Grado Luncurkan TWS Pertamanya, GT220

Di telinga konsumen umum, nama Grado mungkin terdengar agak asing. Namun produsen headphone yang bermarkas di kota New York ini sebenarnya sudah lama populer di kalangan audiophile, terutama bagi para penggemar headphone berdesain open-backed.

Secara perlahan, Grado yang terkenal konservatif ini terus mencoba mendekatkan diri ke publik yang lebih luas. Dua tahun lalu, mereka meluncurkan headphone wireless pertamanya, Grado GW100. Sekarang, mereka malah baru memperkenalkan TWS perdananya, Grado GT220.

Bukan, ini bukan TWS berdesain open-backed, tapi setidaknya Grado mengklaim mereka masih bisa menyuguhkan signature sound-nya dalam kemasan yang lebih kecil dan tanpa kabel. Sebagai referensi, Grado sebenarnya sudah lama punya earphone, tapi jelas ini pertama kalinya mereka menciptakan yang benar-benar tidak dilengkapi kabel.

Grado menggambarkan karakter suara GT220 yang netral di frekuensi midrange, definitif di frekuensi rendah, dan natural di frekuensi tinggi. Tidak ada active noise cancellation (ANC) di sini, tapi paling tidak GT220 masih dibekali panel sentuh kapasitif pada unit kiri sekaligus kanannya untuk memudahkan pengoperasian.

Grado mengaku menghabiskan beberapa tahun untuk menyempurnakan TWS perdananya ini, dan mereka sedikit pun tidak mau terburu-buru. Fakta bahwa Grado begitu terlambat mengikuti tren TWS semestinya bisa menjadi jaminan bahwa GT220 patut diperhitungkan kualitas suaranya.

Meski dikenal konservatif, Grado rupanya tidak segan menyematkan sejumlah teknologi modern pada GT220. Perangkat memanfaatkan Bluetooth 5.0 sebagai konektivitasnya (lengkap dengan dukungan codec aptX, AAC, maupun SBC), dan ini tentu berdampak positif pada efisiensi dayanya.

Dalam sekali pengisian, GT220 diyakini mampu beroperasi hingga 6 jam nonstop. Charging case-nya malah lebih istimewa lagi, sanggup mengisi penuh perangkat sampai lima kali, yang berarti total daya tahan baterainya bisa mencapai angka 36 jam. Masih dengan tema modern, charging case-nya ini dapat diisi ulang menggunakan kabel USB-C atau dengan diletakkan di atas Qi wireless charger.

Sayang sekali harga jual Grado GT220 ini tergolong mahal: $259. Sebagai perbandingan, Sennheiser belum lama ini merilis CX 400BT True Wireless yang sama-sama tidak dibekali ANC, tapi dibanderol $200 saja. Harganya itu juga $10 lebih mahal daripada AirPods Pro yang mengunggulkan ANC.

Sumber: Grado via SlashGear.

Grado GW100 Adalah Headphone Bluetooth Pertama yang Berdesain Open-Backed

Sebelum tren menghilangnya headphone jack dari smartphone, headphone wireless sebenarnya sudah banyak, akan tetapi jumlahnya kian banyak lagi sejak Apple memelopori tren kontroversial tersebut. Pabrikan yang tadinya tidak punya headphone wireless jadi tergerak untuk mencicipi peruntungan di ranah tersebut. Tidak terkecuali Grado.

Grado, bagi yang tidak tahu, adalah produsen headphone asal Amerika Serikat yang cukup dikenal di kalangan audiophile. Sejumlah nilai yang kerap diasosiasikan dengan Grado di antaranya adalah desain open-backed, serta proses pembuatan secara handmade. Tidak sedikit pula yang mengecap Grado sebagai produsen yang konservatif.

Jadi ketika perusahaan seperti Grado memutuskan untuk menggarap headphone wireless, Anda bisa menilai sendiri betapa besar pengaruh tren menghilangnya headphone jack itu tadi. Ya, perangkat bernama Grado GW100 ini merupakan headphone wireless perdana mereka.

Grado GW100

Yang membuat GW100 begitu unik dibandingkan headphone wireless lain adalah desainnya yang open-backed (kelihatan dari grille yang ada di sisi luar masing-masing earcup). Sepintas, perpaduan konektivitas wireless dan desain open-backed terdengar kurang ideal, sebab asumsinya headphone wireless bakal sering dibawa bepergian.

Desain open-backed sering kali diyakini mampu menyuguhkan detail yang lebih baik dan staging yang lebih luas, akan tetapi kelemahannya isolasi suara betul-betul absen, baik dari luar maupun dari dalam. Memakai headphone ini di tempat umum yang berisik, seperti di bandara misalnya, jelas bukan pengalaman yang menyenangkan.

Grado GW100

Terlepas dari itu, Grado sebenarnya ingin menyajikan kualitas khas perangkat audiophile dalam kemasan yang lebih praktis dan fleksibel. Desain open-backed berarti skenario penggunaan yang paling ideal adalah di rumah sendiri, tapi karena wireless pengguna jadi bisa memakainya selagi melakukan aktivitas lain, seperti menyapu dan mengepel misalnya.

Terkait isolasi suara, Grado bilang bahwa suara dari dalam yang bocor keluar tidak sekeras di headphone mereka lainnya. Suara dari luar masih akan masuk sepenuhnya, tapi rancangan baru yang diterapkan pada GW100 diklaim mampu mengurangi kebocoran suara dari dalam hingga 60%.

Grado GW100

Secara keseluruhan, wujud GW100 masih mirip seperti headphone Grado lainnya, dengan nuansa retro yang amat kental. GW100 masuk kategori headphone on-ear, dengan bantalan yang cuma menempel pada telinga, bukan membungkus. Di samping tombol power, perangkat turut mengemas sepasang tombol volume, jack 3,5 mm dan port micro USB untuk charging.

Dalam satu kali pengisian, baterainya diyakini bisa tahan sampai 15 jam pemakaian. GW100 menggunakan konektivitas Bluetooth 4.2, lengkap dengan dukungan codec aptX. Unit driver yang ditanamkan diklaim sama persis seperti yang ada pada headphone lain mereka yang sekelas, dengan respon frekuensi 20 – 20.000 Hz.

Grado GW100

Penggemar berat Grado saat ini sudah bisa membeli GW100 seharga $249. Grado tidak lupa menawarkan sejumlah aksesori opsional seperti hard case, storage box dan headphone stand yang dijual terpisah.

Sumber: The Verge dan Grado.

Headphone Grado PS2000e Ditakdirkan untuk Audiophile Berkantong Super-tebal

Dalam industri headphone, Grado mungkin masih kalah nama dibanding Sony, Bowers & Wilkins, dan lain sebagainya. Namun coba Anda tanya ke seorang yang mengaku audiophile, saya yakin hampir semua pasti mengenalnya.

Variasi headphone yang Grado tawarkan tergolong amat beragam, mulai dari yang seharga di bawah $100 sampai ribuan dolar. Belum lama ini, perusahaan keluarga yang sudah berjalan selama tiga generasi ini memperkenalkan headphone flagship terbaru mereka, Grado PS2000e.

Grado PS2000e

PS2000e diklaim sebagai headphone tercanggih sekaligus terbaik yang pernah Grado buat. Gaya desainnya masih sangat khas, dengan grille di masing-masing earcup yang dikitari oleh pelat berwarna krom, diikuti oleh headband berlapis kulit di atas. Seperti headphone besutan Grado lain, PS2000e juga berdesain open-backed demi menyuguhkan soundstage yang istimewa.

Grado bilang mereka butuh waktu lebih dari dua tahun untuk merancang PS2000e. Kedua earcup-nya terbuat dari perpaduan kayu maple dan logam, dengan maksud untuk menyuguhkan karakter akustik khas maple selagi mengeliminasi distorsi semaksimal mungkin.

Grado PS2000e

Di dalamnya, Grado menanamkan diaphragm baru yang diyakini bisa berujung pada reproduksi suara yang lebih akurat. Singkat cerita, apa yang Anda dengar melalui PS2000e adalah suara yang sama persis dengan yang direkam di studio oleh sang musisi, demikian klaim Grado.

Setiap unit PS2000e dibuat dan dirakit dengan tangan di fasilitas Grado sendiri, jadi jangan kaget kalau harganya membuat merinding: $2.695, hampir tiga kali lipat harga Grado PS1000e yang merupakan model flagship sebelumnya.

Sumber: The Verge dan Grado.