[Guest Post] Cerita Dibalik EVOS Esports yang Hampir Tamat | Evolving EVOS #2

Editorial: Artikel ini adalah artikel kedua, tentang perjalanan EVOS Esports. Anda bisa membaca artikel pertama di tautan ini

Semua berjalan secara baik dan sampai titik ini, saya dan partner masih menjalankan EVOS sebagai proyek sampingan dan hobi saja. Tim EVOS berkembang secara baik di tingkat lokal namun stagnan. Dan saya ingin mencari peluang baru untuk bertumbuh, karena saat itu pasar di Indonesia masih baru. 

Melebarkan Sayap

Waktu itu saya sedang melakukan riset tentang judul game apa yang bisa dipilih untuk EVOS sebagai perkembangan selanjutnya dan akhirnya saya berkesempatan untuk mempelajari Vietnam, lebih spesifik, game League of Legends di negara tersebut. Vietnam menjadi menarik karena memiliki 1 x-faktor, angka. 

The VCSA in Vietnam Was Getting A Lot of Viewership & Had High Potential

Tahun 2017, Vietnam memiliki basis pemain ke dua/tiga terbesar untuk LoL di dunia, hanya tertinggal dari Tiongkok dan setara dengan pemain besar seperti Korea. Secara natural, ketika basis pemain sangat besar, maka penonton dari liga profesional lokal juga akan besar. VSCA rata-rata memiliki 60 ribu CCU (concurrent viewers) di tahun 2017, sedangkan di Indonesia hanya bisa mencapai kurang lebih 10 ribu saja. Potensinya ada, EVOS hanya perlu memuikikan bagaimana caranya masuk pasar Vietnam.

Kemitraan Baru

Seperti yang saya sebutkan di artikel pertama, EVOS didirikan bersama oleh 4 orang. Michael, Hartman, saya sendiri – yang kesemuanya adalah teman satu SMA – dan satu lagi Wesley. Orang yang saya sebutkan terakhir ini adalah alasan kenapa EVOS bisa punya kesempatna untuk masuk pasar Vietnam. 

Fortius was the champions of Indonesia but couldn't beat the rest of the SEA teams.

Wesley memiliki tim di Indonesia dengan nama Fortius. Untuk berkompetisi di skena LoL di Indonesia. Wesley menggunakan pemain asing dari Vietnam di timnya, namun hasil dari tim tersebut tidak berjalan baik. Kami berdua bertemu dan akhirnya muncul rencana untuk menggabungkan kekuatan dan memindahkan divisi LoL ke Vietnam uagar bisa bermain di liga profesional di sana, VSCA. Kami membahas ide tersebut dengan partner lainnya di EVOS dan mereka setuju. Dalam waktu cepat, Vietnam menjadi target EVOS

Persiapan di Vietnam

Langkah pertama dalam proses ekpansi ke negara Vietnam adalah mendirikan tim yang kuat. Seperti halnya sebuah negosiasi umum, Anda harus memiliki pengaruh tertentu untuk mendapatkan deal terbaik. Untuk membuat roster yang kuat, kami membutuhkan pemain yang berpengaruh sebagai daya tarik bagi pemain-pemain bagus agar mau bergabung.

No alt text provided for this image

Untungnya, ketika Fortius bergabung ke EVOS Esports, kami bisa mempertahankan Beyond. Ia adalah salah satu pemain terkenal di Vietnam waktu itu, jadi kami mimiliki pondasi yang solid untuk membangin roster yang bagus. Selanjutnya, kami ingin mendapatkan YiJin di tim, salah satu pemain yang paling terkenal di skena LoL. Kami sadar, jika kami bisa mendapatkan dua pemain ini di tim, maka kami bisa memiliki pengaruh yang cukup untuk menarik pemain bagus lain untuk ikut bergabung. 

Kami telah memiliki rencana, menjalankannya dengan seksama dan akhirnya tim LoL bintang kami terbentuk, tim ini diisi oleh pemain dengan potensi yang sangat baik. Beberapa minggu berikutnya, saya dan partner super sibuk menyiapkan infrastruktur di Vietnam. Membangun gaming house dari nol. Merekrut manajer untuk memenej pemain, dan merekrut pekatih untuk membantu tim berlatih. Kami ingin memastikan bahwa kami memiliki peluang yang baik untuk lolos ke VCSA. 

The First EVOS Esports Roster

Banyak orang tidak menyadari bahwa tugas perusahaan/pemberi kerja untuk menyiapkan infrastruktur yang kuat bagi para karyawan mereka untuk tumbuh. Jika Anda gagal menyiapkan pondasi yang kuat, maka karyawan tidak akan melihat adanya peluang untuk tumbuh, mereka akan pergi. Demikianlah halnya dengan mendirikan tim esports, Anda harus menyediakan dukungan terbaik yang bisa Anda berikan agar pemain bisa berkembang. 

Rintangan Pertama

Kami telah mengatur semuanya dengan baik dan hasilnya juga mulai muncul. Kurang labih hanya satu bulan waktu yang kami miliki sebelum bermain di babak kualifikasi, dan tim dalam kondisi kompak serta percaya diri. Tim kami bisa bermain dengan standar yang sangat tinggi dan tidak pernah satu kali pun kalah dalam masa latihan, dengan skor pertandingan 25-0. Angka fantastis ini didapatkan dengan berlatih melawan tim terbaik di Vietnam. Kami menjadi tim yang ditakuti di Vietnam

No alt text provided for this image

Namun seiring perjalanan waktu, pemain kami menjadi terlalu percaya diri. Anda bisa melihat bahwa EVOS Esports yang sekarang memiliki banyak sekali staff manajemen yang menjaga agar para pemain sehat secara mental dan menjaga kondisi pemain dalam performa yang baik, namun tidak pada waktu itu. Kami tidak tau apa-apa, kami kira pemain yang percaya diri adalah sebuah keuntungan, namun kami sangat salah. 

No alt text provided for this image

Satu hari sebelum pertandingan kualifikasi, mulai muncul masalah. Pemain mulai saling komplain satu dengan yang lain, saling menyalahkan untuk kesalahan kecil dan saling klain bahwa ia paling layak diberi predikat pemain paling jago di tim. Ego mulai muncul dan kami tidak tahu harus bagaimana mengatasinya. Namun, kami tetap yakin dengan kemampuan tim kami. Bgaimana tidak? Menang 25 kali vs kalah 0 dalam pertandingan latihan. 

Karena kualifikasi VSCA akan berjalan seharian, saya dan partner saya, Harman beranggapan bahwa kami tidak perlu hadir di turnamen sejak awal, lebih baik menambah waktu tidur dan istirahat, anggapan kami, tim setidaknya bisa bertahan sampai setelah makan siang. Mengingat kualitas bermain mereka, sepertinya tidak akan mengalami kendala berarti. 

Namun, kami salah. Tim kami kalah di ronder pertama. The. First, Round. 

Di tepi jurang 

Bagaimana caranya kemabli pulih dari keadaan seperti itu? Kami telah memberikan semua usaha kami dengan harapan bisa masuk VSCA. Ini harusnya menjadi langkah awal untuk EVOS agar bisa berada di peta esports dunia. Namun kenyataannya, kami malah menjadi 

Saya ingin menyerah dan menutup secara keseluruhan EVOS Esports.

Saat itu saya masih menjalankan 3 bisnis secara bersamaan, dan kondisi ini mulai memberikan dampak pada diri saya. Mulai muncul masalah kesehatan, khususnya punggung saya, mulai tidak nyaman. Selain itu, kondisi keuangan EVOS Esports juga mulai memburuk. Saya berpikir ini waktu yang tepat untuk menyerah dan fokus ke bisnis saya yang lain. 

Perubahan Nasib

Untungnya, tidak tidak semua hasil buruk menimpa EVOS Esports. Di Indonesia, strategi kami untuk membuat tim terkenal dengan memberikan porsi yang cukup besar di media sosial mulai mendapatkan hasil. Pemilik merek di Indonesia mulai melirik potensi tim esports dan ingin menjadi sponsor di EVOS Esports. 

No alt text provided for this image

Brand pertama yang bekerjasama dengan EVOS adalah Lenovo, mereka menawarkan deal pada kami dengan angka kurang lebih 7 ribu USD perbulan untuk kontrak satu tahun. Ini adalah salah satu kesepakatan sponsor terbesar di Indonesia pada tahun 2017. Selain itu, kami juga berhasil mendapatkan kontrak dari Traveloka dengan angka 8 ribu USD perbulan untuk satu tahun. Menjadi  kesepatakan sponsor terbesar ntuk merek non-endemic di Indonesia pada waktu itu. Tiba-tiba saja, kami memecahkan beberapa rekor. 

Dua kesepatakan ini saja membuat EVOS Esports bisa berjalan dan memberikan keuntungan untuk organisasi EVOS. Namun yang lebih penting, hal ini memberikan sebuah gambaran bagi saya dan partner, bahwa kerja keras kami mulai membuahkan hasil. 

Perubahan Strategi 

Kesepakatan dengan dua brand tersebut juga membuat kami mengubah strategi dalam mendirikan tim, alih-alih membangun tim secara kuat langsung, kami mencoba untuk membuat tim yang populer dan disukai oleh orang. Dengan cara ini, para penggemar memiliki tim populer yang bisa didukung, di sisi lain, brand bisa melihat pengikut yang besar yang bisa kami kumpulkan dari tim dan tertarik untuk menjadi keluarga EVOS. Menciptakan pengaruh.  

Jadi sekarang, daripada mencoba untuk menemukan pemain besar untuk meningkatkan performa tim, saya ingin mencari cara untuk membangun brand menjadi nama utama kami. Langkah selanjutnya adalah mencari brand ambassador, tim lain telah memiliki relasi dengan pemain game umum, EVOS membutuhkan keunggulan lain. 

Well, kami menemukannya secara cukup harafiah dalam seorang ‘angel’.

No alt text provided for this image

Di salah satu turnamen DOTA, para pemain EVOS berfoto dengan para merek pendukung, dan mereka membicarakan salah satu perempuan cantik, namanya Angel. Di tidak terkenal atau istimewa, tetapi tim DOTA saya suka dengannya karena kerehamannya. Saya jadi berpikir, jika pemain saya saja suka, mungkin gamers yang lain juga akan menyukainya. Mengapa tidak mengajaknya untuk bergabung dan menjadi EVOS Esports ambassador, tujuannya untuk membantu mengembangkan brand EVOS. 

Kami  berkomunikasi dan sisanya adlaah sejarah. Ketika Angel bergabung dengan EVOS, ia adalah seorang model untuk acara-acara dengan hanya 200 follower di IG. Kini, ia adalah seorang ikon gaming dnegan lebih dari 200 ribu follower dan menjadi muka dari EVOS Esports. 

Itulah strateginya: Menemukan talen potensial, bantu mereka berkembang. 

Titik paling rendah hidup saya

Semua berjalan baik, performa tim kami berjalan baik, bahkan tim LoL Vietnam kami juga bisa bermain di babak kualifikasi VSCA setelah saya membeli slot dari tim lain. Semuanya seperti memberikan harapan untuk keberhasilan. 

Well, tidak juga. 

Suatu hari di bulan Agustus tahun 2017, ketika saya ingin pergi mengunjungi para pemain di tim, saya menyadari bahwa tiba-tiba saya kehilangan tenaga. Saya merasa untuk berjalan menaiki tangga saja terasa sulit. Saya tidak ambil pusing, lalu pergi ke dokter untuk cek ringan karena saya pikir ini hanya masalah punggung biasa. Ternyata bukan. Saya didiagnosis dengan Kennedy Disease, sebuah penyakit genetik yang tidak tersembuhkan. 

Untuk yang tidak mengerti apa penyakit tersebut, tenang saja, saya juga tidak. Ini sebuah tutan untuk Anda mempelajari sendiri jika tertarik: https://rarediseases.info.nih.gov/diseases/6818/kennedy-disease

No alt text provided for this image

Saat itu, saya tidak akan pernah melupakan apa yang dokter katakan pada saya. 

“Anda hanya punya 5 tahun lagi untuk bisa berjalan, makan atau berbicara secara normal”. Saya terhenyak. 

Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Saya merasa tidak mau melakukan apapun. Sepertinya hidup saya jadi tidak punya tujuan lagi karena toh pada akhirnya itu akan pergi dari saya juga. Saya mengurung ini d irumah sendirian, berusaha untuk menemukan makna apa yang harus saya lakukan. 

Ketika itulah saya menyadari bahwa saya merasa paling bahagia ketika saya menonton EVOS Esports berkompetisi dan bertanding. Akhirnya, saya menemukan alasan untuk bangkit. 

One Last Stand

Anda bisa lihat, bahwa saya mengatakan pada diri saya untuk tidak menjadi orang yang munafik. Ketika tim LoL Vietnam saya gagal lolos ke VCSA, para pemain ingin menyerah dan berhenti. Hanya saya sendiri yang meyakinkan mereka untuk terus bertahan, untuk terus berjuang, membuat mereka percaya bahwa akan ada jalan terang di ujung sana. 

Saya tidak bisa menjadi seorang yang munafik. Saya tidak bisa menyerah. 

Saya mengerti bahwa di titik ini saya tidak rugi satu apapun, waktu adalah esensinya. Saya berhenti mengurus semua bisnis saya untuk mengurus EVOS Esports secara penuh dan menentukan tujuan saya. membangun kerajaan media dan hiburan terbesar di Asia Tenggara dalam waktu 5 tahun.

Sekarang waktunya bekerja. 

Bersambung ke tulisan berkutnya.

Tulisan berseri ini adalah tulisan tamu dan ditulis oleh Ivan Yeo – Chief Executive Officer dan co-founder EVOS Esports. Tulisan asli dalam bahasa Inggris pertama kali dimuat di laman LinkedIn Ivan Yeo. Publikasi dan terjemahan dilakukan tim Hybrid dan telah mendapatkan izin penulis.

[Guest Post] Bagaimana Saya Memulai EVOS Esports | Evolving EVOS #1

Semua bermula dari satu keyakinan. 

“Untuk mengubah mimpi jadi kenyataan dan untuk memberikan inspirasi bagi generasi masa depan”. 

Saat ini, EVOS Esports telah memilki 15 tim di lebih dari 5 negara, namun semuanya bisa berakhir dengan sangat berbeda.

Saya memang jarang berbicara tentang kisah personal saya sendiri, namun akan menjadi sebuah ide yang cukup baik untuk membuat artikel berseri tentang bagaimana EVOS berdiri. Catatan ini juga untuk merekam perjalanan saya selama ini di dunia esports.

No alt text provided for this image

 

Mari kita mulai dengan latar belakang saya sendiri 

Ketika memulai EVOS, saya sama sekali tidak memiliki pengetahuan tentang esports. Latar belakang saya adalah pernah memiliki pengalaman di bisnis FnB ketika mendirikan restoran di Kamboja, serta pernah bekerja di perusahaan keluarga yang memiliki fokus pada investasi real estate, startups dan perusahaan finansial. Jadi Anda bisa melihat sendiri, bahwa esports sama sekali bukan bidang saya. 

Jangan salah paham, saya suka bermain game. Saya bermain DOTA ketika ada waktu dan selalu menjadi penonton The International. Saya suka menonton kompetisi, ada sesuatu yang muncul ketika menonton pertandingan yang kompetitif. Dan akhirnya sampai pada suatu waktu, saya menjentikkan jari dan berkata pada diri saya sendiri, lakukan saja.

Credit: Reddit user u/GeryllAnthony

 

Langkah Pertama 

Langkah pertama agar semua bisa berjalan dengan benar adalah memilih titik awal untuk mulai. 

Meski saya warga negara Singapura, namun, waktu itu potensi pasar di negara ini tidak ada. Di sisi lain, Indonesia adalah pasar yang potensial untuk esports. Peluangnya ada, saya hanya tinggal mengolahnya.

Seperti yang saya sebutkan di awal, saya sama sekali tidak memiliki pengetahuan tentang esports. Jadi, langkah awal yang harus dilakukan adalah mempelajari industrinya. Tidak ada buku panduan untuk belajar esports, harus dengan mencoba secara langsung. Dan saya mendapatkan ide, mengapa tidak menggelar liga profesional untuk permainan DOTA di Indonesia – dan jadilah AES Pro League. Dengan cara ini saya bisa mempelajari tentang esports sekaligus mempelajari tentang pasar Indonesia. Killing two birds with one stone.”

Created the AES Pro League to Explore Esports in Indonesia

 

Melakukan penyesuaian 

Setelah menjalankan liga selama dua musim, saya sadar bawah kompetisi tidak akan berhasil, tidak ada banyak ROI di sana. Namun saya menyadari potensi esports telah ada. Saya memutuskan untuk mengubah haluan dan mendirikan tim. Mencoba untuk melakukan pendekatan berbeda untuk tap in ke pasar. 

Meskipun kompetisi yang saya jalankan tidak berhasil, ada satu hal positif yang saya dapatkan. Saya bisa membentuk tim pertama saya dari pengalaman tersebut, namanya Majapahit Esports. Tim tersebut bisa mendapatkan posisi 3 di AES Pro League, dan saya melihat peluang untuk mengeksplorasi lebih dalam perihal tim esports ini. Akhirnya saya terjun ke sana, karena pada dasarnya saya hanya membutuhkan sebuah tempat untuk memulai. 

Saya memulai dengan sederhana, memberikan anggota tim gaji bulanan untuk operasional dan mendirikan gaming house untuk tim tersebut, pertama di Indonesia. Tujuan utama waktu itu adalah memberikan gambaran pada tim bahwa saya peduli dengan mereka, selain itu saya juga ingin masuk ke ekosistem esports dan membangun sebuah brand.

Namun sebelum itu saya harus memikirkan sebuah nama untuk tim. Majapahit bukanlah nama yang gampang diingat. Lalu saya berpikir untuk melihat value saya sendiri dan apa yang saya percaya, saya ingin mengembangkan (evolve) ekosistem esports di Asia Tenggara dan membuatnya semakin besar. 

Evolve. EVOS. Begitulah, semua berawal dari sana. 

Auman pertama

Proyek AES Pro League kami (saya dan mitra) putuskan untuk dilanjutkan 1 musim lagi karena sebuah alasan, memberikan tim saya sebuah platform untuk bertumbuh dan bermain dengan tim lain. Mengasah kemampuan mereka dengan mengikuti kompetisi secara rutin. Sementara hal ini berjalan, saya ingin membangun tim ini secara lebih dan mengembangkan kehadiran media sosial mereka. Menjadi pemenang di sebuah kompetisi adalah penting tetapi membangun pengaruh adalah prioritas sejak awal. 

Saya mulai mendorong tim untuk lebih banyak membuat konten, memberikan saluran bagi fans untuk berinteraksi dengan EVOS. Secara mendasar, esports adalah sebuah bisnis hiburan. Orang ingin menonton pertandingan untuk terhibur, menonton permainan seru dan momen epik. 

Langkah pertama adalah membuat orang mengenal media sosial EVOS di manapun. Facebook, Instagram dan YouTube. Saya merekrut karyawan untuk membuat cuplikan dari setiap pertandingan tim kami dan juga membuat vlog untuk mendokumentasikan perjalanan offline tim, apapun yang bisa memberikan tontonan bagi fans EVOS.

Sementara konten yang kami miliki berkembang, tim kami pun berhasil menjadi pemenang di banyak pertandingan. Pondasi yang telah saya bangun memberi dampak, dan setelah latihan yang rutin dan tanding lawan tim lain (sparing), akhirnya tim EVOS bisa menjadi pemenang di beberapa turnamen DOTA lokal, dan yang paling utama adalah mengalahkan tim MVP Phoenix dari Korea.

Itu adalah sebuah titik balik. Sepercik harapan muncul. Harapan. Bahwa tim asal Indonesia bisa bertanding dengan tim terbaik lainnya. Waktu itu ada anggapan yang salah bahwa Indonesia tidak memiliki pemain yang bagus, namun tiba-tiba semua orang jadi memperhatikan. Dari sana kami mulai bisa mendapatkan sponsor, NVIDIA, Digital Alliance, LG dan sponsor non-endemic pertama kami Go-Jek. Saya akan selalu ingat tanggalnya, 20 November 2016. Hari itu adalah momen saat EVOS Esports benar-benar lahir

Tim kami bisa mengalahkan tim unggulan (top tier) DOTA 2, EVOS juga diundang ke kualifikasi regional. Semua berjalan secara baik tetapi saya merasa EVOS bisa melakukan lebih. Saya ingin melakukan ekspansi, dan saya melihat ada peluang. 

Bersambung di artikel berikutnya.

Tulisan berseri ini adalah tulisan tamu dan ditulis oleh Ivan Yeo – Chief Executive Officer dan co-founder EVOS Esports. Tulisan asli dalam bahasa Inggris pertama kali dimuat di laman LinkedIn Ivan Yeo. Publikasi dan terjemahan dilakukan tim Hybrid dan telah mendapatkan izin penulis.

Indofood Mantapkan Langkah Dukung Esports Indonesia

Indofood (PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk) kembali memeriahkan pameran Jakarta Fair Kemayoran (JFK) yang digelar mulai tanggal 22 Mei-30 Juni 2019. Keikutsertaan mereka, yang kali ini bertajuk “Satukan Rasa di Rumah Indofood”, menandai bahwa Indofood tidak pernah absen dalam 10 tahun terakhir untuk memeriahkan pameran terbesar se-Asia Tenggara ini.

Selain menggelar Rumah Indofood, mereka juga menggelar Area Gaming Corner ‘Good Luck Have Fun (GLHF Corner) sebagai wujud manifestasi dukungan Indofood melalui brand Pop Mie terhadap perkembangan esports Indonesia.

Gaming Corner ini tidak hanya bisa digunakan untuk menonton tapi juga bermain bersama dengan para pemain profesional EVOS Esports (16 Juni 2019) dan RRQ (23 Juni 2019).

“Kami melihat saat ini esports semakin digemari oleh masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan. Oleh karena itu, Pop Mie menjadikan esports sebuah wadah untuk menyatukan rasa kebersamaan melalui Rumah Indofood di JFK 2019, yang diharapkan mampu menciptakan keseruan saat bermain serta menjadi teman makan andalan yang mudah dikonsumsi serta dikonsumsi.” Ujar Vemri Junaidi, Senior Brand Manager Pop Mie di rilis yang kami terima.

Dokumentasi: Hybrid
Dokumentasi: Hybrid

Saat Meet&Greet dan Mabar bersama RRQ (23 Juni 2019), Vemri juga sempat berbincang seputar Indofood dan esports bersama dengan Andrian Pauline (CEO RRQ) dan Febrianto Genta Prakarsa (Pro Player PUBGM dari RRQ).

Saat berbincang, muncul sebuah pertanyaan, apakah Pop Mie juga akan mendukung atau menjalin kerja sama dengan tim-tim lain selain RRQ dan EVOS? Vemri pun menjawab bahwa mungkin saja akan ada tim-tim lain yang akan didukung, selama hal tersebut dapat mendukung ekosistem esports Indonesia.

Selain itu, mengingat saat ini Pop Mie dan Indofood sudah menjadi sponsor tim dan event (ESL National Championship dan Clash of Nations), saya pun menanyakan apa perbedaannya mendukung 2 aspek esports yang berbeda tadi. Vemri pun menjawab, “mendukung tim adalah soal branding, bagaimana Pop Mie selalu eksis di kalangan anak muda. Sedangkan untuk event, yang mereka cari di sana adalah soal engagement. Jadi, memang berbeda kebutuhannya.”

Dokumentasi: Indofood
Dokumentasi: Indofood

Berbicara soal event, saya pun menggali lebih jauh tentang pemilihan game-nya antara PC atau mobile. Menurut Vemri, pemilihan game-nya memang lebih baik disesuaikan dengan pasar Indonesia yang lebih dominan di platform mobile.

Jadi, kira-kira tim mana lagi yang menyusul RRQ dan EVOS digandeng Pop Mie? Bagaimana dengan event esports dengan dukungan Indofood yang selanjutnya?

EVOS AOV di AWC 2019, Usaha Merengkuh Asa Menghadapi Para Jawara

Hal yang ditunggu-tunggu oleh para penikmat esports AOV akhirnya tiba, yaitu drawing day untuk fase grup dari AOV World Cup 2019. Diselenggarakan mulai dari 27 Juni 2019 mendatang, kompetisi AWC 2019 dibuka dengan pertandingan grup dengan seri round-robin antar negara peserta.

Dua belas tim peserta dibagi ke dalam dua grup yang masing-masing berisikan enam tim. Indonesia, yang diwakili EVOS Esports, tergabung ke dalam Grup B, grup yang banyak orang bilang sebagai grup neraka. Memang, isi grup tersebut adalah tim yang sudah cukup pengalaman di scene esports AOV, dan merupakan regional yang dianggap sebagai kiblat kancah kompetitif AOV internasional. Berikut hasil pembagian grup dari drawing day AWC 2019.

Sumber: Garena AOV Indonesia
Sumber: Garena AOV Indonesia

Grup A

  • Chinese Taipei – One Team (Wildcard)
  • Thailand – ahq e-Sports Club (Wildcard)
  • Vietnam – Box Gaming (Wildcard)
  • North America – BM Gaming
  • Malaysia – M8HEXA
  • Japan – Blizzard

Grup B

  • Vietnam – Team Flash
  • Chinese Taipei – MAD Team
  • Mainland China – XMan
  • Indonesia – EVOS Esports
  • Thailand – Toyota Diamond Cobra
  • Korea – NewB

Selain menjadi kiblat kancah kompetitif AOV internasional, negara yang menjadi lawan Indonesia di grup B memang terkenal sebagai negara pemain MOBA yang baik. Korea contohnya, masih jadi negara jagoan League of Legends sampai saat ini. Tiongkok baik Taiwan atau Mainland China, adalah dua regional yang terkenal merupakan jagoan di kancah MOBA internasional, termasuk juga kancah AOV.

Menghadapi grup neraka, jalan bagi EVOS untuk setidaknya lolos dari grup tentu tidak mudah. Bagaimana persiapan dan kesiapan mental para pemain dari EVOS AOV? Saya pun mencoba berbincang dengan sang pelatih EVOS AOV, Priyagung “RuiChen” Satriono.

Priyagung "RuiChen" Satriono, sosok tangan dingin di balik rentetan kemenangan tim EVOS AOV. Sumber: ESL Indonesia
Priyagung “RuiChen” Satriono, sosok tangan dingin di balik rentetan kemenangan tim EVOS AOV. Sumber: ESL Indonesia

Membicarakan soal grup neraka, ia mengakui bahwa memang grup tempat EVOS AOV bernaung lebih berat daripada grup sebelahnya. “Ambil positifnya aja, anggap saja kita sedang diuji untuk dapat membuktikan diri bahwa Indonesia tahun ini lebih baik dari tahun sebelumnya.” jawab Agung, mencoba tidak terlalu memikirkan soal grup neraka.

Bicara soal musuh terberat, RuiChen juga terbilang tak mau terlalu ambil pusing, dan berusaha fokus dengan tim sendiri saja. “Musuh terberat tetap adalah diri sendiri kalau menurut gue. Tinggal gimana cara teman-teman EVOS AOV menghilangkan ego, menghilangkan nafsu untuk dapat kill, dan cari objektif buat menangkan permainan secara tim, bukan personal.”

“Lalu kalau bicara soal tim terkuat, jawabannya jelas MAD Team dari Taiwan. Kenapa? Kalau menurut gue skill gap antara MAD Team dengan penghuni grup lainnya memang terbilang cukup jauh. Malah, menurut gue MAD Team ini mungkin adalah kandidat juara di AWC 2019.” RuiChen menjawab lebih lanjut seputar tim yang akan dihadapinya.

1x
Salah satu tim yang paling diwaspadai dari grup B di AWC 2019. Sumber: MAD Team Official Page

Lalu bagaimana Agung memandang kemampuan EVOS AOV dalam menghadapi AWC yang berisikan jawara-jawara AOV yang punya permainan luar biasa? Ternyata RuiChen terbilang cukup optimis. Ia cukup yakin bahwa Sultandyo “MythR” Raihan dan kawan-kawan bisa lolos dari grup dengan posisi yang cukup meyakinkan. “Kami yakin bisa lolos di peringkat 3, asalkan temen-temen EVOS AOV bisa memberi performa terbaiknya. Bahkan, kalau misal tim lain kepleset, kami mungkin bisa lolos di peringkat 2.” ujar RuiChen.

Pertandingan fase grup AWC 2019 akan berlangsung pada 27 Juni 2019 mendatang. Pertandingan akan terus berlangsung sampai bulan Juli, dengan gelaran final diadakan pada 17 Juli 2019 mendatang. Bagi Anda yang ingin menyaksikan, Anda bisa pantau kanal Youtube Garena AOV Indonesia untuk siaran langsung AWC 2019 berbahasa Indonesia.

 

Buah Investasi di Awal Maret, EVOS Buka Lowongan Psikolog Esports

EVOS Esports sempat menjadi perbincangan menarik di bulan Maret 2019 lalu, karena saat itu mereka mengumumkan pendanaan besar-besaran dari berbagai investor lokal dan asing. Meski EVOS tak mengungkap siapa saja yang turut ambil bagian, investasi tersebut tetaplah cukup menghebohkan sebab nominalnya yang besar, yaitu mencapai Rp50 miliar. Ini juga menjadikan EVOS organisasi esports pertama di Asia Tenggara yang melakukan fundraising dari investor asing.

Pendiri EVOS Esports, Hartman Harris, menyatakan bahwa investasi ini akan digunakan untuk pengembangan infrastruktur seperti dukungan psikolog, fasilitas training kelas internasional, dan sebagainya. “Kami menghadirkan para pelatih yang berpengalaman dan menguatkan peran analisis untuk menghasilkan tim yang solid, profesional, dan meningkatkan performa EVOS di industri ke depannya,” papar Harris waktu itu.

EVOS Capital
Tim juara dunia harus didukung dengan fasilitas kelas dunia juga | Sumber: EVOS

Kini kita sudah bisa melihat sebagian hasil dari investasi tersebut, setidaknya dari sisi pengembangan sumber daya manusia. Dalam situs pencarian kerja JobStreet.com, EVOS terlihat memasang lowongan untuk beberapa posisi seperti yang mereka sebutkan dulu. Beberapa di antaranya yaitu posisi Psikolog Esports, Assistant Personal Trainer (pelatih fitness), Senior Graphic Design, hingga Finance & Accounting Manager.

Dari semua tawaran tersebut, mungkin Psikolog Esports adalah posisi yang paling menarik. Isu kesehatan mental untuk atlet esports adalah masalah nyata yang sudah diakui oleh tim-tim kelas dunia, namun memang sering kali belum menjadi prioritas. Apalagi di negara Indonesia, di mana stigma negatif terhadap kesehatan mental masih cukup kuat. Melihat organisasi besar seperti EVOS mengambil langkah konkret untuk mengatasi masalah tersebut rasanya cukup menyenangkan, dan saya berharap tim-tim lain bisa mengikuti jejak EVOS dalam hal ini.

Menurut lowongan kerja di atas, posisi Psikolog Esports di EVOS punya tanggung jawab untuk “menciptakan program manajemen stres bagi para pemain esports. Berikut ini beberapa syarat yang diminta pada pelamar:

  • Memiliki gelar Master di jurusan Psikologi Klinis.
  • Memiliki lisensi psikolog.
  • Memiliki pengalaman dengan klien yang mengalami masalah stres/depresi.
  • Kemampuan bahasa Inggris yang baik, verbal maupun tertulis.
  • Bersedia ditempatkan di Pantai Indah Kapuk.

Sementara jumlah gaji yang ditawarkan berkisar antara Rp7 – 9 juta. Melihat syarat yang diajukan, tampaknya EVOS memang serius ingin menjadikan psikolog sebagai salah satu kru yang berperan besar dalam performa tim, sesuai dengan visi EVOS untuk membangun ekosistem esports dalam negeri dan menciptakan standar baru tentang bagaimana seharusnya sebuah organisasi esports beroperasi.

Sumber: JobStreet.com

Analisa dan Prediksi EVOS Esports Pasca Masuknya G dan Rekt

Second place is just the first place loser.” Dale Earnhardt.

Perjalanan tim Mobile Legends: Bang Bang (MLBB) dari EVOS Esports memang selalu menarik diikuti. Tim ini memang bisa dibilang tim papan atas dari sejak MPL (Mobile Legends Profesional League) Indonesia Season 1. Namun, tergantung dari perspektif Anda, tim ini bisa dibilang mujur atau naas karena mereka hanya berhasil menjadi juara kedua baik di MPL Season 1 ataupun Season 2.

Berakhir jadi juara 2 itu sebenarnya posisi yang sangat unik. Juara 2 memang bisa dibilang tim terkuat kedua, setelah sang juara. Namun Dale Earnhardt, salah satu pembalap NASCAR paling gemilang yang meninggal di tahun 2001, mengatakan juara kedua adalah pecundang pertama. Kenapa? Karena juara kedua adalah kontestan yang paling berpeluang untuk jadi juara satu namun justru gagal dalam pertandingan terakhirnya.

So close, yet so far from paradise… Jika meminjam lirik dari salah satu lagu Elvis Presley.

Sumber: MLBB
Roster MLBB EVOS Esports di MPL ID S2. Sumber: MLBB

Perjalanan EVOS Esports di MPL ID S1 dan S2

Mari kita melihat ke belakang sejenak perjalanan EVOS Esports di MPL Indonesia, turnamen MLBB paling bergengsi di Indonesia, di musim pertama dan kedua.

Di musim pertama, yang Grand Finalnya digelar di Mall Taman Anggrek tanggal 30 Maret – 1 April 2018, perjalanan EVOS Esports memang begitu meyakinkan. Mereka maju ke babak utama setelah menempati peringkat kedua di klasemen akhir Regular Season MPL ID S1. Di babak Grand Final, mereka juga tak terkalahkan sampai di partai penghujung. Mereka berhasil menendang TEAMnxl> (yang kemudian berganti jadi Aerowolf Roxy) ke Lower Bracket yang sebelumnya berhasil mengalahkan RRQ.O2 yang juga merupakan salah satu kandidat terkuat saat itu.

Namun, naasnya, EVOS justru kalah melawan nxl setelah tim ini mengalahkan semua lawannya di Lower Bracket. Sungguh, tak ada fans MLBB yang menduga bahwa EVOS Esports akan kalah saat itu.


Musim kedua, cerita tim MLBB EVOS Esports juga tak kalah menarik. Tim ini memang terseok-seok di pekan-pekan pertama Regular Season karena tak pernah menang. Namun mereka berhasil memutarbalik keadaan dan berhasil mengakhiri Regular Season MPL ID S2 di peringkat keempat.

Di babak Grand Final MPL ID S2 yang digelar di JX International Convention Exhibition pada 17-18 November 2018, EVOS Esports pun menjadi salah satu jagoan juara menurut para pemerhati MLBB berkat performa mereka yang sangat baik menutup Regular Season.

Meski demikian, RRQ.O2 memang jauh lebih diunggulkan kala itu karena formasi mereka yang bisa dibilang sempurna di segala lini. Atas segala jerih payah EVOS Esports, tim ini pun berhasil berhadapan dengan RRQ.O2 di babak final. Namun, Lemon, Tuturu, dan kawan-kawannya berhasil memukul telak Oura, JessNoLimit, dan segenap pemain EVOS Esports dengan skor akhir 3-0!

Dokumentasi: MPL Indonesia / Muhammad Thirafi Sidha
Dokumentasi: MPL Indonesia / Muhammad Thirafi Sidha

Prediksi dan Peluang EVOS Esports bersama G dan Rekt

Mengingat RRQ.O2 yang sekarang sedang berada di puncak dunia persilatan MLBB Indonesia, saya akan membandingkan formasi baru EVOS ini dengan rival beratnya itu tadi.

Formasi baru ini sudah dikonfirmasi oleh Aldean Tegar Gemilang, Manajer Tim untuk EVOS Esports. Kelima pemain EVOS Esports saat ini adalah:

  • Oura
  • JessNoLimit
  • IOS
  • G
  • Rekt

Aldean juga mengatakan mereka akan memasukkan satu lagi pemain yang belum dapat diungkap (setidaknya saat artikel ini ditulis). Namun, kelima pemain ini, buat saya pribadi seharusnya sudah mampu mengimbangi RRQ.O2 (setidaknya di atas kertas).

Kenapa saya bisa bilang demikian? Mari kita lihat satu persatu.

Sumber: MPL
Sumber: MPL

Bagi saya pribadi, Afrindo “G” Valentino adalah satu-satunya Mage di dunia persilatan MLBB Indonesia yang bisa disejajarkan dengan Lemon dari RRQ. Fans berat Lemon mungkin bisa jadi tak setuju namun, faktanya, G sudah pernah beberapa kali mengalahkan Lemon di panggung-panggung besar.

G, yang waktu itu bersama dengan Aerowolf Roxy, pernah mengalahkan Lemon dan RRQ di babak Grand Final MPL ID S1 2 kali (di Upper dan Lower Bracket). Ia juga kembali menundukkan Lemon dan kawan-kawan di Regular Season MPL ID S2.

Saya sempat berbincang singkat juga dengan G mengingat ia adalah salah satu icon di tim lamanya (Aerowolf Roxy) yang sebelumnya terlihat begitu kompak. Afrindo sempat mengutarakan alasannya kenapa ia pindah. “Karena saya ingin tantangan baru.”

Ia juga mengatakan bahwa tak ada masalah juga sebenarnya ia di Aerowolf. Bahkan ia sangat mengapresiasi manajemen Aerowolf dalam memberikan dukungan ke para pemainnya. Ia juga tak ada masalah dengan pemain-pemain lainnya di sana. Ia mengaku mau ke EVOS Esports karena menurutnya tim ini sungguh berminat mengajaknya bergabung karena bukan kali ini saja ia ditawari.

Sumber: MLBB
Sumber: MLBB

Di sisi lainnya, Rekt merupakan salah satu dari 3 Marksman paling jago di dunia persilatan MLBB Indonesia. Tiga Marksman paling hebat itu tadi adalah: Spade (SFI), Tuturu (RRQ), dan Rekt (sebelum ini di Louvre). Sebelum Rekt masuk, EVOS bahkan tak punya pemain Marksman. Jadi, kemungkinan besar, mereka pasti kesulitan jika permainan berjalan cukup lama ke late game.

Masuknya Rekt akan membuka besar peluang EVOS untuk berhadapan dengan Tuturu di late game.

Oura, yang masih setia dengan EVOS Esports; bagi saya pribadi, adalah pemain Assassin MLBB terbaik di Indonesia yang tak akan terbantahkan bahkan dibanding AyamJago dari RRQ sekalipun. Namun sebelumnya Oura tak punya kawan yang sama-sama bisa disebut pemain terbaik di rolenya masing-masing. Kekurangan Oura di EVOS hanya hal itu tadi yang sekarang sudah ketemu solusinya.

Sumber: MLBB
Sumber: MLBB

JessNoLimit mungkin memang hebat sekali bermain sebagai Assassin ataupun Fighter namun tetap saja tak bisa dibilang pemain teratas di 2 peran tadi. Meski demikian, peran JessNoLimit di EVOS Esports sekarang bisa lebih fleksibel mengikuti draft tim lawan karena gamer profesional paling populer ini cukup baik dalam berganti-ganti peran (dan mungkin bisa dilebarkan lagi hero pool ataupun penguasaan perannya, seperti sebagai Support ataupun Tanker).

Di sisi Tanker, IOS mungkin masih berada sedikit di bawah Instinct/AmpunOm dari RRQ ataupun Donkey (yang sebelumnya bermain untuk EVOS di MPL ID S1) namun ia juga tak bisa dibilang jelek juga permainannya. Setidaknya, IOS punya kedewasaan yang mungkin akan jadi salah satu faktor penting buat kawan-kawannya pemain bintang di atas tadi. Di bayangan saya, IOS bisa menjadi voice of reason mengingat keempat pemain di atas adalah tipe-tipe pemain super agresif.

Sumber: EVOS Esports
Sumber: EVOS Esports

Itu tadi prediksi dan analisa saya atas formasi baru dari EVOS Esports. Di atas kertas, tim ini sekarang punya formasi All-Star di tiga lini: Assassin, Mage, dan Marksman. Jadi, seharusnya EVOS bisa memberikan performa yang jauh lebih baik dibanding formasi sebelumnya dan mengalahkan rival beratnya, RRQ.O2. Meski begitu, itu tadi memang masih sebatas prediksi di atas kertas. Faktanya, satu tim dengan formasi pemain bintang justru juga bisa jadi tak dapat bekerja sama dengan baik (seperti saat Figo dan Zidane satu tim di Real Madrid).

Bagaimana performa EVOS Esports pasca masuknya G dan Rekt? Apakah benar prediksi saya mereka benar-benar dapat menundukkan RRQ.O2 ataupun tim-tim lainnya? Atau justru malah sebaliknya?

Antara Sponsor, Tim, dan Event Esports: Sebuah Pengantar

Jika sebelumnya saya telah berbincang-bincang dengan salah satu pemilik organisasi esports Indonesia, BOOM ID (Gary Ongko), tentang pengalamannya membesarkan organisasi tersebut; saya ingin melanjutkan perbincangan seputar membangun tim esports dengan mengajak tiga stakeholders berbeda untuk memberikan pandangannya.

Kali ini, ada 3 narasumber dari 3 perspektif yang berbeda yang telah diundang untuk berbagi cerita.

Adalah Bambang Tirtawijaya sebagai Product Manager untuk Corsair dari Digital Pitstop (DTG), Aerastio Taufiq Akbar sebagai Creative Director dari Supreme League, dan Yansen Wijaya yang merupakan Brand Manager untuk EVOS Esports yang jadi narasumber kita kali ini.

Sebelum kita masuk ke topik pembicaraannya, mari kita berkenalan sejenak dengan masing-masing brand yang diwakili oleh ketiga narasumber kita di atas.

Sumber: Corsair
Sumber: Corsair

Corsair, siapakah yang tidak kenal brand yang satu ini? Corsair memang mengawali perjalanannya sebagai produsen memori (RAM) papan atas. Seiring waktu, mereka mengembangkan sayapnya ke berbagai produk lainnya; termasuk gaming peripheral. Terlalu banyak produk dan hal yang bisa dibahas dari Corsair yang mungkin bisa jadi novel 500 halaman sendiri jika ingin dikupas detail namun, satu hal yang pasti, build quality adalah keunggulan utama dari brand yang satu ini. Di Indonesia, Corsair juga menjadi sponsor salah satu tim esports besar, yaitu Bigetron Esports. Di luar negeri, di tingkat global, Corsair juga menjadi sponsor Team Secret, Invictus Gaming, Counter Logic Gaming, dan yang lainnya.

Sumber: EVOS Esports
Sumber: EVOS Esports

Sedangkan EVOS Esports adalah salah satu organisasi esports besar yang bisa dibilang juara dalam hal exposure. Mereka punya banyak divisi game, mulai dari Dota 2, Mobile Legends, Arena of Valor, Point Blank, FIFA, PUBG Mobile, dan yang lain-lainnya. Buat Anda yang mengikuti perkembangan ekosistem esports dalam negeri, keterlaluan rasanya jika Anda belum pernah mendengar nama EVOS. Divisi Dota 2 EVOS Esports sempat juga turut bertanding di ajang kompetitif Dota 2 bergengsi tingkat internasional di Jerman, di ESL One Hamburg 2018. Divisi Mobile Legends mereka juga baru saja menjadi juara kedua di gelaran MPL ID Season 2.

Sumber: Supreme League
Sumber: Supreme League

Supreme League mungkin adalah nama yang paling minim exposure jika dibanding 2 nama tadi. Namun demikian, Supreme League merupakan salah satu organizer event esports besar di Indonesia yang telah menjalankan berbagai kompetisi berskala nasional. Namanya mungkin memang minim exposure karena posisi mereka juga sebagai organizer. Namun buat orang-orang yang sudah malang melintang di belakang layar dunia esports Indonesia, Supreme League sudah tak bisa lagi dipandang sebelah mata. Proyek terakhir mereka adalah Ultimo Hombre, yang digelar di Jakarta dan Surabaya.

Proses Tim Menggaet Sponsor

Sumber: Mercedez-Benz
Sumber: Mercedez-Benz

Kenapa sebenarnya Corsair tertarik untuk menjadi sponsor tim esports? 

Bambang pun menjelaskan bahwa kompetitif gamer itu butuh perangkat yang bisa diandalkan. “Jadi, bagi Corsair, ketertarikan ini memang sudah seperti yang biasa mereka lakukan.” Dengan menjadi sponsor tim, selain bisa dijadikan standar perangkat untuk gamer kompetitif, mereka juga bisa mendapatkan masukkan tentang pengembangan produk yang cocok untuk gamer seperti apa.

Sedangkan Yansen dari EVOS yang sekarang telah menggaet banyak sponsor seperti Lenovo, Tokopedia, Gojek, Traveloka, dan NimoTV pun bercerita bagaimana klub esports ini bisa menggandeng begitu banyak sponsor. Menurut ceritanya, awalnya masih banyak sponsor yang belum tahu esports itu apa dan bagaimana masa depannya. Jadi, merekalah yang harus menjelaskan dan meyakinkan ke para calon sponsor ini tentang potensi esports. Yansen juga mengatakan bahwa menaruh iklan di YouTube atau di esports itu juga lebih efektif daripada menaruh iklan di jalan.

Sumber: EVOS Esports
Sumber: EVOS Esports

Bagaimana dengan sebaliknya? Apakah yang sebenarnya dicari sponsor dari tim esports? Bagaimana mereka menentukan pilihan tim seperti apa yang bisa disponsori? Apa sajakah takarannya?

Bambang pun mengatakan bahwa ada beberapa hal yang biasanya dilihat sponsor. “Kita ingin melihat rekam jejak dari satu tim sih.” Prestasi mungkin bisa jadi takaran meski memang tak terlalu kaku berkisar di sana. Manajemen organisasi yang bagus yang lebih besar kemungkinannya mendatangkan ketertarikan sponsor. Sentimen positif tentang tim esports itu, yang bisa terlihat di media sosial, juga dapat berpengaruh pada ketertarikan sponsor.

Sayangnya, ia juga bercerita bahwa masih banyak tim di Indonesia yang memiliki kekurangan di aspek manajemen organisasi.

Sumber: Supreme League
Sumber: Supreme League

Lalu bagaimana soal turnamen? Turnamen esports memang faktanya adalah bagian yang tak dapat dilepaskan dari ekosistem esports. Tanpa turnamen, tim-tim esports tak punya ruang untuk berkompetisi. Namun apakah ada lagi fungsi lain dari turnamen?

Tio dari Supreme League pun mengatakan bahwa turnamen juga berfungsi sebagai ruang exposure buat tim itu juga. Tio pun kembali menegaskan bahwa, sampai kapan pun, esports selalu akan ada turnamennya karena turnamen memberikan sebuah tolak ukur akan sebuah capaian, prestasi, dan exposure dari tim esports.

Masalah yang Dihadapi oleh Tim Esports

Meski bergantung satu sama lainnya, antara turnamen dan tim, tentu saja pernah atau bahkan sering terjadi gesekan antara keduanya. Apa saja yang pernah dialami oleh Supreme League tentang hal ini? Tio pun bercerita bahwa pemain-pemain yang sudah cukup populer memang tak jarang sulit diatur walaupun memang ia mengakui mentalitas orang itu berbeda-beda. Kedisiplinan para pemain itu adalah masalah yang paling sering ia temui saat menggarap event esports.

Sumber: Supreme League
Sumber: Supreme League

Bambang pun menambahkan cerita menarik yang pernah ia rasakan sendiri tentang masalah profesionalisme pemain. “Satu kali pernah ada pemain yang datang untuk tanda tangan kontrak. Namun kala itu, dia datang dengan mengenakan kaos kompetitor. Hahaha…” Katanya sambil tertawa. Ia pun tak serta merta menyalahkan sang pemain di kasus tadi namun justru menilai manajemennya yang tak sigap dalam mengatur pemainnya.

Bagaimana tanggapan Yansen sebagai bagian dari manajemen tim esports mengenai profesionalisme pemain? Solusi apa yang diterapkan di EVOS untuk masalah tersebut?

Yansen pun mengatakan bahwa sebenarnya memang setiap divisi memiliki personality-nya masing-masing dan, meski manajemen telah menekankan nilai-nilai kedisiplinan, tetap saja ada satu dua pemain yang kadang-kadang tidak disiplin. Ia juga mengakui bahwa masalah ini masih menjadi PR buat EVOS. Ia juga tidak bisa mengatakan bahwa tim EVOS itu lebih disiplin dari organisasi lainnya.

EVOS Esports | Dota 2 Team
Tim Dota 2 EVOS Esports | Sumber: ESL

Lalu bagaimana soal tantangan dari tim sendiri soal prestasi?

“Setiap hari sih tantangan ya… Hahaha…” Ujarnya Yansen tertawa. “Tim kita sekarang sudah ada bootcamp. Bangunin mereka saja itu sebenarnya sudah tantangan tersendiri.”

Sedangkan untuk soal prestasi, menurut Yansen, kembali lagi ke masing-masing pemain dan visi mereka. “Kalaupun mereka belum bisa menyumbang prestasi, mereka mungkin hanya belum beruntung.” Ia pun kembali menyebutkan yang sebelumnya dikatakan oleh Bambang di atas bahwa prestasi itu sebenarnya bisa dicari sambil berjalan, yang penting adalah bagaimana manajemennya.

“Kita ga terlalu result-oriented sih. Yang penting proses dalam mencapai prestasi itu yang kelihatan.” Katanya.

Kelebihan dan Kekurangan Maraknya Turnamen Esports

Dokumentasi: MPL Indonesia / Muhammad Thirafi Sidha
Dokumentasi: MPL Indonesia / Muhammad Thirafi Sidha

Tahun 2018 ini, ada banyak gelaran esports setiap bulannya. Meski memang menjadi bagian integral dari ekosistem, terlalu banyak turnamen juga memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Bagaimana narasumber kita di sini melihat hal ini?

“Negatifnya, karena sponsorship itu jadi bagian dari perencanaan perusahaan, kalau turnamen terlalu sporadis itu kita jadi susah juga dari sisi budgeting. Apalagi kalau levelnya besar ya. Itu pertama. Kedua, menciptakan image turnamen itu juga lebih sulit. Misalnya, tim-tim yang bermain di sini sama yang di sana itu setingkat kah?” Kata Bambang.

Dengan kata lain, menciptakan turnamen yang berkesan jadi lebih tinggi tantangannya karena narasi/cerita masing-masing turnamen bisa saling mengaburkan atau membingungkan.

Sumber: PUBG Mobile
Sumber: PUBG Mobile

Namun sisi positifnya, buat sponsor, mereka bisa lebih punya banyak exposure; lebih banyak ruang untuk beriklan. Selain itu, sponsor juga punya lebih banyak pilihan turnamen mana yang ingin dikejar.

Lalu bagaimana dari sisi klub esports? Apa plus dan minusnya?

Yansen mengatakan, “pertama, kita jadi punya lebih banyak exposure. EVOS di sini, EVOS di sana. Kalau menang, kita dapat prize pool lebih banyak juga. Namun, yang terutama adalah para pemain jadi lebih punya banyak pengalaman. Apalagi jika event offline. Karena di event offline, mereka harus nambah satu skill lagi yaitu mental.”

Sebaliknya, kekurangannya, terlalu banyak turnamen adalah kesulitan untuk mencari jadwalnya. Ia bercerita bahwa beberapa kali EVOS harus mengundurkan diri karena jadwal turnamen yang tabrakan. Pasalnya, para pemain ini juga harus mengatur jadwal kapan harus latihan, istirahat, ataupun kegiatan lainnya. Semakin padatnya jadwal turnamen, hal tersebut akan menyulitkan juga buat para pemain dan manajemen membagi waktu.

Tio dari Supreme League juga memberikan pendapatnya mengenai kelebihan dan kekurangan maraknya turnamen esports yang terjadi. Dari sisi EO, lebih banyak turnamen esports, positifnya kembali lagi lebih banyak exposure.

IGC 2018. Sumber: Dunia Games
IGC 2018. Sumber: Dunia Games

Menurutnya, hal ini juga akan membantu mengenalkan esports ke masyarakat awam. “Dengan esports dikenal di kalangan mainstream, hal ini dapat memudahkan mereka untuk menyadari bahwa esports itu adalah sebuah bisnis yang layak; yang menjanjikan.” Ujar Tio.

Sedangkan negatifnya, menurut Tio, terlalu banyak event juga akan membuatnya terlalu monoton buat para esports enthusiast ataupun mereka-mereka yang ada di belakang layar.

Itu perbincangan singkat saya bersama 3 narasumber tadi tentang sponsor, tim, dan event esports. Semoga hal ini berguna buat Anda yang berencana membangun tim esports ataupun menyelami industri/ekosistem esports lebih dalam.

Prediksi Dunia Persilatan MLBB Pasca MPL ID S2, JessNoLimit: Saya Ingin Liburan

Gelaran kompetitif Mobile Legends: Bang Bang (MLBB) paling bergengsi di Indonesia, MPL Indonesia Season 2, sudah selesai dengan Rex Regum Qeon (RRQ) O2 yang keluar sebagai juaranya.

Sebelum kita membahas perkiraan bursa transfer yang terjadi pasca gelaran ini, mari kita lihat sejenak urutan juara di turnamen ini.

  1. Juara 1: Rex Regum Qeon (RRQ)
  2. Juara 2: EVOS Esports
  3. Juara 3: ONIC Esports
  4. Peringkat 4: Louvre
  5. Peringkat 5: Saints Indo
  6. Peringkat 6: Aerowolf Roxy
  7. Peringkat 7: Bigetron Esports
  8. Peringkat 8: SFI Esports

Pasca turnamen-turnamen besar, kebanyakan tim memang akan melakukan evaluasi performanya masing-masing dan bisa jadi merombak formasinya – seperti yang terjadi pasca MPL ID S1.

RRQ dan EVOS Esports

Sumber: MLBB
Sumber: MLBB

Jika melihat performa tim dan individu di MPL ID S2, boleh dibilang hanya RRQ yang meraih hasil memuaskan; bukan hanya karena mereka juara tapi juga karena performa masing-masing pemainnya yang stabil di atas.

Baik Tuturu, Lemon, AyamJGO, AmpunOM (Instinct), dan Liam bermain cantik sepanjang musim dan di fase Grand Final. Formasi ini bahkan boleh dibilang yang terbaik dari RRQ.O2 sejak terbentuk. Jadi, kemungkinan besar, pihak manajemen RRQ tak perlu pusing merombak formasi. Para pemainnya pun juga seharusnya tak perlu mencari tempat berlabuh baru.

Dokumentasi: MPL Indonesia / Muhammad Thirafi Sidha
Dokumentasi: MPL Indonesia / Muhammad Thirafi Sidha

Aerowolf Roxy (yang dulu menggunakan nama TEAMnxl>) juga tak mengubah formasi pemainnya pasca kemenangan mereka di Season 1.

Di posisi juara 2, EVOS Esports bisa jadi berubah formasinya pasca MPL ini. Mereka mengalami jungkir balik performanya sepanjang musim, meski memang berujung cukup positif. Di pekan-pekan awal Regular Season MPL ID S2, EVOS Esports memang boleh dibilang mengecewakan namun mereka berhasil memutarbalik kondisi dan berakhir jadi Runner Up.

Di media session EVOS Esports yang digelar saat MPL ID S2 berjalan, tim ini bercerita bahwa mereka berhasil bangkit performanya setelah fokus latihan dan mengesampingkan kesibukan mereka lainnya sebagai content creator.

Sumber: MLBB
Sumber: MLBB

Meski berhasil jadi juara 2, capaian tersebut bisa jadi tak memuaskan buat manajemen ataupun para pemainnya. Apalagi jika kita melihat Eko “Oura” Julianto yang tetap tampil memukau meski saat rekan-rekan satu timnya terpuruk saat awal-awal musim, pemain ini tentunya sangat menggoda untuk dipinang oleh banyak klub esports lainnya.

JessNoLimit sendiri juga sebenarnya berhasil mematahkan anggapan para haters-nya yang mengatakan dia cuma menang populer. Performanya sepanjang musim terakhir juga memuaskan, meski bagi saya pribadi, masih sedikit di bawah Oura tadi. Hasil performanya ini tentunya membuat banyak tim MLBB lain kebelet membawanya keluar dari EVOS Esports. Apalagi, organisasi esports mana yang akan menolak gamer paling populer di Indonesia (setidaknya sampai artikel ini ditulis) yang punya lebih dari 3 juta subscribers YouTube jika ia ingin keluar?

Dokumentasi: MPL Indonesia / Muhammad Thirafi Sidha
Dokumentasi: MPL Indonesia / Muhammad Thirafi Sidha

Saat media session kedua bersama EVOS Esports setelah mereka berhasil jadi juara 2, JessNoLimit mengatakan ingin liburan dulu saat saya tanyakan rencananya pasca MPL ID S2. Oura, Emperor, Marsha, dan IOS juga mengutarakan hal yang serupa. Mereka ingin liburan melepas penat. Namun IOS juga menambahkan, “saya akan stay di EVOS jika masih dibutuhkan.”

Melihat sejarah pasca MPL ID S1 yang kala itu EVOS juga juara 2, mereka merombak formasinya cukup drastis. Ada Donkey yang pindah ke Louvre. Sedangkan KneEr dan Oreo juga dilepas dari EVOS. Mereka pun memasukkan Marsha (dari RRQ) dan Emperor (dari Bigetron PK) pasca MPL ID S1.

Bagaimana formasi EVOS pasca MPL ID S2? Kita tunggu saja bersama-sama.

Aerowolf Roxy dan ONIC Esports

Sumber: MLBB
Sumber: MLBB

Berbicara mengenai dunia persilatan Mobile Legends, tentunya tidak sah juga jika kita tidak berbicara soal Aerowolf Roxy dan ONIC Esports. Kedua tim ini masuk ke daftar tim papan atas meski memang tak sepopuler RRQ dan EVOS.

Ada yang menarik antara interaksi Aerowolf Roxy dan ONIC Esports pasca Regular Season namun sebelum fase Grand Final. Pasalnya, mereka bertukar pemain saat itu. Supriadi “Watt” Dwi Putra dari Aerowolf pindah ke ONIC. Sedangkan Muhammad “Ichsan” Ichsan dari ONIC pindah ke Aerowolf.

Sumber: MPL
Afrindo “Lucky” Valentino. Sumber: MPL

Afrindo “Lucky” Valentino mengaku performa formasi baru mereka di Regular Season melebihi ekspektasinya. “Saat tim-tim besar lainnya naik turun, performa kita malah lebih stabil dengan bergabungnya Ichsan dan Lian.” Katanya saat media session untuk Aerowolf Roxy di gelaran MPL ID S2.

Sayangnya, performa baik mereka di Regular Season tak dapat dilanjutkan di babak selanjutnya. Karena itulah, Aerowolf Roxy bisa jadi juga akan mengubah formasi mengingat performa mereka yang mungkin boleh dibilang mengecewakan di babak Grand Final kemarin. Muasalnya, mereka menempati peringkat 2 di akhir babak Regular Season namun harus gugur cukup awal di Grand Final dan berakhir di posisi 6.

Sumber: MLBB
Sumber: MLBB

Di sisi lainnya, Watt yang berganti-ganti peran (role) di ONIC mengaku lebih suka memainkan role tetap seperti saat ia bermain untuk Aerowolf. Namun ia terpaksa berganti-ganti peran di ONIC karena memang harus menutupi keterbatasan penguasaan hero (hero pool) dari rekan-rekan satu timnya.

Watt memang menarik untuk diboyong keluar dari ONIC mengingat ia boleh dibilang paling mencolok skill individunya dibanding rekan-rekan satu timnya. Ia bisa berganti peran dengan mudah, menutupi keterbatasan rekan satu tim, namun tetap menunjukkan kualitas papan atas.

Spade. Sumber: MLBB
Spade. Sumber: MLBB

Satu lagi pemain dari ONIC yang menarik untuk dibahas adalah Hansen “Spade” Meyerson. Spade merupakan MVP Regular Season di MPL ID Season 1. Performanya memang tak sefantastis di Season 1 namun ia tetap saja termasuk salah satu dari 3 pemain Marksman terbaik se-Indonesia, bersama Tuturu dari RRQ dan Rekt dari Louvre. Kemungkinan besar, Spade juga sudah masuk ke dalam daftar pemain incaran bagi tim-tim yang mencari pemain Marksman.

Tim-Tim Lainnya

Selain dari 4 tim besar tadi, ada beberapa nama yang menarik untuk dibahas di sini kali ini. 2 nama pertama yang ada di kepala saya adalah Haji Kakap dan Hinelle dari Saints Indo yang mungkin bisa dirayu untuk pindah. Kedua pemain ini berhasil mencuri perhatian dengan menampilkan performa yang menawan sepanjang musim bersama Saints Indo.

Ditambah lagi, secara organisasi dan manajemen, Saints Indo boleh dibilang belum sematang organisasi esports lainnya seperti 4 organisasi besar yang saya bahas di atas. Menarik saja membayangkan Haji Kakap atau Hinelle berbaju kuning bersama ONIC atau berbaju biru di bawah naungan EVOS Esports.

Sumber: MLBB
Sumber: MLBB

Setiap pemain Louvre, Rmitchi, Donkey, Rekt, Kiddo, dan Yor, juga punya keistimewaan di perannya masing-masing. Mengingat Louvre juga tak mampu meraih hasil yang memuaskan kali ini meski berisikan pemain-pemain hebat, ada kemungkinan, baik dari sisi pemain ataupun manajemen; mereka mencoba formasi baru.

Fabiens dan Jeel dari Bigetron juga layak disebutkan sebagai pemain yang wajib dilirik, meski Fabiens memang lebih mencolok performanya di musim kedua ini. Fabiens adalah pemain lama yang muncul namanya sejak MSC 2017. Ia pun cukup piawai dalam memainkan peran (role) sebagai Assassin ataupun Marksman.

Sumber: MLBB
Sumber: MLBB

Jeel juga pemain yang cukup lama di dunia persilatan MLBB meski memang baru di Season 2 inilah ia merasakan ketatnya persaingan di MPL. Ia mengaku MPL memang beda prestige-nya dibanding kompetisi-kompetisi tingkat nasional lainnya, saat saya tanyakan di sesi media untuk Bigetron di acara yang sama.

Oh iya, nama terakhir yang mungkin layak untuk dipertimbangkan adalah Doyok dari SFI Esports. Doyok bisa jadi adalah pemain Mobile Legends terbaik asal Pontianak. Ia memang sedikit tenggelam namanya di MPL ID S2 karena timnya, SFI, sepertinya benar-benar belum menemukan gaya bermain yang tepat. Namun skill individu Doyok sendiri sebenarnya setingkat atau bahkan lebih tinggi dari pemain-pemain lainnya yang lebih populer namanya.

Sebenarnya ada satu pemain yang sudah mengutarakan keinginannya ke saya untuk keluar dari timnya. Namun karena off-the-record, saya tidak dapat menyebutkan nama ataupun timnya sekarang. Pemain itu juga sangat istimewa dari sisi skill individu ataupun tim dan mulai dikenal sejak MPL ID Season 1. Dia biasanya juga bermain sebagai Mage. Siapa dia ya? Apakah ia benar akan keluar dalam waktu dekat?

Sumber: MLBB
Sumber: MLBB

Itu tadi hanya ‘penerawangan’ saya atas beberapa tim dan pemain pasca MPL ID Season 2. Seharusnya, para pemain dan orang-orang manajemen sudah mulai bergerilya di balik layar untuk bursa transfer yang mungkin akan mewarnai beberapa pekan ke depan.

Seperti apakah peta dunia persilatan MPL Indonesia di Season 3 nantinya? Menarik untuk terus diikuti.

Pelajaran Penting yang Didapat EVOS Esports dari ESL Hamburg

Di akhir bulan Oktober 2018 kemarin EVOS Esports mendapatkan kesempatan untuk bertanding di salah satu ajang esports internasional, ESL One Hamburg, menggantikan TNC yang jadwalnya bertabrakan.

Mereka memang akhirnya harus pulang hanya dengan 1 kemenangan melawan compLexity Gaming di hari pertama. Namun demikian, tentunya pengalaman mereka bertanding di turnamen ini sangat berharga karena EVOS bisa bertemu dengan tim-tim tier 1 dunia.

Maka dari itu, saya pun menghubungi EVOS Esports untuk berbincang tentang pelajaran apa saja yang mereka dapatkan di Jerman. Saya memang menghubungi Aldean Tegar Gemilang, Team Manager untuk EVOS Esports, namun semua pertanyaan yang saya lontarkan dijawab semua oleh sang kapten tim, Adit “Aville” Rosenda.

Sumber: ESL
Sumber: ESL

Hybrid (H): Kemarin kan sempat menang sekali ya melawan compLexity Gaming. Menurut EVOS sendiri, kenapa bisa menang? Apa yang membedakan antara game pertama dan kedua?

EVOS (E): “Sebenarnya di game lawan compLexity, harusnya kita menang 2-0. Tapi di game 1, kita salah mengambil keputusan yang membuat kita sedikit lengah dan mereka mampu memanfaatkan hal tersebut dengan baik. Di game kedua, kita tidak memberikan celah sedikit pun jadi kita menang.”

H: Apa saja yang dipelajari dari pengalamannya bertanding di Hamburg?

E: “Banyak sekali yang kami pelajari, baik di dalam ataupun di luar game.

Kami banyak belajar tentang detail Dota 2 dari tim-tim Tiongkok. Mulai dari laning stage yang kuat dan juga pergerakan yang cepat dan terarah.

Kami juga banyak belajar soal improvisasi di game dari tim-tim barat, hal-hal unik yang tidak biasa untuk mengacaukan rencana lawan.

Sumber: ESL
Sumber: ESL

Di luar game, kami juga belajar tentang hal yang tak kalah penting yaitu cuaca dan jetlag. Hal ini tidak terlalu kami pertimbangkan pada awalnya namun malah menjadi faktor penghalang yang cukup mengganggu. Cuaca di sana sangat dingin sehingga membuat kondisi pemain jadi tidak fit.

Kami juga harus merasakan jetlag selama 6 jam sehingga menambah kondisi tambah parah. Kondisi seperti itu sangat tidak ideal apalagi ketika kalian lagi sakit dan harus bertanding sampai jam 1-3 pagi.”

H: Turnamen terakhir yang skalanya sebesar ini kan WESG 2017 ya. Apa sih bedanya menurut EVOS?

E: “Hal yang paling terasa beda adalah atmosfernya sih. Atmosfer turnamen yang bisa dibilang setara Major (untuk ESL Hamburg). Tim-tim papan atas dunia benar-benar menunjukkan kemampuan yang sesungguhnya untuk bisa jadi juara.

Hal-hal lain seperti persiapan turnamennya, pelayanannya, fasilitas yang diberikan, semuanya terasa lebih profesional karena memang ditangani oleh salah satu organiser terbaik di dunia Dota 2.

Kalau WESG lebih terasa nasionalismenya.”

H: Menurut EVOS sendiri, apa sih yang kurang dari tim Dota 2 nya sekarang? Apalagi sekarang EVOS kan sudah merasakan melawan tim-tim tier 1 dunia.  E: “Pasti banyak kurangnya… Tapi kita tidak bisa menyebutkan karena esports kan dunia kompetitif. Satu hal yang pasti semua pengalaman yang kita dapat pasti jadi pelajaran kita ke depannya untuk jadi tim yang lebih baik.” H: Untuk turnamen internasional setelah ini apa targetnya? Apakah yakin hasilnya akan lebih baik? E: “Turnamen internasional selanjutnya yang jadi target kita pasti Major dan Minor kuartal 2, kualifikasinya mulai akhir November. Sangat yakin (jadi lebih baik).”

Itu tadi perbincangan singkat kami tentang pengalaman EVOS di ESL Hamburg. Benarkah mereka akan jadi lebih baik lagi di turnamen internasional berikutnya? Sangat kita nantikan.

Hadiri Diskusi Panel Esports Bersama Hybrid di Indocomtech, 3 November 2018

Pameran komputer akbar Indonesia, Indocomtech, saat ini tengah berlangsung di Jakarta Convention Center. Dengan 200.000 pengunjung, 300 perusahaan peserta pameran dan 100 media untuk meliput, Indocomtech berhasil menjadi tempat berkumpulnya brand dan produk-produk paling baru, paling inovatif, serta paling menarik di tahun 2017. Kali ini pun Indocomtech ingin mengulang keberhasilan serupa.

Tak ketinggalan, Hybrid pun turut berpartisipasi dalam acara tersebut sebagai salah satu pengisi booth. Dari tanggal 31 Oktober – 4 November 2018, Anda dapat mencoba berbagai macam produk di booth kami. Hybrid juga bekerja sama dengan Shinta VR untuk menyajikan berbagai game virtual reality untuk Anda nikmati. Ingat, lokasi booth Hybrid terletak di Jakarta Convention Center Hall B, Booth No. B26g – B26h.

Indocomtech 2018 | Hybrid Booth

Hybrid juga akan hadir di main stage untuk menggelar diskusi panel bertema pembentukan tim esports di Indonesia. Diskusi panel ini menghadirkan tiga pembicara yang sudah cukup senior di dunia game maupun esports. Mereka adalah Yansen Wijaya (Brand Manager EVOS eSports), Aerastio Taufiq Akbar (Creative Director Supreme League) dan Bambang Tirtawijaya (Product Manager Corsair).

Wawasan serta pengalaman yang akan mereka bagikan tentunya akan sangat bermanfaat bagi penggemar esports, terlebih lagi bila Anda profesional yang bergerak di bidang ini. Diskusi panel akan berlangsung pada tanggal 3 November 2018, pukul 18.30 – 19.30 WIB di Prefunction Hall, Jakarta Convention Center. Catat tanggalnya dan jangan sampai acara ini Anda lewatkan.

Indocomtech 2018 | Hybrid Panel Discussion

Esports di Indonesia saat ini sedang ada di masa yang cukup penting. Dengan jumlah pasar yang begitu besar, esports memiliki potensi untuk tumbuh menjadi industri raksasa di negara kita. Akan tetapi untuk mewujudkan hal itu jelas tidak mudah. Butuh kontribusi dari berbagai pihak, mulai penerbit game, pemilik brand, hingga para atlet esports itu sendiri. Mari kita bersama-sama bertukar pikiran untuk membuat industri esports Indonesia lebih maju sehingga tak kalah dengan esports di luar negeri.

Jangan lupa juga untuk terus mengikuti berita terbaru seputar esports, game, dan gaming gear, hanya di Hybrid. Maju terus esports Indonesia!