Usung Panel Surya Mini, Headphone Urbanista Los Angeles Sama Sekali Tidak Perlu Diisi Ulang

Di tengah meledaknya tren headphone wireless dengan active noise cancelling (ANC), daya tahan baterai menjadi kriteria yang semakin diprioritaskan. Hal ini wajar mengingat ANC punya dampak yang signifikan terhadap konsumsi baterai, dan itulah mengapa belakangan ini semakin banyak pabrikan yang meluncurkan headphone ANC dengan daya tahan baterai di atas rata-rata.

Salah satu contohnya adalah Sony WH-1000XM4, yang menawarkan daya tahan baterai hingga 30 jam pemakaian dengan ANC menyala. Contoh lain yang lebih baru lagi adalah Beoplay HX besutan Bang & Olufsen, yang bisa beroperasi hingga 35 jam nonstop dalam sekali pengecasan.

Namun bagaimana seandainya ada headphone ANC yang baterainya tidak perlu diisi ulang sama sekali? Bagaimana seandainya headphone tersebut memiliki cara untuk menghasilkan energi dengan sendirinya, semisal dengan menyerap cahaya matahari dan mengubahnya menjadi energi listrik?

Itulah premis di balik headphone bernama Urbanista Los Angeles ini. Pengembangnya dengan bangga menyebutnya sebagai headphone self-charging pertama di dunia, dan itu diwujudkan lewat sebuah panel surya mini yang diintegrasikan ke bagian headband. Jadi, semakin sering Anda menggunakannya selagi berada di luar ruangan, semakin besar pula energi yang dapat dihasilkan, hingga akhirnya perangkat sama sekali tidak perlu di-charge.

Menurut pengembangnya, menggunakan headphone ini di luar selama satu jam dapat menghasilkan tenaga yang cukup untuk pemakaian selama sekitar tiga jam. Kalau langitnya sedang berawan, maka tenaga yang dihasilkan agak berkurang menjadi setara pemakaian selama dua jam.

Namun yang lebih istimewa lagi, yang dapat dikonversi menjadi energi listrik sebenarnya bukan hanya sinar matahari saja, melainkan juga cahaya lampu dalam ruangan. Kalaupun berada di ruangan yang gelap, pengguna tak perlu khawatir karena baterai milik headphone berdesain over-ear ini sebenarnya bisa tahan sampai sekitar 50 jam penggunaan sebelum akhirnya benar-benar kehabisan daya.

Selebihnya, spesifikasi yang ditawarkan tergolong standar untuk sebuah headphone wireless berteknologi noise cancelling keluaran dua tahun terakhir. Reproduksi suaranya mengandalkan sepasang driver neodymium berdiameter 40 mm, sedangkan konektivitasnya sudah menggunakan Bluetooth 5.0. Transparency mode, yang pada dasarnya merupakan kebalikan dari ANC dan biasanya juga dikenal dengan istilah ambient mode, juga dapat diaktifkan dengan menekan satu tombol.

Daya tarik utamanya tentu adalah kemampuan self-charging itu tadi, dan ini tak akan bisa terwujud tanpa inovasi yang dilakukan oleh sebuah perusahaan bernama Exeger. Ya, panel surya mini tersebut bukanlah rancangan Urbanista sendiri, dan ini berarti ke depannya produsen headphone lain juga bisa ikut memanfaatkan teknologi besutan Exeger yang dinamai Powerfoyle itu.

Pada kenyataannya, sebelum ini Exeger malah sebenarnya sudah punya klien lain yang bahkan lebih terkenal, yaitu JBL. Menjelang akhir 2019, JBL mengumumkan sebuah headphone bernama Reflect Eternal yang dibekali teknologi Powerfoyle yang sama. Sayang sekali produk tersebut tidak pernah terwujudkan karena pandemi keburu melanda, yang secara langsung berdampak pada proses supply chain dan mengacaukan fase pengembangan sekaligus produksi.

Urbanista cukup beruntung karena markas utama mereka berada di kota yang sama dengan markas Exeger di Swedia. Rencananya, Urbanista Los Angeles akan dipasarkan mulai musim panas mendatang. Di Inggris, headphone ini bakal dijual seharga £169, kurang lebih setara 3,4 jutaan rupiah.

Sumber: Wired.

JBL Reflect Eternal Adalah Headphone Wireless yang Tidak Perlu Di-Charge

JBL punya headphone wireless baru. Namanya cukup mencolok: JBL Reflect Eternal, dan ini menggambarkan salah satu keunggulannya, yakni baterai yang ‘abadi’. Well, kata “eternal” mungkin terkesan hiperbolis. Saya pribadi lebih sreg dengan penggunaan kata “self-sustaining“, tapi ini jelas kurang menarik dipakai sebagai nama produk.

Menggunakan headphone ini, kita tidak perlu bingung soal charging. Semakin sering Reflect Eternal kita kenakan selagi berada di luar rumah, semakin panjang pula daya tahan baterainya. Ya, perangkat ini dapat mengubah energi cahaya menjadi listrik. Cahaya, bukan sebatas matahari saja.

JBL Reflect Eternal

Semakin terang cahayanya, semakin besar energi listrik yang bisa didapat, itulah mengapa skenario penggunaan paling idealnya adalah ketika sedang berada di luar rumah di pagi atau siang hari. Cahaya dalam ruangan pun juga dapat dimanfaatkan, dan andai benar-benar kepepet, charging via USB masih bisa dilakukan.

Teknologi yang digunakan bukan rancangan JBL sendiri, melainkan besutan perusahaan asal Swedia bernama Exeger. Diestimasikan bahwa 1,5 jam penggunaan selama di luar bisa menyuplai energi yang cukup untuk pemakaian selama 68 jam. Self-sustaining, seperti yang saya bilang.

JBL Reflect Eternal

Seperti yang sudah bisa ditebak, komponen penyerap cahayanya ini disematkan pada bagian-bagian yang terekspos, macam headband dan sisi luar earcup. Reflect Eternal sendiri mengadopsi tipe on-ear, dan di masing-masing earcup-nya tertanam driver berdiameter 40 mm.

Fitur-fitur pendukung, macam multi-point connection dengan bekal Bluetooth 5.0, mode ambient untuk mempersilakan suara luar masuk, serta dukungan terhadap Google Assistant maupun Amazon Alexa, semuanya telah tersedia sebagai standar.

Juga menarik adalah metode pemasaran yang diterapkan. JBL memilih platform crowdfunding Indiegogo untuk memperkenalkan Reflect Eternal. Harga paling murah yang bisa didapat saat ini adalah $99, sedangkan harga ritelnya diperkirakan berkisar $165.

Sumber: Exeger.