Hal Penting saat Mengukur Kebahagiaan Pengguna

Salah satu elemen penting dalam mengembangkan bisnis adalah pelanggan atau pengguna. Mereka merupakan sesuatu yang harus diperjuangkan. Dideskripsikan dan dicari di awal perjalanan bisnis dan kemudian dijaga dan ditingkatkan loyalitasnya kemudian. Tentu yang paling dicari dari semua tahapan tersebut adalah pengalaman terbaik bagi pelanggan.

Berikut beberapa hal yang bisa digunakan untuk mengukur kebahagiaan pelanggan terhadap sebuah produk atau layanan.

Hubungan

Hubungan antara bisnis dengan pengguna merupakan salah satu hal paling krusial. Hubungan ini bisa dibangun dari email-email penawaran yang diberikan hingga support system mulai dari customer service hingga tiket yang ditujukan untuk hal teknis. Hampir semua anggota tim berperan menjaga hubungan baik dengan pelanggan.

Salah satu cara terbaik untuk mengukur kebahagiaan pelanggan melalui hubungan ini adalah melalui seberapa banyak mereka mengeluh, bagaimana respons mereka ketika masalah teratasi dan sebagainya. Rumusan-rumusan kondisi seperti itulah yang menjadi kunci.

Keterlibatan pelanggan

Melibatkan pelanggan dalam proses tumbuh dan berkembang sebuah produk atau layanan mungkin bisa memberikan dampak positif bagi hubungan pelanggan dengan produk. Produk berkembang bersamaan dengan masukan, keinginan, dan kebutuhan pelanggan sehingga meningkatkan keterikatan satu sama lain.

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan keterlibatan, selain dengan membuka diri terhadap kritik dan saran mengadakan sayembara mengenai ide produk atau layanan selanjutnya layak dicoba. Menempatkan pelanggan menjadi bagian dari proses pengembangan produk memang berisiko, kehilangan tujuan awal dan lainnya bisa menjadi efek negatif.

Melibatkan pelanggan juga menjadi penting untuk meningkatkan pemahaman terhadap pengguna. Jalan tengahnya tetap harus menjaga batasan-batasan sampai sejauh mana pelanggan terlibat.

Melacak aktivitas media sosial

Media sosial adalah kanal yang berguna untuk membangun hubungan yang baik dan meningkatkan keterlibatan pengguna. Media sosial juga memiliki peranan penting dalam mengukur sejauh mana respons pelanggan terhadap produk atau layanan kita. Bisnis bisa menghidupkan kolom komentar di setiap kanal media sosial.

Dengan bantuan teknologi, coba lacak semua komentar dan percakapan yang terjadi mengenai produk. Penting untuk membaca sentimen publik terhadap bisnis kita, dan media sosial adalah salah satu kanal terbaik.

Empat Cara yang Perlu Diterapkan Startup untuk Menuju “The Next Level”

Saat startup sudah mulai menunjukkan pertumbuhan yang positif dan mengalami peningkatan yang signifikan, ada beberapa hal yang harus Anda perhatikan sebagai pemilik startup, yaitu cara tepat menghadapi tim dan membawa perusahaan ke tahap selanjutnya. Sebagai pemimpin Anda juga harus mulai membiasakan diri untuk menjalankan usaha ke skala yang lebih besar.

Dibutuhkan waktu yang lama serta kesiapan mental yang cukup untuk bisa melakukan pivot dari perusahaan kecil menjadi besar. Artikel berikut ini akan membahas, 4 hal yang wajib diperhatikan saat startup mulai bergerak maju dan mengalami pertumbuhan.

Terapkan sistem kerja baru

Saat startup baru mulai bergerak biasanya anggota tim yang ada belum banyak jumlahnya. Sehingga pekerjaan bisa dilakukan secara multitask oleh pegawai. Namun saat startup mulai mengalami pertumbuhan dari sisi pelanggan hingga pendapatan, Anda pun sebagai pemilik dituntut untuk memiliki lebih banyak staf yang bisa membantu untuk mempercepat pekerjaan. Ubah gaya manajemen perusahaan dengan level yang berbeda. Arahkan pegawai Anda dengan menerapkan sistem kerja yang lebih baik untuk skala yang lebih besar.

Tumbuhkan kepercayaan

Hingga kini masih banyak pemilik startup yang masih “hands on” terhadap semua kegiatan dan rutinitas pekerjaan dalam startup. Kurang percaya hingga sikap perfeksionis yang masih banyak dimiliki oleh pemilik startup, bisa mengganggu pertumbuhan startup. Idealnya saat perusahaan sudah mulai mengalami pertumbuhan, serahkan pekerjaan tersebut kepada tim Anda. Fokus Anda sebagai pemimpin adalah lebih kepada inovasi serta visi dan misi perusahaan untuk ke depannya.

Komunikasi yang lancar

Semakin besar perusahaan semakin dibutuhkan komunikasi yang lancar kepada pegawai, partner hingga investor. Komunikasikan semua kendala, rencana serta pencapaian yang ada kepada pihak-pihak terkait tersebut. Hindari kebiasaan untuk menyimpan atau menyembunyikan informasi kepada pihak-pihak terkait, karena akan berisiko mengganggu lancarnya kolaborasi dalam perusahaan.

Siapkan rencana jangka panjang

Salah satu aspek penting yang wajib diperhatikan saat startup mulai mengalami pertumbuhan adalah, rencana jangka panjang Anda sebagai pemilik. Ciptakan kebiasaan yang positif antar tim dengan menerima masukan atas ide atau inovasi, yang bisa membantu perusahaan tumbuh lebih baik lagi. Dibutuhkan pemikiran jangka panjang agar startup bisa melangkah ke tahap selanjutnya. Untuk itu siapkan diri Anda sebagai pemimpin dengan memanfaatkan anggota tim yang ada.

Empat Pertanda Buruk Anda Bukan Entrepreneur Sejati, Hanya Sekadar “Wantrepreneur”

Istilah entrepreneur sudah umum didengar, sebuah profesi yang membuat banyak pebisnis mandiri menelan ludah sendiri saat menghadapi ketakutan dan risiko saat menjalani bisnisnya sendiri. Berbeda dengan “wantrepreneur” yang konotasinya sedikit lebih negatif.

Seorang wantrepreneur pada dasarnya adalah orang yang ingin menjadi entrepreneur, banyak membicarakan ini itu dan mimpi memiliki bisnis tapi tidak pernah benar-benar mengikuti rencana mereka. Bila diringkas, wantrepreneur itu selalu mencari alasan apapun kondisinya. Di sisi lain, entrepreneur itu membangun bisnis.

Jika Anda ingin menghilangkan title wantrepreneur dan benar-benar ingin membangun bisnis, maka Anda harus hilangkan kebiasaan buruk yang bisa merusak aspirasi bisnis Anda.

Artikel ini akan membahas lebih jauh pertanda buruk dari wantrepreneur apa saja yang perlu Anda hilangkan untuk menjadi pengusaha sejati. Berikut rangkumannya:

1. Banyak berbicara, tidak akan aksi

Ketika memulai bisnis, sangat mudah untuk berandai-andai ide muluk tanpa melakukan tindakan nyata. Daripada melamun, lebih baik Anda ambil langkah nyata untuk merealisasikan mimpi.

Anda fokuskan pada item penting apa saja yang perlu Anda lakukan untuk membangun bisnis. Ini lebih baik daripada memikirkan semua potensi-potensi yang bisa Anda lakukan.

Kemudian, lakukan validasi ide dengan mencari konsumen pertama Anda sesegera mungkin. Tidak ada gunanya menyimpan ide bagus untuk diri sendiri, segera jual produk atau layanan cemerlang untuk hadir di pasaran.

2. Terlena dengan konten media sosial

Terlalu banyak membaca artikel di media sosial yang memberi tahu Anda betapa pentingnya media sosial sebagai kunci kesuksesan bisnis, akan membuat Anda jadi terlena.

Anda akan melupakan kunci penting bahwa media sosial bukanlah strategi pertumbuhan dan menggunakan setiap media sosial setiap hari tidak akan membuat bisnis jadi hancur. Lagipula, menghabiskan ongkos untuk beriklan di media sosial tidak akan berhasil bila Anda tidak memiliki produk yang valid dan dibutuhkan oleh pasar.

Daripada Anda tersedot di ranah media sosial, cobalah batasi berbagai distraksi terutama selama jam kerja. Buatlah rencana untuk merilekskan diri, jika perlu jelajahi situs favorit Anda.

Anda juga perlu membuat jadwal membalas email dan usahakan tidak perlu menjadi orang yang multi tasking. Dengan demikian Anda akan tetap fokus mengerjakan pekerjaan dan meminimalisir terjadinya kesalahan.

3. Mendengarkan ucapan semua orang

Melalukan profesi yang kurang umum seperti pemilik usaha seringkali menjadi buah bibir di kalangan Anda. Daripada membiarkan banyak suara dan negatif menginfeksi semangat kewirausahaan Anda, abaikan saja. Orang yang sebaiknya Anda dengarkan adalah konsumen Anda sendiri.

Kendati demikian, untuk memahami peran kecerdasan emosional demi kesuksesan bisnis, mendengar suara negatif dapat membantu Anad fokus pada hal-hal yang perlu diperbaiki.

4. Menunggu waktu “tepat”

Anda akan selalu bisa menemukan alasan bagus untuk menunda impian Anda dalam tiap harinya. Menjadi entrepreneur itu membutuhkan banyak keberanian dan keberanian itu menuntut tindakan, bahkan bila waktunya tidak terasa 100% benar.

Satu-satunya cara untuk mencapai visi Anda adalah dengan mencobanya, belajar dari kesalahan, dan terus bekerja. Begitu Anda mengambil langkah pertama yang menakutkan itu, Anda sudah mulai membantu momentum, membuat setiap tindakan ke depannya berturut-turut jadi lebih mudah.

Tentang Metrik Bisnis dalam Startup

Bisnis adalah sesuatu yang terukur, dapat dikalkulasi dan memiliki rumusan untuk setiap pengukurannya. Di startup digital, pada dasarnya pengukuran (metrik) yang digunakan sebagai patokan standar capaian tak berbeda dengan bisnis, hanya saja pendekatannya kadang perlu disesuaikan dengan karakteristiknya. Pemahaman tentang metrik bisnis diperlukan bagi pelaku startup untuk memahami kondisi bisnis yang sedang ia jalankan dan untuk menentukan strategi terbaik demi penguatan di lini bisnis yang membutuhkan.

Secara umum dalam sebuah bisnis startup digital ada dua kategori metrik utama, yakni (1) metrik bisnis dan finansial dan (2) metrik produk dan engagemement-nya. Dalam setiap kategori terdapat poin-poin yang mengacu pada pengukuran spesifik untuk masing-masing bidang. Hal ini membantu untuk mengetahui bagian mana yang bekerja dengan baik dan bagian mana yang perlu dibenahi dalam hal performa dan akselerasi.

Berikut ini adalah beberapa uraian tentang metrik bisnis yang diukur dalam sebuah startup digital.

#1 Kategori bisnis dan finansial

Kategori metrik ini berkaitan dengan siklus keuangan yang ada di dalam tubuh startup. Biasanya menentukan sehat dan tidaknya perjalanan startup tersebut secara bisnis. Metrik ini terdiri dari beberapa hal, di antaranya:

Banyaknya pemesanan (booking) dan pendapatan (revenue) menjadi salah satu pengukuran yang sering diacu untuk mengukur bagaimana performa bisnis dalam kaitannya dengan penerimaan konsumen terhadap layanan atau produk yang dijajakan. Keduanya hal yang  berbeda. Pemesanan diartikan sebagai nilai kontrak antara perusahaan dan pelanggan. Ini mencerminkan kewajiban kontrak dari pelanggan untuk membayar perusahaan. Di sisi lain, pendapatan diakui pada saat layanan tersebut benar-benar diberikan atau disewakan selama masa berlangganan.

Kemudian ada juga istilah ARR (Annual Recurring Revenue) dan MRR (Monthly Recurring Revenue). ARR dan MMR adalah ukuran komponen pendapatan yang bersifat berulang, yang akan datang dengan sendirinya. Startup dapat membuat indikasi, apakah ARR dalam penjualan layanannya bertumbuh atau datar. Jika startup mengalami upselling atau cross-selling pelanggan, maka indikator metrik ini harus tumbuh, yang karena menjadi indikator positif untuk bisnis yang sehat. Untuk setiap keuntungan yang telah diprediksi pengukurannya melalui LTV (Life Time Value).

Gross profit (laba kotor) juga masuk dalam pengukuran di kategori ini. Pengukuran ini memberikan gambaran terhadap seberapa efektif arus pendapatan yang diraih oleh bisnis. Metrik ini mengukur tingkat efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya produksi, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien. Semakin tinggi laba kotor, maka semakin baik pula bisnis dari sisi operasional.

[Baca juga: Istilah Finansial Yang Wajib Dicermati Pelaku Startup]

Terkait dengan kontrak bisnis ada yang disebut dengan TCV (Total Contract Value) dan ACV (Annual Contract Value). TVC adalah pengukuran total nilai sebuah kontrak, baik jangka pendek ataupun jangka panjang. Sedangkan AVC adalah pengukuran nilai kontrak selama 12 bulan. Jika ACV mengalami peningkatan, ini akan menjadi indikasi yang mudah bahwa konsumen membayar lebih banyak terhadap produk yang ditawarkan. Artinya ada penerimaan yang baik terhadap fitur dan kemampuan produk yang disajikan.

Dalam bisnis maketplace seperti yang sedang booming saat ini di Indonesia, istilah GMV (Gross Merchandise Value) juga menjadi salah satu indikator metrik bisnis. Yakni total transaksi penjualan dari merchandise melalui marketplace dalam periode tertentu. Pengukuran GMV dilakukan untuk mengetahui apa yang konsumen sukai dalam marketplace. CAC (Customer Acquisition Cost) merupakan total biaya untuk mendapatkan sebuah kustomer yang disampaikan dalam per basis pengguna. Pengukuran metrik ini cukup beragam dan memiliki beragam bentuk.

#2 Kategori produk dan penerimaan

Metrik dalam kategori ini berhubungan dengan seberapa banyak pengguna atau konsumen produk dari sebuah startup. Pengukuran ini penting, dan memiliki keragaman kompleksitas. Mulai dari menghitung pengguna aktif, pertumbuhan bulanan, perputaran hingga burn rate. Berikut ini penjelasan singkat untuk masing-masing item:

Secara sederhana active users (pengguna aktif) didefinisikan sebagai pengguna terdaftar dan masih menggunakan layanan yang dilanggan. Pada praktiknya banyak indikasi spesifik yang menjelaskan status “aktif” tersebut seperti apa, sangat bergantung pada layanan. Biasanya juga diukur dari grafik tertentu dalam sistem yang telah dibubuhkan dalam panel administrator. Layanan satu dengan lainnya akan sangat berbeda dalam mendefinisikan pengguna aktif.

MoM (Month-on-Month) growth rate menjadi ukuran rata-rata pertumbuhan pengguna yang diukur dalam periode bulanan. Kadang dibandingkan dengan CMGR (Compunded Monthly Growth Rate), yakni pengukuran pertumbuhan secara berkala. Metrik ini membantu startup agar mempunyai patokan tingkat pertumbuhan yang dimiliki oleh perusahaan lainnya. Jika tidak hal ini akan cukup sulit untuk dibandingkan karena faktor ketidakpastian dan faktor lainnya.

[Baca juga: Tujuh Pertanda Konsumen Mulai Meninggalkan Perusahaan Anda]

Churn rate adalah persentase pelanggan (subscriber) dari sebuah layanan yang memutuskan tidak melanjutkan berlangganan. Ini dibutuhkan ketika startup ingin melakukan ekspansi, salah satu indikasinya harus memastikan bahwa maka growth rate dari perusahaan (atau jumlah konsumen baru yang berlangganan) harus melebihi churn rate-nya.

Burn rate merupakan tingkat di mana kas yang dimiliki berkurang. Terutama dalam perusahaan startup pada tahap awal, sangat penting untuk  mengetahui dan terus memonitor burn rate mereka karena mereka akan gagal apabila kas perusahaan mereka habis dan tidak memiliki waktu mencari pendanaan tahap selanjutnya untuk perusahaan mereka. Sedangkan net burn adalah cara yang benar untuk menghitung uang kas yang dikeluarkan setiap bulan.

Menjadi Diri Sendiri Saat di Lingkungan Kerja

Banyak orang sering menggunakan “fashion” yang berbeda, tatkala mereka sedang berada di kehidupan personal dan profesional. Mungkin menurut beberapa orang ketika datang bekerja harus menampakkan wajah serius, agar dihormati rekan lainnya. Bagi pekerja perempuan, banyak yang mencoba menghilangkan sifat yang terlalu feminin dalam lingkungan kantor, karena takut tidak dianggap serius. Dan masih banyak lagi hal serupa.

Lalu sebenarnya apakah hal tersebut baik untuk dilakukan? Tidak ada yang mengatakan bahwa seseorang harus bertindak sama ketika sedang ada dalam pekerjaan dan kehidupan lainnya. Namun bertindak apa adanya “sebagai diri sendiri” berarti bertindak dengan cara mewakili diri sendiri secara seutuhnya. Termasuk hal-hal terkait keyakinan dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

Kadang orang tidak nyaman menjadi diri sendiri ketika berada di tempat kerja. Alasan yang paling mendasar karena ia tidak mengetahui secara pasti siapa dirinya dan apa ambisinya. Sederhananya ketika mereka tidak bisa menjawab beberapa pertanyaan ini: Anda siapa? Apa tujuan Anda berada di sini? Mengapa Anda memilih bekerja di tempat ini?

[Baca juga: Membangun Budaya Tempat Kerja yang Harmonis]

Jika beberapa pertanyaan di atas bisa dijawab dengan baik, artinya seseorang telah merasa nyaman menjadi diri sendiri di lingkungan kerja. Begitu seseorang merasa nyaman dengan diri sendiri, maka dampaknya pada banyak hal. Mulai dari kepercayaan diri di tempat kerja sampai semangat kreativitas yang terus bermunculan.

Takut menjadi diri sendiri

Namun kadang terbentur pada sifat ingin menjadi seperti orang lain, terutama orang yang dikagumi dalam tempat kerja. Mengagumi cara berbicaranya, cara bernegosiasi hingga pada tingkah laku mereka secara umum. Namun nyatanya sesuatu yang bersifat tiruan tidak akan pernah lebih kuat dari yang asli. Pun begitu untuk meningkatkan pesona diri, tidak ada yang lebih baik dari pada menjadi diri sendiri.

Dalam pergaulan di tempat kerja, ketika seseorang jujur kepada diri sendiri dan orang lain, makan orang di sekitar akan terdorong untuk terbuka. Kejujuran itu menular dan melahirkan kebaikan di lingkungannya, termasuk pemahaman dan toleransi. Keterbukaan ini akan membuat tempat kerja terasa lebih efektif dan jauh lebih menyenangkan.

[Baca juga: Pentingnya Mengenal Anggota Tim Lebih Jauh]

Orang takut menjadi diri sendiri karena takut dinilai salah. Terkait dengan rasa salah ini, kepemimpinan dapat bertindak sebagai contoh. Pemimpin yang bijak dan jujur mau mengakui saat mereka melakukan kesalahan. Mereka akan meminta maaf dan mencoba memperbaiki situasi yang diricuhkan. Mereka tahu bahwa setiap orang membuat kesalahan dan pelajaran itu berharga. Ketika para pemimpin mengakui kesalahan mereka, itu memberi contoh yang baik bagi orang lain untuk melakukan hal yang sama.

Lima Tindakan yang Tidak Dilakukan Tim Startup Produktif

Semua orang ingin memiliki tim yang sehat dan efektif, namun sangat sulit bagaimana menciptakannya, terutama saat Anda berhadapan dengan tim besar. Anda tahu bahwa tim produktif adalah kunci kesuksesan dalam berbisnis. Hanya saja Anda perlu pahami bagaimana caranya. Anda tidak harus meminta anggota tim untuk berlama-lama di kantor. Jika Anda masih meminta ini, maka hentikanlah sebab malah akan membuat anggota tim tidak bahagia dan tidak termotivasi.

Artikel ini akan membahas lebih dalam mengeni tindakan yang perlu Anda hindari dalam membentuk tim produktif. Berikut rangkumannya:

1. Terburu-buru dalam semua kondisi

Tim produktif tidak terburu-buru dalam menangani setiap kondisi atau tugas yang harus mereka selesaikan. Penting untuk berhenti, berpikir, kemudian baru bertindak. Kapan pun mereka mendapat tugas, mereka akan bereaksi, lalu memikirkan tugas tersebut, dan akhirnya mengambil tindakan proaktif yang terbaik. Mereka selalu tahu apa yang mereka lakukan.

Sikap tenang dalam berpikir dan bertindak akan membantu anggota tim terutama saat menghadapi situasi yang sulit. Mereka dapat mencari tahu apa yang menjadi pro dan kontra dari setiap tindakan yang bakal dikerjakan. Jika Anda ingin membuat tim lebih produktif, sebaiknya dorong mereka untuk berhenti sejenak, berpikir, dan bertindak.

2. Terlalu sibuk rapat

Rapat itu penting tapi terlalu banyak menghadiri rapat dapat memperlambat pekerjaan dan produktivitas Anda. Anda tidak akan dapat menggunakan jam kerja dengan benar.

Tidak semua pertemuan rapat sifatnya penting. Paling tidak, agar tetap menjaga produktivitas Anda maksimal rapat yang bisa dihadiri adalah satu kali dalam sehari.

3. Menghambat pertumbuhan masing-masing anggota tim

Tidak ada yang lebih baik dari tim produktif dibandingkan rekan kerja yang saling menekan satu sama lain. Jika ingin produktif, maka tim harus menjadi unit yang kohesif. Setiap anggota harus saling membantu rekannya dan perkembangan pribadi masing-masing.

Anda harus membuat anggota tim menyadari bahwa tujuan pribadi dan profesional hanya bisa dicapai dengan membantu satu sama lain. Anda harus selalu berusaha menciptakan lingkungan kerja yang mendukung pertumbuhan semua anggota tim.

4. Membuang waktu untuk membalas email

Pekerjaan membalas email bisa menjadi buang-buang waktu bagi tim produktif. Setiap kali memeriksa atau membalas email penting butuh paling tidak bermenit-menit, belum lagi jika Anda harus memeriksa semua email, folder yang tidak perlu.

Anggota tim produktif dapat dengan cepat memilah email mereka, mana yang penting untuk dibalas, mana yang bisa ditunda.

5. Tidak bekerja keras

Tim produktif yang bekerja keras akan membawa mereka menuju kesuksesan. Mereka tidak pernah mengeluh tentang beban kerja dan bekerja semaksimal mungkin. Kerja keras adalah kunci utama untuk menjadi bagian dari tim produktif dan sukses. Bahkan mereka juga tidak memiliki waktu untuk bergosip.

Ini adalah salah satu metode hebat untuk meningkatkan efisiensi waktu di tempat kerja. Tim selalu fokus selama jam kerja, menyempatkan waktu untuk beristirahat setelah selesai bekerja.

Kebiasaan Baik Ini Membantu Selesaikan “Deadline” Pekerjaan

Sebagai seorang profesional menyikapi deadline harus dengan bijak. Bagaimana pun menyelesaikan pekerjaan sebelum deadline merupakan sebuah prestasi dan sesuatu yang positif. Bagi sebuah pebisnis menyelesaikan tugas sebelum deadline itu artinya meringkas waktu dan membuka peluang untuk melakukan lebih banyak hal.

Bagi Anda yang sering bermasalah dengan deadline, berikut beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menyikapi deadline dengan baik.

Jangan mengandalkan mental catatan

Dikejar deadline bukan sebuah kondisi yang diharapkan banyak pebisnis. Pekerjaan yang datang serentak memaksa pikiran, tenaga, dan konsentrasi terpecah. Untuk memaksimalakan kinerja dalam kondisi banyak deadline mulai dari hal yang sederhana seperti menghindari untuk mengingat daftar catatan tentang apa yang harus Anda kerjakan. Mental catatan harus ditinggalkan.

Gunakan pikiran Anda untuk memikirkan hal-hal yang lebih penting dan layak untuk dipikirkan. Serahkan tugas mengingat kepada aplikasi pengingat atau aplikasi to do list yang sudah banyak dikembangkan. Dengan memanfaatkan mereka, Anda mengurangi satu beban kecil dari pikiran Anda untuk mengingat agenda-agenda.

Sekarang adalah saat yang tepat

Salah satu momok atau hantu paling besar dalam deadline adalah kebiasaan menunda-nunda pekerjaan. Jika Anda ingin menjadi pekerja yang akrab dengan deadline, usahakan berdamai dengan mereka dengan cara tidak menunda pekerjaan. Sekarang adalah saat yang tepat untuk mengerjakan, bukan satu jam lagi, nanti sore, atau bahkan esok hari. Kebiasaan sederhana ini bisa menjadi pondasi yang kuat untuk menumbuhkan budaya tepat deadline.

Break down setiap pekerjaan

Deadline sering menjadi sesuatu yang berat, beban karena kita tidak tahu bagaimana memulai untuk menyelesaikan hal tersebut. Untuk memudahkan dalam pekerjaan dengan deadline ketat salah satu kebiasaan yang bisa dilakukan adalah mem-break down, mengubah sebuah pekerjaan besar menjadi bagian-bagian kecil yang disusun berdasarkan urgensi. Kepingan-kepingan pekerjaan tersebut diselesaikan satu per satu.

Jauhkan dari pengganggu

Masalah selanjutnya yang sering menyebabkan melesetnya sebuah pekerjaan dari deadline adalah pengganggu. Beberapa hal yang masuk kategori penganggu ini adalah janji, pekerjaan, atau hal lain yang muncul di sela-sela proses mengerjakan pekerjaan deadline. Ritme kerja terganggu, fokus terpecah, dan lain sebagainya. Untuk menghindarinya cukup sederhana. Dewasa dalam menentukan prioritas pekerjaan dan berani menolak hal-hal yang sekiranya menganggu ritme kerja.

Empat Poin yang Wajib Diperhatikan Saat Melakukan Perekrutan Tim Startup

Dalam sebuah startup, semua kegiatan yang ada bergantung kepada anggota tim yang ada. Untuk itu menjadi hal yang penting bagi pemilik startup untuk mencari anggota tim dengan alasan yang tepat. Hindari melakukan proses perekrutan secara singkat dan tergesa-gesa demi memenuhi kuota tenaga kerja untuk menyelesaikan produk atau pekerjaan.

Mencari dan mengumpulkan anggota tim yang tepat merupakan kegiatan yang paling sulit dalam startup, namun juga paling krusial. Jika startup gagal menemukan anggota tim yang tepat, bisa berisiko startup terhambat untuk tumbuh dan berakhir gagal.

Artikel berikut ini akan mengupas 4 hal yang perlu dicermati saat melakukan perekrutan, agar Anda pemilik startup bisa menemukan tim yang tepat.

Nilai dan integritas

Mencari kandidat yang memiliki kemampuan dan kecerdasan untuk berbagai bidang bisa dilakukan dengan mudah dan cepat. Yang menjadi perhatian utama adalah bagaimana Anda bisa menemukan anggota tim yang memiliki integritas dan nilai yang baik. Anda, sebagai pemilik startup, harus bisa melihat visi dan misi kandidat tersebut, yang selaras dengan tujuan Anda membangun startup.

Gali lebih dalam kepribadian kandidat

Cara lain yang bisa dilakukan untuk menemukan kandidat yang tepat adalah dilihat dari kepribadian dan hubungan keluarga kandidat. Tanyakan hubungan kandidat dengan orang tua. Cari tahu referensi teman kandidat atau tempat bekerja sebelumnya. Lakukan wawancara kandidat tersebut dengan rekan Anda di perusahaan. Jika Anda memiliki keyakinan bahwa kandidat tersebut adalah pilihan yang tepat, percayakan insting Anda.

Berikan skenario pekerjaan yang terburuk

Dinamika startup kerap berubah, apakah itu terkait dengan model bisnis, strategi, target pasar dan lainnya. Berikan skenario terburuk kepada kandidat, ketika startup gagal untuk menarik perhatian target pasar dan beberapa investor mulai ragu dengan model bisnis yang dimiliki. Strategi apa yang akan diambil oleh kandidat tersebut dan cari tahu bagaimana solusi terbaik untuk keluar dari masalah.

Pemikiran kritis

Sebagai pemilik startup Anda harus bisa menerima kritikan, masukan dari semua anggota tim. Untuk itu akan menjadi nilai tambah jika kandidat bisa memberikan alasan yang masuk akal terhadap rencana yang bakal Anda terapkan. Semakin kritis pemikiran dari anggota tim, semakin baik Anda sebagai pemilik startup beradaptasi dengan perubahan yang kerap terjadi dalam startup.

Lima Cara Menjadi Pemimpin Startup yang Tegas Tanpa Perlu Menuntut

Bersikap tegas dalam lingkungan kerja adalah bakat yang tidak bisa dikuasai oleh banyak orang, sebab ketegasan memiliki garis yang sangat tipis antara rasa ingin mendorong atau menuntut ketika rekan kerja Anda tidak mendengarkan arahan dari Anda.

Agar dapat membedakan dua sikap tersebut, lebih baik Anda pelajari lagi definisi dari keduanya. Bersikap tegas berarti Anda menyatakan pendapatan dengan cara yang tenang dan santai, sekaligus menjaga pintu tetap terbuka untuk oposisi dan diskusi. Fokus utama di sini adalah tidak peka terhadap pemikiran orang lain, sementara Anda juga memastikan pemikiran Anda sendiri terwakili dengan jelas.

Bersikap tegas memberikan dampak komunikasi yang sehat, mendorong rekan kerja untuk berpartisipasi. Di sisi lain, bersikap agresif yang cenderung menuntut berdampak pendapat jadi tetap terdengar juga, namun sangat nyaring sehingga membuat orang lain jadi merasa terancam untuk diacuhkan.

Tidak ada kesepakatan atau diskusi bersama ketika Anda bersikap menuntut, sebab pendapat orang lain Anda abaikan sama sekali. Tentunya, ini akan menyebabkan lingkungan kerja jadi tidak sehat karena hubungan kerja jadi canggung dan tidak mudah percaya.

Lalu, Anda pun juga mengambil keuntungan mengingat posisi Anda adalah tertinggi dengan “memaksa” rekan kerja untuk sepakat dengan pendapat Anda. Apakah sikap seperti ini akan membantu Anda dalam jangka panjang? Jawabannya tentu saja tidak.

Artikel ini akan lebih jauh membahas cara apa saja yang perlu dilakukan seorang pemimpin yang tegas tanpa perlu menuntut.

Banyak mendengar

Menjadi pendengar yang baik adalah sifat penting yang perlu dikuasai oleh setiap pemimpin. Biarkan tim Anda tahu bahwa mereka memiliki suara dan menyadari suara mereka penting bagi perusahaan, namun pastikan Anda tidak membiarkan suara Anda sendiri tidak tenggelam.

Untuk itu lakukanlah sesi brainstorming secara berkala, saat Anda duduk bersama tim dan mencoba untuk menangkis gagasan pro dan kontra yang muncul di sana. Langkah ini tidak hanya memberi Anda kesempatan untuk berbagi pemikiran dan pendapat sendiri, tapi membiarkan tim mengetahui bahwa pendapat mereka itu ternyata dipertimbangkan oleh Anda.

Mengajukan permintaan

Langkah kedua, bagaimana Anda mendekati tim kerja ketika ingin membicarakan tugas yang harus mereka selesaikan. Lalu bagaimana sikap seperti apa yang bisa mengkategorikan Anda sebagai atasan yang tegas atau banyak menuntut?.

Untuk menjawab ini, Anda disarankan untuk mengajukan permintaan. Misalnya, bertanya “Apakah kamu bisa selesaikan tugas ini sampai Jumat?” dan tunggu respon dari mereka. Jika mereka menerima tugas tersebut, maka tugas Anda berikutnya adalah memonitor kemajuan mereka dari waktu ke waktu.

Jika mereka mengatakan tidak, tanyakan apa alasannya dan coba cari cara untuk menyelesaikannya tepat waktu. Mungkin bentuk kalimat pertanyaan yang bisa Anda lemparkan kepada tim bisa seperti ini, “Kita harus selesaikan tugas sampai Jumat pekan ini. Saya tahu ini sulit, namun adakah cara untuk melakukannya?”.

Lemparkan pertanyaan

Naluri pertama ketika Anda menghadapi situasi yang kurang menguntungkan adalah menuduh, mengarahkan jari, mencari pelaku, dan meminta penjelasannya. Bagaimana kalau tindakan seperti itu dihilangkan, ganti dengan pertanyaan “Ada apa ini, mengapa ini terjadi?” ke hadapan orang yang bertanggung jawab. Kemudian, Anda juga bisa bersama-sama dengan pihak yang bertanggung jawab untuk memperbaiki situasi tanpa perlu menunjukkan sikap memberontak sama sekali.

Banyak mengamati

Kunci menuju kesuksesan adalah Anda kenal audiens sendiri. Untuk itu, Anda perlu belajar mengamati dan bermain dengan kecerdasan emosional. Lihat apa yang sesuai untuk tim Anda, bagaimana reaksinya terhadap skenario pengujian dan improvisasinya dari sana.

Memotivasi dan memimpin

Sangat mudah untuk mendelegasikan dan menghilangkannya dari skenario cara kepemimpinan Anda. Tapi ini tidak akan membantu Anda dalam jangka panjang. Bersikap tegas berarti Anda ingin menyelesaikan sesuatu dengan cara yang benar sesuai keinginan. Jadi pastikan Anda menemui satu-satu tim Anda demi memberi dorongan kepada mereka ke arah yang benar. Beri apresiasi atas pencapaian mereka, pantau pertumbuhan, dan biarkan mereka belajar dari kesalahan sendiri.

Lima Hal yang Wajib Dicermati Agar Startup Tidak Berakhir Gagal

Saat ini sudah banyak teori, hasil hingga akibat dari tidak suksesnya startup menjalankan bisnis. Berbagai pengalaman serta suka dan duka pun sudah banyak dibagikan oleh pemilik startup yang tidak sukses. Namun demikian masih banyak juga startup baru bermunculan, menawarkan berbagai ide, produk serta layanan yang diklaim berbeda dan berpotensi.

Artikel berikut ini kembali akan membahas 5 alasan mengapa startup berakhir gagal, berdasarkan survei serta pengamatan berikut.

Tidak ada pasar untuk produk / layanan

Dalam riset yang dilakukan oleh Marc Andreessen, sebanyak 49% startup gagal akibat kurangnya minat serta permintaan dari pasar. Artinya disini adalah, layanan yang diberikan belum berhasil menjaring cukup banyak konsumen yang tepat. Survei tersebut juga menyebutkan, untuk startup yang menyasar bisnis B2B dan B2C, kerap kesulitan mendapatkan konsumen, meskipun telah memiliki tim dan produk yang baik.

Pastikan Anda sebagai pemilik startup mengetahui dengan benar siapa target pasar dan apakah mereka bersedia menggunakan produk atau layanan yang bakal Anda hadirkan.

Tidak sustainable

Dari survei tersebut juga terungkap, untuk startup yang menyasar bisnis B2B diperkirakan bakal berakhir gagal dalam waktu 4 tahun ke depan, jika tidak bisa mendapatkan profit dan konsumen. Sementara untuk startup yang menyasar bisnis B2C, diperkirakan hanya bisa bertahan kurang lebih dalam waktu 3 tahun. Intinya adalah menjadi tantangan yang cukup berat bagi masing-masing startup untuk bertahan, jika tidak bisa mendatangkan uang dan konsumen sejak awal.

Menghiraukan model bisnis dan validasi

Alasan lain mengapa startup berakhir gagal adalah, kurangnya penerapan model bisnis dan validasi atas layanan atau produk yang bakal dihadirkan. Untuk terhindar dari kesalahan tersebut, lakukan validasi dan pastikan model bisnis yang dimiliki, bisa berfungsi dengan baik dan pastinya mendatangkan profit.

Dalam studi dan riset yang dilakukan terungkap sebanyak 17% startup berakhir gagal, karena melewati proses validasi dan tidak memiliki model bisnis. Intinya adalah jangan hanya terlalu fokus kepada solusi, namun juga kepada masalah yang ada.

Tidak mempelajari consumer behavior

Faktanya, meskipun Anda sudah cukup yakin layanan atau produk startup telah memiliki target pasar yang tepat, tidak begitu saja produk dan layanan Anda bakal digunakan langsung dan secara rutin oleh konsumen. Untuk itu pastikan terlebih dahulu Anda mengetahui dengan jelas seperti apa consumer behavior target pasar Anda dengan melakukan survei, mengumpulkan feedback, dan hal-hal terkait lainnya.

Kurangnya kegiatan pemasaran

Hal selanjutnya yang menjadi krusial dan menjadi salah satu faktor penentu mengapa akhirnya startup Anda berakhir gagal adalah kurangnya melakukan kegiatan pemasaran. Hal tersebut kerap dialami startup yang menyasar bisnis B2C. Idealnya kegiatan pemasaran wajib dilakukan untuk kegiatan promosi dan penjualan produk/layanan startup Anda.