetisi, menggelar ESL R6S Community Cup.

Kompetisi ini diselenggarakan pekan depan, tepatnya mulai selasa, 9 Juli 2019. Hal ini segera menjadi perhatian bagi komunitas, terutama komunitas R6IDN. Bobby Rachmadi Putra, selaku founder komunitas R6 IDN memberikan komentarnya tersendiri atas terselenggaranya kompetisi ini.

“ESL R6S Community Cup pertama ini merupakan inisiatif untuk menunjukkan geliat komunitas R6 Indonesia kepada khalayak gamers umum.” jawab Bobby. “Ke depannya, ESL dan komunitas R6IDN sedang mempersiapkan beberapa hal, termasuk event yang dijamin akan membuat penikmat esports Indonesia TERKEJOED! Hahaha.” tambah Bobby sembari sedikit bercanda.

Sejauh ini R6IDN memang terbilang masih berjalan secara mandiri dengan satu dan dua dukungan dari Ubisoft sendiri. Selain Community Cup, komunitas R6 IDN juga sudah menggarap beberapa aktifitas kompetisi secara mandiri. Salah satu yang cukup besar adalah gelaran R6S Star League, kompetisi lokal dengan peraturan ala ESL R6S Pro League, dan memiliki format liga dengan pembagian 3 divisi berbeda.

Sumber: ESL Indonesia Official Page
Sumber: ESL Indonesia Official Page

Beberapa hal tersebut juga menjadi alasan pergerakan ESL mendukung kemajuan scene R6 di Indonesia. “Kami ingin membangun komunitas dari semua game. Tidak hanya game populer saja, lebih utama, kami ingin membangkitkan komunitas game triple A.” Stefano Adrian, Project Manager dari ESL Indonesia.

“R6IDN adalah komunitas yang sangat solid dan kita ingin bersama-sama membangun ekosistem esports R6S di Indonesia. Saat ini esports R6S di Indonesia sudah jauh lebih berkembang. Selain dari ESL R6S Community Cup, kami juga ingin raise awarness kepada pemain FPS Indonesia lewat ESL R6 Pro League Asia Pasific.” Stefano menjelaskan lebih lanjut seputar rencana ESL untuk perkembangan esports R6S di Indonesia dan Asia.

Pergerakan ESL yang satu ini, tentu menjadi angin segar bagi penikmat esports game PC di Indonesia. Saya sendiri sudah sejak lama berharap, ada lebih banyak perhatian kepada esports game PC. Terutama untuk komunitas seperti R6IDN yang memang aktif dan punya pemain-pemain hebat yang berprestasi seperti Tim Scrypt.

 

 

ESL Indonesia akan Gelar Clash of Nations Akhir Maret 2019. ESL One Jakarta Kapan?

Bertempat di CGV, West Mall Grand Indonesia, ESL Indonesia menggelar konferensi pers pertama mereka tanggal 15 Februari 2019. Pada acara tersebut ESL memperkenalkan diri ke banyak media yang menjadi undangan. Selain memperkenalkan diri, ESL juga mengumumkan ESL Clash of Nations – Arena of Valor yang akan digelar pada tanggal 29-31 Maret 2019.

Pada kesempatan yang sama tadi, sebelum kita membahas Clash of Nation, ESL juga akan menggelar Grand Final untuk ESL Indonesia Championship Dota 2 dan Arena of Valor untuk tim-tim yang telah bertanding dari bulan Januari 2019. Total hadiah yang disediakan untuk kedua turnamen tadi mencapai US$100K.

Meski begitu, 2 tim yang akan bertanding di Grand Final masing-masing game tadi masih belum ditentukan karena proses penyisihan yang belum berakhir. Dari informasi yang kami dapat dari ESL Indonesia, tim Dota 2 yang akan berlanjut ke Grand Final baru akan terlihat di tanggal 27 Februari 2019. Sedangkan untuk tim AoV-nya, penyisihannya baru selesai tanggal 10 Maret 2019.

Dokumentasi: ESL Indonesia
Dokumentasi: ESL Indonesia

Untuk pemenang Grand Final ESL Indonesia Championship AoV, mereka akan langsung bertanding kembali di ESL Clash of Nations melawan tim-tim terbaik dari Asia Tenggara. Clash of Nations ini nantinya juga akan jadi yang pertama kalinya di Asia Tenggara.

Ada 4 tim lain yang mewakili wilayahnya masing-masing, kualifikasinya akan digelar tanggal 23-24 Februari 2019, yang akan bergabung dengan juara Indonesia di Clash of Nations yaitu:

  • 1 tim dari Thailand
  • 1 tim dari Vietnam
  • 1 tim dari Filipina
  • 1 tim dari Malaysia / Singapura

Dalam rilis yang kami terima, Nick Vanzetti, Senior Vice President ESL Asia-Pacific Japan, mengatakan, “Clash of Nations menandakan saat yang menarik bagi ESL di Indonesia. Dengan dukungan yang telah diperlihatkan di National Championships, kami menjadi lebih semangat untuk bisa membawa event sekelas dunia kepada fans lokal. Tujuan kami adalah untuk memberi peluang agar setiap level bisa berkompetisi dan Clash of Nations adalah puncak perjalanan tersebut bagi para pemain.”

Dokumentasi: ESL Indonesia
Dokumentasi: ESL Indonesia

Sedangkan Direktur Indofood, Axton Salim, juga tak ketinggalan memberikan komentarnya dalam rilis yang sama. “Kami bangga dipercaya untuk bekerjasama membawa dan menyelenggarakan ESL Clash of Nations 2019 – Arena of Valor, kompetisi top level esports pertama dan terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara. Bagi kami, esports merupakan cabang olahraga elektronik yang digemari oleh generasi muda dan perlu terus kita dorong perkembangannya.

Melalui tiga brand kami yakni Pop Mie, Chitato, dan Indomilk Good To Go, Indofood akan turut menyukseskan penyelenggaraan ESL Clash of Nations 2019. Kami berharap ajang ini memberikan kesempatan bagi pemain-pemain esports tanah air untuk berkompetisi dan mengukir prestasi di tingkat internasional.” Ujar anak dari Anthony Salim dan cucu dari Sudomo Salim tadi.

Lebih menariknya lagi, pertandingan Grand Final ini nanti akan memiliki harga tiket masuk (HTM) sebesar Rp30 ribu per hari dan Rp150 ribu untuk tiket premium 3 hari yang bisa dibeli langsung di Elevania, yang merupakan partner ticketing resmi ESL Indonesia. Buat yang ingin menonton dari rumah, seluruh pertandingan tadi juga akan disiarkan langsung di kanal YouTube ESL Indonesia.

Jadwal ESL Indonesia Championship & ESL Clash of Nations. Sumber: ESL Indonesia
Jadwal ESL Indonesia Championship & ESL Clash of Nations. Sumber: ESL Indonesia

Meski memang bergengsi, Clash of Nations mungkin memang bukan yang paling ditunggu-tunggu oleh fans esports dalam negeri. ESL One, yang jadi salah satu ajang kompetitif andalan dari ESL, bisa jadi salah satu harapan terbesar komunitas esports Indonesia dari masuknya ESL ke sini. Muasalnya, pertama, ESL One biasanya berkelas Major sehingga mampu menarik tim-tim kelas dunia untuk turut berlaga. Kedua, ESL One Genting di Malaysia sudah 2 kali digelar di 2018 dan 2017 sedangkan ESL One Mumbai di India juga akan segera digelar bulan April tahun ini.

Saya pun menanyakan hal ini kepada Nick dalam sesi tanya jawab yang digelar di konferensi pers tadi. Sayangnya, Nick sendiri belum mampu memberikan kejelasan mengenai kapan ESL One akan digelar di Indonesia. “Setidaknya tahun 2020 atau mungkin lebih lama lagi.” Ujar Nick.

Jawaban tadi mungkin sekilas terdengar mengecewakan karena belum adanya kepastian namun, bagi saya pribadi, ada kelegaan yang tersirat. Kenapa? Karena hal ini berarti ESL Indonesia masih punya rencana panjang untuk Indonesia, setidaknya sampai 2020 atau lebih. Pasalnya, dari pengalaman yang saya lihat selama 10 tahun berkecimpung di industri game, ada banyak sekali perusahaan-perusahaan luar negeri yang lebih suka ngebut namun tak bertahan lama di sini.