Cara Menonaktifkan Notifikasi di Google Chrome

Notifikasi di Google Chrome dirancang agar pengguna tak ketinggalan oleh perubahan terbaru dari berbagai layanan berbasis online yang diikuti. Tapi, ketika layanan yang dipakai berjumlah banyak, menyebabkan notifikasi muncul berkali-kali dan mengganggu.

Di artikel ini akan ditunjukkan bagaimana cara menonaktifkan notifikasi di Google Chrome atau mengelola notifikasi sehingga kemunculannya tidak lagi mengganggu.

  • Jalankan Google Chrome, kemudian klik tiga titik vertikal di kanan atas browser dan klik Settings.

cara menonaktifkan notifikasi di google chrome_1

  • Begitu panel pengaturan muncul, scroll ke bawah dan klik Advanced.

cara menonaktifkan notifikasi di google chrome_2

  • Lalu klik Site Settings.

cara menonaktifkan notifikasi di google chrome_3

  • Selanjutnya klik Notifications.

cara menonaktifkan notifikasi di google chrome_4

  • Terakhir, pilih situs atau layanan yang ingin dimatikan notifikasinya dengan mengklik tombol opsi lalu klik Remove.

cara menonaktifkan notifikasi di google chrome_5

Setelah notifikasi atas layanan tertentu dihapuskan, maka layanan tersebut tidak akan menampilkan lagi notifikasi, apapun perubahan atau pembaruan yang terjadi di dalamnya.

Versi Terbaru Chrome di Komputer Kini Dibekali Fitur Picture-in-picture

Picture-in-picture, Anda yang sering menonton video-video YouTube menggunakan smartphone semestinya sudah tidak asing dengan fitur ini. Bagi yang tidak tahu, fitur ini memungkinkan video untuk ditonton dalam jendela berukuran kecil di ujung layar sehingga pengguna bisa menelusuri YouTube tanpa harus menutup video tersebut.

Percaya atau tidak, selama ini fitur tersebut tidak tersedia di browser Chrome versi komputer. Padahal, layar komputer yang lebih besar jelas lebih ideal untuk implementasi fitur ini. Kabar baiknya, picture-in-picture sekarang sudah tersedia di Chrome versi 70.

Jadi, ketika Anda memutar suatu video YouTube misalnya, Anda dapat mengklik kanan di bagian videonya, lalu memilih opsi “Picture in picture”. Seketika itu juga akan muncul jendela baru berukuran kecil, dan video pun bisa Anda tonton selagi sibuk dengan tab yang lain di browser.

Secara default, jendela picture-in-picture ini akan diposisikan di ujung kanan bawah, tapi kita bisa dengan mudah memindahnya ke mana saja kita mau. Ukuran jendelanya pun bisa diperbesar atau diperkecil, lalu ketika sudah selesai, tinggal klik icon “X” untuk menutupnya.

Pengguna browser Opera mungkin bakal tertawa membaca artikel ini, mengingat mereka sudah kebagian fitur serupa sejak lama. Terlepas dari itu, picture-in-picture sekarang sudah tersedia sebagai fitur standar pada Chrome 70 di Windows, macOS, Linux maupun Chrome OS.

Picture-in-picture memang tidak sekeren Project Stream yang memungkinkan kita untuk bermain game AAA dengan modal Chrome saja. Namun fitur ini tetap tidak boleh diremehkan; kalau terlalu sering digunakan (terutama di jam kerja), produktivitas bisa menurun drastis.

Sumber: Android Police.

Google Chrome Rayakan Ulang Tahun yang ke-10 dengan Sederet Fitur dan Tampilan Baru

Tepat tanggal 2 September kemarin, Google Chrome resmi berulang tahun yang ke–10. Satu dasawarsa memang bukan apa-apa jika dibandingkan dengan browser lain yang lebih senior, macam Firefox misalnya, namun tetap saja ini merupakan pencapaian yang mengesankan, apalagi jika melihat status Chrome sebagai anak baru saat pertama dirilis di tahun 2008.

Untuk merayakannya, Google telah menyiapkan versi baru Chrome yang sudah dirombak total. Tampilannya kini jadi lebih segar dan modern, dan Google memastikan desainnya terasa koheren di semua platform. Satu perubahan yang paling mencolok dan bermanfaat adalah di Chrome versi mobile, di mana toolbar-nya kini diposisikan di bawah demi memudahkan akses – dampak tren layar smartphone yang terus bertambah besar.

Google Chrome redesign

Pembaruan yang Google terapkan rupanya tidak berhenti sampai di kulitnya saja. Google telah menyematkan sederet fitur baru pada versi anyar Chrome ini, salah satunya adalah password manager terintegrasi. Selain menyimpan informasi berbagai akun pengguna, Chrome juga bisa membantu menciptakan kata sandi yang kompleks, yang akan otomatis disimpan di akun Google sehingga pengguna dapat mengaksesnya dari perangkat desktop maupun mobile.

Google Chrome redesign

Selanjutnya, Google turut menyempurnakan omnibox milik Chrome. Kita tahu bahwa Chrome-lah yang memelopori tren satu kotak di browser untuk mencantumkan alamat situs sekaligus melakukan pencarian. Di versi terbarunya, berbagai hasil pencarian kini bisa ditampilkan langsung di omnibox tanpa harus membuka tab baru.

Google Chrome redesign

Juga menarik adalah kemampuan Chrome untuk mendeteksi semua tab yang sedang dibuka, sehingga ketika Anda hendak membuka salah satunya di tab baru, Chrome akan menginformasikan kalau situs tersebut sudah ada di salah satu tab, dan Anda bisa langsung mengunjunginya dengan mengklik tombol “Switch to tab”. Ke depannya, pengguna juga dapat melakukan pencarian file yang tersimpan di akun Google Drive-nya lewat omnibox yang sama.

Terakhir, perihal personalisasi, Chrome versi baru telah dilengkapi fitur shortcut ke situs-situs favorit yang dapat diakses langsung dari halaman tab baru. Gambar latarnya pun sekarang bisa diganti sesuka hati, sekali lagi demi menimbulkan kesan lebih modern pada Chrome.

Sumber: Google.

Google Luncurkan Chrome untuk VR Headset Daydream

Google merancang Chrome supaya dapat digunakan di semua perangkat dan platform. Namun sampai kemarin masih ada yang terlewatkan, yakni Daydream VR bikinan Google sendiri. Beruntung Google sudah menyadarinya sejak lama, dan baru saja merilis Chrome untuk Daydream.

Bukan cuma headset Google Daydream View yang kebagian jatah, tapi juga yang bertipe standalone seperti Lenovo Mirage Solo. Pada prakteknya, Chrome edisi VR ini justru lebih berguna di VR headset tipe standalone macam Mirage Solo, sebab kalau dengan Daydream View asumsinya Anda bisa membuka browser lewat smartphone.

Google memastikan bahwa semua fitur Chrome versi desktop maupun mobile juga tersedia di sini, mulai dari bookmark, incognito mode sampai voice search. Tidak ketinggalan juga fitur yang diracik khusus untuk Chrome versi Daydream, yakni Cinema Mode, yang akan mengoptimalkan tampilan video dalam medium VR.

Kehadiran Chrome di Daydream ini juga berarti konsumen dapat menikmati konten VR lebih banyak lagi. Pasalnya, sejak tahun lalu Chrome sudah mengemas dukungan standar WebVR. Jadi seandainya ada konten VR yang tidak dikemas menjadi aplikasi oleh pengembangnya, pengguna headset Daydream masih bisa menikmatinya secara immersive lewat Chrome.

Sumber: Google.

Mulai 15 Februari 2018, Chrome Hapus Semua Iklan yang Bersifat Mengganggu Secara Otomatis

Sudah menjadi rahasia umum apabila Google memperoleh sebagian besar pendapatannya melalui iklan. Namun siapa yang menyangka kalau mereka rupanya juga sebal dengan perilaku sejumlah jenis iklan yang sifatnya mengganggu, yang pada akhirnya memicu konsumen untuk menggunakan adblocker, yang bisa berdampak buruk buat bisnis Google.

Anda pastinya pernah dibuat kesal oleh iklan yang tiba-tiba muncul dan menutupi hampir seluruh layar smartphone. Ke depannya, iklan-iklan pembuat onar semacam ini bakal didepak oleh browser Chrome secara otomatis, dan kabar baiknya, kita tinggal bersabar sedikit dan menunggu Google mengeksekusi trik jitunya itu mulai 15 Februari 2018.

Prosedurnya seperti ini: mulai tanggal itu, Chrome akan menghapus semua iklan di situs yang memiliki ‘rapor merah’ selama lebih dari 30 hari. Rapor tersebut merujuk pada standar yang ditetapkan oleh Coalition for Better Ads, di mana Google merupakan salah satu anggotanya.

Bad ads examples

Iklan-iklan yang akan diblokir mencakup iklan pop-up, iklan yang memutar video secara otomatis, iklan yang berkelip dalam banyak warna sekaligus, dan yang paling saya benci, iklan banner berukuran masif yang menutupi layar smartphone itu tadi. Pemilik situs bisa memeriksa apakah iklan yang terdapat di situsnya bermasalah atau tidak dengan mengakses Google Ad Experience Report.

Langkah memerangi iklan pengganggu yang diambil Google ini cukup unik karena, ketimbang menyematkan adblocker seperti yang dilakukan sejumlah pengembang browser lain, Google memilih untuk meracik semacam sistem adblocker yang secara khusus menangani iklan-iklan yang mengganggu saja.

Sumber: PCMag dan Google.

Google Resmi Hapus Chrome App untuk Windows, Mac dan Linux

Kalau Anda merupakan pengguna browser Chrome, besar kemungkinan Anda tahu akan istilah Chrome App, tapi belum tentu menggunakannya. Ini wajar mengingat kebanyakan Chrome App tidak lebih dari sekadar bookmark ke sebuah web app, meski ada juga yang menyimpan fungsionalitas khusus dan bisa berjalan di background layaknya aplikasi desktop standar.

Singkat cerita, Chrome App sangatlah sepi pengguna. Saking sepinya, sudah sejak tahun lalu Google berencana menghapus Chrome App dikarenakan hanya ada sekitar 1% pengguna Windows, Mac dan Linux yang secara aktif memakainya, setelah sebelumnya lebih dulu menghapus Chrome App Launcher. Menjelang pergantian tahun, Google akhirnya siap mengeksekusi rencana tersebut.

Penghapusannya dijalankan secara bertahap. Pertama-tama, seksi khusus Chrome App di Chrome Web Store akan ditiadakan, sehingga pengguna tidak bisa lagi men-install aplikasi baru. Untuk yang sudah terlanjur ter-install, aplikasi masih tetap bisa digunakan, tapi hanya sampai kuartal pertama tahun depan saja.

Lain halnya dengan Chrome Extension, atau yang biasa disebut dengan istilah plugin di browser lain. Extension yang biasanya diperuntukkan layanan seperti VPN, password manager dan adblocker ini masih akan terus tersedia melalui Chrome Web Store.

Bagaimana dengan Chromebook? Jangan khawatir, sebab Chrome App masih merupakan bagian esensial dari Chrome OS dan tidak akan ke mana-mana meski sudah hilang sepenuhnya dari tiga platform di atas.

Progressive Web App di Android / Google
Progressive Web App di Android / Google

Dengan ‘dibunuhnya’ Chrome App, apakah ini berarti nasib yang sama juga akan menimpa web app secara umum? Rupanya tidak, sebab Google sendiri sudah menyiapkan penggantinya dalam wujud Progressive Web App (PWA). PWA sebelumnya sudah tersedia di Chrome versi Android, dan Google menargetkan PWA bisa muncul di desktop mulai pertengahan tahun 2018.

Yang menarik, PWA yang diklaim bisa memberikan pengalaman mendekati native app ini ternyata tidak spesifik untuk Chrome saja. Browser lain seperti Samsung Internet, Firefox dan Opera versi Android juga bisa menjalankan PWA. Di luar platform Android, Microsoft dan Apple juga sudah mulai menghadirkan dukungan PWA di Edge dan Safari.

Kesimpulannya, kecuali Anda menggunakan Chromebook, Anda bisa mengucapkan selamat tinggal kepada Chrome App. Sebagai gantinya, mulai tahun depan web app di desktop bakal lebih sempurna dan fungsional berkat kehadiran PWA.

Sumber: Ars Technica.

Google Chrome Akan Blokir Situs yang Memakai Trik Redirect dan Pop-up

Google sepertinya benar-benar gerah dengan situs yang memakai strategi iklan atau tujuan lain dengan menggunakan trik redirect ke situs yang tidak diinginkan pengguna. Baru-baru ini, tim pengembang di balik browser Chrome kembali mempersiapkan fitur baru untuk versi Chrome yang akan datang yang akan memblokir situs dengan trik tersebut.

Dijelaskan dalam postingan resminya, Ryan Schoen mengatakan bahwa 20% umpan balik yang dikirimkan oleh pengguna desktop berkaitan dengan konten-konten yang tidak diinginkan.

Dijelaskan lebih jauh, pemblokiran trik redirect akan digulirkan dalam tiga bagian. Pertama, Chrome akan memblokir iklan yang meneruskan pengunjung ke situs lain bahkan ketika pengunjung tidak mengklik tautan atau gambar tertentu. Ketika prosedur ini bekerja, pengguna akan melihat sebuah toolbar yang menginformasikan pemblokiran tersebut.

Selanjutnya, Google Chrome juga akan memblokir jenis redirect yang bekerja menggunakan pop-up. Biasanya, trik ini ditunjukkan dengan tanda-tanda seperti ini; ketika sebuah tautan diklik, pengguna dihantarkan ke jendela baru dan situs sebelumnya akan redirect ke sebuah iklan. Fitur di Chrome akan mencegah tab sebelumnya redirect ke halaman lain.

Kemudian terakhir, Google membidik situs yang membuka jendela baru ketika pengunjung mengklik halaman situs meskipun tidak di sebuah tautan, misalnya tombol player video, halaman kosong dan tombol tersembunyi.

Dua dari tiga pembaruan di atas akan digulirkan bersama Chrome 64 dan 65. Saat ini, kedua versi Chrome ini sedang digodok oleh pengembang Google. Chrome 64 sendiri masih dalam fase Canary atau pre-beta dan diperkirakan rilis ke publik di bulan Januari 2018. Sedangkan Chrome 65 diperkirakan rilis di bulan Maret 2018. Masih cukup lama, tapi pembaruan ini jelas sangat patut untuk ditunggu.

Sumber berita Chromium dan gambar header ilustrasi/Dailysocial.

Membuka Situs Secara Offline di Chrome Android Kini Jauh Lebih Mudah

Adopsi jaringan internet bisa jadi sudah dirasakan oleh miliaran orang di dunia. Bahkan internet termasuk menjadi tulang punggung perekonomian yang bersifat vital, termasuk dalam menghantarkan informasi digital. Pun demikian, jangkauan internet yang luas tak lantas menjamin setiap aktivitas yang membutuhkan data terpenuhi setiap saat. Di banyak kasus, pengguna smartphone masih mengeluhkan stabilitas dan kualitas jaringan yang mengganggu keseruan ketika menjelajah dunia maya.

Untuk membantu pengguna menghindari momen buruk seperti itu, akhir tahun lalu Google menggulirkan update baru untuk Chrome yang memungkinkan pengguna Android mengunduh halaman situs untuk dibaca nanti. Menurut Google ada 45 juta halaman situs yang sudah diunduh dengan Chrome setiap minggunya, yang mengindikasikan bahwa fitur tersebut diterima dengan baik oleh publik. Sehingga cukup beralasan mengapa kemudian Google memutuskan untuk memberikan perhatian khusus dengan melakukan peningkatan-peningkatan berdaya guna.

Google-Chrome-Offline-update-01

Digulirkan ke platform Android, Chrome versi terbaru akan menampilkan pilihan untuk mengunduh halaman selain membuka di tab baru ketika pengguna men-tap dan menahan sebuah tautan. Opsi ini dapat dipergunakan tanpa harus membuka halaman terlebih dahulu. Yang kedua, Google juga menambahkan sebuah tombol dengan label “Download page later” saat pengguna membuka sebuah halaman namun dalam kondisi tanpa jaringan data. Setelah kembali online, aplikasi akan secara otomatis mengunduh halaman bersangkutan yang kemudian dapat dibaca setiap saat meski tanpa koneksi internet.

Selanjutnya, ketika pengguna membuka tab baru, Google Chrome akan menampilkan sebuah penanda tepat di sebelah tautan situs yang sudah pernah diunduh sebelumnya. Penanda ini akan membantu pengguna membedakan mana situs biasa dan mana situs yang bisa dibuka secara offline. Merasa penasaran? Update Chrome di perangkat Android Anda sekarang melalui Play Store.

Sumber berita Google.

Update Baru Chrome untuk Android Hadirkan Sejumlah Hal Baru

Google baru saja mengumumkan kehadiran versi stabil baru aplikasi Chrome untuk Android ke Play Store. Setelah melalui fase pengujian yang cukup panjang, versi terbaru Chrome kini sudah bisa diunduh oleh seluruh pengguna Android.

Secara teknis, Chrome 58 tidak menghadirkan sesuatu yang istimewa atau hebat. Tapi yap, Chrome menghadirkan sejumlah perbaikan untuk meningkatkan performa dan stabilitas serta perbaikan masalah yang dijumpai di versi sebelumnya.

Di antara pembaruan tersebut, yang pertama Google mengimplementasikan kemampuan untuk melihat dan mengelola unduhan yang sedang dalam progres. Setelah diupdate ke Chrome 58, pengguna bisa melakukan dua aktivitas ini di panel Download.

Selanjutnya, pengguna juga dapat melihat atau menghapus data peramban lebih cepat dari sebelumnya. Hal ini memungkinkan untuk dilakukan setelah Google merancang ulang halaman History. Di samping fitur baru ini, pengembang juga sudah menambahkan dukungan gesture yang membuat pengalaman pengguna terasa lebih baik dari sebelumnya.

Terakhir, sebagaimana tertulis di changelog Play Store, pengguna Chrome kini dapat membuka tautan di tab baru dari Chrome Custom Tabs dengan cara menekan lama di tautan bersangkutan. Tersedia di Play Store, di luar dari semua penjelasan di atas, Chrome masih punya sejumlah perubahan dengan skala yang berbeda yang sengaja tidak dibeberkan dengan alasan tertentu. Namun Anda bisa membaca perubahan selengkapnya di situs Git Log.

Sumber beriga GoogleBlog dan gambar header Pixabay.

Adopsi PGO, Google Chrome untuk Windows Kini Makin Ngebut

Tak mau diolok-olok lagi, Google secara konsisten dan relatif lebih cepat melakukan pembaruan untuk perambannya, Chrome. Diperuntukkan bagi platform Windows, pembaruan teranyar membuat Chrome sekarang bekerja 15% lebih cepat dari sebelumnya.

Dimunginkannya peningkatan performa tersebut merupakan hasil dari adanya teknologi yang justru dihadirkan oleh Microsoft, yakni Profile Guided Optimization (PGO). Teknologi di Windos ini mampu mengompilasi versi Chrome yang kemudian melacak dan membaca fitur apa saja yang paling sering digunakan.

Setelah dianalisa, PGO kemudian melakukan optimalisasi fungsi tersebut untuk makin ditingkatkan kecepatannya. Walhasil, kecepatan Chrome secara keseluruhan meningkat secara signifikan, yang juga menghasilkan footprint kode yang lebih ringkas.

Integrasi ini tidak hanya mendongkrak kecepatan Chrome ketika sedang berjalan, tapi juga memangkas waktu startup hingga 16,8%, mempercepat loading halaman di tab baru sebesar 14,8% dan loading halaman meningkat sebesar 5,9%. Ini menjadi sebuah peningkatan penting, dan sudah seharusnya membuat pengalaman browsing pengguna semakin cepat.

Pemanfaatan PGO oleh Google pertama kali diperkenalkan di Chrome 53 64-bit, dan sekarang pengguna Chrome 54 32-bit juga sudah bisa merasakan manfaatnya.

Google dalam beberapa bulan terakhir mulai getol menggenjot pembaruan guna meningkatkan performa tapi tanpa mengorbankan efisiensi, menyusul sindiran keras Microsoft. Selain menggulirkan update yang ditujukan untuk efieisnsi, Google juga menjanjikan pembaruan untuk memangkas penggunaan resource memori yang akan dirilis dalam waktu dekat.

Sumber berita Chromium dan gambar header Pixabay.