Gojek Reportedly Nearing a Deal to Acquire 5% of Blue Bird Worth of 420 Billion Rupiah

Gojek is to acquire 5% shares of PT Blue Bird Tbk (Blue Bird). They’re to spend about $30 million or 420 billion Rupiah, it goes higher considering the company’s market capitalization in the closing stock exchange per Monday (12/16) at 6.8 trillion Rupiah.

The news was first published by Bloomberg. According to a source, the deal was built on the previous partnership, since 2016. As publicly known, the taxi operator Blue Bird is also available to order via Gojek application, through the Go-Blue Bird feature.

The company’s move is believed to be in line with the business strategy to continue leading the market amid intense competition with its rival, Grab. Gojek has also applied the strategic partnerships with local transportation companies in Singapore. In November 2019 they announced a strategic partnership with Trans-Cab Services, to accommodate orders for more than 3000 taxi fleets through the application. This service is said to be effective per December 2019.

On the other hand, Gojek is keeping the door for new participants open to the Series F funding round. Targeting $3 billion, it is reported to have reached $2 billion and to be closed in January 2020. Gojek’s Commissioner, Boy Thohir also mentioned the company’s plan to run IPO.

Having the ambition to be a super app, Gojek keeps expanding its services. It is through the acquisition of some digital startups. The latest one is Moka’s point of sales service, in the finalizing stage acquisition worth of 1.6 trillion Rupiah.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Gojek Dikabarkan Segera Beli 5% Saham Blue Bird Senilai 420 Miliar Rupiah

Gojek dikabarkan segera akuisisi 5% kepemilikan saham PT Blue Bird Tbk (Blue Bird). Nilai yang akan dibayarkan sekitar $30 juta atau setara 420 miliar Rupiah, lebih tinggi jika melihat kapitalisasi pasar perusahaan pada penutupan bursa saham per hari Senin (16/12) lalu sekitar 6,8 triliun Rupiah.

Kabar ini pertama kali dirilis oleh Bloomberg. Menurut sumber, kesepakatan ini dibangun berdasarkan kemitraan yang sudah ada sebelumnya, sejak tahun 2016. Diketahui bersama, saat ini layanan taksi Blue Bird bisa dipesan dengan aplikasi Gojek, melalu opsi Go-Blue Bird.

Aksi perusahaan ini diyakini sejalan dengan strategi bisnis untuk terus memimpin pasar di tengah persaingan ketat bersama rivalnya Grab. Kemitraan strategis dengan perusahaan transportasi lokal turut diterapkan Gojek di Singapura. November 2019 lalu mereka umumkan kerja sama strategis dengan Trans-Cab Services, untuk mengakomodasi pemesanan lebih dari 3000 armada taksi melalui aplikasi. Layanan ini dijanjikan mulai efektif per Desember 2019.

Di lain sisi, saat ini Gojek masih terus membuka peluang partisipan baru dalam putaran pendanaan seri F. Dengan target perolehan $3 miliar, dikabarkan saat ini sudah capai $2 miliar, dan akan ditutup pada Januari 2020. Turut disampaikan oleh Komisaris Gojek Boy Thohir rencana perusahaan melakukan IPO.

Berambisi menjadi super app, Gojek terus kembangkan sayap layanannya. Termasuk dengan melakukan akuisisi ke sejumlah startup digital. Yang terbaru layanan point of sales Moka, tengah dalam tahap finalisasi akuisisi senilai 1,6 triliun Rupiah.

Application Information Will Show Up Here

Go-Jek dan Blue Bird Umumkan Kemitraan Baru Lewat Go-Blue Bird

Menjelang pemberlakuan revisi PM Perhubungan No. 32/2016, hari ini (30/1) Go-Jek dan Blue Bird meresmikan kemitraan strategisnya lewat peluncuran layanan terbaru Go-Blue Bird yang ditanam dalam aplikasi Go-Jek. Sebelumnya, kedua perusahaan ini memang telah menjalin kemitraan lewat layanan Go-Car beberapa bulan lalu.

Peluncuran ini juga dihadiri Menteri Perhubungan Budi Karya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan, dan Staf Ahli Menkominfo Bidang Teknologi Herry Abdul Aziz.

Sekarang, konsumen akan memiliki dua pilihan berkendara saat ingin menggunakan taksi online dari Go-Jek, entah memilihnya lewat layanan Go-Car atau Go-Blue Bird. Yang berbeda terletak di sisi tarif. Bila memilih Go-Car, tarif akan mengacu berdasarkan standar Go-Jek, sementara kalau memilih Go-Blue Bird akan mengikuti argo taksi konvensional. Go-Blue Bird juga akan didukung dengan sistem pembayaran yang tersedia di Go-Jek, yakni Go-Pay.

“Ini simbol Go-Jek yang pro kompetisi sehat. Kami tidak sekadar kompetisi tapi juga merangkul semua pihak terbantu karena teknologi,” ucap CEO Go-Jek Nadiem Makarim.

Direktur Blue Bird Adrianto Djokosoetono menambahkan layanan Go-Blue Bird ini menjadi strategi perusahaan untuk memberikan layanan terbaik terhadap pelanggan dengan memiliki multi channel access. Peluncuran Go-Blue Bird menjadi senjata perusahaan memperkuat layanan, sehingga konsumen jadi makin mudah mendapatkan jasa Blue Bird.

Mengenai perbedaan tarif dengan Go-Car, Adrian mengatakan Go-Car dan Go-Blue Bird memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kalau Go-Blue Bird lebih cocok dipakai untuk mampir-mampir, perjalanan yang fleksibel, atau tidak menuju satu tujuan. Di sisi lain, Go-Car memiliki tarif flat.

Ketika ditanya mengenai kemungkinan kolaborasi lainnya dengan perusahaan transportasi, Nadiem memastikan bahwa saat ini perusahaan masih fokus kerja sama dengan Blue Bird.

Saat ini Blue Bird memiliki sekitar 35 ribu armada di 18 lokasi di Indonesia, sementara aplikasi Go-Jek telah diunduh lebih dari 40 juta kali. Untuk tahap awal, layanan ini tersedia di lima wilayah, yakni Jabodetabek, Surabaya, Bandung, Medan, dan Semarang.

Layanan Go-Blue Bird akan dihadirkan secara bertahap. Pengguna Android akan menerima lebih dahulu dibandingkan pengguna iOS.

Strategi Blue Bird tingkatkan pemesanan

Dikutip dari Bisnis, kemitraan dengan Go-Jek menjadi salah satu strategi Blue Bird yang ingin fokus mengembangkan diversifikasi saluran pemesanan taksi tahun ini.

Sepanjang tahun lalu perusahaan menghadapi tantangan yang cukup berat dari pertumbuhan transportasi berbasis aplikasi, berimbas pada penurunan kinerja. Belanja modal yang disiapkan untuk tahun ini sekitar Rp1 triliun, angka itu turun dibanding tahun-tahun sebelumnya.

“Tahun ini capex kami tidak akan terlalu ekspansif, kami akan concern dengan capex untuk pengembangan teknologi. Kami ingin lebih agresif untuk kembangkan teknologi, anggaran kemungkinan akan sedikit di atas Rp1 triliun,” ucap pihak Investor Relation Blue Bird Michael Tene.

Tak hanya kerja sama dengan Go-Jek, Blue Bird juga akan mengembangkan fitur lainnya untuk aplikasi yang dimiliki perusahaan, My Blue Bird. Perusahaan berencana mengembangkan fitur Easy Ride yang memungkinkan konsumen membayar secara non tunai meskipun memesan taksi melalui pemberhentian di pinggir jalan tanpa memesan dari aplikasi. Rencananya fitur tersebut akan diluncurkan pada kuartal kedua tahun ini.

Blue Bird juga berencana membuka pemesanan semua layanan Blue Bird dari aplikasi, mulai dari bus, limousine, dan mobil sewa Golden Bird.

“Fokus kami sekarang sebenarnya untuk memastikan transformasi bisnis kami bisa berjalan, sehingga membuat keuangan sehat, market share terjaga, dan secara jangka panjang bisa survive,” terang Direktur Blue Bird Sigit Priawan Djokosoetono.

Kolaborasi yang baik

Menteri Perhubungan Budi Karya mengatakan kerja sama antara kedua perusahaan ini membuktikan bahwa taksi konvensional dan perusahaan transportasi berbasis teknologi dapat berkolaborasi. Dia pun mengibaratkannya dengan satu titik yang telah mencair.

“Ini satu titik yang mencair. Saya katakan ini tidak mudah. Tapi satu titik yang mencair. Sangat bagus kedua perusahaan ini saling berkoalisi agar saling bertumbuh,” kata Budi.

Terkait revisi PM Perhubungan Nomor 32/2016, menurutnya selama ini pemerintah telah melakukan penyesuaian aturan dengan sangat hati-hati. Dia berharap aturan tersebut nantinya dapat memberikan pengaruh positif bagi perkembangan transportasi di Indonesia.

“Kami lakukan deregulasi dengan sangat hati-hati. Sebab taksi sudah menjadi pekerjaan yang menghidupi banyak orang. Kami coba cari formulasi dengan menetapkan tarif batas atas dan bawah, agar tidak ada lagi dikotomi konflik horizontal.”

Dia melanjutkan, “Pelaku usaha bisa bersama-sama berbisnis dengan baik. Masyarakat juga tidak dibodohi dengan trik tertentu. Tidak ada keinginan mencederai kenikmatan, mengalahkan satu dengan yang lainnya.”

Application Information Will Show Up Here