Shopingku Ramaikan Pasar Social Commerce di Indonesia

Tahun 2021 menjadi tahun yang berat bagi industri startup Indonesia. Beberapa perusahaan gulung tikar, banyak yang melakukan efisiensi, termasuk PHMomen ini menginspirasi bagi Harry Yohanes Karundeng untuk menciptakan lapangan pekerjaan dengan cara yang lebih sederhana melalui Shopingku.

Shopingku adalah platform marketplace yang menggunakan konsep social commerce, menghubungkan pemilik usaha dengan pembeli dan agen-agen penjual dalam satu ekosistem. Platform ini menyediakan fitur-fitur yang komprehensif, unik, dan lengkap untuk mendukung ekosistem dalam mengembangkan usaha dan mendapatkan keuntungan lebih.

Platform ini juga menggabungkan konsep penjualan baik secara konvensional maupun digital dengan memanfaatkan e-commerce, social media, dan sistem afiliasi, ditambah opsi penjualan tunai dan non-tunai, sehingga potensi pasar retail dapat bangkit selaras dengan perkembangan industri teknologi dan internet.

Dalam wawancara bersama DailySocial.id, Founder dan CEO Shopingku Harry Karundeng mengungkapkan, “cita-cita saya, Shopingku bisa jadi satu ekosistem di mana orang-orang bisa bekerja dengan berjualan di Shopingku, lalu mendapat komisi, dan bisa kembali berbelanja di platform ini.”

Shopingku memiliki beberapa fungsi, yakni (1) sebagai katalog online yang dapat digunakan seluruh agen dalam proses berjualan dan (2) model afiliasi yang memungkinkan merchant memasarkan produknya secara luas dengan jaringan penjualan lewat agen.

Selanjutnya, Shopingku menerapkan konsep social commerce yang memungkinkan para agen memanfaatkan platform media sosial mereka untuk mendapatkan penghasilan. Sebagai marketplace, Shopingku memungkinkan masyarakat untuk membuka toko online tanpa modal.

Para merchant dan agen dapat memaksimalkan keuntungan dengan menggunakan fitur “create content” untuk membantu menarik pembeli dengan cara kreatif mereka yang menonjolkan keunggulan produk mereka. Konten tersebut juga bisa dibagikan ke media sosial favorit mereka sehingga dapat menaikkan performa penjualan mereka.

Harry telah memiliki pengalaman kerja lebih dari 25 tahun di industri IT, retail, dan perbankan, serta lebih dari 15 tahun memimpin di perusahaan terkemuka di Indonesia. Sebelumnya, Harry juga memiliki pengalaman dalam membangun situs jual beli online Mise.id.

Segera resmikan kehadiran, Shopingku sudah memiliki lebih dari 1000 agen yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia dan terus bertambah secara signifikan. Selain online, para agen juga melakukan penjualan secara konvensional dan door-to-door sehingga dapat menjangkau masyarakat yang minim akses internet.

Hingga saat ini, terdapat sekitar 5000+ SKU produk yang disediakan oleh ragam merchant di platform Shopingku. Untuk sistem pembayaran, platform juga menyediakan ragam opsi pembayaran, seperti OVO, DANA, QRIS, VA, dan rencananya akan segera menyediakan opsi paylater.

Target ke depan

Selama satu dekade terakhir e-commerce telah berhasil menjadi lokomotif yang mendorong inovasi digital di berbagai sektor. Namun, masih ada gap khususnya pemerataan jangkauan layanan. Gap tersebut dipicu berbagai faktor, misalnya terkait distribusi layanan di kota tier 3 atau 4 sampai literasi digital masyarakat rural yang belum maksimal.

Salah satu tantangan yang masih ditemui oleh platform social commerce saat ini adalah bagaimana meyakinkan produsen dan prinsipal untuk memberikan layanan ke luar kota tier 1. “Ke depannya, kita berharap bisa menjalin kerja sama dengan beberapa institusi seperti perbankan, untuk menyalurkan kredit bagi para agen,” ungkap Harry.

Harry menargetkan dapat mengumpulkan sekitar 15.000 agen hingga akhir 2023. “Kita juga menargetkan ekspansi ke luar Jawa. Kami harap bisa mendapat agen yang secara demografis tidak hanya terkumpul di pulau Jawa, tetapi bisa sampai Indonesia Timur. Dengan begitu kita juga bisa membantu pemerintah untuk pengembangan daerah timur,” ungkapnya.

Shopingku berupaya menciptakan ekosistem untuk menyejahterakan para agen, merchant, dan pemangku kepentingan lain. Shopingku memiliki misi untuk menjadi ekosistem baru yang bisa memajukan perekonomian di Indonesia.

Berdasarkan laporan “Social Commerce 2022” oleh DSInnovate, pasar social commerce Indonesia pada 2022 ditaksir mencapai US$8,6 miliar, dengan pertumbuhan tahunan sekitar 55 persen, dan diperkirakan terus tumbuh hingga mencapai US$86.7 miliar pada 2028.

Di Indonesia sudah ada beberapa pemain yang menyasar pasar serupa. Sebut saja Evermos, yang belum lama ini merampungkan pendanaan seri C senilai $39 juta, Dagangan, Woobiz, dan juga Mapan yang belum lama ini mengklaim telah mencetak 3x lipat pertumbuhan di 2022.

Situs Jual Beli Online “Mise.id” Resmi Hadir, Klaim Miliki 5 Ribu Penjual Online

Mise.id, situs jual beli online, meresmikan kehadirannya di Indonesia sejak hadir pertama kali pada tahun lalu. Diklaim Mise menghadirkan konsep yang menggabungkan tradisional, konvensional selling, serta digital selling concept yang dimanfaatkan e-commerce dan media sosial, serta MLM (multi level marketing).

“Ditambah dengan opsi penjualan tunai dan non tunai, sehingga potensi untuk menguasai pasar dari Mise.id sangat besar. Kami hadir dengan konsep yang berbeda, pasalnya kami menilai potensi industri e-commerce di Tanah Air sangat besar tapi konsep yang ada mulai jenuh,” terang Founder Mise.id Harry Karundeng, Kamis (26/1).

Harry melanjutkan, Mise.id menawarkan kesempatan seluruh pengusaha untuk berjualan online dengan gimmick tanpa modal dan stok barang. Penjual akan mendapat komisi dari setiap yang laku terjual di toko online mereka, dapat dicairkan kapan saja, dan pengiriman didukung oleh mitra logistik terpercaya.

Sejak hadir pada tahun lalu, Mise.id kini telah memiliki 5 ribu toko online yang menjual produk dari 50 merchant, 7 ribu pengguna, dan mencatatkan 50 ribu pengunjung setiap harinya. Diklaim total omzet penjualan rata-rata di Mise.id telah di atas Rp10 miliar per bulannya.

Adapun kategori produk yang dijual Mise.id, mulai dari elektronik, gadget, furnitur, alat rumah tangga, peralatan dapur, obat-obatan, kecantikan, hingga fesyen. Rencananya, Mise akan menambah kategori lainnya seperti food & beverage dalam katalognya.

Tak hanya itu, Harry juga menargetkan sampai tiga tahun mendatang dapat menghimpun hingga satu juta pengusaha dalam platform Mise.id. Untuk jumlah transaksinya tumbuh 10 kali lipat di luar pertumbuhan secara organik.

“Kami akan mengembangkan lebih banyak produk dan terus berinovasi agar semakin banyak UMKM unttuk dapat memiliki toko online sendiri,” tutup Harry.

Mise.id merupakan perusahaan patungan antara Jepang dan Indonesia melalui MicroAd Indonesia yang 49% sahamnya dimiliki oleh MicroAd Jepang. MicroAd Japan sendiri sahamnya dimiliki Cyber Agent Japan (80%) dan Softbank Japan (20%).

Marketplace Mise.id Hadirkan Konsep Berbeda dengan Strategi MLM dan Afiliasi Langsung

Satu lagi model layanan e-commerce dihadirkan, kali ini menyatukan antara kapabilitas online marketplace, affiliate, media sosial dan multi-level marketing (MLM). Bernama Mise.id,  bisnis ini merupakan joint venture antara perusahaan MicroAd di Indonesia dan Jepang. Strategi dan konsep baru yang coba dihadirkan ditargetkan mampu menjembatani efisiensi waktu peralihan antara transaksi bisnis ritel dan digital, pun sebaliknya, atau dikenal dengan online-to-offline (O2O).

“Mise.id menggabungkan penjualan tradisional, konvensional dan konsep digital yang memanfaatkan e-commerce dan media sosial,” ujar co-founder Mise.id Harry Karundeng.

Menurut Harry, pihaknya begitu percaya diri dengan peluncuran Mise.id, karena saat ini belum ada teknologi dan platform dengan konsep seperti yang ditawarkan. Ditambah dengan opsi penjualan tunai dan non tunai, sehingga potensi untuk menguasai pasar menjadi sangat besar. Mise.id akan banyak menjual produk konsumer, seperti gadget, peralatan elektronik dan berbagai hal lainnya, layaknya layanan e-commerce yang sudah ada saat ini.

Penjualan kredit dan affiliate langsung ke pengguna

Mise.id tekanan penjualan kredit untuk setiap item di SKU
Mise.id tekanan penjualan kredit untuk setiap item di SKU

Tampilan produk yang disajikan dalam laman e-commerce Mise.id menawarkan berbagai item untuk dijual dalam bentuk kredit, dengan dibubuhi sistem kredit tanpa kartu kredit. Tak seperti layanan e-commerce lain yang gencar memberikan keuntungan kredit tanpa bunga, sistem bunga tetap berlaku di sini, hanya saja pihak Mise.id menilai bunga yang diberikan lebih kompetitif jika dibanding ritel offline. Konsep MLM yang diterapkan, memberikan kebebasan kepada para Shogun (istilah untuk agen rekanan Mise.id) untuk melakukan strategi pemasaran terhadap suatu toko yang dikelola atau produk yang dijual menggunakan sistem voucher.

Konsep MLM tersebut juga memberikan keleluasaan kepada pemilik toko untuk tidak harus memiliki produknya sendiri. Dengan produk yang sudah ada, Shogun dapat mendesain ulang lapak pemasaran (membuat e-catalog) di Mise.id dan membantu melakukan penjualan, dengan sistem komisi layaknya bisnis MLM pada umumnya.

Sistem komisi turut diterapkan pada pemilik akun pembeli. Setiap produk memiliki tautan affiliate yang dapat dipublikasikan melalui kanal media sosial dan akan menghasilkan poin untuk konversi transaksi dari setiap tautan yang dibagikan. Menargetkan 1 juta pengusaha toko online yang dapat bergabung tahun ini di skala nasional, Mise.id tidak membatasi positioning layanannya untuk B2B atau B2C.

Sejauh ini, sejak dua bulan dikenalkan di wilayah Jakarta, Mise.id baru menampung 1 vendor besar yang menyumbangkan 600 SKU produk. Total pengguna terdaftar sudah mencapai 7000 akun, dan tercatat lebih dari 5000 Shogun yang mulai meramaikan sistem e-commerce di dalamnya.