CEO Triv Ungkap Rencana Strategis Perusahaan dan Tanggapi Dinamika Industri Kripto

Pandemi yang terjadi pada tahun 2020 memiliki dampak signifikan pada penetrasi cryptocurrency, termasuk di Indonesia. Digitalisasi yang ada dinilai berperan menjadi katalisator adopsi dan pengembangan platform crypto exchange. Khususnya menjadi jawaban saat orang mencari opsi investasi alternatif dan menjelajahi solusi keuangan digital.

Salah satu platform crypto exchange yang saat ini beroperasi dan telah mengantongi izin otoritas adalah Triv. Kepada DailySocial.id, Founder & CEO Triv Gabriel Rey mengungkapkan rencana strategis perusahaan ke depan.

Luncurkan inovasi beragam

Pada awalnya, Triv dikenal sebagai platform brokerage yang memfasilitasi transaksi aset kripto secara langsung. Kini perusahaan juga telah meluncurkan beberapa fitur lain seperti Staking dan Gadai Koin. Bahkan disampaikan Rey, dalam waktu dekat Triv akan meluncurkan produk Tokenized Stock, yang berasal dari saham brand ternama di Amerika Serikat.

Untuk merealisasikan tujuan tersebut, tahun ini Triv juga akan mengupayakan penggalangan dana. Turut disinggung, melalui performanya sejauh ini Triv juga telah mencapai titik profitabilitas dan akan fokus kepada ekspansi produk dan layanan.

Produk Tokenized Stock dari Triv / Triv
Produk Tokenized Stock dari Triv / Triv

Triv mengklaim telah memiliki sekitar 2 juta pengguna terdaftar. Dan sejak pandemi, pertumbuhan pengguna mengalami peningkatan hingga 400%. Bukan hanya mereka yang sudah familiar dengan kripto, namun pengguna berusia 25-34 tahun yang tergolong baru pertama kali mencoba untuk berinvestasi di kripto.

“Semua produk yang Triv hadirkan ingin memiliki konsep apa yang bisa kita hadirkan untuk menambah value kepada pengguna. Saat ini Triv sudah tumbuh bukan cuma sebagai platform jual-beli kripto saja, produk kita juga sudah bertambah dan bervariasi,” kata Rey.

Disinggung apakah ke depannya Triv ingin menambah investasi digital lainnya selain kripto, Rey menegaskan bahwa mereka masih fokus kepada kripto dan tidak memiliki niat untuk menambah opsi lainnya.

“Dengan harga yang menurun mereka tetap berani mengambil transaksi dan masih berani membeli bitcoin, masih berani take position dalam trading bitcoin dan saya melihat perkembangan pasar kripto semakin positif” kata Rey.

Tahun ini Triv memiliki target untuk menambah produk sekaligus menambah jumlah pengguna. Jika memang menemukan investor yang ideal, Triv juga membuka peluang untuk penggalangan dana.

Sejak berdiri tahun 2015 lalu, perusahaan masih menjalankan bisnis secara boostrapping dan telah mencapai profitabilitas tahun 2021-2022 lalu.

Lanskap pasar crypto exchange di Indonesia

Pasar kripto global telah mengalami pertumbuhan dan transformasi luar biasa dalam beberapa tahun terakhir, dengan pertumbuhan yang pesat di negara seperti Amerika Serikat dan Eropa. Pandemi yang terjadi di awal tahun 2020 menjadi momentum bagi industri kripto untuk tumbuh secara pesat di Amerika Serikat hingga Eropa. Namun demikian ketika saat ini demand kripto di negara barat mulai menurun, tidak demikian dengan negara di Asia dan Asia Tenggara pada khususnya.

“Saya melihat the next bull market bukan lagi dari negara-negara barat lagi tapi negara di Asia. Bisa jadi dimulai di Asia Tenggara dan Asia, karena banyak potensi pertumbuhan pengguna yang masif dibandingkan barat, yang istilahnya sudah mature sekali pasarnya,” kata Rey.

Ia melihat pertumbuhan pasar crypto exchange dalam beberapa tahun ke depan bakal terjadi di negara Asia. Hal ini dikarenakan mulai banyak negara di Asia yang membuka peluang bagi pasar crypto exchange untuk berkembang.

Di Indonesia sendiri Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan telah meresmikan pendirian bursa kripto. Menurut Rey  inisiatif ini memudahkan pemain industri kripto seperti Triv dalam memberikan laporan.

Jika sebelumnya proses tersebut dilakukan secara manual ke Bappebti, kini semua proses bisa langsung dilaporkan ke bursa. Dari sisi keamanan, kehadiran bursa kripto juga meminimalisir terjadinya kecurangan yang merugikan kepada nasabah, seperti yang terjadi pada kasus FTX.

Namun demikian, agar industri kripto bisa tumbuh secara positif di Indonesia, regulator harus bisa bergerak cepat dan beradaptasi dengan teknologi dari industri kripto. Selain itu idealnya pemerintah dalam hal ini regulator, mendukung platform seperti Triv dan platform crypto exchange lainnya dalam hal pajak, bursa kliring dan terkait lainnya. Terlebih mengingat bahwa pajak transaksi kripto di Indonesia sendiri sudah cukup tinggi dibandingkan di negara tetangga.

Pajak resmi transaksi kripto di Indonesia sendiri sudah cukup tinggi, 0,21% dari setiap transaksi kripto, atau 300% lebih tinggi dari negara tetangga. Malaysia sendiri hanya menetapkan pajak final kripto di angka 0,01%, jadi jauh lebih murah. Menurut Rey jika hal itu sampai terjadi maka akan ada capital flight, perginya dana investasi kripto di Indonesia ke luar negeri.

“Kalau sampai akhirnya over all cost transaksi kripto di exchange Indonesia lebih tinggi dibanding di exchange luar negeri akibat penerapan berbagai pajak dan biaya tersebut, maka otomatis nasabah akan trading ke luar, sehingga khawatirnya ada capital flight. Efek lebih lanjutnya adalah penurunan keseluruhan dari investasi di industri kripto Indonesia” urai Rey.

Untuk itu Rey menyarankan ke para pihak pemangku kepentingan industri kripto, baik regulator maupun para pelaku bisnisnya untuk sama-sama menjaga iklim kompetisi industri kripto dalam negeri tetap dijaga dengan baik. Salah satunya dengan tetap menjaga berbagai biaya pajak dan transaksi kripto di Indonesia tetap kompetitif dibandingkan luar negeri.

Application Information Will Show Up Here

Efek Berganda Aset Kripto Dongkrak Pertumbuhan Bisnis Triv

Bappebti mencatat investor aset kripto telah mencapai 6,5 juta per Mei 2021 dengan nilai transaksi Rp370 triliun (Januari-Mei 2021). Angka ini telah melampaui jumlah investor pasar modal di BEI sebanyak 5,37 juta SID. Kedua investor kelas aset ini terus digandrungi banyak orang semenjak pandemi.

Tren kenaikan investasi di industri otomatis terefleksi dari kinerja para pemainnya. Salah satu pemain kelas aset kripto yang terlama di Indonesia adalah Triv yang sudah beroperasi sejak 2015.

Kepada DailySocial, CEO Triv Gabriel Rey menjelaskan meski pertumbuhan investor kripto melesat, sebenarnya pangsa pasar Indonesia dibandingkan global masih sangat kecil, hanya 2%-3% saja. “Oleh karena itu, jika Indonesia benar menjadi macan Asia dan first world country, saya yakin Indonesia bisa meningkatkan market share-nya ke 15%-20% dengan jumlah penduduk kita yang sangat banyak,” ucap Rey sapaan Gabriel.

Alasan lainnya, kripto itu hadir di Indonesia untuk menjadi bagian dari portofolio kelas aset investor. Pasalnya, mulai banyak hedge fund dan miliarder yang setidaknya memiliki 5%-7% portofolio aset kripto dalam alokasi investasinya. “Jadi jika seseorang tidak memiliki eksposur terhadap aset kripto dalam portofolionya itu merupakan hal yang keliru.”

Diklaim, saat ini Triv memiliki lebih dari 1,35 juta pengguna terdaftar di Indonesia per Juli 2021, dengan pertumbuhan lebih dari 300% secara YOY baik dari jumlah pengguna dan nilai transaksi. Terdapat lebih dari 60 jenis aset kripto yang diperdagangkan di sistem Triv, dari 229 aset yang terdaftar di Bappebti.

“Saat ini aset yang paling populer di Triv adalah Shiba Inu coin yang digadang-gadang menjadi Dogecoin killer.”

Sebagai satu dari 13 perusahaan pedagang aset kripto yang terdaftar di Bappebti, Triv menunjukkan komitmennya untuk tetap melindungi dana nasabah. Saat ini seluruh cold storage Triv diasuransikan oleh Bitgo & Lloyd Insurance England dengan jumlah $100 juta.

Perjalanan merintis Triv

Rey merintis Triv pada 2014, saat ia berusia 24 tahun. Ia menangkap potensi Bitcoin dan platform teknologinya, blockchain, akan menjadi hal yang besar di Indonesia. Perjalanan awal Triv cukup menantang karena masih minimnya kondisi bahwa di Indonesia pada saat itu belum dapat melakukan transaksi Bitcoin.

“Saya pelajari teknologinya, lalu pelajari konsepnya. Saya pikir ini bagus, tetapi kok waktu mau beli Bitcoin tidak ada yang jual di Indonesia.”

Kesulitan tersebut akhirnya membuahkan hadirnya Triv. Pada 2015, masih susah untuk menjual atau membeli Bitcoin dengan cepat, sehingga Triv didirikan unutk mempermudah pertukaran Bitcoin saja pada waktu itu.

“Secara non official, Triv berdiri di 2014. lalu pada Februari 2015, kami resmikan. Kami mulai kemitraan dengan beberapa payment gateway juga, jadi transaksi di Triv sampai sekarang terus berjalan 24 jam.”

Seiring waktu, Triv mengembangkan layanannya dan terus menambah jenis aset hingga lebih dari 60 aset kripto. Dibandingkan pemain sejenisnya, Rey mengklaim bahwa spread (selisih jual-beli) di Triv terendah. Lantaran, Triv ini berjenis brokerage, yang mana transaksi jual-beli langsung dilakukan oleh Triv.

Konsep ini lebih menguntungkan dari sisi pengguna karena proses settlement berjalan secara instan dan real-time ke 61 bank di Indonesia. Dibandingkan pemain lainnya yang menggunakan konsep marketplace, yang mana pengguna harus menunggu pihak lain untuk mencapai kesepakatan transaksi.

Spread merupakan hal yang sensitif dalam rangka akuisisi dan retensi pengguna baru karena sering kali menjadi pertimbangan ketika memilih pedagang aset kripto yang cocok. Semakin kecil spread saat jual-beli aset, trader bisa memperoleh harga terbaik dan bila rugi tidak terlalu besar.

Untuk deposit dan tarik saldo, Triv telah bekerja sama dengan pemain e-money terkenal seperti DANA, ShopeePay, Gopay, dan OVO.

Perusahaan juga memiliki fitur gadai kripto yang baru dirilis pada awal tahun ini. Fitur ini memungkinkan pengguna menggunakan aset kriptonya untuk mendapatkan pinjaman dana instan dengan bunga fixed 9% per tahun dan lebih murah dari p2p lending maupun bank. “Adapun untuk staking kami masih menunggu kepastian dari regulator, sehingga belum bisa buat fiturnya.”

Aset kripto yang bisa digadaikan adalah Bitcoin, Ethereum, dan USD Tether. Perusahaan menjamin permohonan gadai 100% akan disetujui tanpa BI Checking dan dalam dua menit langsung cair.

Fitur ini hadir karena di Indonesia kurang lebih ada sebanyak 144 ribu BTC per tahun yang diperdagangkan. Dari situ, ada sekitar 14 ribu BTC yang ditargetkan bisa menjadi jaminan gadai.

Selain Triv, Rey juga mendirikan Veiris, startup e-KYC berteknologi blockchain pada 2015. Veiris memungkinkan verifikasi dengan menggunakan teknologi text recognition dan facial recognition. Solusi tersebut dibutuhkan oleh industri yang datang dari fintech, e-commerce, travel, dan industri keuangan.

“Ketika customer melakukan sign up di sebuah website, enggak perlu verifikasi manual. Tanpa perlu ketik nama. Itu semua di-handle oleh Veiris secara otomatis.”

Para klien Veiris, di antaranya Pundi, Stellar Kapital, Xfers, 8QQ8 Capital, Kioson, E2Pay.co,id, Infinetworks, dan masih banyak lagi.