Headset VR Valve Index Resmi Diumumkan, Usung Sejumlah Teknologi Inovatif

Bagi mayoritas orang, Valve ialah salah satu nama tersukses di ranah software dan layanan distribusi digital. Mereka merupakan pemegang sejumlah franchise game terbesar di dunia sekaligus pemilik Steam. Tapi upaya Valve dalam menembus pasar hardware belum bisa dikatakan sukses. Prakarsa Steam Machines tenggelam begitu saja dan belakangan perusahaan tampak menarik diri dari pengembangan VR.

Namun di awal bulan lalu, kita akhirnya tahu bagaimana Valve tidak menyerah begitu saja. Secara tiba-tiba, perusahaan yang dinahkodai Gabe Newell dan Scott Lynch itu menyingkap produk barunya: headset virtual reality bernama Index. Sesuai janji mereka ketika men-tease perangkat ini, Valve mengumumkan dan mengungkap segala detail mengenai Index bahkan sebelum bulan April berakhir.

Index 4

Valve Index menjanjikan pengalaman ‘superior’ dalam menikmati konten VR baik dalam hal visual, audio, maupun kenyamanan pemakaian. Pengoperasiannya dibantu oleh motion controller Knuckles yang versi purwarupanya pernah Valve pamerkan di Steam Dev Days 2016 dan telah mendapatkan beberapa kali penyempurnaan. Berbeda dari periferal sejenis, Knuckles mempunyai desain ber-strap unik yang memungkinkannya tidak terlepas dari tangan meski Anda tak menggenggamnya.

Index 6

Secara garis besar, penampilan head-mounted display VR Valve ini tak begitu berbeda dari Rift atau Vive. Index dibekali strap serta bantalan empuk dan headphone terintegrasi. Ada lapisan glossy semi-transparan di sisi depan, membuatnya tampak seperti visor futuristis, dan Anda akan melihat sepasang kamera di area bawah. Untuk bekerja, perangkat tetap harus tersambung secara fisik ke PC dan ia juga membutuhkan unit base station. Terdengar biasa saja? Sebetulnya, Aspek paling istimewa dari Index terletak pada kemampuannya menyajikan konten.

Index 5

Di bagian dalam, produsen mencantumkan sepasang layar LCD RGB beresolusi 1440x1600p yang kabarnya mempunyai kepadatan pixel 50 persen lebih tinggi dari jenis OLED, seehingga mampu menghasilkan gambar lebih tajam tanpa menambah beban pada hardware. Dalam penggunaannya, Index mampu menampilkan teks lebih jelas serta mengurangi efek screen door (saat Anda bisa melihat garis-garis antar pixel di panel) secara signifikan.

Index 2

Selain itu, layar Valve Index menyuguhkan refresh rate di 120Hz, yang dapat diturunkan ke 90Hz atau dinaikkan ke 144Hz jika konten mendukungnya. Display tersebut juga mempunyai ‘reduced illumination period‘ antara 0,33- sampai 0.53-milidetik. Saya belum terlalu memahami fitur ini tapi Valve bilang setup tersebut memastikan objek terlihat tetap fokus dan tajam meski Anda sedang bergerak.

Index 3

Menariknya lagi, Anda bisa menyesuaikan jarak lensa ke mata untuk memaksimalkan field of view (20 derajat lebih luas dari HTC Vive) via knop di bagian luar dan dalam. Lalu satu knop lagi di area kanan bawah berfungsi buat mengubah jarak antara lensa.

Index 7

Valve rencananya akan mulai mendisitribusikan Index pada tanggal 30 September 2019. Agar bekera optimal, PC Anda membutuhkan setidaknya kartu grafis GeForce GTX 970 atau AMD Radeon RX480 dan RAM minimal 8GB. Kompensasi dari teknologi baru di dalam Index adalah harganya yang tergolong tinggi. Satu set Valve Index dibanderol seharga US$ 1.000, US$ 200 lebih mahal dari headset standalone Vive Focus Plus.

Via Games Industry.

Valve Resmi Berkecimpung di Ranah Hardware VR Lewat Valve Index

Virtual reality sempat mencuri perhatian seisi industri teknologi kira-kira tiga sampai lima tahun silam. Ketika itu beberapa nama dianggap sebagai pionir produk VR kelas konsumen: Oculus VR yang kini dipunyai Facebook, HTC sang produsen Vive, serta Valve yang turut mengembangkan SteamVR. Kondisi ini direspons oleh para produsen lewat penyediaan hardware-hardware hingga deretan aksesori pendukungnya.

Sejauh ini, SteamVR merupakan kontribusi besar Valve Corporation terhadap ranah virtual reality. Sederhananya, SteamVR adalah platform virtual reality yang memungkinkan HMD serta pernak-perniknya bekerja optimal, dan saat ini telah mendapatkan dukungan penuh dari engine Unity serta terintegrasi dalam Unreal Engine 4. Selain dari sisi software, Valve memang sudah lama punya ketertarikan pada aspek penggarapan piranti keras. Dan di penghujung minggu lalu, perusahaan resmi mengungkap Valve Index.

Eksistensi Valve Index dikonfirmasi melalui kemunculan laman resminya di situs Steam Store. Hampir tidak ada informasi apa-apa mengenainya di sana kecuali penampilan head-mounted display, serta kalimat ‘upgrade your experience‘ dan ‘Mei 2019’ yang boleh kita asumsikan sebagai waktu rilis atau momen sang produsen mengungkap detailnya lebih jauh. Untuk sekarang, kita bisa membuat hipotesis dari apa yang tidak muncul di page tersebut.

Lihat lebih teliti dan Anda akan sadar absennya branding HTC yang telah lama menjadi mitra Valve dalam mengembangkan Vive. Ada kemungkinan, Index dibangun sendiri oleh perusahaan tanpa bantuan pihak ketiga. Kemudian Valve juga tidak turut mengiklankan tiga permainan berbasis virtual reality yang dikonfirmasi oleh co-founder Gabe Newell sendiri di bulan Oktober 2017. Game-game tersebut dibangun menggunakan engine Unity dan Source 2 – salah satunya di-setting di jagat Half-Life.

Rumor mengenai headset VR buatan Valve sendiri sebetulnya sudah beredar sejak bulan November tahun lalu lewat beredarnya foto-foto unit purwarupa yang menampilkan lensa, sirkuit, hingga wujud perangkat secara garis besar. Perlu digarisbawahi bahwa gambar di teaser punya penampakan hampir serupa prototype, dilihat dari penempatan kamera/sensor eksternal. Berdasarkan laporan narasumber UploadVR, HMD Valve itu punya field of view seluas 135 derajat dan resolusi setara Vive Pro.

Di teaser, Anda bisa melihat kehadiran slider di area bawah. Menurut Arstechnica, slider ini boleh jadi berfungsi untuk mengubah interpupillary distance. Fungsinya adalah agar display dapat disesuaikan dengan jarak antar mata kita sehingga pemakaiannya lebih nyaman.

Kita perlu menunggu hingga bulan Mei 2019 untuk mengetahui informasi mengenai Valve Index lebih lengkap lagi.

Via The Verge.

Rift S Adalah Versi Baru Headset VR Oculus Dengan Teknologi Pelacakan Lebih Canggih

Tes sesungguhnya bagi para pemain di industri VR dimulai dua tiga tahun setelah tersedianya perangkat kelas konsumen. Head-mounted display standalone kini dianggap banyak orang sebagai solusi paling ideal dalam mengakses konten virtual reality karena dibekali hardware pengolah data mandiri serta tidak mengunci pengguna di satu titik. Di kelas ini, Facebook sudah menyiapkan produk bernama Oculus Quest.

Namun konsep ‘tetheredvirtual reality tetap belum bisa disingkirkan. Untuk sementara, lewat metode inilah dunia maya bisa tersaji optimal karena dukungan PC. Dan di Game Developers Conference 2019, Facebook resmi memperkenalkan versi baru Oculus Rift, kini mengusung teknologi pelacakan ruang serta sistem optik yang lebih canggih demi mendongrak kualitas grafis. Headset anyar itu dinamai Oculus Rift S.

Anda bisa segera melihat perbedaan Rift S dari penampilannya. Headset ini tidak lagi menggunakan strap lentur, digantikan oleh headband melingkar dengan struktur menyerupai PlayStation VR. Itu berarti pemasangannya lebih mudah dilakukan sendiri. Anda tinggal mengenakan headband lalu menarik bagian visor. Arahan desain ini katanya dipilih karena lebih baik dalam mendistribusikan beban di kepala. Perancangan Rift S dilakukan tim Oculus bersama Lenovo.

Potongan bagian luarnya sedikit berbeda dan Anda akan melihat modul-modul lensa. Ia merupakan komponen dari sistem pelacakan berskala ruang Oculus Insight, yang memungkinkan headset bekerja tanpa membutuhkan sensor eksternal. Berbekal Insight dan lima lensa (dua di depan, masing-masing di kiri dan kanan, dan satu lagi di atas), Rift S dapat melacak dan menangkap objek yang ada di sekitar pengguna. Dan ketika dikombinasikan bersama periferal Oculus Touch barunya, pengalaman pemakaiannya jadi jauh lebih natural.

Oculus Rift S 2.

Oculus sebetulnya belum secara resmi mengungkap spesifikasi Rift S, tapi UploadVR menginformasikan pemanfaatan resolusi 2560×1440p – setara Oculus Go. Itu berarti ia punya kepadatan pixel 40 persen lebih tinggi dari Rift standar di 2160x1200p, kemudian bagian optiknya diperbarui buat mengurangi efek screen door dan menghilangkan god rays. Perlu dicatat bahwa layar HMD masih mengusung LCD dan menggunakan backlight sehingga belum bisa menampilkan hitam yang benar-benar pekat. Lalu saya juga baca ada sedikit penurunan refresh rate dari 90Hz ke 80Hz.

Oculus Touch Rift S.

Selain itu, periferal Touch yang menemani Rift S juga mendapatkan modifikasi. Desainer memindahkan bagian ‘cincin pelacak’ dari bawah ke atas, dimaksudkan agar pemancar inframerah dapat mudah terdeteksi headset. Penempatan tombol-tombolnya sendiri masih sama.

Oculus Rift S 1.

Oculus Rift S rencananya akan mulai dipasarkan di ‘musim semi’ tahun ini. Satu unitnya dibanderol US$ 400 untuk varian dengan penyimpanan internal 64GB. Akan tersedia pula opsi ber-storage 128GB.

Acer Resmi Luncurkan Headset Windows Mixed Reality, Simak Pengalaman Menggunakannya

Windows Mixed Reality adalah platform bagian dari Windows 10 yang menyajikan pengalaman ‘realita campuran’ melalui unit headset. Dalam prakteknya, MR sendiri lebih luas dari bayangan kita. Device MR primadona Microsoft, yaitu HoloLens, dispesialisasikan pada pengalaman AR; sedangkan HMD immersive reality seperti punya Acer, HP dan Dell lebih difokuskan ke virtual reality.

Di Indonesia, perangkat Windows Mixed Reality punya Acer sudah cukup sering muncul di acara-acara pers yang dilangsungkan sang produsen consumer electronics Taiwan itu. Terakhir kali saya lihat, Acer membagi-bagikannya secara gratis bagi mereka yang membeli PC Predator Orion 9000. Saat itu, penjelasan Acer menyiratkan bahwa Orion 9000 dan WMR lebih disiapkan sebagai produk kelas bisnis.

AWMR 4

Baru dua bulan setelahnya, Acer akhirnya resmi meluncurkan Acer Windows Mixed Reality di tanah air. Namun berbeda dari dugaan saya sebelumnya, produk ini ternyata dapat diakses baik oleh kalangan enterprise ataupun end-user. Menurut Acer, WMR mereka itu merupakan penawaran terbaik di Indonesia saat ini karena proses setup-nya sangat sederhana, harganya masuk akal, kebutuhan sistemnya tergolong rendah, lalu produk juga dilindungi oleh garansi resmi.

AWMR 7

Seperti yang saya bahas sebelumnya, Acer WMR sejatinya ialah head-mounted display virtual reality. Ia didesain dari awal untuk mengisolasi penggunanya dari lingkungan sekitar, dan meskipun perangkat masih membutuhkan hardware eksternal untuk menjalankan konten dan tak beroperasi secara mandiri, kepraktisan pemakaian merupakan aspek yang membuatnya lebih unggul dari Oculus Rift maupun HTC Vive.

AWMR 6

 

Spesifikasi dan daftar kebutuhan hardware

Sebelum masuk ke sesi hands-on (atau mungkin lebih tepatnya, heads-on?), saya akan sedikit membahas spesifikasi Acer WMR. Perangkat ini menyuguhkan sepasang layar 2,89-inci beresolusi 1440x1440p 706ppi dengan refresh rate 90Hz dan field of view 100 derajat. Ia dibekali sensor gyro, accelerometer, magnetometer, proximity, dan mampu membaca gerakan 6-degree of freedom. Itu artinya, HMD bisa membaca enam jenis gerakan, yakni naik/turun, kiri/kanan, maju/mundur, roll, pitch dan yaw.

AWMR 8

Menariknya, tak butuh PC berspesifikasi monster untuk bisa menikmati konten VR via Acer WMR. Anda hanya memerlukan sistem dengan Intel Core i5 7200U (mobile), GPU HD Graphics 620 DX12, RAM DDR3 8GB, dan ruang penyimpanan 10GB agar device berjalan normal. Walaupun begitu, kehadiran GPU discrete seperti GeForce GTX 960/1050 atau Radeon RX 460/560 ke atas sudah pasti akan mendongkrak performanya.

AWMR 12

 

Proses setup

Ketika Oculus Rift dan HTC Vive membutuhkan sistem pelacakan luar agar bisa bekerja, masing-masing dinamai Constellation dan Lighthouse, headset Acer Windows Mixed Reality sama sekali tidak membutuhkan sensor eksternal. Secara teori, selama HMD mendeteksi controller-nya, Anda dapat bergerak bebas (hingga batasan panjang kabel atau ketika Anda menabrak sesuatu).

AWMR 1

Dalam paket penjualan, Acer telah membundel Windows Mixed Reality bersama sepasang motion controller WMR. Periferal kendali ini sebetulnya tak cuma dirancang buat headset Acer, tapi juga kompatibel ke HMD Lenovo, HP dan Dell. Dengan begini, kita tidak membutuhkan periferal baru ketika membeli perangkat-perangkat tersebut. Dimas Setyo selaku pre sales manager Acer Indonesia berjanji bahwa proses pemasangannya tidak akan memakan waktu lebih dari 10 menit.

Headset Acer Windows Mixed Reality/

Merespons pertanyaan saya soal dukungan platform, Acer WMR kabarnya dapat mengakses game dan app dari Windows Store, SteamVR, hingga konten-konten Oculus Rift via aplikasi Oculus Home. Satu platform yang belum bisa diakses olehnya adalah Viveport, namun sejumlah game/app sebetulnya sudah tersedia di layanan berbeda sehingga kita tak perlu terlalu memusingkannya.

 

Heads-on

HMD Acer Windows Mixed Reality mempunyai struktur mirip PlayStation VR. Tubuhnya terdiri dari dua bagian: visor dan strap ring. Prosedur menggunakannya sangat sederhana, Anda bahkan tak memburuhkan bantuan orang lain buat memasangnya. Pertama kenakan strap di kepala, lalu setelah pas, tarik visor ke arah mata. Jika gambar blur atau headset masih belum terpasang nyaman, sesuaikan ukurannya dengan memutar dial di belakang. Terdapat ruang cukup luas di dalam sehingga orang-orang seperti saya tidak perlu melepas kacamata.

AWMR 13

AWMR 9

Tanpa sensor eksternal, headset Acer tetap mampu melacak gerakan kepala dan sensor secara presisi. Sejauh pengalaman saya, saya tidak merasakan adanya keterlambatan respons baik dalam permainan Ghostbusters VR serta game memanah ala The Lab: Longbow buatan salah satu partner lokal Acer, OmniVR. Mungkin ini disebabkan karena sang produsen memasangkan headset ke unit gaming desktop Predator G1.

AWMR 3

Karena ketiadaan tracker eksternal, pengguna harus selalu menyadari bahwa apa yang ia lihat di sana adalah dunia virtual. Mengarahkan tubuh ialah salah satu cara berinteraksi dengan konten VR, tapi walaupun Acer WMR mampu mendeksi peralihan posisi, sebaiknya Anda tidak berjalan ke mana-mana ketika mengenakannya – karena beresiko menabrak sesuatu atau seseorang.

AWMR 11

Mirip Doom VFR, Ghostbusters VR mengusung sistem navigasi berupa teleportasi/warp. Saat menikmati game, Anda sangat disarankan buat membiasakan diri dan terus ingat untuk memanfaatkan sistem warp. Jangan gemas dan bergerak sembarangan. Di bagian menu, saya juga melihat eksistensi dari permainan Superhot VR, namun kemarin saya belum sempat menjajalnya.

AWMR 2

Game memanah racikan OmniVR sendiri terasa sangat familier. Di sana, pemain ditantang untuk menembak balon dengan panah sebanyak-banyaknya demi memperoleh skor sebesar mungkin. Unit controller kiri berfungsi sebagai busurnya, lalu dengan controller kanan, Anda dapat mengatur tarikan dan melepas anak panah. Penyajiannya memang sederhana, tapi coba beberapa kali, dan otot tangan Anda akan terasa kencang. Game ini cocok untuk berolahraga, mengasah keakuratan, serta melatih koordinasi tangan dan mata.

AWMR 10

 

Harga dan ketersediaan

Tanpa controller, Acer WMR dibanderol di harga US$ 300, namun di Indonesia, Anda tidak bisa membelinya secara terpisah. Microsoft sempat bilang bahwa versi bundel headset dan motion controller akan dijajakan di kisaran US$ 400. Di tanah air, satu set head-mounted display dapat Anda miliki dengan mengeluarkan uang Rp 7,5 juta, sudah termasuk garansi selama satu tahun.

Jika membelinya sekarang hingga bulan Oktober 2018 nanti, Anda berhak mendapatkan game Ghostbusters VR secara gratis.

AWMR 5

HTC Resmi Umumkan Headset Virtual Reality Standalone Vive Focus

Dengan pelepasan Oculus Rift dan HTC Vive di momen yang hampir bersamaan, 2016 disebut-sebut sebagai tahun lahirnya platform virtual reality modern. Namun saat itu, VR masih menyimpan banyak kekurangan: harganya mahal, perlu dukungan sistem berspesifikasi tinggi, kemudian pemakaiannya kurang intuitif karena masih mengikat user di satu tempat saja.

Setidaknya ada dua upaya dilakukan produsen buat mengatasi masalah terakhir itu, yakni dengan menyediakan PC ‘wearable atau melalui pengadaan HMD portable seperti yang tengah digodok oleh HTC. Di event Google I/O bulan Juli silam, perusahaan hardware asal Taiwan itu menyingkap headset VR standalone pertamanya. Premisnya sangat menarik, sayang device hanya disiapkan buat kawasan Tiongkok saja.

Setelah rumor di bulan September lalu yang mengekspos nama dari headset VR standalone tersebut, HTC akhirnya melakukan pengumuman secara resmi di Vive Developer Conference di Beijing. Di acara tersebut, produsen membenarkan pemakaian nama Vive Focus, meluruskan sejumlah informasi terkait produk, sembari memamerkan wujud dari perangkat mereka itu.

Penampilan dari Vive Focus memang sesuai dengan outline yang sudah di-tease oleh HTC di website mereka. Berdasarkan gambar, headset terlihat ergonomis sekaligus futuristis. Bagian belakang visor-nya dibuat melengkung ke atas, searah strap, kemudian posisinya diamankan lagi oleh strap sekunder – melintas di belakang kepala pengguna. Dari pengamatan saya, lengkungan dan posisi strap kedua memberikan area yang luas untuk telinga, sehingga kemungkinan lebih nyaman saat dipakai sambil mengenakan headphone.

HTC Vive Focus

Detail mengenai hardware dan spesifikasinya belum sepenuhnya terungkap, tapi memang benar, Vive Focus diotaki chip Qualcomm Snapdragon 835. Anda tidak lagi perlu mencantumkan smartphone atau menyambungkannya ke PC karena di sana sudah tersedia unit prosesor, layar, serta baterai. Hardware juga dilengkapi rangkaian kamera, yang memungkinkan headset melacak posisi pengguna tanpa memerlukan sensor eksternal.

Untuk mencapai hal tersebut, HTC pernah membahas soal pemanfaatan teknologi tracking canggih Google berama WorldSense, namun di pengumuman Vive Focus, produsen malah belum menyebutnya. Hal ini boleh jadi disebabkan oleh keputusan HTC membatalkan versi Daydream-nya buat Amerika dan Eropa, demi memfokuskan perhatiannya pada Tiongkok. Alternatifnya, ada peluang Vive Focus mengandalkan software pelacak dari Qualcomm atau bahkan racikan HTC sendiri.

HTC belum menyingkap harga Vive Focus, tapi kita boleh berasumsi, device dijajakan di harga yang tak jauh berbeda dari Oculus Go – versi standalone dari Oculus Rift.

Via Road to VR, The Inquirer & The Verge.