Grado GW100 Adalah Headphone Bluetooth Pertama yang Berdesain Open-Backed

Sebelum tren menghilangnya headphone jack dari smartphone, headphone wireless sebenarnya sudah banyak, akan tetapi jumlahnya kian banyak lagi sejak Apple memelopori tren kontroversial tersebut. Pabrikan yang tadinya tidak punya headphone wireless jadi tergerak untuk mencicipi peruntungan di ranah tersebut. Tidak terkecuali Grado.

Grado, bagi yang tidak tahu, adalah produsen headphone asal Amerika Serikat yang cukup dikenal di kalangan audiophile. Sejumlah nilai yang kerap diasosiasikan dengan Grado di antaranya adalah desain open-backed, serta proses pembuatan secara handmade. Tidak sedikit pula yang mengecap Grado sebagai produsen yang konservatif.

Jadi ketika perusahaan seperti Grado memutuskan untuk menggarap headphone wireless, Anda bisa menilai sendiri betapa besar pengaruh tren menghilangnya headphone jack itu tadi. Ya, perangkat bernama Grado GW100 ini merupakan headphone wireless perdana mereka.

Grado GW100

Yang membuat GW100 begitu unik dibandingkan headphone wireless lain adalah desainnya yang open-backed (kelihatan dari grille yang ada di sisi luar masing-masing earcup). Sepintas, perpaduan konektivitas wireless dan desain open-backed terdengar kurang ideal, sebab asumsinya headphone wireless bakal sering dibawa bepergian.

Desain open-backed sering kali diyakini mampu menyuguhkan detail yang lebih baik dan staging yang lebih luas, akan tetapi kelemahannya isolasi suara betul-betul absen, baik dari luar maupun dari dalam. Memakai headphone ini di tempat umum yang berisik, seperti di bandara misalnya, jelas bukan pengalaman yang menyenangkan.

Grado GW100

Terlepas dari itu, Grado sebenarnya ingin menyajikan kualitas khas perangkat audiophile dalam kemasan yang lebih praktis dan fleksibel. Desain open-backed berarti skenario penggunaan yang paling ideal adalah di rumah sendiri, tapi karena wireless pengguna jadi bisa memakainya selagi melakukan aktivitas lain, seperti menyapu dan mengepel misalnya.

Terkait isolasi suara, Grado bilang bahwa suara dari dalam yang bocor keluar tidak sekeras di headphone mereka lainnya. Suara dari luar masih akan masuk sepenuhnya, tapi rancangan baru yang diterapkan pada GW100 diklaim mampu mengurangi kebocoran suara dari dalam hingga 60%.

Grado GW100

Secara keseluruhan, wujud GW100 masih mirip seperti headphone Grado lainnya, dengan nuansa retro yang amat kental. GW100 masuk kategori headphone on-ear, dengan bantalan yang cuma menempel pada telinga, bukan membungkus. Di samping tombol power, perangkat turut mengemas sepasang tombol volume, jack 3,5 mm dan port micro USB untuk charging.

Dalam satu kali pengisian, baterainya diyakini bisa tahan sampai 15 jam pemakaian. GW100 menggunakan konektivitas Bluetooth 4.2, lengkap dengan dukungan codec aptX. Unit driver yang ditanamkan diklaim sama persis seperti yang ada pada headphone lain mereka yang sekelas, dengan respon frekuensi 20 – 20.000 Hz.

Grado GW100

Penggemar berat Grado saat ini sudah bisa membeli GW100 seharga $249. Grado tidak lupa menawarkan sejumlah aksesori opsional seperti hard case, storage box dan headphone stand yang dijual terpisah.

Sumber: The Verge dan Grado.

Sennheiser Luncurkan HD 660 S, Penerus HD 650 yang Lebih Superior dan Lebih Fleksibel

Selama 14 tahun Sennheiser HD 650 sudah dan masih menjadi salah satu headphone kesayangan komunitas audiophile. Meski bukan model yang paling diunggulkan oleh Sennheiser, HD 650 tetap menjadi idaman banyak orang berkat kualitas suara dan kenyamanannya yang superior.

Kiprah panjang HD 650 akhirnya terhenti di tahun 2017 ini, sebab Sennheiser sudah menyiapkan penggantinya yang lebih istimewa lagi, yaitu HD 660 S. HD 660 S mempertahankan segala kebaikan pendahulunya, termasuk desain open-backed yang menjanjikan soundstage luar biasa selagi mengorbankan aspek isolasi suara.

Sennheiser HD 660 S

Desain HD 660 S secara keseluruhan tampak mirip dengan HD 650, lengkap dengan earcup berwujud elips yang berukuran lebih besar ketimbang milik headphone pada umumnya. Anda dapat melihat jeroan HD 660 S dari luar, dan ini pertanda bahwa suara yang dihasilkannya akan bocor ke mana-mana, sehingga disarankan Anda menggunakannya selagi berada di dalam ruangan sendirian.

Perubahan paling mencolok yang dibawa HD 660 S, selain warna hitam matte-nya, adalah unit transducer baru yang diyakini memiliki distorsi lebih rendah dan dapat menghasilkan suara yang lebih alami lagi ketimbang pendahulunya. Sennheiser tidak lupa menguji dan menyesuaikan masing-masing earcup milik HD 660 S agar dapat menghasilkan suara yang nyaris identik satu dengan yang lainnya.

Sennheiser HD 660 S

Juga baru untuk HD 660 S adalah impedansi yang turun drastis, dari 300 ohm menjadi 150 ohm. Ini berarti HD 660 S jauh lebih fleksibel dibanding pendahulunya yang harus digunakan bersama amplifier terpisah hanya supaya suara yang dihasilkan tidak terdengar lirih.

Memang potensi HD 660 S sebenarnya baru bisa dirasakan ketika Anda menyandingkannya dengan perlengkapan high-end, akan tetapi Sennheiser cukup yakin bahwa smartphone saja semestinya sudah cukup untuk bisa menenagai HD 660 S.

Sennheiser HD 660 S rencananya akan dipasarkan seharga $500, banderol yang sama persis yang selama ini diusung HD 650.

Sumber: Sennheiser dan The Verge.

Focal Luncurkan Tiga Headphone Premium: Utopia, Elear dan Listen

Pabrikan audio asal Perancis, Focal, sudah sangat berpengalaman di bidang speaker. Namun dalam beberapa tahun terakhir, mereka rupanya juga tertarik mencoba peruntungan di ranah headphone. Debutnya di ranah baru ini cukup sukses, hingga akhirnya Focal dengan berani merilis tiga headphone over-ear baru sekaligus di tahun 2016 ini.

Ketiga headphone tersebut adalah Listen, Elear dan Utopia. Masing-masing ditujukan untuk target pasar yang berbeda: Listen untuk konsumen secara luas, Elear untuk para audiophile, dan Utopia untuk mereka yang mencari headphone terbaik buatan Focal tanpa kompromi sedikit pun.

Focal Utopia

Focal Utopia / Focal
Focal Utopia / Focal

Focal Utopia ini sangatlah istimewa. Merupakan headphone berjenis open-backed, Utopia tersusun dari material yang mewah sekaligus berkualitas. Rangkanya terbuat dari serat karbon, sedangkan bantalan headband dan earpad-nya terbungkus oleh kulit mewah Pittards, membuatnya terkesan elegan sekaligus terasa begitu nyaman.

Beralih ke dalam, bernaung sepasang driver 40 mm yang terbuat dari bahan Beryllium murni. Focal menjanjikan kualitas suara yang nyata, netral, jernih namun masih terasa dinamis dengan Utopia. Saat disandingkan dengan amplifier dan DAC kelas atas, respon frekuensinya bisa mencapai angka 5 – 50.000 Hz.

Focal memastikan bahwa Utopia dirancang dan diproduksi langsung di markasnya di Perancis. Kalau Anda masih tidak percaya seistimewa apa headphone ini, coba lirik harganya: $3.999.

Focal Elear

Focal Elear / Focal
Focal Elear / Focal

Sama-sama bertipe open-backed seperti Utopia, Elear menjanjikan kualitas suara yang bisa memenuhi standar seorang audiophile. Kalau Anda punya amplifier dan DAC yang bermutu, respon frekuensi Elear bisa mencapai 5 – 23.000 Hz. Sederhananya, Focal ingin memberikan pengalaman memanjakan telinga seperti yang didapat dengan speaker lewat Utopia dan Elear.

Rangka Elear terbuat dari aluminium utuh, sedangkan bantalan earpad-nya dilapisi bahan microfibre demi meningkatkan kenyamanan sekaligus memangkas bobot headphone secara keseluruhan. Sama seperti Utopia, Elear juga didesain dan diproduksi di Perancis. Harganya sedikit lebih bersahabat, yakni $999.

Focal Listen

Focal Listen / Focal
Focal Listen / Focal

Kalau kedua headphone di atas terlalu mahal buat Anda, Focal masih punya penawaran lain yang jauh lebih terjangkau. Listen adalah headphone berjenis closed-back, dengan driver 40 mm yang terbuat dari bahan Mylar atau titanium, memastikan kualitas akustik yang seimbang, plus dentuman bass yang mantap.

Focal merancang Listen agar tetap nyaman dipakai mendengarkan musik dalam durasi cukup lama. Saat sedang tidak dipakai, salah satu earcup-nya bisa dilipat ke dalam supaya tidak memakan terlalu banyak tempat di dalam tas. Soal harga, Listen bisa didapat seharga $249.

Sumber: The Verge dan Focal.