Fitbit Charge 5 Hadir Membawa Desain Baru yang Lebih Stylish Sekaligus Layar Berwarna

Fitbit Charge adalah salah satu lini produk terpopuler Fitbit yang sudah eksis sejak tahun 2014. Tahun demi tahun, Fitbit terus menambahkan sederet pembaruan di tiap generasi Charge. Untuk tahun ini, pembaruan yang dihadirkan rupanya adalah yang paling banyak dan paling signifikan.

Dari fisiknya saja, Fitbit Charge 5 sudah kelihatan sangat berbeda dari Charge 4 yang dirilis tahun lalu. Hilang sudah gaya yang terkesan kaku, digantikan oleh lengkungan-lengkungan yang seksi nan elegan. Tebal bodinya pun menyusut hingga sekitar 10 persen. Secara keseluruhan, penampilan Charge 5 memang tidak sampai semodis Fitbit Luxe, tapi setidaknya jauh lebih manis di mata ketimbang pendahulu-pendahulunya.

Fitbit Charge 4 (kiri) dan Fitbit Charge 5 (kanan) / Fitbit

Juga ikut berubah drastis adalah layarnya. Charge 5 merupakan perangkat pertama di keluarga Fitbit Charge yang dibekali panel layar AMOLED berwarna. Layar ini juga dilengkapi fitur always-on, dan Fitbit tidak lupa melapisinya dengan kaca Gorilla Glass 3 demi proteksi ekstra. Berhubung AMOLED, tingkat kecerahan layarnya juga jauh lebih baik. Sekitar dua kali lebih terang daripada layar milik Charge 4 kalau kata Fitbit — 450 nit dibanding 200 nit.

Kalau kita lihat sisi kiri dan kanannya, sepintas Charge 5 mungkin kelihatan seperti dilengkapi dua buah tombol yang memanjang. Namun bagian tersebut sebenarnya berguna untuk mewujudkan dua fitur andalan Charge 5, yaitu pengecekan electrocardiogram (ECG) — cuma tersedia di negara-negara tertentu — dan electrodermal activity (EDA). Sebelumnya, dua fitur tersebut hanya bisa dinikmati oleh pengguna smartwatch Fitbit Sense.

Sebagai informasi, sensor EDA berfungsi untuk mengukur respon tubuh terhadap beragam faktor yang menyebabkan stres dengan cara memperhatikan perubahan aliran listrik pada kelenjar keringat di jari. Fitbit percaya fitur ini dapat membantu pengguna mengurangi tingkat stres, dan data yang mereka kumpulkan selama ini menunjukkan bahwa 70% pengguna Fitbit Sense berhasil menurunkan laju jantungnya dengan mengaktifkan fitur EDA Scan.

Khusus untuk para pelanggan Fitbit Premium, mereka nantinya juga bisa memantau metrik baru bernama Daily Readiness Score di Charge 5. Metrik ini akan ditampilkan setiap pagi hari dengan memperhatikan faktor-faktor seperti tingkat kebugaran, variabilitas denyut jantung, maupun kualitas tidur semalam. Tujuannya adalah supaya pengguna bisa memahami apakah tubuhnya sudah siap untuk berolahraga, atau apakah sebaiknya pengguna lebih memprioritaskan pemulihan.

Seperti pendahulunya, Charge 5 dapat digunakan secara mandiri tanpa harus terhubung ke smartphone setiap saat karena ia sudah dilengkapi dengan GPS. NFC pun turut tersedia sehingga pengguna bisa memakainya untuk transaksi contactless.

Fitbit rencananya akan segera menjual Charge 5 dengan banderol $180, lebih mahal $30 daripada Charge 4, tapi dengan pembaruan sebanyak dan sesignifikan tadi. Plus, khusus konsumen baru, harga ini juga sudah termasuk gratis berlangganan Fitbit Premium 6 bulan.

Untuk warnanya, Fitbit menawarkan tiga kombinasi warna strap dan bodi: Black/Graphite, Lunar White/Soft Gold, dan Steel Blue/Platinum. Sejumlah strap opsional dengan pilihan bahan dan gesper yang bervariasi juga dapat dibeli secara terpisah.

Sumber: Fitbit dan The Verge.

OnePlus Band Tandai Debut OnePlus di Segmen Wearable

Perlahan tapi pasti, OnePlus terus menerapkan diversifikasi terhadap portofolio produknya. Mendekati pergantian tahun kemarin, CEO OnePlus, Pete Lau, sempat mengungkapkan bahwa OnePlus berniat merilis smartwatch di awal tahun 2021. Namun sebelum rencana tersebut terlaksana, OnePlus rupanya sudah lebih dulu mencicipi ranah wearable lewat sebuah fitness tracker bernama OnePlus Band.

Dari segi desain, OnePlus Band kelihatan cukup familier. Ia terdiri dari dua bagian: strap karet dengan lubang di bagian tengahnya dan modul tracker yang dilengkapi layar AMOLED seluas 1,1 inci. Layar sentuh beresolusi 294 x 126 pixel itu adalah satu-satunya metode input yang tersedia, sebab Anda tidak akan menemukan satu pun tombol pada bodi OnePlus Band.

Secara total, bobot OnePlus Band cuma berkisar 22,6 gram. Tentu saja OnePlus juga menawarkan sejumlah strap opsional dengan kombinasi warna yang berbeda, dan semuanya telah mengantongi sertifikasi ketahanan air IP68. Lebih lanjut, OnePlus juga mengklaim fitness tracker-nya bisa diajak menyelam sampai kedalaman 50 meter selama 10 menit.

Untuk urusan fitur, OnePlus Band dilengkapi 13 mode olahraga yang berbeda, plus mode Free Training untuk aktivitas-aktivitas fisik yang tidak termasuk. Heart-rate monitoring dan sleep tracking tentu juga hadir sebagai standar, demikian pula fitur untuk memonitor kadar oksigen dalam darah (SpO2) dengan memanfaatkan sensor inframerah. Semua datanya otomatis direkam dan disinkronisasikan dengan aplikasi OnePlus Health.

Fitur-fitur ekstra seperti menampilkan notifikasi yang masuk ke smartphone yang terhubung, mengontrol jalannya musik, maupun mengaktifkan kamera smartphone dari jauh tentu juga tersedia. Dalam sekali pengisian menggunakan charger khususnya, OnePlus Band diyakini mampu beroperasi hingga 14 hari. Tentunya ini bisa bervariasi tergantung skenario penggunaan masing-masing, tapi yang pasti baterainya tercatat memiliki kapasitas 100 mAh.

Dalam waktu dekat, OnePlus Band akan dijual di India dengan harga 2.799 rupee (± Rp540 ribu). Sejauh ini belum ada informasi terkait pemasarannya di pasar global. Bisa jadi yang ditujukan ke pasar internasional adalah smartwatch-nya, yang semestinya bakal menyusul tidak lama lagi kalau mengacu pada pernyataan Pete Lau tadi.

Sumber: GSM Arena dan OnePlus.

Realme Band Resmi Hadir di Indonesia, Punya Fitur USB Direct Charge dan Murah

Untuk memenuhi pasar dengan produk IoT nya, realme secara resmi mengeluarkan gelang pintar barunya. Dengan nama realme Band, perangkat ini akan menyasar pada pengguna yang gemar berolah raga. Peluncuran ini sendiri diadakan secara daring pada tanggal 28 April 2020 di situs video milik Google, Youtube.

Felix Christian - Product Manager realme Indonesia

Realme sendiri ingin mendorong para penggunanya yang kebanyakan anak muda untuk tetap bugar dan sehat, terutama di bulan Ramadan. Untuk itu, realme menghadirkan alat pantau kesehatan seperti monitor detak jantung, kualitas tidur, dan idle-alert pada produk terbarunya ini. Selain itu, realme memilih meluncurkan gelang pintarnya ini pada bulan April yang juga bertepatan dengan bulan puasa.

Feature yang dibawa oleh realme Band memang cukup standar, seperti kebanyakan gelang pintar yang sudah ada dipasaran. Akan tetapi, mereka mengedepankan satu hal yang cukup merepotkan, yaitu konektivitas untuk mengisi baterai. Realme Band pun memiliki interface USB Direct Charge yang langsung mencolokkan gelang ini langsung ke charger, power bank, atau laptop mana saja yang memiliki port USB. Jadi, tidak perlu lagi membawa kabel khusus yang cukup merepotkan.

realme Band (3)

Realme juga pada akhirnya memiliki sebuah aplikasi IoT tersendiri dengan nama realme Link. Realme Link juga akan menginformasikan pembaruan ke semua perangkat IoT realme. Selain itu, aplikasi ini juga juga merangkum profil kesehatan pengguna untuk membantu pengguna mengetahui lebih banyak tentang tubuhnya.

Jika Anda ingin mengetahui perangkat realme Band lebih dalam, Anda bisa membacanya pada tautan yang satu ini.

Realme Band dibanderol dengan harga normal Rp. 399.000. Selama masa promo Flash Sale, harganya turun menjadi Rp. 299.000. Realme Band hadir dalam dua pilihan warna strap, yaitu Hitam dan Hijau. Realme sendiri dalam waktu dekat akan menyediakan warna Kuning.

Baru Permulaan saja!

Realme Band memang memiliki harga yang murah. Sayangnya, fitur yang dibawa juga cukup standar yang ditawarkan oleh vendor-vendor lainnya. Hal tersebut tentu saja meliputi deteksi detak jantung, mode olah raga, deteksi tidur, watch face, dan idle alert. Lalu apa yang menarik dari perangkat yang satu ini?

realme Band (4)

Saat ditanyakan, pihak realme mengatakan bahwa produk yang satu ini merupakan gelang pintar yang pertama mereka luncurkan. Oleh karena itu, pasti banyak terdapat kekurangan pada perangkat yang satu ini. Namun, mereka mengatakan bahwa USB Direct Charge cukup untuk menarik para konsumen untuk membelinya.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa dengan produk pertamanya ini, realme akan terus berkembang. Pihak realme pun membocorkan bahwa perangkat yang termasuk dalam kategori wearable ini bukanlah yang terakhir. Pada kuartal ketiga tahun 2020 nanti, realme bakal meluncurkan lagi sebuah perangkat wearable. Hal tersebut diharapkan dalam lebih lengkap dari perangkat pertamanya ini.

 

 

Tidak terbatas ada kategori tersebut, ternyata pada tahun ini sepertinya ada kategori baru lagi yang bakal luncur. Kategori yang nantinya bakal diperkenalkan adalah smart home living. Seperti apa produknya? Tentu saja kita harus menunggu peluncurannya.

[Review] Realme Band: Alternatif Smart Band Harga Murah untuk Olah Raga

Realme saat ini sudah memiliki sebuah smart band yang dinamakan realme Band. Smart band yang memiliki slogan Live Fit. Live Smart ini merupakan produk pertama yang dimiliki oleh vendor asal Tiongkok tersebut. Hal ini pun mengikuti strategi realme yang akan mengeluarkan berbagai produk IoT, selain smartphone yang mereka rilis nyaris setiap bulan tersebut.

Tren smart band sendiri saat ini juga menjadi lebih tinggi. Hal tersebut dikarenakan banyak smart band asal negeri Tiongkok yang dijual dengan harga murah. Tidak hanya untuk memperlihatkan waktu saja, namun fungsi dari gelang pintar itu sendiri saat ini bisa melakukan pengujian kesehatan. Namun, banyak juga merek-merek tidak jelas yang menawarkan harga murah tanpa kualitas yang memadai.

Realme Band = IoT

Realme Band sendiri memiliki kemampuan untuk memindai detak jantung yang sering digunakan untuk mereka yang berolah raga. Gelang pintar ini juga tergolong sangat ringan sehingga tidak terlalu terasa saat digunakan pada waktu tidur. Tentunya untuk mengukur kualitas tidur dari sang pemakainya.

Realme Band sendiri memiliki spesifikasi sebagai berikut

Layar 0,96 inci LCD 160×80
Sensor 3-axis accelerometer, Heart rate sensor, Rotor Vibration motor
Baterai 90 mAh
Interface USB
Konektivitas Bluetooth 4.2 + BLE
Dimensi 19.6×11.9×240 mm
Bobot 20 gram

Sayangnya, unit yang saya dapatkan saat ini masih merupakan perangkat non retail. Mungkin unitnya secara hardware sudah final karena saya mendapatkannya dengan segel. Namun, software yang didapat sepertinya masih belum lengkap.

Unit retail yang final akan mendapat 10 pembaruan, yaitu:

  1. Optimalisasi UI (warna) dari antarmuka fungsional
  2. Peningkatan akurasi pengukuran detak jantung
  3. Peningkatan kecepatan sinkronisasi data
  4. Memperpanjang waktu tampilan pesan di layar
  5. Menambahkan fungsi prakiraan cuaca
  6. Menambahkan kemampuan “Cari Perangkat Saya”
  7. Menambahkan fungsi restart dengan menekan tombol sentuh selama 5 detik atau lebih selama pengisian daya
  8. Menambahkan cloud dial (OTA)
  9. Menambahkan fungsi kontrol musik (OTA)
  10. Pengingat detak jantung rendah dan tinggi (OTA)

Saya sendiri sudah mendapatkan update 1-7, sehingga perangkat ini sudah cukup untuk diuji coba. Oh ya, karena interface dari realme Band menggunakan built in USB, paket penjualannya pun tidak menyertakan perlengkapan apa pun.

Desain

Realme Band memiliki desain yang cukup berbeda. Biasanya sebuah gelang pintar akan memiliki dimensi kaca yang lurus sehingga terlihat “menggantung” saat digunakan. Dimensi yang dimiliki oleh realme Band sedikit melengkung sehingga pas saat dipasang pada pergelangan tangan.

Realme Band - USB

Tali gelang yang digunakan pada realme Band terbuat dari bahan plastik TPU (Thermoplast Polyurethane). Hal ini membuat strap yang ada cukup lentur dan tahan terhadap keringat. Dan tentu saja cocok digunakan pada saat berolah raga. Selain itu, realme Band sendiri juga sudah memiliki standar IP68 sehingga dapat dipakai saat berenang.

Layar dari realme Band memiliki resolusi 160×80 dengan dimensi 0.96 inci yang tenyata cukup lebar untuk kelasnya. Sayang memang, sampai saat ini saya belum mendapatkan informasi mengenai jenis layar yang digunakan. Layarnya sendiri tidak bisa disentuh, kecuali pada bagian bawahnya yang memiliki tanda “O”. Tekan sekali untuk bernavigasi pilihan menu dan tahan untuk memilih menu tersebut.

Realme Band - Strap

Pada bagian bawah dari realme Band bisa ditemukan sebuah sensor untuk mengukur detak jantung. Untuk melakukan pengisian baterai, pengguna bisa mencopot strap pada bagian yang berseberangan dengan tombol sentuh realme Band. Di sanalah sebuah port USB (yang mereka sebut sebagai USB Direct Charge) ditemukan untuk ditancapkan langsung pada sebuah charger atau komputer.

Realme Link

Apalah arti sebuah gelang pintar jika tidak ada aplikasi yang mendukungnya? Untungnya, realme saat ini sudah memiliki sebuah aplikasi yang dinamakan dengan realme Link. Realme Link kemungkinan besar juga merupakan aplikasi IoT pertama dari vendor Tiongkok ini.

Realme Band - realme Link

Untuk melakukan pairing dari realme Band ke smartphone memang membutuhkan aplikasi yang satu ini. Jika Anda belum melakukan instalasi, bluetooth akan menolak untuk tersambung. Pairing juga bisa dilakukan dengan mudah, asalkan Anda mengikuti langkah-langkah yang ada di aplikasi tersebut.

Realme juga telah menyediakan lima buah watch face pada gelang pintar pertamanya ini. Ada lima buah watch face yang ditawarkan pada aplikasi realme Link. Sayang memang, Anda tidak bisa membuat watch face sendiri untuk saat ini. Semoga saja realme nanti akan memberikan fungsi tersebut agar pengguna tidak bosan dengan tampilan yang itu-itu saja.

Pengalaman Menggunakan

Menggunakan realme Link memang tidak sulit. Apalagi saya sebelumnya sudah sering menggunakan smart band dan smartwatch sehingga sudah mengenali beberapa fungsi yang ada. Aplikasi ini juga cukup baik dalam menampilkan grafik seperti untuk detak jantung, kualitas tidur, serta langkah.

Hal pertama yang saya lakukan setelah melakukan pairing tentu saja adalah melakukan pembaruan firmware. Pembaruan firmware menurut saya merupakan sebuah langkah yang sangat penting bagi vendor dalam “memperhatikan” para penggunanya. Hal tersebut tentu saja membuat harapan mengenai bugfix serta penambahan fungsi menjadi kenyataan. Bandingkan dengan merek-merek yang menjual dengan harga murah lainnya yang tidak pernah menawarkan bugfix.

Realme Band - Box

Untuk mode olah raga, Anda bisa memilih pada aplikasi realme Link. Perangkat realme Band sendiri hanya akan menampilkan tiga dari sembilan fungsi perekaman olah raga. Jadi, tidak semua fungsi olah raga akan masuk ke dalam perangkat realme Band.

Anda juga dapat membuat gelang pintar ini untuk memberitahukan notifikasi yang masuk ke smartphone. Syaratnya adalah aplikasi realme Link harus berjalan di background. Namun, Anda tidak dapat menerima panggilan suara langsung dari gelang pintar ini, karena tidak adanya microphone serta speaker.

Realme Band sendiri sangat ringan pada saat digunakan. Hal ini tentu saja membuat Anda tidak akan terganggu saat ingin mengukur kualitas tidur Anda. Sayangnya, strap yang digunakan tidaklah standar. Jadi, Anda harus membeli strap tambahan langsung dari realme yang baru memiliki tiga buah warna.

Realme Band - realme Link Menu

Merebaknya virus COVID-19 membuat saya harus berdiam di rumah. Oleh karena itu, kegiatan olah raga menjadi tidak bisa dilakukan. Hal ini juga membuat baterai yang ada di realme Band menjadi lebih irit. Selama tujuh hari, ternyata baterai yang tersisa masih 70%. Namun, realme menjanjikan bahwa baterainya bisa bertahan selama enam hari jika setiap harinya digunakan terus.

Verdict

Gelang pintar saat ini memang selalu dikaitkan dengan fungsi berolah raga. Saat ini memang banyak vendor, baik yang ternama mau pun yang “abal-abal”, namun konsumen harus pandai dalam memilih. Realme dengan Band terbarunya bisa menjadi alternatif pilihan yang menarik saat ini.

Fungsi yang ditawarkan oleh realme Band memang cukup mendasar. Namun, hal tersebut sudah bisa memuaskan mereka yang gemar berolah raga, tetapi memiliki dana yang terbatas. Apalagi, realme masih akan memasukkan beberapa fungsi sehingga masih terbuka harapan untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Realme Band - Charge

Baterai pada perangkat yang satu ini memang cukup kecil, yaitu 90 mAh. Namun, realme menjanjikan masa pakai selama seminggu, sehingga Anda hanya perlu menancapkan Band ini ke charger setiap minggunya. Apalagi, USB Direct Charge membuat Anda tidak perlu lagi mencari kabel proprietary yang sulit dicari saat rusak.

Realme menjual perangkat yang satu ini pada rentang harga Rp. 300.000an. Sayang memang, saat tulisan ini dibuat realme belum memberikan harga jualnya. Namun dengan rentang harga tang tergolong murah tersebut membuat realme Band menarik untuk dimiliki oleh mereka yang memiliki dana terbatas.

Sparks

  • USB Direct Charge
  • Harga murah
  • Ringan
  • Fungsi cukup responsif
  • Daya tahan baterai yang cukup baik

Slacks

  • PIlihan strap terbatas
  • Fungsi sangat mendasar dibandingkan dengan para pesaingnya
  • Bahan terlalu plasticky, rentan baret

 

Gelang Pintar InstaDreamer Memungkinkan Kita Mengendalikan Mimpi

Familierkah Anda dengan lucid dreaming? Lucid dream ialah jenis mimpi di mana Anda menyadari sedang bermimpi. Realisasi tersebut memberikan kita kemampuan buat mengendalikan elemen di sana, misalnya cerita, karakter serta latar belakang lokasi. Inilah alasan mengapa banyak orang tertarik untuk mengalami lucid dream, meski tak semua bisa mendapatkannya.

Khusus bagi Anda yang penasaran untuk merasakannya, satu tim asal Montreux, Swiss punya penawaran menarik. Mereka memperkenalkan InstaDreamer, yaitu perangkat wearable yang memungkinkan kita mengendalikan mimpi dan menghidupkan imajinasi. InstaDreamer mempunyai wujud berupa gelang. Pengoperasiannya sangat aman dan sama sekali tidak melibatkan injeksi ataupun zat kimia.

Basis teknologi dari InstaDreamer buat memicu lucid dream ialah metode Pavlovian conditioning, yaitu sebuah prosedur pembelajaran dan pelatihan kebiasaan tubuh yang memanfaatkan stimulasi biologis. Perangkat ini menggunakan getaran sebagai stimulasi sekaligus metode melatih otak agar kita bisa sadar sedang bermimpi. Dengan begitu, lucid dreaming dapat diperoleh.

Cara kerja InstaDreamer seperti ini: saat ‘gelang mimpi’ ini dikenakan, ia akan bergetar beberapa kali sehari untuk mengetahui apakah Anda sedang terjaga atau tidak. Selanjutnya, InstaDreamer segera mendeteksi saat kondisi tubuh Anda terlelap dan siap bermimpi. Melalui getaran, InstaDreamer mencoba menyadarkan pengguna bahwa mereka tengah bermimpi. Getarannya cukup lembut sehingga tidak membangunkan kita.

InstaDreamer 1

Teknik ini mungkin pernah diusung oleh perangkat serupa, namun mayoritas dari mereka mengandalkan suara dan cahaya. Menurut developer, kedua hal ini malah berpeluang menginterferensi tidur. Dengan stimulasi cahaya, tubuh Anda bisa jadi meresponsnya sebagai pemicu buat siap-siap bangun; lalu suara sendiri merupakan metode yang digunakan oleh mayoritas alarm.

InstaDreamer 2

Developer percaya, getaran adalah metode terbaik untuk mengakses alam bawah sadar. Dan hampir seluruh pengguna perangkat bergerak mengasosiasikan getaran dengan notifikasi, karena vibrasi dipakai buat menarik perhatian kita.

InstaDreamer 3

Mungkin Anda penasaran, seberapa efektif InstaDreamer dalam memicu lucid dream. Developer mengklaim bahwa lebih dari 70 persen tester unit purwarupa memperoleh lucid dreaming di periode tiga malam pertama sejak mereka mengenakannya. Perangkat ini juga berguna buat merekam fase mimpi, temperatur tubuh dan pose ketika tidur, serta membangunkan Anda di momen terbaik.

InstaDreamer sudah dapat dipesan sekarang melalui Kickstarter. Di situs crowdfunding ini, produk dijual seharga mulai dari 200 Swiss Franc atau sekitar US$ 201, dan siap dikirimkan ke seluruh wilayah di dunia pada bulan Februari 2019.

Gelang Pintar Ela Pastikan Anda Tidak Terus-Menerus Mengecek Smartphone

Banyak orang enggan mengganti perhiasan dan aksesori kesayangan dengan perangkat wearable karena alasan estetika dan daya tahan. Hal tersebut tampaknya mendorong produsen buat menggarap produk wearable mereka lebih baik lagi: ada yang mendesainnya agar betul-betul menyerupai arloji, dan tak sedikit pula produsen yang mengedepankan tema minimalis.

Bagi tim Ela FineTech, solusi terbaiknya adalah dengan tetap berpegang pada arahan desain tradisional. Startup asal Amerika itu memperkenalkan perhiasan pintar berupa gelang. Penyajiannya memang bukan sesuatu yang baru, namun latar belakang pembuatannya sangat menarik: smart bracelet Ela disiapkan untuk mengalihkan perhatian kita dari layar perangkat bergerak, demi ‘mengembalikan keanggunan dan kesopanan’.

Ela 3

Di situs mereka, produsen menjelaskan bahwa Ela menawarkan cara unik untuk membawa perangkat teknologi dalam beraktivitas sepanjang hari tanpa perlu menonjolkannya. Gelang pintar Ela ‘bukan sekedar wearable device dan perhiasan, namun sebuah solusi buat mengelola kehidupan modern’. Ia memberikan Anda kesempatan untuk berinteraksi dengan gadget ‘di waktu yang tepat’.

Ela 1

Ela hadir dalam beragam model. Komponen elektronik tersimpan dalam modul utama yang disamarkan sebagai ‘mata’ dari perhiasan. Bentuk dan warnanya bermacam-macam: ada batu mulia sintetis kotak atau membulat bergaya cutting baguette, lalu tersedia strap kulit berwarna putih, hitam, coklat, merah, biru hingga ungu pastel. Selain itu, ada pilihan model ala gelang mewah berlapis emas 18-karat atau logam rhodium.

Ela 4

Ela berfungsi layaknya perangkat wearable sejenis, yaitu sebagai ekstensi dari smartphone Anda. Tapi selain menyampaikan notifikasi, produsen juga membenamkan berbagai kemampuan unik. Pertama, pengguna bisa menentukan prioritas agar Ela hanya menampilkan notifikasi dari individu-individu penting saja. Lalu kita juga dapat mengkustomisasi masing-masing alert buat menampilkan warna LED berbeda. Ela mendukung delapan pola alert dan 15 profile dari daftar kontak di smartphone.

Smart bracelet ini juga bisa bekerja layaknya fitness tracker. Ela mampu menghitung jumlah langkah dalam sehari, mengkalkulasi data dengan lengkap, serta terintegrasi ke Apple HealthKit serta Google Health. Proses pemasangannya juga tidak sulit. Anda hanya perlu mengunduh app companion-nya (tersedia di Apple App Store dan juga Google Play), lalu mengikuti langkah-langkah di sana. Baterai non-removable di dalam diklaim dapat menjaga Ela tetap aktif hingga tiga hari.

Gelang pintar Ela saat ini baru tersedia di kawasan Amerika lewat Macys.com, dijajakan seharga mulai dari US$ 195.

Gelang Ini Gunakan Sistem Sonar untuk Bantu Kaum Tuna Netra Bernavigasi

Teknologi eksis untuk membantu memudahkan hidup umat manusia, termasuk halnya kaum difabel. Belum lama ini, Microsoft meluncurkan aplikasi yang bertindak sebagai narator untuk kaum tuna netra. Aplikasi ini tentunya tak bisa membantu mereka bernavigasi. Untuk itu, dibutuhkan inovasi teknologi lain seperti berikut.

Namanya Sunu Band, dan ia merupakan sebuah gelang pintar yang dilengkapi sistem sonar guna membantu pengguna yang memiliki gangguan penglihatan selama berjalan atau mungkin mendaki gunung. Sonar, bagi yang tidak tahu, adalah sistem navigasi yang biasa digunakan oleh kapal selam.

Cara kerjanya begini: Sunu akan memancarkan gelombang ultrasonik yang dapat memantul dari suatu objek dan kembali ke sensor milik perangkat. Dari situ Sunu akan mendeteksi seberapa kuat pancaran gelombang yang terpantul, lalu menerjemahkannya menjadi getaran yang akan menguat atau melemah tergantung seberapa jauh posisi objek dari penggunanya – maksimal sampai 4,2 meter.

Istimewanya, Sunu bisa beroperasi tanpa perlu disambungkan ke smartphone sama sekali. Pengembangnya memang menyediakan aplikasi pendamping, tapi fungsinya untuk sekarang hanyalah untuk mengatur seberapa sensitif getaran yang dihasilkan perangkat. Baterainya sendiri diklaim bisa bertahan sampai empat jam penggunaan.

Sunu Band

Berbicara kepada MIT Technology Review, salah satu cofounder Sunu, Fernando Albertorio yang secara hukum dikategorikan tuna netra, mengaku ia jadi lebih percaya diri bernavigasi dan bisa bergerak lebih cepat sejak menggunakan Sunu. Fernando juga bilang kalau ia bisa mengikuti lomba lari 5 km maupun kegiatan hiking berkat bantuan Sunu.

Contoh lainnya, Fernando bisa menemukan celah antara dua objek, pintu misalnya. Dia bahkan bisa menemukan tombol lampu penyeberangan di perempatan. Lebih lanjut, Sunu juga mampu mendeteksi objek yang bergerak, seperti misalnya pejalan kaki lain yang bergerak menjauh atau mendekati penggunanya.

Sunu saat ini sudah menerima pre-order seharga $249, $50 lebih murah dari harga retail-nya. Sayang sekali sejauh ini Sunu baru berencana memasarkannya di Amerika Serikat dan Meksiko saja.

Sumber: Wareable.

Pakai Gelang Ini, Maka Anda Bisa Mengontrol Perangkat dari Jauh Seperti Jedi di Star Wars

Penggemar berat Star Wars pastinya sudah tidak asing dengan replika BB–8 yang fungsional buatan Sphero. Pada akhir September kemarin, Sphero rupanya mulai memasarkan aksesori bernama Force Band, dimaksudkan supaya pengguna bisa mengendalikan robot BB–8 dengan gesture alias “The Force”.

Tanpa ada bumbu sihir, perangkat tersebut sebenarnya memanfaatkan gyroscope dan accelerometer untuk mendeteksi gerakan tangan pengguna. Konektivitasnya mengandalkan Bluetooth, sehingga pengguna pun kelihatan seakan-akan mampu mengontrol robot BB–8 dari kejauhan.

Namun yang lebih menarik, Sphero baru-baru ini merilis update untuk Force Band yang menghadirkan integrasi platform otomatisasi IFTTT (If This Then That). Berbekal integrasi ini, pengguna Force Band pada dasarnya bisa mengontrol perangkat atau aplikasi apapun yang membawa dukungan IFTTT, bohlam pintar Philips Hue misalnya.

Awalnya dimaksudkan menjadi aksesori pendamping Sphero BB-8, Force Band kini merangkap peran sebagai controller smart home dengan bantuan IFTTT / Sphero
Awalnya dimaksudkan menjadi aksesori pendamping Sphero BB-8, Force Band kini merangkap peran sebagai controller smart home dengan bantuan IFTTT / Sphero

Melalui aplikasi atau situs IFTTT, pengguna bisa menentukan aksi yang diinginkan untuk setiap gesture; ada tiga gesture berbeda yang bisa dikenali Force Band, yaitu Force Push, Force Pull dan Force Stop. Contohnya, Force Push bisa diset untuk menyala-matikan Philips Hue, sehingga ketika pengguna melakukan gerakan mendorong, lampu pun akan otomatis menyala atau mati.

Dukungan IFTTT ini sejatinya menjadikan Sphero Force Band terdengar lebih menggiurkan bagi mereka yang tidak tertarik menggaet Sphero BB–8 atau sekadar belum kebagian jatah, alias kehabisan stok. Force Band sendiri bisa dipesan dari situs Sphero seharga $80.

Sumber: Gizmodo.

Kate Spade Perkenalkan Trio Perangkat Wearable Berdesain Chic

Bertambah lagi brand fashion kenamaan yang merambah ranah wearable. Kate Spade yang koleksi tasnya sangat populer di kalangan perempuan ini dikabarkan siap merilis tiga perangkat wearable sekaligus.

Ketiganya terdiri dari dua fitness tracker berbentuk gelang dan sebuah smartwatch analog. Sejauh ini belum ada informasi soal nama dari masing-masing perangkat, tapi fitur-fitur yang ditawarkan mencakup fitness tracking, notifikasi, serta kontrol terhadap aplikasi pemutar musik dan kamera.

Tidak terlalu mengejutkan, desain masing-masing perangkat tampak sangat chic dan trendi. Satu fitness tracker-nya memakai strap silikon dan memiliki motif kucing yang imut-imut, sedangkan satu lainnya mempunyai warna rose gold yang kian populer di dunia fashion.

Untuk smartwatch-nya, tampak jelas perpaduan warna pink pucat dan emas ala Kate Spade. Di bagian bawah wajahnya di samping gelas champagne, tampak sebuah meteran yang sepertinya bakal menjadi indikator activity tracking.

Secara keseluruhan, smartwatch besutan Kate Spade ini lebih mirip milik Skagen ketimbang Michael Kors yang menggunakan Android Wear. Meski demikian, ketiganya tetap merupakan bagian dari inisiatif Fossil Group untuk meluncurkan sekitar 100 perangkat wearable di tahun 2016 ini – Kate Spade membayar lisensi kepada Fossil Group untuk mewujudkan ketiga perangkat wearable-nya ini.

Pemasarannya akan dimulai pada bulan November mendatang melalui toko retail dan online Kate Spade. Kedua fitness tracker-nya akan dibanderol seharga $125, sedangkan smartwatch analognya seharga $250.

Sumber: Wareable.

Samsung Resmi Umumkan Gear Fit2, Sekuel dari Activity Tracker-nya yang Punya Layar Melengkung

Bukan lagi rumor, Samsung hari ini secara resmi memperkenalkan activity tracker terbarunya, Gear Fit2, bersamaan dengan headset nirkabel Gear IconX. Muncul dua tahun lebih setelah generasi pertamanya, pembaruan macam apa saja yang dibawa oleh Gear Fit2?

Dari segi desain, fisiknya yang tahan air secara keseluruhan tidak berubah banyak, hanya saja ia kini lebih tipis dan diyakini lebih ergonomis. Perangkat masih ditenagai oleh layar sentuh Super AMOLED 1,5 inci yang melengkung dan beresolusi tinggi, tepatnya di angka 216 x 432 pixel.

Performanya juga sudah bisa dipastikan jauh lebih oke ketimbang pendahulunya. Gear Fit2 memercayakan prosesor dual-core 1 GHz sebagai otaknya, didukung oleh RAM 512 MB dan storage sebesar 4 GB. Untuk apa storage ini? Untuk menyimpan dan memutar file lagu, yang berarti pengguna bisa meninggalkan ponselnya di rumah ketika sedang berolahraga di luar.

Layar sentuh melengkung masih menjadi ciri khas dari Samsung Gear Fit2 / Samsung
Layar sentuh melengkung masih menjadi ciri khas dari Samsung Gear Fit2 / Samsung

Gear Fit2 masih mengemas sensor laju jantung, tapi yang benar-benar baru adalah kehadiran GPS, sehingga tracking bisa dilakukan secara lebih akurat. Tidak ketinggalan juga fitur Auto Activity Tracking, dimana pengguna tak perlu lagi mengaktifkan perangkat secara manual guna memonitor beragam aktivitas, mulai dari berjalan, berlari, bersepeda, sampai menggunakan mesin dayung maupun peralatan latihan elliptical.

Soal sistem operasi, Gear Fit2 menjalankan Tizen rancangan Samsung sendiri. Ia kompatibel dengan perangkat Android, minimal yang menjalankan versi 4.4 dan memiliki RAM 1,5 GB. Baterainya punya kapasitas 200 mAh, tapi sayang Samsung tidak mengungkapkan berapa lama baterai ini bisa bertahan pastinya.

Sejauh ini belum ada informasi mengenai harga dari Samsung Gear Fit2, akan tetapi pemasarannya akan segera berlangsung mulai tanggal 10 Juni mendatang. Ia akan ditawarkan dalam dua ukuran dan tiga pilihan warna: hitam, biru atau pink.

Sumber: Samsung.