Far Cry 6 Nantinya Akan Kedatangan DLC Danny Trejo Hingga Stranger Things

Meskipun masih akan dirilis kurang dari satu bulan lagi, Ubisoft ternyata tidak mau menunggu untuk menunjukkan apa saja konten yang akan pemain dapatkan setelah game open world FPS terbarunya Far Cry 6 dirilis nanti.

Lewat trailer yang berjudul “Post-Launch Overview Trailer“, Ubisoft langsung menunjukkan rencana post-launch content untuk Far Cry 6. Sebelumnya, Ubisoft memang telah memberikan sedikit gambaran bahwa game-nya akan mendapatkan ekspansi yang memungkinkan pemain memainkan musuh-musuh ikonik dari seri Far Cry seperti Vaas, Pagan Min, dan Joseph Seed.

Namun dari trailer barunya, terlihat bahwa Ubisoft ternyata telah mempersiapkan jauh lebih banyak konten dan juga DLC yang bisa dinikmati oleh para pemain nantinya. Sekaligus beberapa detail baru tentang ekspansi terhadap musuh-musuh ikonik Far Cry yang ternyata akan memiliki episode penuhnya masing-masing.

Vaas: Insanity akan dirilis pada bulan November mendatang, sebulan setelah game-nya dirilis. Pagan: Control akan tiba pada Januari dan Joseph: Collapse di Maret tahun depan. Ekspansi ini juga ternyata akan menjadi ekspansi berbayar yang bisa dibeli oleh pemain secara terpisah ataupun sekaligus di dalam Season Pass.

Yang paling menarik tentunya adalah konten-konten selanjutnya yang mayoritas akan menjadi crossover atau kolaborasi dengan franchise lain. Berita baiknya, misi-misi ini bisa diaminkan oleh para pemain secara gratis.

Pertama adalah kehadiran aktor veteran Danny Trejo yang ikut menjadi dirinya sendiri di dalam game-nya. Tetap ditemani dengan machete ikoniknya, Danny Trejo akan bekerja sama dengan pemain untuk menyelesaikan misi-misinya.

Kemudian akan ada juga kolaborasi dengan Rambo yang akan hadir pada Februari tahun depan. Sayangnya konten kolaborasi ini tidak akan menampilkan Sylverster Stallone namun seorang karakter yang disebut “Rambo Superfan” yang memang akan tampil dengan kostum lengkap ala Rambo.

Dan yang kelihatannya paling menarik dari ekspansi-ekspansi yang ditampilkan adalah konten kolaborasi dengan serial Netflix Stranger Things yang disebut “The Vanishing”. Tidak banyak yang ditampilkan dari ekspansi ini, namun harusnya akan berisi petualangan sang protagonis Danny Rojas menuju dunia Upside-Down dan melawan Demogorgon. DLC ini akan meluncur pada Maret tahun depan.

Istimewanya, para pemain yang membeli Season Pass juga akan mendapatkan game Far Cry 3: Blood Dragon dan juga beberapa kosmetik tematis termasuk companion eksklusif bernama K-9000 yang diprediksi akan menjadi anjing cyborg.

Selain itu, Far Cry juga memiliki beberapa mode permainan yang nantinya akan menyibukkan para pemain setelah menyelesaikan cerita utamanya antara lain Special Operation dan Weekly Insurgencies. Bahkan, Ubisoft mengatakan bahwa mereka memiliki konten-konten lainnya yang belum diumumkan.

Seri Far Cry Dikabarkan Akan Berganti Haluan di Far Cry 7

Menjadi salah satu seri andalan dari Ubisoft, Far Cry memang terus mendapatkan game terbarunya. Layaknya franchise berumur panjang milik Ubisoft lainnya seperti Assassin’s Creed, seri Far Cry juga menderita stagnasi pada gameplay yang diusungnya.

Terutama untuk game-game setelah seri ke 3-nya yang mengulang terus formula yang telah ada. Anda menjadi seseorang yang terjebak di sebuah area baru dan dipaksa untuk mengeksplorasi dunianya guna memburu sang musuh utama. Di luar misi utama, pemain akan melakukan aktivitas sampingan seperti merebut pos penjagaan, berburu binatang untuk melakukan upgrade, dan berulang-ulang hingga akhir cerita game-nya.

Untungnya Ubisoft memberikan beberapa inovasi pada instalasi terbarunya yaitu Far Cry 6 dengan beberapa fitur baru yang membuat game-nya terlihat lebih segar dan menarik dari beberapa game sebelumnya.

Untuk seri selanjutnya di masa mendatang, yang kemungkinan besar akan melanjutkan judulnya ke Far Cry 7, Ubisoft ternyata memiliki rencana perubahan besar untuk seri game ini. Laporan ini berdasarkan dari pernyataan dari jurnalis Bloomberg Jason Schreier ketika mengisi podcast Triple Click.

Schreier memang sudah menjadi langganan mendapatkan informasi dari ‘orang dalam’ industri video game. Ia memberikan informasi bahwa Ubisoft akan mengambil arah yang sangat berbeda untuk Far Cry.

“Dari apa yang saya dengar, jika saya ingat dengan benar, mereka tengah menarget ke arah yang sangat berbeda untuk Far Cry setelah Far Cry 6,” ujar Schreier.

Sayangnya, tidak ada detail tambahan apapun mengenai rencana terhadap untuk Far Cry 7 ini. Namun melihat bahwa Ubisoft berencana untuk mengganti strateginya untuk lebih fokus ke game free-to-play, ada kemungkinan bahwa Far Cry juga akan menggunakan strategi yang sama.

Ubisoft juga perlahan-lahan membawa satu per satu seri game-nya mulai dari game shooter Hyper Scape, Tom Clancy’s The Division: Heartland, dan Tom Clancy’s Elite Squad untuk mobile.

Cukup masuk akal untuk menjadikan dunia Far Cry menjadi sebuah game free-to-play mengingat map luas yang disediakan dapat digunakan untuk berbagai aktivitas online. Sistem RPG seperti levelling, upgrade senjata dan skill, berburu dan juga crafting juga sangat sesuai diimplementasikan untuk sebuah game online.

Sutradara Naratif Far Cry 6 Tegaskan Bahwa Gamenya Mengandung Unsur Politik

Game aksi terbaru dari Ubisoft yaitu Far Cry 6 memang menarik banyak perhatian dari para gamer. Apalagi seri ke-enam ini mengambil latar cerita diktator fasis yang menguasai daerah bernama Yara.

Yara merupakan sebuah pulau berlatar Amerika Latin yang mengambil banyak inspirasi dari negara Kuba. Apalagi Ubisoft memang melakukan riset mendalam tentang kehidupan masyarakat Kuba diantara budaya dan juga konflik yang terus terjadi.

Hal ini berujung pada pertanyaan bahwa apakah game Far Cry ini merupakan sebuah “pernyataan politik tentang apa yang terjadi di Kuba”. Dan lewat blog Ubisoft terbaru, Sutradara Naratif, Navid Khavari menegaskan bahwa cerita yang mereka ambil memang mengandung unsur politik.

Postingan blog ini mengoreksi pernyataan dirinya sebelumnya yang mengatakan bahwa mereka tidak ingin membuat pernyataan politik tentang apa yang terjadi di Kuba. Khavari juga menjelaskan bahwa sebuah cerita tentang revolusi modern harus memiliki unsur politik.

Tujuan dari pernyataan ini adalah untuk membuat tim pengembang agar tidak takut terhadap cerita yang telah mereka buat selama lima tahun terakhir. Khavari juga mengatakan bahwa meskipun Kuba adalah inspirasi utama, namun mereka juga mengambil inspirasi dari negara-negara lain yang telah mengalami revolusi politik dalam sejarah mereka.

Image Credit: Ubisoft

Khavari meyakinkan bahwa timnya telah melakukan riset dan pendekatan mendalam terhadap sejarah dan budaya daerah dari lokasi yang mereka ambil sebagai inspirasi. Mereka juga membawa ahli dan konsultan untuk memeriksa sensitivitas cerita yang mereka buat.

Dari hal tersebut, Ubisoft merasa bahwa konteks politik yang mereka bawa ke dalam Far Cry 6 merupakan kondisi politik Kuba pada tahun akhir 50-an dan awal 60-an. Jadi, konteksnya tidak relevan bila disangkut pautkan dengan kondisi iklim politik Kuba saat ini.

Image Credit: Ubisoft

Nantinya yang akan ditemukan para pemain dalam game-nya adalah sebuah sudut pandang yang berusaha untuk menangkap kompleksitas situasi politik dari revolusi modern di jaman sekarang yang berada dalam konteks kisah fiktif. Hal ini mengikuti DNA dari game Far Cry yang mengangkat tema serius yang lebih dewasa, kompleks namun diseimbangkan dengan humor.

Di akhir postingannya tersebut, Khavari juga berharap agar para fans memberikan kesempatan game yang mereka buat untuk bercerita terlebih dahulu sebelum membentuk opini-opini keras yang menuju ke arah refleksi politik.

10 Game yang Paling Layak Dinanti di Tahun 2021

2020 adalah tahun yang berat bagi hampir semua industri, tidak terkecuali industri gaming. Pandemi COVID-19 memaksa banyak developer untuk bekerja dari kediamannya masing-masing, dan dampaknya adalah banyak game yang jadwal perilisannya harus ditunda.

2021 memang baru berjalan beberapa hari, dan sejauh ini sebagian besar developer masih harus terus bekerja secara remote. Terlepas dari itu, tahun ini semestinya bakal menjadi saksi atas sederet game yang istimewa; game yang tadinya dijadwalkan hadir di tahun 2020, dan game yang disiapkan secara eksklusif untuk console next-gen.

Di artikel ini, saya akan menyoroti setidaknya 10 game yang paling layak dinantikan di tahun 2021. Sebagian sudah punya jadwal rilis yang pasti, sebagian lainnya masih tentatif. Asalkan situasi yang diakibatkan pandemi tidak kian memburuk, saya optimis semua game di bawah ini akan bisa kita mainkan di tahun ini juga. Semoga…

1. Hitman 3

Tepat tanggal 20 Januari nanti, penggemar seri Hitman bakal kembali menjalani sederet kontrak pembunuhan bersama Agent 47 dengan cara sekreatif mungkin. Bagi yang ketinggalan, Anda tidak harus memainkan game pertama dan keduanya, sebab Hitman 3 bakal mengemas seluruh misi dari Hitman dan Hitman 2.

Engine yang digunakan pada Hitman 3 sudah diperbarui sehingga tak hanya menawarkan penyempurnaan visual belaka, tapi juga mampu mengakomodasi lebih dari 300 NPC dalam satu kesempatan yang sama. Hitman 3 bakal mengakhiri trilogi “World of Assassination” yang berawal di tahun 2016, dan setelahnya IO Interactive selaku developer-nya akan beralih menggarap proyek baru dari franchise James Bond.

2. Far Cry 6

Setelah mengajak kita mengeksplorasi kawasan pegunungan Amerika Utara di Far Cry 5, Ubisoft ingin menyuguhkan pengalaman yang berbeda di Far Cry 6. Setting lokasinya kali ini adalah Yara, negara tropis fiktif dengan area pemukiman urban yang luas yang banyak terinspirasi oleh Kuba, lengkap dengan seorang diktator tangan besi bernama Anton Castillo yang menguasainya.

Far Cry 6 bakal mengangkat seputar kisah konflik bersenjata antara rakyat dan pemerintahannya. Namun sudah pasti juga ada narasi yang penuh intrik terkait relasi antara sang diktator dan putranya, Diego – yang diduga adalah Vaas Montenegro (karakter antagonis di Far Cry 3) semasa muda.

Sebelumnya dijadwalkan hadir pada 18 Februari, sayangnya perilisan Far Cry 6 harus ditunda akibat pandemi. Jadwal barunya belum ditetapkan, tapi yang pasti setelah bulan Maret 2021.

3. Deathloop

Setelah sukses dengan Dishonored dan Prey, Arkane Studios kembali menyajikan FPS penuh aksi dalam bentuk Deathloop. Yang menarik dari Deathloop adalah plotnya; Anda memerankan Colt, seorang pembunuh bayaran yang sedang terjebak di sebuah pulau bernama Blackreef. Di sana, Colt harus membunuh 8 orang target dalam kurun waktu 24 jam.

Problemnya ada dua. Yang pertama, Blackreef sendiri terjebak dalam sebuah time loop; seandainya Colt mati atau gagal melaksanakan misinya dalam batas waktu yang ditentukan, maka ia harus kembali mengulanginya dari nol. Yang kedua, Colt sendiri tengah diburu seorang pembunuh lain bernama Julianna, dan tugas Julianna cuma satu, yakni memastikan Colt tetap terkunci dalam time loop.

Semua itu dipadukan dengan gameplay inovatif yang sudah menjadi keahlian Arkane sejak lama. Juga menarik adalah fitur multiplayer yang opsional, di mana Anda bisa bermain sebagai Julianna, lalu mengacaukan campaign teman Anda yang tengah memerankan Colt. Andai semuanya berjalan sesuai rencana, Deathloop akan tersedia pada 21 Mei.

4. Halo Infinite

Didapuk sebagai salah satu judul eksklusif untuk Xbox Series X dan Series S, Halo Infinite akan kembali mengajak pemain beraksi sebagai Master Chief dan melanjutkan jalan cerita dari Halo 5, tentunya dengan persenjataan dan perlengkapan baru yang dapat dimanfaatkan, termasuk halnya sebuah grappling hook ala franchise Just Cause.

Awalnya dijadwalkan hadir bersamaan dengan Xbox anyar di musim liburan 2020, Halo Infinite sayangnya harus ditunda dan baru akan dirilis di musim semi 2021. Yang cukup menarik, Halo Infinite bakal menawarkan mode multiplayer yang free-to-play, dan developer 343 Industries memastikan tidak ada loot box dalam opsi microtransaction-nya.

5. Vampire: The Masquerade – Bloodlines 2

Sekuel dari salah satu RPG terbaik yang kurang laku karena dirilis di hari yang sama persis seperti Half-Life 2 di tahun 2004, Vampire: The Masquerade – Bloodlines 2 menempatkan pemain sebagai seorang vampir amatir di tengah konflik antara beberapa faksi vampir dengan ideologinya masing-masing. Buat yang tidak tahu, game ini mengambil tabletop RPG berjudul sama sebagai basis lore-nya.

Meski digarap oleh developer yang berbeda, Bloodlines 2 menjanjikan narasi yang mendalam sekaligus opsi dialog yang kaya seperti game pertamanya. Yang baru adalah semacam sistem backstory, di mana pemain dapat memilih latar belakang karakter protagonisnya sebelum dibunuh dan bangkit kembali sebagai seorang vampir, dan NPC bakal memberikan reaksi yang berbeda tergantung latar belakang yang dipilih.

Permainan disajikan dalam format first-person, dengan sesekali beralih ke tampilan third-person untuk sejumlah aksi yang spesifik, dan tentu saja semua peristiwanya berlangsung di malam hari. Seperti kebanyakan game dalam daftar ini, Bloodlines 2 yang tadinya dijadwalkan hadir pada tahun 2020 terpaksa harus diundur. Jadwal rilis pastinya belum ditentukan, tapi semoga tetap di tahun 2021.

6. Horizon Forbidden West

Di tahun 2017, tidak lama setelah PlayStation 4 Pro diluncurkan, Horizon Zero Dawn hadir sebagai salah satu action RPG terbaik untuk console tersebut. Di tahun 2021 ini, menyusul kedatangan PlayStation 5, giliran sekuelnya, Horizon Forbidden West, yang turun tangan.

Dalam Horizon Forbidden West, pemain akan kembali mengontrol Aloy, mengeksplorasi dunia post-apocalyptic yang dipenuhi robot-robot buas dengan berbagai macam bentuk. Setting lokasinya kali ini adalah San Francisco dan Yosemite Valley, dan satu hal yang mungkin sangat mencuri perhatian adalah hadirnya elemen gameplay baru berupa eksplorasi bawah air.

Ya, sepertinya Aloy bakal berjumpa dengan beragam robot yang hidup di laut, danau ataupun sungai. Sejauh ini belum ada jadwal rilis pasti untuk Horizon Forbidden West. Buat yang berharap versi PC-nya bisa datang lebih cepat, well, sepertinya Anda mungkin harus bersabar mengingat Sony pasti melihat game ini sebagai salah satu faktor pendorong penjualan PlayStation 5.

7. Ratchet and Clank: Rift Apart

Sukses dengan Marvel’s Spider-Man: Miles Morales, Insomniac Games kini sedang sibuk mematangkan Ratchet and Clank: Rift Apart. Berbeda dari Miles Morales, Rift Apart hanya akan tersedia di PlayStation 5 saja, dan itu bisa menjadi indikasi bahwa pengembangnya bebas bereksperimen dengan beragam fitur tanpa harus takut terbatasi oleh kapabilitas hardware console lawas.

Salah satu contoh konkretnya adalah mekanisme gameplay Rift Tether yang memungkinkan sang protagonis untuk melompat dari satu dimensi ke lainnya secara real-time, dan ini hanya bisa diwujudkan berkat SSD berkecepatan tinggi yang tertanam di jantung PlayStation 5. Kalau Anda sudah memesan PS5, game ini semestinya harus masuk ke wish list Anda.

8. Resident Evil Village

Game ke-8 dari franchise Resident Evil ini mengambil setting beberapa tahun setelah peristiwa yang terjadi di Resident Evil 7: Biohazard. Ethan Winters kembali menjadi karakter utamanya, dan kali ini ia harus berhadapan dengan misteri kelam pada sebuah desa di dataran Eropa, yang sedikit banyak diakibatkan oleh ulah Chris Redfield – membuat para penggemar franchise ini bertanya-tanya apakah Chris kali ini merupakan teman atau lawan.

Permainan juga akan kembali disuguhkan dari perspektif orang pertama guna menghasilkan sensasi mencekam yang lebih immersive lagi. Capcom sendiri bilang bahwa Resident Evil Village punya nuansa horor yang lebih kental ketimbang RE7.

9. Gotham Knights

Bayangkan Gotham tanpa Batman, sudah pasti kekacauan ada di mana-mana, dengan tingkat kriminalitas yang meningkat drastis. Nasib kota tersebut kini berada di tangan empat junior Batman: Batgirl, Robin, Red Hood, dan Nightwing, masing-masing tentu dengan kemampuan dan gaya bertarungnya sendiri-sendiri. Pemain dapat mengontrol mereka secara bergantian, atau bersama seorang teman.

Gotham Knights merupakan sebuah action RPG. Pengembangannya diserahkan kepada WB Games Montreal, developer di balik game Batman: Arkham Origins yang dirilis di tahun 2013. Kendati demikian, WB Games telah mengonfirmasi bahwa Gotham Knights tidak mengambil setting dunia yang sama seperti seri Arkham. Sebagai gantinya, Arkham-verse justru akan dilanjutkan oleh Suicide Squad: Kill the Justice League, game garapan Rocksteady yang akan menyusul di tahun 2022.

10. Hogwarts Legacy

2021 sepertinya bakal menjadi tahunnya action RPG. Selain Gotham Knights tadi, masih ada satu lagi franchise populer milik Warner Bros. yang akan dikemas menjadi action RPG. Dikerjakan oleh Avalanche Software, Hogwarts Legacy menempatkan Anda sebagai seorang penyihir muda sekitar 100 tahun sebelum kelahiran Harry Potter.

Selain komplek sekolah Hogwarts itu sendiri, permainan bergaya open-world ini juga mengambil tempat seperti Forbidden Forest dan Hogsmeade Village sebagai area yang bisa dieksplorasi. Satu bagian yang mungkin bisa menjadi daya tarik tersendiri adalah adanya sistem moralitas sebagai salah satu elemen gameplay utama.

Honorable Mentions

Seperti yang saya bilang, dampak dari pandemi COVID-19 selama tahun 2020 adalah banyaknya game bagus yang menunggu untuk dirilis di tahun 2021. Selain sepuluh yang sudah saya sebutkan, masih banyak judul lain yang mencuri perhatian, meski mungkin tidak untuk semua kalangan gamer.

Silakan luangkan waktu untuk menonton trailer dari gamegame di bawah ini, dan tentukan sendiri apakah mereka nantinya pantas menyita waktu bermain Anda tahun ini:

Back 4 Blood (spiritual successor dari seri Left 4 Dead)

Warhammer 40,000: Darktide (bayangkan keseruan membasmi monster di seri Warhammer: Vermintide, tapi kali ini dengan setting futuristis Warhammer 40,000)

Shadow Warrior 3 (kelanjutan dari FPS juara karya Flying Wild Hog)

Kena: Bridge of Spirits (game action adventure indie dengan setting dunia fantasi yang banyak terinspirasi oleh budaya Jepang dan Bali)

Weird West (immersive sim garapan WolfEye Studios, studio game baru milik pendiri Arkane Studios, Raphael Colantonio)

Bright Memory: Infinite (FPS penuh aksi karya satu orang developer)

Ruined King (turn-based RPG dengan setting dunia League of Legends)

Ubisoft Kucurkan Dana Rp18,4 Miliar untuk Pembuatan Satu Trailer Game

Apa yang harus dimiliki suatu video game agar bisa mendapat predikat AAA? Ada banyak faktor sebenarnya, tapi salah satu yang paling umum adalah budget pemasaran atau marketing yang besar. Jadi di saat publisher berani mengucurkan dana besar untuk kebutuhan pemasaran suatu game, besar kemungkinan game itu memang diproyeksikan untuk bersaing di peringkat sepuluh besar.

Tren ini sebenarnya sudah berjalan sejak setidaknya satu dekade silam. Di tahun 2009 misalnya, EA sempat dilaporkan mengalokasikan budget pemasaran dua atau tiga kali lipat lebih besar daripada budget pengembangan game-nya itu sendiri.

Marketing sendiri sebenarnya meliputi banyak hal, akan tetapi salah satu yang memakan biaya paling banyak biasanya adalah trailer, khususnya yang bergaya sinematik yang dibuat sepenuhnya menggunakan teknik CGI (computer-generated imagery).

Sebanyak apa memangnya? Bisa lebih dari satu juta dolar per trailer kalau kelas publisher-nya sudah sebesar Ubisoft. Angka itu bukannya mengada-ada, melainkan berdasarkan pengumuman resmi yang dirilis oleh Bublar Group, sebuah perusahaan XR (extended reality) yang bermarkas di Swedia.

Dalam pengumuman tersebut, dikatakan bahwa anak perusahaan Bublar, Goodbye Kansas Studios, telah meneken kontrak dengan Ubisoft untuk memproduksi satu trailer video game dengan nilai kontrak sebesar 11 juta krona Swedia, kurang lebih setara 1,25 juta dolar Amerika Serikat, atau 18,4 miliar rupiah.

Nama Goodbye Kansas mungkin terdengar asing jika dibandingkan dengan studio seperti Lemon Sky, namun portofolionya terlihat impresif. Masih ingat trailer sinematik Cyberpunk 2077 yang dipamerkan di event E3 2019, yang sempat membuat geger karena ending-nya menampilkan Keanu Reeves? Itu adalah salah satu karya Goodbye Kansas, demikian pula trailer terbaru Cyberpunk 2077 yang dirilis pada pertengahan Oktober kemarin.

Ini bukan pertama kalinya Ubisoft memercayakan pembuatan trailer game-nya kepada Goodbye Kansas. Sebelumnya, kedua perusahaan juga pernah bekerja sama dalam pembuatan trailer The Division dan Watch Dogs 2.

Namun yang mungkin lebih membuat penasaran adalah, trailer untuk game apa yang harganya mencapai 18,4 miliar rupiah ini? Kalau melihat pengumuman dari Bublar tadi, Ubisoft dan Goodbye Kansas sudah sepakat bahwa trailer-nya bakal siap ditayangkan pada awal 2021. Apa game AAA yang bakal Ubisoft rilis di awal 2021? Far Cry 6 salah satunya, sehingga budget sebesar itu untuk menciptakan launch trailer-nya terdengar cukup rasional.

Alternatif yang juga masuk akal menurut saya adalah Beyond Good and Evil 2, yang sejauh ini memang belum punya jadwal rilis sama sekali, dan terakhir dibahas oleh Ubisoft menjelang akhir 2018. Di titik ini, game tersebut memang lebih butuh kepastian daripada trailer sinematik baru, tapi mungkin saja tim marketing Ubisoft punya pemikiran yang berbeda.

Sumber: Rock Paper Shotgun.

5 Pengumuman Paling Menarik dari Ubisoft Forward

Melalui livestream berdurasi sekitar 1,5 jam, Ubisoft resmi menyingkap sederet game yang telah disiapkan oleh sejumlah studio internalnya. Sebagian besar di antaranya sudah diantisipasi sejak lama, dan Ubisoft tentu tidak lupa untuk mengungkap lebih detail mengenai masing-masing game.

Di artikel ini, saya ingin membahas setidaknya 5 pengumuman paling menarik dari Ubisoft Forward, dan saya ingin memulainya dengan kejutan terbesar yang Ubisoft hadirkan, yaitu Far Cry 6.

Far Cry 6

Sebagai game keenam dari seri utama Far Cry, sudah semestinya Far Cry 6 menghadirkan pengalaman bermain di dunia open-world yang sangat memuaskan. Setting yang diambil kali ini adalah Yara, sebuah negara di Kepulauan Karibia yang sedang dilanda konflik bersenjata antara rakyat dan pemerintahannya.

Mengikuti tradisi franchise Far Cry selama ini, tentu saja yang ditampilkan di cover-nya adalah sosok antagonis utama dalam game. Sosok tersebut adalah Anton Castillo (diperankan oleh aktor tenar Giancarlo Esposito), presiden tangan besi yang memerintah Yara dengan motif balas dendam – 50 tahun sebelumnya, ayahnya yang juga menjabat sebagai presiden dieksekusi secara keji.

Pemain bakal bermain sebagai Dani Rojas (karakternya bisa dipilih antara laki-laki atau perempuan) yang, bersama kelompok pemberontak setempat, sedang berjuang untuk meruntuhkan rezim brutal Anton.

Far Cry 6

Far Cry 6 sejauh ini belum punya trailer gameplay, akan tetapi jadwal rilisnya sudah ditentukan: 18 Februari 2021. Ubisoft sejauh ini memang baru menyertakan sejumlah screenshot, tapi setidaknya sudah ada dua poin yang sangat menarik yang bisa kita angkat dari pengumuman singkat ini.

Yang pertama, Yara yang terinspirasi banyak oleh Kuba ini merupakan kawasan urban berskala besar pertama di sepanjang sejarah Far Cry. Pada gamegame sebelumnya, belum pernah ada setting kota yang super-sibuk seperti di Far Cry 6 ini. Selain suasana baru, hal ini tentu juga bakal berpengaruh pada gameplay; kalau biasanya pemain Far Cry sering bersembunyi di balik semak-semak, di Far Cry 6 mungkin mereka bakal menghabiskan lebih banyak waktu di gang-gang kecil atau di atap-atap gedung.

Far Cry 6

Poin yang kedua adalah seputar karakter antagonisnya. Anton Castillo di sini tidak sendirian, sebab Far Cry 6 sepertinya juga bakal banyak mengisahkan tentang anaknya, Diego, yang dalam trailer-nya sedang diuji secara ekstrem oleh si bapak. Di jagat internet sudah banyak bertebaran teori yang menyimpulkan bahwa Diego merupakan Vaas Montenegro sewaktu masih muda.

Buat penggemar sejati seri Far Cry, Anda semestinya ingat siapa itu Vaas. Buat saya pribadi, psikopat yang muncul di Far Cry 3 itu adalah tokoh antagonis terbaik dari semua Far Cry. Gagasan bahwa Diego merupakan versi muda Vaas datang dari bekas luka pada alis kanannya yang sama persis. Andai benar Diego merupakan Vaas versi muda, bisa diartikan juga bahwa Far Cry 6 merupakan prekuel dari Far Cry 3.

Tentu bakal sangat menarik melihat bagaimana seorang bocah polos seperti Diego bisa berubah menjadi karakter sekejam dan segila Vaas. Namun perlu diingat bahwa semua ini baru sebatas spekulasi, dan sejauh ini belum ada konfirmasi sama sekali dari Ubisoft.

Assassin’s Creed Valhalla

Sejak diumumkan pertama kali dua bulan lalu, Assassin’s Creed Valhalla akhirnya mendapat trailer gameplay yang sangat lengkap, plus jadwal rilis resmi: 17 November 2020. Kita sudah tahu setting-nya, karakternya, dan plotnya secara umum, dan akhirnya kita sekarang juga bisa melihat seberapa jauh formula RPG yang Ubisoft matangkan dibanding dua game sebelumnya, Assassin’s Creed Origins dan Odyssey.

Combat terkesan semakin mengasyikkan di Valhalla, dan Ubisoft rupanya tidak bohong soal kemampuan Eivor mengayunkan dua senjata yang sama sekaligus (dual-wield), termasuk halnya tameng. Bisa Anda bayangkan betapa konyolnya bertarung sembari menyeruduk menggunakan tameng seperti seekor banteng.

AI dalam Valhalla juga terkesan makin kreatif. Dalam trailer-nya, tampak musuh yang menjadikan mayat temannya sebagai senjata, melemparkannya ke arah Eivor dan memberikan efek stun kepada sang lakon. Beruntung Ubisoft tidak lupa sepenuhnya akan aspek stealth – toh judul game-nya masih ada kata “Assassin’s” – dan dalam beberapa misi, gaya bermain sembunyi-sembunyi dan mengendap-endap ini bakal jauh lebih efektif.

Assassin's Creed Valhalla

Ubisoft belum membahas lebih jauh mengenai sistem Settlement pada Valhalla, akan tetapi dipastikan Eivor bisa menyerbu markas musuh bersama sejumlah pasukan yang direkrutnya. Ini merupakan kemajuan jika dibanding Odyssey, yang sejatinya cuma memperbolehkan pemain merekrut pasukan untuk pertempuran di atas kapal, bukan di darat.

Random encounter, alias misi sampingan yang didapat dari NPC yang ditemui secara tidak disengaja selagi pemain bereksplorasi, disebut bakal menjadi elemen penting dalam Valhalla. Saya pribadi berharap misi-misi sampingan semacam ini bisa diperbanyak serta ditingkatkan variasinya ketimbang yang ada di Odyssey, yang menurut saya terlampau repetitif dan mudah sekali membuat pemain bosan.

Secara kuantitas, seri Assassin’s Creed boleh dibilang tidak pernah kekurangan konten. Assassin’s Creed Odyssey misalnya; saking besarnya konten dalam game tersebut, pemain bisa saja belum mencatatkan progres sejauh 50% meski sudah memainkannya selama 100 jam. Namun meski kontennya sangat melimpah, variasinya tergolong sangat minim dan berhasil membuat saya bosan dalam waktu sekitar 40 jam saja, meski sebelumnya saya menghabiskan ratusan jam pada Origins.

Di sisi lain, The Witcher 3 beserta kedua expansion pack-nya beberapa tahun lalu membuktikan bahwa konten yang melimpah tidak selamanya harus membosankan, dan saya berharap Ubisoft bisa menerapkan formula tersebut pada Valhalla.

Buat yang ingin mendalami lebih jauh lagi soal gameplay Assassin’s Creed Valhalla, Ubisoft sudah menyiapkan video walkthrough sepanjang 30 menit.

Watch Dogs: Legion

Sempat ditunda perilisannya, Watch Dogs: Legion akhirnya siap menyapa pemain pada tanggal 29 Oktober 2020 mendatang. Game ketiga dari seri Watch Dogs ini masih menerapkan formula open-world yang serupa seperti sebelumnya, akan tetapi ada satu perbedaan besar seperti yang tertera pada judulnya (Legion): pemain bisa merekrut hampir semua karakter yang ada dalam game, membentuk kru pemberontak yang terdiri dari 40 orang.

Karakter yang bisa direkrut itu sungguh bermacam-macam, mulai dari seorang petugas keamanan, suporter bola, pekerja kontraktor, petugas medis, sampai seorang nenek-nenek jago bela diri. Dan berhubung karakter-karakternya bervariasi, cara menyelesaikan misi di Legion pun sangat beraneka ragam tergantung kreativitas masing-masing pemain.

Saat memilih memakai karakter pekerja kontraktor misalnya, pemain bisa mengambil cara frontal dalam menyelesaikan suatu misi, dibantu oleh persenjataan unik macam nail gun. Sebaliknya, kalau memilih karakter petugas keamanan, pemain bisa menembus markas musuh secara lebih mudah karena karakternya memang orang dalam yang mempunyai akses masuk gedung.

Watch Dogs: Legion

Setelah dua game sebelumnya mengambil setting di Amerika Serikat, Watch Dogs: Legion memakai London sebagai lokasinya. Tentu saja deretan peralatan canggih masih menjadi pusat perhatian di sini, demikian pula teknik-teknik hacking yang amat kreatif.

Kabar baik bagi yang hendak memainkan Watch Dogs: Legion di PS4 atau Xbox One, Anda tak perlu membelinya ulang saat ingin memainkannya di PS5 atau Xbox Series X nanti.

Hyper Scape

Belum lama setelah diumumkan, Hyper Scape langsung menjalani fase open-beta. Shooter multiplayer bertema sci-fi ini sudah bisa kita mainkan sekarang juga di platform PC, mengusik genre battle royale yang sejauh ini didominasi oleh judul-judul seperti PUBG, Fortnite, Apex Legends, maupun Call of Duty: Warzone.

Sepintas, tempo permainan yang cepat dan sejumlah animasi dalam Hyper Scape terkesan mirip seperti Apex Legends, akan tetapi Ubisoft telah memodifikasi formula battle royale-nya supaya sedikit berbeda dari game lain di genre ini. Dari kacamata sederhana, Hyper Scape terkesan lebih ramah terhadap pemain baru.

Salah satu buktinya adalah absennya consumable item macam health pack. Sebagai gantinya, health bar karakter bisa terisi sendiri secara otomatis ketika pemain tidak terkena tembakan selama beberapa saat. Saat karakter mati pun, kita masih tetap bisa lanjut bermain sebagai ‘hantu’, dan hantu-hantu ini bisa dihidupkan kembali oleh rekan setim yang masih hidup.

Hyper Scape

Tidak ada kendaraan dalam Hyper Scape, dan tiap pemain hanya bisa membawa dua senjata plus dua skill yang Ubisoft sebut dengan istilah “Hack”. Baik senjata maupun Hack ini bisa di-upgrade dengan cara mengambil senjata dan Hack yang sama yang tersebar. Terdengar merepotkan? Well, setidaknya ini berarti di awal permainan Anda tidak akan bisa langsung mati seketika terkena tembakan sniper rifle, sebab senjatanya harus di-upgrade terlebih dulu supaya bidikan ke kepala bisa instant kill.

Singkat cerita, Hyper Scape menawarkan sesuatu yang agak berbeda dari permainan battle royale pada umumnya, dan ini bisa menjadi alasan kuat bagi kita untuk mencoba game free-to-play tersebut. Dalam satu match di Hyper Scape, total bisa ada 99 pemain yang tergabung dalam 33 tim yang berbeda.

Secara lore, Hyper Scape langsung mengingatkan saya pada film Ready Player One. Hyper Scape adalah ekuivalen OASIS di film tersebut, demikian pula perusahaan yang merancangnya, yakni Prism Dimensions, yang merupakan ekuivalen dari Gregarious Games di Ready Player One. Lebih jelasnya bisa Anda tonton sendiri di trailer sinematiknya.

Brawlhalla Mobile dan Tom Clancy’s Elite Squad

Beralih ke platform mobile, Ubisoft sudah mempersiapkan dua persembahan baru. Yang pertama adalah Brawlhalla, game fighting free-to-play Ubisoft yang sebelumnya sudah ada di PC, Xbox One, PS4, dan Nintendo Switch.

Tepat 6 Agustus nanti, Brawlhalla bakal tersedia di Android sekaligus iOS, dan yang paling penting sekaligus menarik adalah, fitur cross-play antar platform tetap berlaku di sini. Ini berarti pemain Brawlhalla di smartphone bisa berjumpa dan bertarung melawan pemain lain yang online di PC atau console.

Masalah adil atau tidak – satu pemain menggunakan controller, satu menggunakan touchscreen – semuanya tentu tergantung kemampuan masing-masing pemain. Toh di mobile kita juga tetap bisa memakai controller, dan berhubung grafiknya 2D, semestinya tidak ada perbedaan performa antara versi mobile dan console-nya.

Game yang kedua dan yang sepenuhnya baru adalah Tom Clancy’s Elite Squad, yang dideskripsikan sebagai tactical RPG free-to-play dengan total 70 karakter dari portofolio game hasil adaptasi novel Tom Clancy selama ini, termasuk tentu saja Sam Fisher dari franchise Splinter Cell maupun El Sueno dari Ghost Recon Wildlands.

Multiplayer tampaknya juga bakal menjadi bagian penting dari game ini, sebab Ubisoft juga menjanjikan fitur PvP 5 lawan 5. Tom Clancy’s Elite Squad dijadwalkan meluncur ke Android dan iOS secara cuma-cuma pada tanggal 27 Agustus mendatang.

Sumber: Ubisoft.