Lewat Festival Musik Live, Google Akan Soroti Keunggulan Kamera Pixel dan Pixel XL

Ada-ada saja cara Google mempromosikan ponsel perdananya, Pixel. Bekerja sama dengan perusahaan media Good Inc., mereka memperkenalkan GoodFest, sebuah festival dengan misi menyatukan musik, komunitas dan teknologi, disuguhkan mengikuti tren live streaming.

Premis “demi kebaikan” memang terdengar menarik, apalagi mengingat dana yang dikumpulkan dari penjualan tiket maupun donasi akan disalurkan ke sejumlah organisasi nirlaba. Pun demikian, momentum ini rupanya juga dimanfaatkan Google untuk menyoroti keunggulan smartphone buatannya.

Dalam siaran pers-nya, dijelaskan bahwa Google Pixel akan digunakan untuk mengambil foto maupun konten di balik layar lainnya. Ditegaskan juga secara spesifik bahwa kegiatan ini akan menjadi ajang pembuktian kapabilitas low-light milik kamera Pixel.

Sepanjang acaranya akan disiarkan secara live ke YouTube maupun Facebook. Pun begitu, baik Google dan Good sudah punya rencana untuk mendistribusikannya dalam format virtual reality. Mungkin tidak seluruh acara, tapi setidaknya bisa menjadi tambahan konten untuk platform VR Daydream yang belum lama ini Google Luncurkan.

Setidaknya sudah ada lima konser yang akan digelar di lima kota yang berbeda di Amerika Serikat. Kelimanya pun mengusung tema positif yang berbeda, dengan harapan untuk mendukung gerakan tertentu.

Mengingat semua ini melibatkan live streaming, kita pun bisa ikut menikmatinya tanpa perlu jauh-jauh ke Negeri Paman Sam. Konser yang pertama akan diselenggarakan pada tanggal 29 November di kota New York, selanjutnya pada 9 Desember di New Orleans, 12 Desember di Seattle dan di San Fransisco serta Los Angeles pada tanggal yang belum ditentukan.

Sumber: TheNextWeb dan VentureBeat.

Google Resmi Luncurkan Aplikasi YouTube VR

Menyambut pemasaran perdana VR headset Daydream View, Google pun secara resmi meluncurkan aplikasi YouTube VR. Google mengaku merancang aplikasi ini dari nol, dengan fokus pada optimalisasi untuk format virtual reality.

Daydream View kebagian jatah pertama bukan semata karena ia juga dibuat oleh Google, tapi karena interface dalam YouTube VR dirancang untuk memaksimalkan controller-nya sebagai input kontrol, memudahkan pengguna dalam bernavigasi dari satu video ke yang lain.

YouTube VR tidak hanya menyuguhkan video 360 derajat saja, tapi video standar pun tetap bisa dinikmati berkat fitur theater mode. Pengguna bisa masuk menggunakan akunnya seperti biasa, dan untuk melakukan pencarian, tinggal manfaatkan fitur perintah suara.

Untuk video 360 derajat sendiri, YouTube telah mengajak berbagai kreator untuk berpartisipasi; mulai dari beauty vlogger Meredith Foster yang memberikan tur ke apartemennya, sampai video masak VR yang unik garapan Tastemade. Pencinta sains dan sejarah juga akan dimanjakan dengan konten hasil kolaborasi Google dan museum serta institusi ternama.

Ke depannya bisa dipastikan YouTube VR akan merambah VR headset lain, tapi Google tidak punya kepastian kapan dan perangkat apa yang menjadi tujuan berikutnya.

Sumber: YouTube Blog.

Apa Itu Google Daydream dan Apa yang Membuatnya Istimewa?

Kabar mengenai rencana Google menggarap perangkat VR yang ‘lebih serius’ dari Cardboard sudah terdengar sejak awal 2016, dan di acara Google I/O 2016, mereka resmi menyingkapnya. Upaya tersebut dilakukan Google dengan fokus pada dua aspek: penyediaan platform virtual reality serta menyiapkan hardware, berupa headset serta segala faktor pendukungnya.

Lewat Daydream, Google tampak bersungguh-sungguh ingin mematangkan dan menetapkan standar baru penyajian VR secara portable via perangkat bergerak. Daydream mengacu pada platform, dibangun di atas sistem operasi Android, memanfaatkan Material Design, terdiri dari software serta daftar spesifikasi hardware untuk memenuhi kriteria ‘Daydream-Ready’.

Perangkat Daydream View sendiri lebih menyerupai Samsung Gear VR ketimbang Cardboard, namun bedanya, ia tidak eksklusif mendukung headphone dari produsen tertentu saja. Pencipta hardware lain dapat berpartisipasi dalam program ini. Pengoperasiannya juga serupa Gear VR: user tinggal membuka tutup di depan, memasukkan handset Android-nya dan mengaktifkan mode VR.

Dalam konferensi pers di bulan Oktober, Clay Bavor selaku perwakilan dari tim pengembang menyampaikan bahwa faktor kenyamanan Daydream View merupakan perhatian utama mereka. Developer memanfaatkan bahan kain lembut dan memangkas bobotnya agar 30 persen lebih ringan dibanding ‘produk rival’. Pemakaian kain juga mencegah smartphone kesayangan Anda baret akibat keluar-masuk headset.

Google memang belum mengungkap info lebih rinci mengenai komponen View, tapi yang jelas ia turut dibekali tombol sentuh kapasitif serta chip NFC buat menyederhanakan proses pairing.

Google Daydream View 1

Keunikan utama Daydream View sendiri terletak pada kehadiran controller motion wireless di tiap bundelnya. Periferal ini memberikan Anda keleluasaan berinteraksi dengan dunia virtual lewat klik pada tombol atau gerakan – bisa dipakai untuk navigasi menu, bermain game sampai ‘jalan-jalan’ di Google Street View. Sensor on-board di View mampu melacak orientasi controller (membaca enam arah gerakan) dan dapat memperkirakan posisi tangan Anda. Saat tidak digunakan, controller bisa disimpan di dalam headset.

Sudah ada cukup banyak app yang dikonfirmasi mendukung Daydream, di antaranya ada CNN VR, Mekorama VR, Hunters Gate, The Turning Forest, The Guardian VR, Fantastic Beasts, Hulu VR, YouTube VR, permainan Daydream: Danger Goat, Wonderglade, Gunjack 2: End of Shift, Need for Speed: No Limits VR, dan Home Run Derby; serta ada pula versi virtual reality dari kreasi Google sendiri: Google Play, Street View, Play Movies dan Google Photos.

Google Daydream View 2

Baru smartphone Google Pixel dan Pixel XL yang dikonfirmasi siap menunjang Daydream. Agar kompatibel, handset setidaknya harus ditenagai chip Qualcomm Snapdragon 820 dengan RAM minimal 4GB, berjalan di Android 7.0 Nougat dan punya layar AMOLED.

Daydream View sudah mulai dipasarkan di tanggal 10 November, dijual di harga yang cukup kompetitif, hanya US$ 80. Sayangnya, produk baru tersedia di kawasan Amerika, Kanada, Inggris, Jerman dan Australia.

Via Digital Trends. Sumber: Google.

Analis: Di 2020, Konsumen Akan Keluarkan $ 11,2 Miliar Untuk Menikmati Hiburan Berbasis VR

Di akhir September kemarin, Berkarya!Indonesia mengumpulkan para pakar dan praktisi industri teknologi di Indonesia untuk berdiskusi seputar virtual reality. Meski ada banyak potensi pemanfaatannya, peserta setuju, masa depan VR masih misterius dan sulit menerka perkembangannya di masa yang akan datang. Tapi ada kabar gembira bagi mereka yang berniat investasi di ranah ini.

Belakangan, VR menjadi tema studi utama para analis dan firma riset, dan tim IHS Markit mengambil arahan yang sedikit ‘konservatif’ dalam mempelajari potensi teknologinya. Diungkap oleh Games Industry, IHS mengumumkan data Virtual Reality Market Opportunity Report 2016, dan di sana mereka memprediksi bahwa di tahun 2020 nanti, konsumen akan mengeluarkan dana kurang lebih US$ 11,2 miliar demi menikmati hiburan berbasis VR.

Angka itu sudah meliputi perkiraan pembelian hardware dan software, yaitu US$ 7,9 miliar untuk headset ditambah US$ 3,3 miliar buat kontennya. Angka tersebut memang terlihat banyak, namun director of games IHS Technology Piers Harding-Rolls berpendapat, jumlahnya tidak sebesar dugaan kita. Menurutnya, nilai US$ 3,3 miliar hanyalah satu persen dari total yang dikeluarkan konsumen di tahun 2020.

Harding-Rolls menekankan, penciptaan konten premium untuk platform virtual reality perlu ditingkatkan, dan untuk memaksimalkan seluruh teknologinya memang memakan waktu. Ada satu pertanyaan yang juga sering dilontarkan: akan lebih populer mana nantinya, headset VR portable ala Gear VR dan Cardboard, atau ada lebih banyak user mengadopsi device high-end seperti Rift dan Vive? IHS punya jawabannya.

Sang analis memperkirakan, produk-produk mutakhir premium bakal mendominasi monetisasi konten. Penggunanya meningkat drastis empat tahun lagi, berpeluang menyentuh 81 juta pengguna. Pembagian antara produk entry-level dan high-end tetap ada, dan volume pembelian perangkat-perangkat terjakau sudah pasti akan lebih tinggi.

Headset VR berbasis smartphone adalah pilihan favorit user, kemungkinan menguasai 87 persen hingga akhir tahun ini. Gear VR merupakan ‘rajanya’ headset virtual reality terjangkau, diproyeksikan memimpin penjualan dengan 5,4 juta unit. Tetapi IHS percaya, Gear VR akan segera disusul oleh Google DayDream View sebagai produk terpopuler di tahun 2019 berkat harganya yang murah dan dukungan ranah dindustri.

Di segmen premium, IHS mengestimasi besar peluang bagi PlayStation VR untuk melangkahi HTC Vive dan Oculus Rift. Analis yakin, Sony sanggup menjual 1,4 juta unit headset di 2016, mendorong user mengeluarkan uang US$ 134 juta. Alasannya cukup sederhana: karena harga PSVR lebih terjangkau dibanding kedua kompetitornya itu.

Google Kabarnya Akan Mengungkap VR Headset Berbasis Daydream Bulan Depan

Android 7.0 Nougat sudah resmi dirilis, sekarang kita tinggal menunggu Google meluncurkan smartphone baru guna menyorot semua fitur baru dari sistem operasinya tersebut. Rumornya, Google akan mengungkapnya dalam sebuah event pada tanggal 4 Oktober mendatang.

Dalam kesempatan yang sama, Google kemungkinan juga akan mengumumkan VR headset baru dengan basis platform Daydream yang diumumkan di acara Google I/O 2016 lalu. Perangkat ini kabarnya akan dinamai Daydream View, dan desainnya bisa jadi merujuk pada referensi yang telah diumumkan Google sebelumnya.

Meski semuanya baru sebatas spekulasi, bisa dipastikan nantinya Daydream View akan datang bersama sebuah motion controller yang bertindak sebagai perangkat input utama. Controller ini juga yang akan menjadi pembeda utama antara platform Daydream dan Cardboard.

Faktor pembeda lainnya adalah kompatibilitas. Tidak seperti Cardboard, Daydream View mencantumkan prasyarat yang cukup spesifik, seperti salah satunya layar berpanel OLED. Kemungkinan besar smartphone baru yang akan Google umumkan nantinya merupakan ponsel pertama yang mengusung label “Daydream-ready”.

Kapan pun tanggalnya, Google sebelumnya telah berjanji untuk meluncurkan Daydream tahun ini juga. 4 Oktober sendiri merupakan waktu yang cukup tepat, mengingat keesokan harinya Oculus bakal menghelat acara bersama developer.

Sumber: UploadVR.