Cara Tepat Menjadi Seorang “Product Manager”

Posisi seorang Product Manager (PM) dalam startup atau perusahaan teknologi, merupakan posisi yang cukup bergengsi dan memiliki pengaruh dalam pertumbuhan startup. Dibutuhkan kemampuan, keahlian serta totalitas dari seorang PM agar bisa menjadi seorang PM yang mampu menghasilkan produk yang berfungsi dengan baik sesuai dengan feedback atau kebutuhan pelanggan.

Artikel berikut ini akan membahas cara-cara tepat yang wajib dicermati jika anda berniat untuk menjadi seorang Product Manager.

Alasan tepat menjadi Product Manager

Seorang Product Manager adalah mereka yang memiliki obsesi cukup besar terhadap pelanggan dan kendala serta kesulitan yang mereka alami. Tanggung jawab Anda sebagai seorang Product Manager adalah menampung semua feedback pelanggan dan membawanya ke tim untuk diolah sehingga menghasilkan sebuah solusi yang tepat dan berfungsi dengan baik. Seorang PM wajib memiliki kepekaan terhadap kesulitan serta kritikan dari pelanggan.

Tiga langkah yang wajib dilakukan

Setelah Anda mengetahui dengan jelas fungsi seorang PM, langkah selanjutnya yang wajib dilakukan adalah menerapkan tiga hal berikut:

Eksekusi. Anda harus bisa menyelesaikan pekerjaan yang paling sederhana hingga yang paling rumit. Jangan pernah menjadikan alasan untuk menunda pekerjaan atau enggan untuk menyelesaikan dengan alasan apa pun.

Menciptakan hubungan baik dengan tim. Salah satu hal yang menentukan apakah Anda seorang PM yang baik atau bukan adalah, kemampuan Anda untuk berkolaborasi dengan tim yang ada. Ciptakanlah hubungan yang baik, posistif dan sarat dengan kreativitas untuk membantu Anda dan anggota tim lainnya menghasilkan produk yang tepat.

Memiliki visi dan disiplin. Hal terpenting yang wajib dipahami oleh seorang PM adalah mengerti dengan baik masalah yang paling penting untuk diselesaikan, siapa orang yang ingin Anda bantu untuk memberikan solusi terbaik, mengapa solusi tersebut berharga untuk orang tersebut, dan seperti apa Anda sebagai PM mengukur kesuksesan yang ada.

Anda sebagai PM wajib mengumpulkan data dan hipotesis agar bisa menghasilkan solusi yang terbaik untuk target pengguna. Anda wajib fokus kepada masalah yang paling tepat, bekerja dengan tim yang solid, sekaligus mencari cara untuk menghasilkan produk yang terbaik berdasarkan analitik dan consumer behavior.

Cara tepat mendapatkan pengalaman

Seorang PM adalah mereka yang telah memiliki pengalaman serta wawasan lebih dalam hal engineering, desain, pemasaran, layanan pelanggan. Seorang PM telah menjadi bagian dari anggota tim, membuat produk yang baik dan telah memiliki kisah sukses terkait dengan produk tersebut.

Cara lain yang bisa dilakukan untuk mendapatkan pengalaman tersebut di antaranya adalah:

Mengenal dengan baik pelanggan. Product Manager yang baik adalah mereka yang memiliki kemampuan serta kepekaan terbaik tentang target pelanggan. Cari tahu secara mendalam hal-hal yang disukai oleh pelanggan Anda, yang dibutuhkan, hingga hal-hal yang mungkin menjadi impian dari mereka.

Jangan hanya menampung masalah atau kekurangan yang ada, namun juga tampung keinginan, impian, dan hal-hal yang bisa mempermudah rutinitas hingga kehidupan sehari-hari pelanggan Anda.

Memiliki obsesi yang baik tentang desain dan pengalaman. Tuliskan satu atau dua tindakan inti atas kebutuhan pelanggan agar bisa sukses membuat produk. Apakah mudah untuk memberi sosialisasi dan belajar tentang tindakan inti produk Anda? Apakah pengalaman pertama begitu menyenangkan bahwa ada kemungkinan pelanggan akan berbagi pengalaman tersebut dengan teman?

Mintalah kepada seorang desainer (atau menggunakan internet) untuk membantu mengajarkan Anda bagaimana melakukan storyboard atau UX wireframe. Buatlah beberapa saran dengan data pendukung pada beberapa percobaan. Metrik apa yang akan Anda perhatikan jika perubahan tersebut berhasil? Kemudian lemparkan ide tersebut ke tim untuk dicoba.

Jadilah seorang storyteller yang baik. Anda harus menjadi yang storyteller yang baik kepada tim Anda, untuk pelanggan Anda, dan ke pasar. Apakah Anda tahu apa yang Anda sedang dibangun dan yang lebih penting, alasan apa hingga Anda tertarik untuk membuat produk? Cobalah untuk menulis blog atau ulasan tentang fitur produk masa depan dan bagikan kepada pelanggan setia.

Apakah mereka memiliki reaksi yang baik dan mendorong mereka untuk meminta kepada Anda kapan mereka dapat menggunakan fitur itu? Jadikan mereka sebagai penguji beta pertama Anda ketika Anda siap untuk menerima feedback eksternal. Dari semua masukan yang ada, pancing anggota tim Anda untuk mewujudkan keinginan dari pelanggan setia Anda.

Membangun Kultur yang Baik dalam Tim

Pembahasan mengenai startup, selain membahas mengenai bisnis dan teknologi yang sedang dikembangkan, juga lazim membahas masalah kultur. Hal ini esensial dalam sebuah perusahaan rintisan. Banyak cara untuk membangun sebuah kultur organisasi yang kuat.

Berikut beberapa di antaranya :

Membangun kejelasan visi dan misi

Untuk berhasil menggerakkan tim selain merangkul seluruh anggota juga harus jelas dalam tujuan. Visi dan misi. Keduanya harus ditanamkan ke seluruh anggota tim agar mereka memilik pandangan terhadap tujuan, terhadap mimpi yang ingin dicapai. Jika masing-masing sudah merasa ada satu hal yang ingin dicapai, ada sesuatu yang ingin dituju ini bisa memberikan efek kebersamaan. Ini bisa menjadi awal yang baik untuk menumbuhkan rasa kebersamaan dan tanggung jawab bersama.

Komunikasi yang baik

Mungkin ini sudah banyak dibahas. Dalam membangun kultur yang baik komunikasi tidak bisa tidak menjadi satu hal yang paling berperan. Keterbukaan dan jalinan komunikasi yang baik bisa menjaga keharmonisan dalam tim. Tidak hanya soal pekerjaan tetapi juga perasaan saling menghargai satu sama lain.

Membangun kebiasaan baik

Membangun sebuah kultur tidak bisa dilakukan dalam satu malam. Proses pembangunan bisa dilakukan dalam hitungan waktu dan dimulai dari nol. Salah satu yang bisa dilakukan untuk membangun kultur yang baik adalah membangun kebiasaan baik yang bermanfaat. Seperti menanamkan kebiasaan tersenyum dan ramah kepada pelanggan, kebiasaan saling menegur satu sama lain, kebiasaan mengerjakan pekerjaan dengan tuntas dan tepat waktu, dan beberapa kebiasaan positif lainnya.

Itu bisa dimulai dari awal, dari nol. Diterapkan secara perlahan dan dengan konsisten. Kebiasaan-kebiasaan tersebut jika sudah tertanam bisa menjadi awal yang baik untuk sebuah kultur perusahaan yang kuat.

Sistem reward

Sistem ini menjadi salah satu sistem yang mungkin banyak ditemukan di beberapa bisnis. Sistem reward biasanya digunakan untuk memacu para anggota tim untuk mencapai sebuah titik tertentu. Jika berhasil mereka berhak untuk sebuah hadiah. Apa pun bentuknya sistem reward ini menjadi salah satu cara efektif untuk menumbuhkan motivasi dan produktivitas kerja. Begitu pula sebaliknya, selain sistem reward juga harus ada sistem konsekuensi. Semacam sebuah sistem yang mengharuskan setiap anggota bertanggung jawab atas capaian mereka.

Membuat laporan atau review performa

Yang satu ini penting, baik untuk kultur dalam bisnis maupun evaluasi. Evaluasi dibutuhkan untuk mencari tahu kekurangan atau kendala yang dihadapi setiap individu, kemudian dibicarakan dan dipecahkan bersama untuk memperbaiki performa. Di sisi lain, review atau laporan ini juga bisa dijadikan sarana untuk bersaing dan berkompetisi dalam tim, bersaing untuk menjadi yang terbaik. Tentu dengan persaingan yang sehat.

Tanda Awal Bisnis Siap Berekspansi

Salah satu bentuk untuk menyikapi pertumbuhan bisnis adalah ekspansi. Mencoba menjajakan produk atau layanan ke luar regional. Sampai di titik inilah tantangan bisnis fase berikutnya akan dimulai. CEO Payoneer Scott Galit dalam sebuah tulisan menyebutkan bahwa ekspansi bisnis ke ranah internasional merupakan sebuah hal yang tidak pernah menjadi mudah. Selalu ada tantangan-tantangan dalam setiap prosesnya.

Berikut beberapa ini hal yang menandakan bisnis siap berekspansi.

Bayangan ekspansi dan segenap risikonya sudah mulai terpikirkan

Sebuah bisnis tidak akan menempati posisi nyaman untuk waktu yang lama. Pendiri atau pihak manajemen pasti mencari tantangan lain untuk menjaga bisnis tetap berkembang dan pendapatan bisa terus naik. Ekspansi adalah salah satunya. Salah satu hal yang menandakan bisnis sudah layak (untuk setidaknya disiapkan) untuk pergi ke pasar baru, ke regional berbeda adalah skenario ekspansi dan beberapa risikonya sudah mulai ada di benak pemimpin dan sudah mulai dibicarakan di level manajemen.

Pemikiran ekspansi juga harus dilengkapi dengan pembahasan risiko-risikonya, seperti berapa pajak yang harus dibayarkan kepada pemerintah setempat, bagaimana persaingan di tempat baru, bagaimana potensi pasar, dan beberapa hal esensial lainnya. Jika sampai di titik ini artinya perusahaan sudah bisa memulai rencana untuk ekspansi.

Kombinasi yang baik di tingkat manajemen dan operasional lokal

Ketika berpikir untuk melakukan ekspansi salah satu hal yang perlu dilakukan bisnis adalah introspeksi. Tak hanya mengenai produk dan kesesuaiannya dengan pasar baru tetapi juga tentang manajemen dan pelaksanaan bisnis di tingkat lokal. Ini penting mengingat akan banyak tantangan baru timbul di tempat baru.

Kinerja yang baik di setiap lini bisnis dibutuhkan untuk menyelaraskan apa yang direncanakan dan dilakukan. Ini untuk memastikan rencana yang disusun oleh manajerial bisa dilakukan dengan baik oleh bagian operasional.

Percaya diri bisa diterima di pasar baru

Menjalankan bisnis selain persiapan juga perlu keberanian dalam mengambil keputusan. Termasuk ekspansi. Selain keberanian ekspansi juga membutuhkan kepercayaan diri baru, di tempat baru, di pasar baru. Kepercayaan diri di sini meliputi kepercayaan diterima dengan baik oleh masyarakat, bisa dengan mudah bekerja sama dengan suplier atau mitra lokal, dan lainnya.

Kepercayaan diri ini bisanya bisa dengan mudah timbul jika sudah terlebih dahulu melakukan beberapa studi. Misalnya mengenai pola pengguna setempat, persaingan setempat, tren apa yang sedang berlangsung di tempat tersebut, dan sikap pemerintah atau pemegang regulasi. Jadi intinya ekspansi harus disiapkan secara menyeluruh.

Enam Cara Menangani Penjualan yang Anjlok

Berbisnis itu tidak selalu mujur, terkadang malah buntung. Ada waktu-waktu tertentu yang sudah pasti Anda prediksikan penjualan bakal anjlok karena sudah memasuki masa paceklik. Masa itu pasti selalu akan menghantui Anda. Solusi yang terbaik adalah melakukan evaluasi, apa yang salah dengan bisnis Anda dan bagaimana solusinya.

Artikel ini akan membahas beberapa cara yang dilakukan oleh sejumlah pengusaha dan terbukti berhasil ketika mereka berada di masa paceklik. Berikut rangkumannya:

Mengencangkan sabuk pengaman

Ben Maitland Lewis dari Pretty Instant mengatakan bulan Januari dan Agustus adalah masa paceklik bagi perusahaan. Bisnis selalu anjlok dan makin terasa ketika harus menggaji karyawan. Solusi yang ia lakukan pada saat itu adalah mempersiapkan masa paceklik tersebut untuk melakukan bisnis musiman dan menyesuaikan promosi yang sesuai dengan bujet.

Mengetahui siklus penjualan

Berbeda dengan Jules Taggart (Jules Taggart Marketing Strategy). Ketika masa paceklik tiba, kebetulan pada saat itu dia sedang cuti hamil. Bisa dipastikan ketika dia sedang cuti, penjualan pasti melamban selama beberapa bulan. Setelah dirinya kembali bekerja, dia mengambil alih seluruh penjualan karena dia sudah mengetahui kunci siklus penjualan.

Dari situ dia bisa memprediksi kapan seluruh usahanya bisa memancing klien baru berdatangan dan mendorong dirinya jadi lebih sabar.

Menguasai proses pengembangan bisnis

Christopher Rodgers dari Colorado SEO Pros bercerita bahwa perusahaannya tumbuh secara organik pada tiga tahun pertama. Kemudian mereka harus memformat ulang proses bisnis karena perusahaan kehilangan klien besar. Akhirnya mereka memilih untuk fokus berbisnis di segmen SEO, bayar iklan per klik, pemasaran email, dan media sosial.

“Kami sepenuhnya telah pulih dan sekarang memiliki saluran pengembangan bisnis berkelanjutan untuk perusahaan,” katanya.

Buat segmen niche

Ajmal Saleem dari Suprex Learning mengatakan bisnisnya itu berupa bimbingan, sehingga bisnisnya bersifat musiman. Tahun lalu, kompetitornya menciptakan kampanye besar yang mengeruk segmen bisnis Saleem dan hampir membuat dirinya gulung tikar.

Untungnya dia tidak melakukan hal tersebut. Malah dia memutuskan untuk pindah segmen bisnis yang lebih mengarah ke niche untuk menghindari persaingan besar. Pasalnya segmen niche yang dia pilih tidak memilki banyak pesaing. Menurutnya, sebaiknya tiap bisnis yang Anda jalani itu perlu memiliki segmen yang niche.

Minta banyak rujukan bisnis

Ben Walker dari Transcription Outsourcing menerangkan pihaknya memiliki masalah saat menggaet klien baru. Untuk mengatasi hal tersebut, dia meminta banyak rujukan lewat klien lama agar dapat merekomendasikan pekerjaan baru untuk mereka.

Strategi ini cukup berhasil karena sebelumnya perusahaan telah memprediksi masa paceklik lewat pengalaman sebelumnya. Pada saat itu perusahaan kehilangan 20% dari bisnis dibandingkan tahun sebelumnya dan mulai merencanakan untuk membalikkan keadaan tersebut bila terjadi lagi. Perencanaan seperti ini akan sangat baik untuk perusahaan pada masa depan.

Kembali ke cara lama

O Liam Wright dari True Interaction bercerita ketika Anda mencapai kesuksesan di level tertentu dan siap untuk ekspansi, reaksi otomatis yang muncul adalah mengasumsikan Anda pasti meraih kesuksesan. Anda tidak lagi membutuhkan “strategi lama” untuk dilakukan lagi.

Jika Anda memilih untuk re-invent, jangan lupa tinjau kembali apa saja strategi yang telah berhasil membuat Anda sampai ke jalan tersebut.

Menjaga Tim untuk Tetap Semangat dan Termotivasi

Kebosanan dan kepenatan bisa menghampiri sebuah tim bisnis. Bisa disebabkan karena load kerja yang padat atau problem kompleks yang sedang dihadapi. Kebosanan dan kepenatan seperti itu jika tidak ditangani bisa menghambat produktivitas dan skenario terburuk bisa berdampak pada bisnis keseluruhan. Penting bagi pemimpin dalam tim untuk membawa suasana yang tetap produktif dan termotivasi.

Berikut ini beberapa tips untuk menjaga tim agar tetap termotivasi dan produktif.

Membangun kultur yang baik

Kultur yang baik memegang kunci utama dalam kehidupan dalam sebuah tim. Ritme kerja, cara berkomunikasi, dan suasana ceria lahir dari kultur kerja yang baik. Motivasi dan juga semangat seperti halnya rasa penat dan bosan biasanya menular satu sama lain. Rasa semangat yang terpancar dari beberapa orang anggota tim akan mampu membangkitkan semangat tim yang lain. Di sinilah peran kultur yang baik dalam lingkungan pekerjaan.

Pertemuan reguler

Pertemuan dengan para anggota tim merupakan salah satu kunci menjaga semangat dan motivasi kerja. Selain menjaga kekompakan pertemuan ini juga penting dalam untuk mengkomunikasikan perkembangan dan hambatan yang mereka hadapi. Dengan berbagai seperti itu permasalahan akan bisa lebih cepat dikoordinasikan dan diselesaikan.

Bentuk pertemuannya pun tidak harus sesuatu yang formal. Contohnya dengan menjadwalkan rutin makan siang bersama. Obrolan-obrolan ringan yang terjadi saat istirahat makan siang bisa sangat berguna untuk membangun solidaritas dan pemahaman terhadap individu-individu yang ada. Mengerti bagaimana cara mereka berpikir, dan akhirnya lebih mudah untuk saling memahami dan transfer semangat dan motivasi positif dalam bekerja.

Selalu ingatkan visi

Selain menjaga dan mengelola tim tugas pemimpin adalah mengantarkan tim bersama-sama untuk mencapai sebuah tujuan. Sebuah visi. Pemimpin yang baik selalu menanamkan tentang pentingnya berusaha untuk mencapai visi bersama. Dengan cara selalu mengingatkan akan visi yang ingin dicapai diharapkan bisa memacu motivasi seluruh anggota tim.

Startup seperti kita ketahui merupakan perwujudan sebuah perjuangan. Bisnis yang dirintis untuk bertahan dan akhirnya menuju kesuksesan yang diinginkan. Mimpi inilah yang wajib terus tertanam di benak tim. Kekompakan diperlukan untuk mencapai visi. Dan motivasi bersama merupakan kunci untuk menuju itu semua.

Selalu sedia makanan ringan dan kopi

Untuk yang satu ini mungkin bisa disesuaikan. Biasanya semangat dan motivasi bisa terbentuk dari nyamannya situasi kerja atau kantor. Kopi dan makanan ringan adalah salah satu kebutuhan yang biasanya bisa membuat “bahagia” para anggota tim. Jika memang dibutuhkan tidak ada salahnya selalu siap sedia beberapa kopi dan makanan ringan.

Beberapa Faktor Penyebab Bisnis E-Commerce Gulung Tikar

Di Indonesia bisnis e-commerce merupakan salah satu bisnis digital yang tumbuh subur. Tidak hanya konsumennya tetapi juga persaingannya. Persaingannya terus tumbuh dan semakin ketat dari tahun ke tahun. Tidak banyak yang akhirnya terpaksa menutup layanan atau pivot ke sektor niche atau layanan yang lain.

Untuk menghindari kegagalan, berikut ini beberapa faktor atau alasan yang menyebabkan sebuah bisnis e-commerce gulung tikar.

Kualitas gambar dan deskripsi produk

Inti dari proses jual beli secara online adalah kepercayaan, sebelum itu untuk membangun kepercayaan butuh yang namanya kejelasan. Permasalahan gambar dan deskripsi produk mungkin dianggap sepele tetapi bagi pembeli itu bisa berpengaruh. Gambar yang bagus di situs e-commerce itu bisa dikatakan setara dengan display yang ada di toko offline. Sebagai sebuah etalase.

Ribetnya kontak informasi

Sebagai sebuah bisnis yang berlandaskan kepercayaan bisnis e-commerce wajib menyediakan kontak informasi. Ini penting untuk mengakomodir para pembeli atau penjual yang membutuhkan informasi atau pun pihak lain yang ingin mengajukan tawaran kerja sama. Ketiadaan kontak untuk mendapatkan informasi bisa menghilangkan respek pengguna dan ujungnya akan ditinggalkan pengguna.

Proses checkout yang berbelit

konsep dasar dari hadirnya layanan e-commerce adalah kemudahan, dalam bentuk apa pun. Itu mengapa jika kita melihat inovasi layanan e-commerce di Indonesia semuanya mengarah ke kemudahan, terutama yang berkaitan dengan proses transaksi. Baik itu metode pembayaran maupun checkout. Jadi bukan menjadi rahasia umum jika berbelitnya proses checkout bisa mempengaruhi pengalaman pengguna dan memberikan kesan negatif.

Menetapkan harga dan target pengguna yang salah

Mengetahui pasar dan pengguna adalah langkah awal sebelum sebuah bisnis benar-benar menjalankan bisnisnya. Dari banyaknya kegagalan dalam bisnis dua hal tersebut sering muncul sebagai alasannya. Untuk segmen e-commerce dua alasan tersebut termasuk di dalamnya, ditambah kesalahan dalam menetapkan harga. Sekali lagi terdengar sepele, tetapi memang sangat berpengaruh, terlebih jika harus bersaing dengan harga-harga kompetitor.

Adopsi ke ranah mobile

Teknologi digital berkembang ke arah mobile. Beranjak dari layar besar ke layar yang lebih kecil. Perkembangan ini yang harus di sesuaikan oleh bisnis e-commerce. Kecenderungan orang menggunakan perangkat mobile untuk berbelanja harus diantisipasi dengan jemput bola, menghadirkan aplikasi mobile. Jika tidak, risikonya jelas ditinggalkan pengguna.

Bagaimana Membangun Tim “Data Science” yang Solid

Kebutuhan bisnis akan pemanfaatan data memang terus naik. Selain membutuhkan alat-alat untuk pengelolaan dan analisis data bisnis juga membutuhkan petugas khusus untuk menanganinya. Istilah data science mulai populer seiring dengan perkembangan kebutuhan data. Sebuah pekerjaan khusus untuk menangani data.

Berikut ini beberapa hal yang bisa diperhatikan jika Anda sedang membangun sebuah tim data science  untuk bisnis Anda.

Talenta yang tepat

Untuk membangun tim data science yang solid di awali dari pengguna tim. Bisnis yang ingin melengkapi tim mereka dengan tim data science membutuhkan pilihan yang tepat, utamanya untuk leader. Selain nantinya bertanggung jawab untuk operasi pengelolaan data, leader tim memiliki tugas awal yakni memberikan rekomendasi bagaimana tim dibentuk, seperti arsitek solusi data, developer, data platform administrator, dan lain-lain.

Karena hasil analisis data yang nantinya dijadikan pedoman untuk arah bisnis, tim yang kompeten dengan talenta individu yang sesuai akan menjadi tulang punggung berharga bagi data dalam pemanfaatan data.

Proses yang tepat

Berbicara masalah proses, data dan data science erat kaitanya dengan agility. Tim data science membutuhkan kemampuan mengakses dan memonitor data secara real time. Hal tersebut penting untuk dilakukan untuk mendapatkan kondisi terkini dan bisa melakukan aksi yang tepat waktu.

Tim data science membutuhkan data dan perlu untuk memahaminnya untuk bagaimana data-data tersebut memberikan efek positif bagi bisnis. Perlu kelincahan di sana. Perlu urutan kerja yang baik dan metode yang efektif untuk mencapai hal tersebut.

Pemilihan platform

Selain tim dan proses, hal selanjutnya yang perlu diperhatikan dalam pembangunan tim data science yang baik adalah platform atau tools yang digunakan. Berkembangnya pemanfaatan data disambut dengan mulai banyaknya pilihan platform untuk pengelolaan data. Mulai dari platfrom pengumpulan data hingga platform analisisnya. Pemilihan platform yang tepat tentu akan mengoptimalkan kinerja tim secara teknis.

Tidak perlu terburu-buru

Membangun tim bukan perkara mudah. Butuh ketepatan dan kehati-hatian dalam memilih. Untuk itu daripada terjadi kegagalan di depan lebih baik berhati-hati sejak pemilihan awal. Memilih tim, memilih proses, hingga memilih alat. Tidak perlu tergesa-gesa untuk memilih, ambil waktu secukupnya karena ini untuk masa depan bisnis.

Apakah Seorang Founder Harus Selalu Jadi CEO Sampai Akhir?

Sosok Reid Hoffman (Founder LinkedIn) dan Jeff Weiner (CEO LinkedIn) menjadi salah satu diantara pasangan terkenal yang membuat adanya stereotip bahwa satu-satunya orang yang bisa membawa perusahaan sampai ke tujuan akhir atau IPO; bahwa founder harus meninggalkan perusahaan jika ada CEO yang baru menempati posisinya.

Mark Suster dari Upfront Ventures menceritakan dirinya adalah pernah menduduki posisi sebagai Chairman di perusahaan pertamanya sebelum terjun ke Upfront Ventures. Dia melepas jabatannya tersebut sebelum akhirnya perusahaan itu dijual. Menurut Suster, keputusan yang diambilnya itu sangat sulit karena menyita emosional.

Ibarat bayi, Suster sudah membangun perusahaan itu hingga besar dan sudah mendarah daging. Namun akhirnya memutuskan untuk menyerahkan ke orang lain, tak ayal berbagai pemikiran negatif muncul. Misalnya, apakah orang yang diamanati bisa memperlakukan perusahaan seperti apa yang sudah Suster lakukan sejak dulu?.

Menurut Suster, ada beberapa pendiri yang memang ditakdirkan jadi CEO yang sukses, ada juga yang tidak, dan beberapa diantaranya (seperti Suster) mencintai perusahaan pada lima tahun pertama, pendapatan pertama US$30-US$50 juta, memimpin 150 karyawan, tapi tidak menyukai peran di titik tersebut.

Jadi, ketika Anda ingin mundur dari posisi CEO (seperti Reid Hoffman) pastikan Anda membawa sosok CEO yang lebih berpengalaman dan menyukai scaling/fase pertumbuhan startup.

Bagi Suster, dirinya tahu bahwa kapasitas perusahaan sudah terlalu besar melampaui kemampuan dan keinginannya. Perusahannya tersebut awalnya adalah sekelompok orang yang bertekad ingin mewujudkan ide jadi kenyataan, meningkatkan modal, diliput media, hingga akhirnya perusahaan mampu menembus pendapatan sebesar US$36 juta dan disukai konsumen.

Namun, dengan 90 karyawan yang melayani lima negara membuat pekerjaan jadi kurang menyenangkan bagi Suster. Sebab butuh keterampilan tertentu yang mampu menangani seluruh pekerjaan tersebut, di luar batas kemampuannya. Secara terang-terangan, Suster mengaku dirinya kagum dengan Adam Miller, seorang CEO Cornerstone on Demand.

Miller dan Suster sama-sama membangun perusahaan dalam kurun waktu yang bersamaan sekitar November 1999. Miller kini masih menjabat sebagai CEO dan sudah menjadi perusahaan terbuka dengan valuasi sekitar $2 miliar. Menurut Suster, tidak semua orang cocok memimpin perusahaan dengan siklus yang penuh lika liku tersebut.

Rencana Jason Spievak menjual Invoca dan mundur dari jabatan CEO

Suster juga bercerita mengenai founder dari perusahaan startup yang pertama kali didanai lewat Upfront Ventures, yakni Jason Spievak, founder dan CEO dari Invoca. Spievak menimbang-nimbang apakah dirinya adalah orang yang tepat untuk membawa perusahaan ke level berikutnya yakni IPO.

Menjawab hal tersebut, Suster bertanya ke Spievak tentang proses berpikirnya mengapa pertanyaan itu bisa muncul. Padahal dia sudah berhasil jadi pemimpin pasar dalam Marketing Automation untuk panggilan telepon. Invoca tumbuh 100% dari tahun ke tahun, malah berhasil tumbuh hingga 650% selama tiga tahun terakhir.

Invoca kini sudah memiliki 150 karyawan di tiga titik kantor, berpeluang puluhan juta kali mencetak pendapatan, permintaan yang terus ada dari investor, mendapat kesempatan untuk berbicara di acara konferensi, di hadapan media, dan lain sebagainya.

Untuk memastikan Spievak sebelum mengambil keputusan, Suster pun bertanya, “Apa Anda benar-benar ingin IPO? Jika tidak, saya pikir sebaiknya Anda harus tetap menjadi CEO karena saya pikir ada 4-5 perusahaan yang rela membayar kita jutaan hingga miliaran dollar untuk membeli Invoca. Jika IPO adalah tujuan akhir Anda, saya tidak bisa memikirkan pemimpin yang lebih baik untuk membawa Invoca ke jenjang berikutnya selain Anda.”

Spievak bersikeras, menurutnya dengan menjual perusahaan yang sudah dia bangun bukanlah tujuannya. Akhirnya mereka berdua setuju, jika ingin membawa Invoca lebih besar lagi perlu sosok berpengalaman untuk memimpin. Komitmen Spievak untuk tetap menjadi direksi setelah IPO, jadi krusial bagi Suster. Sebab sosoknya tidak hanya berperan sebagai orang penting dan pemegang saham terbesar, tetapi juga sebagai kunci utama senior eksekutif.

Umumnya, ketika perusahaan swasta mencari CEO baru sering memiliki masalah. Namun syukurnya hal ini tidak terjadi di Invoca.

Dipertemukan dengan Mark Woodward calon kandidat terkuat jadi CEO

Ketika Suster dan Spievak bertemu Mark Woodward, mereka yakin dia adalah orang yang tepat jadi pemimpin meski itu adalah pertemuan pertama. Untuk meyakinkan intuisi mereka, keduanya pun rela mendalami Woodward selama berbulan-bulan sebelum mengambil keputusan.

Akhirnya, intuisi itu jadi kenyataan dengan mengumumkan Woodward sebagai CEO yan baru dan mereka bahagia dengan keputusan tersebut. Sebelum bergabung, Woodward sudah membawa dua perusahaan swasta jadi terbuka dengan penghasilan miliaran dollar. Dia banyak menghabiskan waktu awalnya di perusahaan Silicon Valley, beberapa perusahaan perangkat lunak seperti Oracle dan McAfee.

Kemudian, beralih ke Amerika Utara menjalankan Legent dan melipat gandakan pendapatan dari US$28 juta jadi US$700 juta. Dia juga berhasil menjual Legent untuk CA senilai hampir US$2 miliar. Di CA, Woodward jadi CEO Serena, berhasil melipatgandakan pendapatan lebih dari US$1 miliar dan melantai di bursa dengan nilai valuasi hampir US$1 miliar.

Sepanjang karirnya sepanjang tujuh sampai delapan tahun, dia sudah bermain peran sebagai pemain tim yang setia, berkomitmen, dan bersedia mengembangkan bisnis lewat semua celah.

Bersama dengan Woodward, Spievak dan Suster akan membawa perusahaan ekspansi keluar negeri, menggandakan anggota tim, berinvestasi lebih banyak ke tim sales, layanan profesional dan dukungan pelanggan. Strategi ini menuntut seseorang yang benar-benar berpengalaman untuk menjalani operasional dengan skala sebesar itu.

Dari pengalaman ini, ada benang merah yang bisa ditarik yakni pemimpin terbaik adalah orang-orang yang mampu menempatkan kepentingan terbaik untuk perusahaan dengan mengesampingkan ego pribadi.

Seperti yang direncanakan sebelumnya, Invoca yang sudah IPO ini, Suster merasa bangga dengan Spievak atas perusahaan yang sudah dia bangun tersebut dan sikap kepemimpinannya setiap tugas yang ia jalankan.

Dirinya percaya saat ini Invoca ada di tangan tepat dengan pemimpin yang sudah terbuki kemampuannya dan didukung oleh Spievak dan timnya yang luar biasa.

Merancang Skema Keamanan Teknologi Informasi untuk Bisnis

Menjaga keamanan sistem dan data pelanggan merupakan sebuah keharusan bisnis. Terlebih bagi bisnis digital yang memerlukan data-data pribadi dari pelanggan seperti nomor telepon, alamat rumah, dan lain-lain. Ancaman kebocoran data dan kelumpuhan sistem menjadi hal menakutkan dan harus hindari. Membangun skema keamanan bukan sesuatu yang murah, harus ada investasi khusus untuk bisa membangun sistem yang aman.

Berikut beberapa tips untuk bisnis bisa menghemat anggaran dalam membangun skema keamanan.

Membuat penilaian risiko TI

Yang perlu digarisbawahi dalam membuat rencana sistem keamanan adalah menganalisis risiko-risiko yang mungkin ada, termasuk risiko yang timbul dari dalam sistem. Perlu diingat ancaman keamanan sistem tak hanya bisa ditemukan dari luar sistem. Kemungkinan ancaman dari dalam sistem pun banyak ditemukan. Untuk minimalisir hal tersebut perlu dibuat pemetaan atau rencana penanggulangan risiko TI, baik dari dalam maupun dari luar, misalnya dengan membuat rencana kontrol hak akses sistem atau menempatkan firewall di dalam sistem jaringan.

Penerapan keamanan standar TI

Untuk mengamankan sistem membutuhkan beberapa tindakan. Mulai dari yang teknis hingga hal-hal dasar seperti memberikan password di setiap dokumen penting dan membuat akun dengan password yang tidak mudah ditebak. Langkah lanjutan adalah mengamankan komputer dengan menggunakan antivirus dan sistem terpercaya untuk mencegah program-program berbahaya seperti malware, trojan, virus, dan lain-lain.

Pelatihan dasar keamanan TI

Masih berkaitan dengan ancaman dari dalam, semua orang yang berada di dalam sistem harus memiliki dasar keamanan TI. Hal ini untuk mencegah kasus bocornya data atau masuknya perangkat lunak berbahaya ke dalam sistem. Pengetahuan dasar keamanan juga berguna untuk memberikan wawasan mengenai ancaman keamanan dan cara pencegahannya.

Contohnya untuk mencegah pegawai dari tipuan phising yang sering mengincar orang awam atau orang-orang yang tidak memiliki pengetahuan tentang ancaman keamanan. Contoh lain, mencegah penggunaan flashdisk yang sembarangan, membuat password yang tidak mudah ditebak, dan pengelolaan akun yang baik.

Pada intinya kegiatan pelatihan mengenai dasar keamanan ini untuk meningkatkan wawasan dan kepedulian para pegawai terhadap keamanan. Baik itu pencegahan atau pun penanggulangan yang bisa mereka lakukan.

Menciptakan Budaya Belajar di Lingkungan Kerja

Salah satu pertimbangan yang sering diambil seseorang ketika memilih tempat kerja ialah adanya kesempatan untuk mengembangkan karier atau kompetensi yang dimiliki. Terkadang kebijakan atau sistem perusahaan yang ketat membuat proses tersebut menjadi lama, bahkan sering dirasa tidak mungkin. Keadaan ini dapat menjadi sebuah siasat bagi startup yang sedang mengembangkan kultur bisnis, untuk menawarkan dan membuat jalur yang lebih jelas bagi pengembangan kompetensi para pegawainya.

Tidak harus secara blak-blakan, peningkatan kompetensi tersebut dapat dilakukan melalui proses berkesinambungan. Yang diperlukan manajemen ialah mengembangkan budaya yang pas dalam proses penugasan dalam lingkungan bisnis.

Berikut ini beberapa hal yang dapat dipertimbangkan:

Perhatikan perbaikan yang berkesinambungan dalam kinerja

Menjadi hal yang sangat wajar ketika bisnis melibatkan seorang pegawai untuk berpartisipasi dalam pelatihan untuk mendapatkan sertifikasi atau pencapaian akreditasi tertentu. Ini juga sering kali digunakan sebagai salah satu indikator dalam penilaian kualitas kompetensi seseorang dalam tim. Sebenarnya pencapaian hasil yang diberikan pekerja tersebut untuk bisnis lebih tepat dijadikan acuan. Ini juga akan menciptakan budaya tentang peningkatan prestasi yang perlu dilakukan secara terus menerus dan menjadi sesuatu yang membanggakan.

Memberikan kesempatan belajar secara terus-menerus

Kadang insiatif tersebut harus dikondisikan. Sering seseorang memilih untuk pasif dalam keinginannya mengembangkan kompetensi diri, sejatinya mereka sangat memerlukannya. Penugasan dapat menjadikan strategi yang baik, misalnya meminta pekerja tersebut untuk mengikuti kegiatan workshop atau bahkan terjun langsung ke lapangan untuk mengerjakan sesuatu yang mungkin baru baginya. Dengan menyediakan sumber daya belajar yang tepat juga dapat meningkatkan kapabilitasnya. Sumber daya juga bisa dilakukan dengan strategi internal, bisanya saling bertukar keahlian yang dilakukan secara rutin atau dengan memberikan akses ke berbagai koleksi pembelajaran.

Pemimpin menjadi contoh

Budaya belajar untuk meningkatkan kompetensi kadang juga didorong dari apa yang dicontohkan pemimpinnya. Pemimpin dalam bisnis menjadi role model bagi para pekerjanya. Dengan memberikan contoh yang baik untuk mau selalu belajar dan meningkatkan kompetensi, ketika pemimpin meminta mereka untuk melakukan hal yang serupa, dengan mudah para pekerja tersebut mampu melihat hasil seperti apa yang didapat dengan melihat kompetensi cemerlang yang dimiliki pemimpinnya.